HERNIA SKROTALIS
Disusun oleh:
Riawanti (030.13.166)
Pembimbing:
LAPORAN KASUS
HERNIA SKROTALIS
Disusun oleh:
Riawanti (030.13.166)
Pembimbing
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Hernia Skrotalis” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan pada bidang
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soeselo Slawi periode 18 Februari 2019 – 27 April 2019. Di samping itu juga ditujukan
untuk menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Willy Yulianto, Sp. B selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat Kepaniteraan Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soeselo Slawi serta berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan
dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin
besar.
Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “Turun Bero”, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot)
dinding perut.
Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia. Tujuh puluh lima persen dari
seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia
inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
BAB II
LAPORAN KASUS
Nomor RM : 588318
Umur : 63 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal Senin, 8 April 2019 pada pukul
10.00 WIB.
Keluhan Utama
Benjolan di buah zakar kanan sejak kurang lebih 15 tahun dan membesar sejak 5
tahun sebelum masuk Rumah Sakit
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah pijat, konsumsi obat –obatan tradisional
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku tidak merokok 1 bungkus /hari. Pasien sering mengangkat beban
berat karena pekerjaannya di ditempat bangunan. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
minuman keras.
Kesan Gizi : BB: 80kg TB: 160 cm BMI: 31, 25 kg/m² (Obese I)
Tanda Vital :
Status lokalis
Thoraks
Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan dinding dada simetris, pelebaran sela iga
(-), tipe pernafasan thorakoabdominal, Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba sama, nyeri
tekan (-), krepitasi (-), iktus cordis teraba ICS V midclavikula line
sinistra.
Perkusi : Pulmo : Sonor pada kedua lapangan paru.
Cor : batas kanan jantung pada ICS II parasternal line dextra, batas kiri
pada ICS V midklavikula line sinistra
Auskultasi : Pulmo : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, hematom (-), benjolan (-), sikatriks (-), perdarahan (-)
Uro-genital Pubis
Inspeksi : Tampak massa pada daerah pubis dekstra sampai daerah scrotalis
dekstra, sewarna kulit disekitarnya.
Palpasi : Massa berukuran ± 10 cm, berbentuk lonjong, konsistensi kenyal,
mobile, nyeri (-).
OUE: penyempitan (-), warna kulit normal.
Skrotum
Inspeksi : Tampak massa pada daerah skrotum dekstra yang merupakan
sambungan dari massa pada daerah inguinal dekstra dan pubis,
hiperemis (-), warna kulit diatas benjolan sama dengan kulit
disekitarnya
Palpasi : Teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 7 x 4 cm,
permukaan licin, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan
(-). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam
posisi pasien berbaring. Pada bagian kauda massa teraba testis.
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan di skrotum dekstra
Anal dan Perianal
Anal
Inspeksi : massa (-), tanda inflamasi (-), abses (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), RT: sfingter ani tonus (+) baik, mukosa rektum licin,
massa (-), nyeri tekan (-). Pada sarung tangan: darah (-), lendir (-)
Perianal
Inspeksi : massa (-), tanda inflamasi (-), abses (-), fistula (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Khusus
Finger test : (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa
Thumb test : (-) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis
internus
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Transiluminasi : (-)
Deskripsi:
o CTR < 50%
o Bentuk dan letak jantung normal
o Corakan Vaskuler meningkat
o Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Kesan: Gambaran Thoraks normal
2.5 Kesimpulan
Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kanan sejak kurang
lebih 15 tahun sebelum masuk rumah sakit. Awalnya muncul benjolan kecil terdapat
pada selangkangan dan hilang timbul. Namun sejak 5 tahun yang lalu benjolan
semakin membesar sampai ke buah zakar, sejak saat itu benjolan tidak bisa mengecil
spontan dan hanya bisa dimasukkan dengan tangan. Benjolan berbentuk lonjong,
dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran
benjolan kira-kira berdiameter ± 7x 4 cm. Permukaan benjolan rata dengan
konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Benjolan dirasakan tidak nyeri namun
mengganggu aktivitas, ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran
sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil.
