Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

HERNIA SKROTALIS

Disusun oleh:

Riawanti (030.13.166)

Dimas Bambang Frasesa (030.14.053)

Pembimbing:

dr. Willy Yulianto, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOESELO SLAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 18 FEBRUARI – 27 APRIL 2019


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

HERNIA SKROTALIS

Disusun oleh:

Riawanti (030.13.166)

Dimas Bambang Frasesa (030.14.053)

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soeselo Slawi

Periode 18 Februari 2019 – 27 April 2019

Slawi, April 2019

Pembimbing

dr. Willy Yulianto, Sp. B


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Hernia Skrotalis” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan pada bidang
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soeselo Slawi periode 18 Februari 2019 – 27 April 2019. Di samping itu juga ditujukan
untuk menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Willy Yulianto, Sp. B selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat Kepaniteraan Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soeselo Slawi serta berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat bagi kita
semua.

Slawi, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I ....................................................................................Error! Bookmark not defined.


STATUS PASIEN .................................................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Identitas Pasien................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2. Anamnesis ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
1.3. Pemeriksaan Fisik ............................................................ Error! Bookmark not defined.
1.4. Pemeriksaan Tambahan ................................................... Error! Bookmark not defined.
1.5. Resume ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.6. Diagnosa Banding ............................................................. Error! Bookmark not defined.
1.7. Diagnosa Kerja ................................................................. Error! Bookmark not defined.
1.8. Penatalaksanaan ............................................................... Error! Bookmark not defined.
1.9. Prognosis .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II ............................................................................................................................. 5
ANALISA KASUS ........................................................................................................ 13
BAB III .................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka ......................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan
dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin
besar.

Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “Turun Bero”, merupakan penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Kita ambil contoh hernia abdomen (perut). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot)
dinding perut.

Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia. Tujuh puluh lima persen dari
seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia
inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. M

Nomor RM : 588318

Umur : 63 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Pluit Dalam Rt 05 Rw 08, Penyeringan

Pekerjaan : Pekerja Bangunan

Agama : Islam

Status : Menikah

Tanggal dikasuskan : 07 April 2019

Ruangan : Mawar 2, Bed E2

2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal Senin, 8 April 2019 pada pukul
10.00 WIB.
 Keluhan Utama
Benjolan di buah zakar kanan sejak kurang lebih 15 tahun dan membesar sejak 5
tahun sebelum masuk Rumah Sakit

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kanan sejak kurang lebih 15
tahun sebelum masuk rumah sakit. Awalnya muncul benjolan kecil terdapat pada
selangkangan dan hilang timbul. Namun sejak 5 tahun yang lalu benjolan semakin
membesar sampai ke buah zakar, sejak saat itu benjolan tidak bisa mengecil spontan dan
hanya bisa dimasukkan dengan tangan. Benjolan berbentuk lonjong, dengan permukaan
yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira
berdiameter ± 7x 4 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan
dapat digerakan. Benjolan dirasakan tidak nyeri namun mengganggu aktivitas, ukuran
benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan
keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila pasien sedang
berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Pasien tidak pernah mengalami trauma pada
daerah buah zakar, lipat paha maupun perut
Pasien menyangkal adanya demam, mual, muntah, perut kembung. Nafsu makan
pasien normal. BAK (+) normal, frekuensi 3-4x sehari, berwarna kuning jenih, nyeri saat
BAK (-). BAB (+) normal, frekuensi 1-2x sehari, konsistensi lembek, berwarna
kecoklatan.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Awalnya benjolan berukuran kecil dan pasien tidak menghiraukannya. Sejak 3 tahun
yang lalu, hipertensi (-), diabetes melitus (-), gastritis erosif (-), hematemesis (-), melena
(-), asma (-), alergi (-), penyakit paru (-), penyakit jantung (-).
Pasien mengaku belum pernah melakukan pemeriksaan kesehatan sebelumnya. Pasien
belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal serupa.

 Riwayat Pengobatan
Pasien pernah pijat, konsumsi obat –obatan tradisional

 Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku tidak merokok 1 bungkus /hari. Pasien sering mengangkat beban
berat karena pekerjaannya di ditempat bangunan. Pasien tidak pernah mengkonsumsi
minuman keras.

2.3 Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis

Kesan Gizi : BB: 80kg TB: 160 cm BMI: 31, 25 kg/m² (Obese I)

Tanda Vital :

 Tekanan Darah : 130/70 mmHg


 Nadi : 80 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,6˚ C
B. Status Generalis
Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Telinga : dalam batas normal

Hidung : dalam batas normal

Mulut : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Thoraks : dalam batas normal

Ekstrimitas : dalam batas normal

Status lokalis

 Thoraks
Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan dinding dada simetris, pelebaran sela iga
(-), tipe pernafasan thorakoabdominal, Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, fremitus raba sama, nyeri
tekan (-), krepitasi (-), iktus cordis teraba ICS V midclavikula line
sinistra.
Perkusi : Pulmo : Sonor pada kedua lapangan paru.
Cor : batas kanan jantung pada ICS II parasternal line dextra, batas kiri
pada ICS V midklavikula line sinistra
Auskultasi : Pulmo : Vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Datar, hematom (-), benjolan (-), sikatriks (-), perdarahan (-)

Auskultasi : Bising usus meningkat, metallic sound (-)


Palpasi : Supel, nyeri tekan pada perut bagian kanan kanan bawah (Mc Burney) (+),
nyeri lepas (+), defans muscular (-), pembesaran organ (-)

Perkusi : Suara timpani pada seluruh dinding abdomen.

