Hemoroid
PEMBIMBING:
dr. Tan Suhardi, Sp.B (K)BD
Disusun oleh
Kinanthi S Pangestuningtyas
1102014145
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y K Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 21 November 1981 Agama : Islam
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Manggarai Selatan, Jakarta Pusat
ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis kepada pasien, Tanggal : 26 Februari 2019
Dilakukan di: Ruang Paviliun Dharmawan LT.V RSPAD Gatot Soebroto
1
benjolan muncul saat buang air besar dan harus dimasukkan secara manual
dengan jari.
Pasien mengatakan buang air besar satu kali sehari. Terdapat gatal pada
sekitar anus. Setiap kali buang air besar, selalu disertai darah. Darah berwarna
merah segar dan tidak bercampur dengan feses. Buang air besar disertai darah
segar, darah berwarna merah segar (+), nyeri saat BAB (+), lendir (-). Nyeri pada
lapang perut (-), mual (-), muntah (-). Saat itu pasien dibawa ke RSPAD Gatot
Soebroto dan sempat dirawat akibat kekurangan darah. Pasien selama dirawat
sempat mendapatkan transfusi darah. Lalu pasien berobat jalan untuk keluhan
benjolannya, dan dijadwalkan untuk operasi pengangkatan benjolan pada 25
Februari 2019.
Riwayat Keluarga
Di anggota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama
Data Antropometri
Berat badan : 51 kg
2
Tinggi badan : 158 cm
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
STATUS GENERALIS
3
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV Linea Midclavicula kiri,
reguler, kuat angkat
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior : Normotonus, akral hangat, deformitas (-), edema -/- , CRT
2 detik.
Ekstremitas Inferior : Normotonus, akral hangat, deformitas (-), edema -/- , CRT
2 detik
STATUS LOKALIS
Regio Rectoanal
Inspeksi :Terlihat benjolan (+), pada posisi jam 5 berwarna
kemerahan ukuran 2 x 1 x 1 cm, berdarah (-)
Palpasi :Nyeri (-), konsistensi padat, mudah digerakkan, permukaan
rata.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 10,9 9,5-13,5 g/dL
4
Hematokrit 33 29-41 %
Eritrosit 4.1 3.1- 4.5 juta /uL
Leukosit 7160 5,000-19.500 /uL
Trombosit 361000 150.000-400.000 /uL
MCV 82 74-108
MCH 28 25-35
MCHC 34 30-36
Koagulasi
Waktu protrombin (PT)
kontrol 11.1 detik
pasien 10.8 9.3 – 11.8 detik
APTT
Kontrol 23,7 Detik
pasien 23,7 31-47 detik
Kimia Klinik
SGOT 24 < 35 U/L
SGPT 13 < 40 U/L
Ureum 21 20 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.8 0.5 – 1.5 mg/ dL
Glukosa Darah (sewaktu) 100 60 – 140 mg / dL
Natrium 139 129 - 143 mmol/L
Kalium 2.1 3.1 – 5.1 mmol/L
Klorida 103 96 – 111 mmol/L
2. Rontgen Thorax
5
Kesan : Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru.
RINGKASAN (RESUME)
Seorang wanita berumur 38 tahun datang ke poli bagian bedah RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta dengan keluhan benjolan keluar dari anus sejak 3 bulan sebelum
masuk rumash sakit. Benjolan muncul saat buang air besar pertama kali muncul
10 bulan yang lalu, benjolan saat itu dapat kembali masuk spontan. Sejak 3 bulan,
benjolan muncul saat buang air besar dan harus dimasukkan secara manual
dengan jari. Pasien mengatakan buang air besar satu kali sehari. Terdapat rasa
gatal pada sekitar anus. Setiap kali buang air besar, selalu disertai darah. Darah
berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feses. Buang air besar disertai
darah segar, darah berwarna merah segar (+), nyeri saat BAB (+), lendir (-). Nyeri
pada lapang perut (-), mual (-), muntah (-). Saat itu pasien dibawa ke RSPAD
Gatot Soebroto dan sempat dirawat akibat kekurangan darah. Pasien selama
dirawat sempat mendapatkan transfusi darah. Lalu pasien berobat jalan untuk
keluhan benjolannya, dan dijadwalkan untuk operasi pengangkatan benjolan pada
25 Februari 2019. Pada pemeriksaan fisik rekto anal didapatkan inspeksi: Massa
pada anus (+), dengan ukuran 2x1x1cm, berdarah (-). Palpasi: Nyeri (-),
konsistensi padat, mudah digerakkan, permukaan rata. Pada pemeriksaan
laboratorium dan rontgent thorax dalam batas normal.