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun
perut
Pasien menyangkal adanya demam, mual, muntah, perut kembung. Nafsu
makan pasien normal. BAK (+) normal, frekuensi 3-4x sehari, berwarna kuning
jenih, nyeri saat BAK (-). BAB (+) normal, frekuensi 1-2x sehari, konsistensi
lembek, berwarna kecoklatan.
Pada pemeriksaan fisik Inspeksi, terdapat massa dengan bentuk agak bulat
dengan ukuran ± 7 x 4 cm di daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit
disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang. Palpasi, teraba massa di daerah
skrotum dextra dengan ukuran 7 x 4cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba
lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba. Hasil laboratorium didapatkan Hb 15,2 g/dl,
Ht 43 %, Eritrosit 5,2 juta / µL, Leukosit 6900 /µL, Trombosit 202.000 /mm3, APTT
Test 31,1 detik, PT test 9,2 detik.
2.6 Diagnosa
a. Diagnosis Kerja
Hernia Scrotalis Dexta Reponible
b. Diagnosis Banding
Tumor Testis
Hidrokel
2.7 Penatalaksanaan
Operasi hernioraphy
2.8 Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Bonam
BAB III
ANALISA KASUS
Berdasarkan autoanamnesis dari Tn. M, datang dengan keluhan ada benjolan di buah
zakar kanan sejak kurang lebih 15 tahun sebelum masuk rumah sakit. Awalnya muncul
benjolan kecil terdapat pada selangkangan dan hilang timbul. Namun sejak 5 tahun yang
lalu benjolan semakin membesar sampai ke buah zakar, sejak saat itu benjolan tidak bisa
mengecil spontan dan hanya bisa dimasukkan dengan tangan. Ini menandakan bahwa hernia
pasien bersifat irreponible di mana tidak dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum.
Benjolan berbentuk lonjong, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna
kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7x4 cm. Permukaan benjolan rata
dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Benjolan dirasakan tidak nyeri namun
mengganggu aktivitas, ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan
bila OS sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. pasien tidak pernah mengalami
trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun perut
Keluhan batuk lama disangkal pasien namun pasien bekerja sebagai pekerja
bangunan dimana sering mengangkat beban berat. Hal ini akan meningkatkan tekanan intra
abdomen dan menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya hernia. Mual, muntah dan
perut kembung disangkal pasien sehingga kita bisa menyingkirkan kemungkinan incarserata
(hernia yang disertai gangguan pasase) pada pasien ini.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis hernia
scrotalis reponible dextra di mana pada daerah inguinal kanan ditemukan benjolan dari
inguinal kanan ke scrotum, berbentuk lonjong di mana ini menandakan hernia inguinalis
lateralis. Benjolan juga kenyal, mobile dan finger test teraba benjolan di ujung jari
pemeriksa. Warna kulit sama dengan warna kulit di sekitarnya (menyingkirkan adanya
radang).
Dari pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, EKG dan roentgen thorax tidak
ditemukan adanya kelainan sehingga diagnosis hernia scrotalis dextra reponible bisa
ditegakkan dan dapat dilakukan penangan pada pasien ini yaitu tindakan operasi herniotomi
dan hernioplasty. Dikarenakan pasien menderita hernia scrotalis dextra reponible yang tidak
disertai komplikasi dan penangan yang tepat dan baik maka prognosis pasien ini baik
sehingga bisa segera pulang dari rumah sakit.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat
(acquired):
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus:
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis
peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi
perut tidak dapat masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada
usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi)
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired
Disebabkan oleh:
B. Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster,
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol
langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum
inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian
medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat
oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna,
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui
kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1
Gambar 3. Bagian dalam regio inguinal
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (misal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis
eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan
embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis
inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan
juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu.1,3,4,5
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3
Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus.1
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1
Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat, atau mengedan, dan
menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau
kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis.1,2,6
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari
masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari
menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang
menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera.
Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti
karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan
klinis yang teliti.2
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara
khas mengakibatkan benjolan ke depan, tidak turun ke skrotum.3
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi
kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi
parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis
atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.1
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta :
EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : Maret 9th 2019.
(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on Maret 9th
2019)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2018.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
Maret 9th 2019)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on
Maret 9th 2019)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515