 Uro-genital Pubis
Inspeksi : Tampak massa pada daerah pubis dekstra sampai daerah scrotalis
dekstra, sewarna kulit disekitarnya.
Palpasi : Massa berukuran ± 10 cm, berbentuk lonjong, konsistensi kenyal,
mobile, nyeri (-).
OUE: penyempitan (-), warna kulit normal.

 Skrotum
Inspeksi : Tampak massa pada daerah skrotum dekstra yang merupakan
sambungan dari massa pada daerah inguinal dekstra dan pubis,
hiperemis (-), warna kulit diatas benjolan sama dengan kulit
disekitarnya
Palpasi : Teraba benjolan di skrotum dekstra berukuran ± 7 x 4 cm,
permukaan licin, konsistensi kenyal, batas tegas, mobile, nyeri tekan
(-). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari pemeriksa dalam
posisi pasien berbaring. Pada bagian kauda massa teraba testis.
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan di skrotum dekstra
 Anal dan Perianal
Anal
Inspeksi : massa (-), tanda inflamasi (-), abses (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), RT: sfingter ani tonus (+) baik, mukosa rektum licin,
massa (-), nyeri tekan (-). Pada sarung tangan: darah (-), lendir (-)

Perianal
Inspeksi : massa (-), tanda inflamasi (-), abses (-), fistula (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)

 Pemeriksaan Khusus
Finger test : (+) teraba benjolan pada ujung jari pemeriksa
Thumb test : (-) tidak teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis
internus
Ziemen test : teraba benjolan pada proyeksi annulus inguinalis internus
Transiluminasi : (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang yang Telah Dilakukan


 Laboratorium darah lengkap: Minggu, 02-04-2019 (POLI)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Leukosit 6,9 10ˆ³/ul 3,8 – 10,6
Eritrosit 5,2 10^⁶/ul 4,4 – 5,9
Hemoglobin 15,2 g/dl 13,2 – 17,3
Trombosit 202 10ˆ³/ul 150-400
APTT TEST 31,1 detik 25,5-42,1
PT TEST 9,2 detik 9,3-11,4
Golongan Darah B
Resus Faktor Positive
Gula Darah Sewaktu 165 mg/dL 75-140
Ureum 33,2 mg/dL 17,1- 42,8
Kreatinin 0,68 mg/dL 0,40-1,00
Albumin 3,80 g/dL 3,8-5,3
SGOT 11 U/L 13-33
SGPT 12 U/L 6,0-30,0
HBsAg Kuantitatif 0,0 IU/ml 0,000- 0,03
 Foto thoraks PA:

Deskripsi:
o CTR < 50%
o Bentuk dan letak jantung normal
o Corakan Vaskuler meningkat
o Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Kesan: Gambaran Thoraks normal

2.5 Kesimpulan
Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kanan sejak kurang
lebih 15 tahun sebelum masuk rumah sakit. Awalnya muncul benjolan kecil terdapat
pada selangkangan dan hilang timbul. Namun sejak 5 tahun yang lalu benjolan
semakin membesar sampai ke buah zakar, sejak saat itu benjolan tidak bisa mengecil
spontan dan hanya bisa dimasukkan dengan tangan. Benjolan berbentuk lonjong,
dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran
benjolan kira-kira berdiameter ± 7x 4 cm. Permukaan benjolan rata dengan
konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Benjolan dirasakan tidak nyeri namun
mengganggu aktivitas, ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran
sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil.
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun
perut
Pasien menyangkal adanya demam, mual, muntah, perut kembung. Nafsu
makan pasien normal. BAK (+) normal, frekuensi 3-4x sehari, berwarna kuning
jenih, nyeri saat BAK (-). BAB (+) normal, frekuensi 1-2x sehari, konsistensi
lembek, berwarna kecoklatan.
Pada pemeriksaan fisik Inspeksi, terdapat massa dengan bentuk agak bulat
dengan ukuran ± 7 x 4 cm di daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit
disekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang. Palpasi, teraba massa di daerah
skrotum dextra dengan ukuran 7 x 4cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba
lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba. Hasil laboratorium didapatkan Hb 15,2 g/dl,
Ht 43 %, Eritrosit 5,2 juta / µL, Leukosit 6900 /µL, Trombosit 202.000 /mm3, APTT
Test 31,1 detik, PT test 9,2 detik.

2.6 Diagnosa
a. Diagnosis Kerja
Hernia Scrotalis Dexta Reponible

b. Diagnosis Banding

 Tumor Testis
 Hidrokel

2.7 Penatalaksanaan
 Operasi hernioraphy

2.8 Prognosis
 Ad vitam : Bonam
 Ad functionam : Dubia ad Bonam
 Ad sanationam : Bonam
BAB III

ANALISA KASUS

Penegakan diagnosis hernia scrotalis reponible dextra didapatkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, auskultasi serta finger test serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan maupun tindakan operasi.