DIAGNOSIS KERJA
Hemoroid interna grade III
PENATALAKSANAAN
- Analgetik
- Antibiotik
- Hemoroidektomi
PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia ad bonam
6
- Ad functionam : Dubia ad bonam
- Ad sanationam : Dubia ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi
sfingter intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis),
dan komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot
polos, sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
8
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Arteri
hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna,
sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Pendarahan
pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah sehingga
perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah segar yang berwarna merah
dan buka darah vena warna kebiruan.Vena hemoroidalis superior berasal dari
pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena
mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini
tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menntukan tekanan di dalamnya.
Pembesaran vena hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid.
9
haemorrhoides, yang berarti aliran darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat
diartikan sebagai darah yang mengalir keluar. Plexus hemoroid merupakan
pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum bagian distal dan
anoderm. Sehingga, didapatkan pengertian dari “hemoroid adalah dilatasi
varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior” 2,3
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan
atau penyulit sehingga diperlukan tindakan.2
II.3 Epidemiologi 4
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali
seumur hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60 tahun,
dan juga sering terjadi pada wanita hamil.
10
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis
11
Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar
kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau
dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan.
c. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu
dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan
dan cenderung mengalami trombosis dan infark.
II.5 Patofisiologi1,2,7
12
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu
risiko untuk terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu
beristirahat akan menurunkan venous return sehingga vena membesar dan
merusak jar. ikat penunjang Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan
faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami
konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang
menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian hemmorhoid
masih belum jelas hubungannya.
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak
pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna diduga
kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung
pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar
submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran
balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama
defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama
merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering terjadi akibat
penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga
menghambat vena rectalis superior.
Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis
(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang
sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-cabang v.
rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah
kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini
dinamakan hematoma perianal.
13
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari
rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.
hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke daerah v. Iliaka.
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern
dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.
2. Perdarahan
14
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya
trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid
internal biasanya timbul gejala hanya ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi
ulserasi, perdarahan, atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala
atau dapat ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat
ulserasi dan thrombosis.
b. Palpasi
Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri
dalam anal kanal. Dinilai juga tonus dari spicter ani.. Bisanya hemorrhoid
sulit untuk diraba, kecuali jika ukurannya besar. Pemeriksaan colok dubur
diperlukan menyingkirkan adanya karsinoma rectum. Jika sering terjadi
prolaps, maka selaput lendir akan menebal, bila sudah terjadi jejas akan
timbul nyeri yang hebat pada perabaan.
15
Pada anoskopi dicari bentuk dan lokasi hemorrhoid, dengan
memasukan alat untuk membuka lapang pandang. Telusuri dari dalam
keluar di seluruh lingkaran anus. Tentukan ukuran, warna dan lokasinya.
b. Proktosigmoidoskopi
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena
hemorrhoid merupakan keadaan yang fisiologis saja ataukan ada tanda
yang menyertai.
1. Fisura anal
2. Herpes anal
3. Proktitis ulseratif
4. Proctalgia fugax
b. Massa
1. Karsinoma anal
2. Perianal warts
3. Skin tags
1. Hematom perianal
16
2. Abses
3. Pilonidal sinus
1. Fisura anal
2. Proctitis
e. Perdarahan
1. Polips kolorektal
2. Karsinoma kolorektal
3. Karsinoma anal
II.9 Tatalaksana
1. Non Farmakologi4,8
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna
derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
17
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.
Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali
sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu, karena air hangat
dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
2. Terapi Farmakologi8
Salep anastetik lokal
Kortikosteroid
Laksatif
Analgesik
Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi
3. Terapi Pembedahan4,6,7,9
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
Hemoroid interna derajat II berulang
Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
Mukosa rektum menonjol keluar anus
Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien
Tindakan yang sering dilakukan yaitu:
18
b. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band
menyebabkan nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan
menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur
ini adalah nyeri dan perdarahan.
19
untuk hemoroid.
II.10 Pencegahan7
1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-
buahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses
menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar,
20
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
4. Hindari mengedan.
II.11Prognosis7
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat
menjadi asimptomatis, pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih
dahulu pada semua kasus.
Hemoroid dengan terapi operatif hemoroidektomi hasilnya sangat baik,
namun bisa muncul kembali dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi
ligase cincin karet (rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuran sekitar
30-50% antara kurun waktu 5-10 tahun kedepan. Setelah sembuh, pasien tetap
disarankan untuk tidak boleh sering mengejan dan dianjurkan untuk makan
makanan yang berserat tinggi.
21
DAFTAR PUSTAKA
22