Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA

Oleh:
Theresa Rahmadhani, S.Ked 04084821921125

Pembimbing:
dr. Faisal Muttaqien, Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RSUD KAYUAGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul:
HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA

Oleh:
Theresa Rahmadhani, S.Ked 04084821921125

Pembimbing:
dr. Faisal Muttaqien, Sp.B

Laporan kasus ini diajukan untuk memnuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah RSUD Kayu Agung Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 7 Oktober - 1 November 2019.

Palembang, Oktober 2019


Pembimbing

dr. Faisal Muttaqien, Sp.B

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Hernia Inguinalis Lateralis Dextra”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
tugas laporan kasusyang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan
klinik, khususnya pada Departemen Ilmu Bedah RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Faisal Muttaqien, Sp.B selaku
pembimbing yang telah banyak membimbing dalam penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan dan
kesalahan akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan laporan kasus di masa mendatang. Semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi pembaca.

Palembang, Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN ..................................................................................3
BAB III ANALISIS KASUS ................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai lokasi anatomi, seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis, femoralis dan lain-lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat
paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.1,2,3
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar-masuk. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke rongga perut,
disebut hernia ireponibel. Hernia inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit cincin
hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga perut disertai
gangguan pasase usus. Selanjutnya bila inkarserta disertai gangguan vaskularisasi
dan nekrosis disebut hernia strangulata.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan medialis.
Hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia
ingunalis medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada
wanita dengan perbandingan 7 : 1.4
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam
kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.1 Hernia indirek lebih banyak
muncul pada sisi kanan karena testis kiri lebih dulu turun dari retroperitonel ke
skrotum dibanding testis kanan, sehingga obliterasi kanalis inguinalis kanan
terjadi lebih akhir.4

1
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-
1856, ahli ilmu anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar.1
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), hernia
(inguinalis, femoralis, skrotalis) reponibel, ireponibel merupakan standar
kompetensi 2 yang berarti dokter umum mampu mendiagnosis dan merujuk.
Sedangkan hernia (inguinalis, femoralis, skrotalis) inkarserata, strangulata
merupaka kompetensi 3B yang berarti dokter umum mampu memdiagnosis,
tatalaksana awal dan merujuk.5

2
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identifikasi
Nama : Tn. MA
Tanggal lahir/Umur : 24 September 1959/ 60 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : kuli bangunan
Pendidikan : SMA
Alamat : Keman
No. RM : 053280
MRS : 9 Oktober 2019

II. Anamnesis
Keluhan utama:
Benjolan pada lipat paha kanan sejak 1 minggu lalu.
Riwayat perjalanan penyakit:
Sejak ± 1 minggu SMRS, pasien mengeluh timbul benjolan di daerah lipat
paha kanan. Benjolan teraba lunak, hilang timbul, dan tidak nyeri. Benjolan
timbul terutama saat batuk atau bersin dan hilang saat berbaring atau jika
didorong masuk ke perut. Benjolan terkadang dirasakan turun sampai ke
kantung kemaluan. BAB dan BAK normal. Demam tidak ada. Mual dan
muntah tidak ada. Riwayat trauma disangkal. Pasien sehari-hari bekerja
sebagai kuli bangunan.
Riwayat penyakit dahulu:
 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
 Riwayat operasi disangkal
 Riwayat penyaki paru dan batuk-batuk lama disangkal
 Riwayat darah tinggi disangkal
 Riwayat kencing manis

3
Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah berobat

Riwayat penyakit dalam keluarga:


Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

III. Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,2o C
BB/TB (BMI) : 54 kg/155 cm (22,5 kg/m2 ~ normoweight)

b. Keadaan Spesifik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), massa (-)
Thoraks :
Jantung: Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, murmur(-),
gallop (-).
Paru-paru: Inspeksi : Statis dan dinamis simetris kanan kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler(+) normal, ronkhi(-), wheezing(-)
Abdomen: Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas

4
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Regio Inguinal dextra:
Tampak benjolan, warna sama dengan kulit sekitar, teraba lunak, ukuran 4
x 2 cm, fluktuasi (+). Valsava test (+). Fingers tip test (+).