Berdasarkan autoanamnesis dari Tn. M, datang dengan keluhan ada benjolan di buah
zakar kanan sejak kurang lebih 15 tahun sebelum masuk rumah sakit. Awalnya muncul
benjolan kecil terdapat pada selangkangan dan hilang timbul. Namun sejak 5 tahun yang
lalu benjolan semakin membesar sampai ke buah zakar, sejak saat itu benjolan tidak bisa
mengecil spontan dan hanya bisa dimasukkan dengan tangan. Ini menandakan bahwa hernia
pasien bersifat irreponible di mana tidak dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum.
Benjolan berbentuk lonjong, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna
kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7x4 cm. Permukaan benjolan rata
dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan. Benjolan dirasakan tidak nyeri namun
mengganggu aktivitas, ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan
bila OS sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. pasien tidak pernah mengalami
trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun perut

Keluhan batuk lama disangkal pasien namun pasien bekerja sebagai pekerja
bangunan dimana sering mengangkat beban berat. Hal ini akan meningkatkan tekanan intra
abdomen dan menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya hernia. Mual, muntah dan
perut kembung disangkal pasien sehingga kita bisa menyingkirkan kemungkinan incarserata
(hernia yang disertai gangguan pasase) pada pasien ini.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis hernia
scrotalis reponible dextra di mana pada daerah inguinal kanan ditemukan benjolan dari
inguinal kanan ke scrotum, berbentuk lonjong di mana ini menandakan hernia inguinalis
lateralis. Benjolan juga kenyal, mobile dan finger test teraba benjolan di ujung jari
pemeriksa. Warna kulit sama dengan warna kulit di sekitarnya (menyingkirkan adanya
radang).
Dari pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, EKG dan roentgen thorax tidak
ditemukan adanya kelainan sehingga diagnosis hernia scrotalis dextra reponible bisa
ditegakkan dan dapat dilakukan penangan pada pasien ini yaitu tindakan operasi herniotomi
dan hernioplasty. Dikarenakan pasien menderita hernia scrotalis dextra reponible yang tidak
disertai komplikasi dan penangan yang tepat dan baik maka prognosis pasien ini baik
sehingga bisa segera pulang dari rumah sakit.
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hernia Secara Umum


Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik)
yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal: cincin, kantong dan isi
hernia.1,2

Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.


Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering)
dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).1,3
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi
kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan.
Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang disebut
hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.1
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel,
maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan
gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat
(acquired):

1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus:
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari
abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan
peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis
peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi
perut tidak dapat masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada
usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi)
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired
Disebabkan oleh:

 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka.


 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui kantong dan isi hernia.
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik
(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong
isi hernia ke annulus inguinalis internus.
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan
n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi.

B. Hernia Inguinalis

Anatomi Regio Inguinalis

Gambar 1. Dinding Abdomen


Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m.
transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini
dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m.
oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya
adalah ligamentum inguinale. Kanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan.1

Gambar 2. Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar
melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang
keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster,
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol
langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum
inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian
medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat
oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna,
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui
kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1
Gambar 3. Bagian dalam regio inguinal

Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (misal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis
eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan
embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis
inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan
juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup
lebar itu.1,3,4,5

Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia


inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus
internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa
yang menutup trigonum Hasselbach’s yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.1

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3

Tekanan intra-abdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,


mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi),
ascites, obesitas, atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di


dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.1,7

Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus.1

Gejala Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat, atau mengedan, dan
menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau
kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis.1,2,6

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari
masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari
menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang
menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera.
Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti
karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan
klinis yang teliti.2

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi:

1. Hernia inguinalis medialis (direk)


Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum
hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis dan
tidak ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan


intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh
karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher
yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir
tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami
komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.1,3

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara
khas mengakibatkan benjolan ke depan, tidak turun ke skrotum.3

2. Hernia inguinalis lateralis (indirek)


Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di
trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe
medialis biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di
sekitar annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang
sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi
strangulata.1,3

Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali


turun ke dalam skrotum.3

Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis peritoneum


sebagai akibat proses penurunan testis.1,4
Tatalaksana

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia dan
membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit
tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1

Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1

Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi


dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak
dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam.1

Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka


faktor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan
diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek
yang ada direkonstruksi.2

Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi


operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti.1

Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong


dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis


internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti
seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus
abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum
inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses
abdominis, m. oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper menurut McVay.1

Herniorraphy adalah dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan


mengaproksimasi otot dinding abdomen.

Gambar 4. Herniotomi dan Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1

Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama


dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah
vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2
Komplikasi

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi
kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi
parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis
atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.1

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi


hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah
sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia
akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi
perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan


gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi
sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan
menetap karena rangsang peroitoneal.1

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan


kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local.
Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan
segera.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta :
EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : Maret 9th 2019.
(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on Maret 9th
2019)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2018.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
Maret 9th 2019)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on
Maret 9th 2019)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515

Anda mungkin juga menyukai