Ekstremitas: Akral pucat (-), edema pretibia (-), deformitas (-)

IV. Pemeriksaan Penunjang


Rontgen thorax (RSUD. Kayuagung, 02/10/2019):
Kesan: Cor dan pulmo dalam batas normal.

5
Laboratorium darah (9 Oktober 2019):
Hb : 14,7 g/dL Hitung jenis leukosit:
Ht : 41% Limfosit : 20,1%
MCV : 88 fL Neutrofil : 64,7%
MCH : 31 pg Monosit, eosinofil, basofil: 15,2%
MCHC : 35 g/dL
Leukosit : 9000/mm3
Trombosit : 306.000/mm3
Eritrosit : 4.6 juta/mm3
GDS : 100 mg/dL

V. Diagnosis Kerja
Hernia inguinalis lateralis dextra

VI. Tatalaksana
 Medikamentosa
IVFD RL gtt XX/menit
Inj. Ceftriaxone 2g/24 jam (pre op)
 Operatif
Hernioraphy (10 Oktober 2019)
Laporan operasi:
Nama pasien : Tn. MA
Diagnosa : Hernia inguinalis lateralis dextra
1. Operasi dimulai pukul 11.20 WIB
2. Pasien dalam posisi supine dalam spinal anastesi
3. Dilakukan aseptik antiseptik dengan povidone iodine 10%
4. Daerah operasi dipersempit dengan doek steril
5. Dilakukan insisi skin krist pada daerah inguinalis dextra
6. Diperdalam sampai aponeurosis musculus obliqus eksternus
7. Fascia dibuka secara tajam

6
8. Dilakukan identifikasi finuculus spermatikus, dilakukan
identifikasi kantong hernia, dilakukan insisi pada kantong
hernia dan bridging.
9. Dilakukan herniotomi dilanjutkan pemasangan mesh
(hernioplasty).
10. Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
11. Perdarahan dirawat.
12. Operasi selesai pukul 13.00 WIB.

VII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. Follow Up (11 Oktober 2019)


S nyeri luka operasi
O Sens: CM RR: 20 x/m
TD : 130/80 mmHg Temp: 36,5oC
HR : 80x/m
Regio inguinal dextra:
I: luka operasi tertutup kassa kering
A HIL dextra reponible post hernioraphy POD I
P - IVFD RL gtt XX/m
- Inj. Ceftriaxon 2g/24 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Pasien pulang hari ini.

7
BAB III
ANALISIS KASUS

Tn. MA (60 tahun) datang dengan keluhan ada benjolan pada lipat paha
kanan sejak 1 minggu SMRS. Benjolan tidak nyeri, hilang timbul, terkadang
dirasakan turun sampai ke kantung kemaluan. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis sebagai hernia ingunalis lateralis dextra.
Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia abdomen yang paling sering
terjadi dan banyak diderita oleh laki-laki. Hernia sendiri terjadi akibat peran
multifaktorial. Pada hernia inguinalis lateralis/indirek sering dikarenakan adanya
patent processus vaginalis. Namun, pada pasien risiko meningkat seiring dengan
usia tua dan aktivitas keseharian pasien yang bekerja sebagai kuli bangunan.
Integritas muskulus abdomen menurun seiring bertambah usia, sehingga dinding
abdomen tidak dapat menahan peningkatan tekanan intrabdominal.
Pemilihan management hernia inguinalis dapat bersifat konservatif dan
operatif. Management konservatif terbatas pada tindakan reposisi dan tidak pernah
menyembuhkan. Management operatif seperti hernioraphy merupakan satu-
satunya terapi yang rasional. Prognosis pada pasien cenderung akan lebih baik
karena keparahan hernia belum menyebabkan hernia irreponible bahkan
inkarserata ataupun strangulata.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010. p.619 – 36.
2. Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah, edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 – 18.
3. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TL, et al. Schwartz’s Principles of
Surgery, 9th edition. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2010.
p.2439 – 43, 2514 – 38.
4. Stead LG, et al. First aid for the surgery clerkship, International edition.
Singapore: The Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2003. p.307 – 17.
5. Standar Kompetesi Dokter Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
2012.

Anda mungkin juga menyukai