Oleh :
Yessica Destiana
(G1A218102)
Dosen Pembimbing :
dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B, KBD
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Report Session (CRS)
Oleh:
Yessica Destiana
(G1A218102)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Clinical Report Session yang berjudul
“Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra inkarserata”. Dalam kesempatan ini saya juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B,
KBD selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu selama di
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Bedah.
Penulis menyadari bahwa laporan Clinical Report Session ini jauh dari
sempurna, penulis juga dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata, saya berharap semoga laporan Clinical Report Session (CRS) ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah informasi dan
pengetahuan kita.
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, baik secara kongenital
atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang
tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi.1
Dari kasus semua jenis hernia abdomen, 75% merupakan hernia
inguinalis. Hernia ingunalis lateralis ditemukan sekitar 50% sedangkan hernia
ingunalis medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15% dan 10% hernia
abdomen yang lainnya. Bank Data Kementerian Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat
inap menurut golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2004, hernia menempati
urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari
total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada
wanita.2
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga
perut, tetapi jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus
dapat terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya
terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami
strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan
untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada
dinding perut agar hernia inguinalis tidak berulang.1
Menurut penelitian Constance E. Ruhl (2007), insidensi hernia inguinalis
menurut usia diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang
25–40 tahun 5–8 %, di atas 75 tahun 45 %. Sedang menurut jenis kelamin insiden
hernia inguinalis pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita.
Menurut laporan di Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di
rumah sakit adalah 3,9% untuk laki-laki dan 2,1% untuk perempuan. Insiden
hernia lebih rendah pada pasien obesitas (BMI> 30), dibandingkan dengan pasien
yang tidak obesitas dengan perbandingan 8,3% dan 15,6%.1
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan dilipat paha bagian kiri
setiap hari ketika pasien batuk, mengejan, mengangkat beban berat, Namun
benjolan dapat kembali dimasukkan dengan menggunakan tangan pasien.
Keluhan biasanya tidak disertai nyeri
- Riwayat tekanan darah rendah (+)
Elektrolit
- Na : 143,32 mg/dl (135-148 mg/dl)
- K : 3,82 mg/dl (3,5-5,3 mg/dl)
- Cl : 106,73 mg/dl (98-110 mg/dl)
- Ca : 1,09 mg/dl (1,19-1,23 mg/dl)
2.8 Diagnosa
Pre operatif : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra inkarserata Tereduksi Spontan
Post operatif : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra inkarserata Tereduksi Spontan
2.9 Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ondansentron 1 Ampul
Inj. Ketorolac 1 Ampul
TATALAKSANA BEDAH
Rencana Operasi Hernio Repair
2.10Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
2.11Follow Up
TGl S O A P
26/12/2019 Nyeri dilipat KU : Tampak Hernia IVFD RL 20 gtt/i
paha kiri, sakit berat inguinalis Inj. Ketorolac 1 x 1
Muntah (+) GCS : E4V5M6 lateralis amp
TD : 90/60 sinistra Inj.Ondansentron 1
10
VAS :
2.12Laporan Operasi
Nama : Suprianto
Umur : 58 Tahun
No RM : 936660
Tanggal : 28 Desember 2019
Nama Operator : dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B KBD
Diagnosa :
Pre Operatif : Hernia Inguinalis lateralis Sinistra Incarserata tereduksi
spontan
12
2.13Foto klinis
13
BAB III
TINJAUAN PUASTAKA
dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar
dengan meningkatkan tekanan intraabdomen.
Perdarahan dinding perut antara lain craniodorsal diperoleh dari cabang aa.
intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior, caudal diperoleh dari a. iliaca
sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda eksterna dan a.epigastrika inferior.
mengemukan dasar dari segitiga yang dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum
pektinea.
3.2 HERNIA2,3
1. DEFINISI
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Pada hernia abdomen, isi perut akuisita (dapatan). atau menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.
2. EPIDEMIOLOGI3
Hernia Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%,
hernia umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar inguinalis lebih sering pada laki-
laki daripada perempuan. 3%. Pada hernia
21
3. KLASIFIKASI HERNIA3
BERDASARKAN TEMPAT TERJADINYA, HERNIA TERBAGI ATAS.
1. Hernia Femoralis
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis berbentuk yang corong sejajar dengan
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar femoralis vena pada fosa ovalis.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
kulit akibat tertutup peritoneum dan penutupan yang inkomplet dan tidak
adanya fasia umbilikalis.
3. Hernia Paraumbilikus
Hernia paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di
tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang sehingga terjadi umumnya diperlukan tindakan operasi untuk
dikoreksi.
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau adalah hernia yang keluar melalui defek di linea alba
antara umbilikus dan prosessus hernia linea alba xifoideus.
A.(1) peosesus Xifoideus, (2) hernia hipogastrik kecil, (3) hernis hipogastik besar (4)
umbilikus. B. (1) peritoneum (2) lapisan linea alba (3) kulit dan jaringan subkutis (4)
rongga perut (5) umbilikus (6) hernia epigastrika (7) hernia epigastrika yang terdiri dari
hernia akreta yang mengandung omentum dan tertutup lipoma
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012)
2. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan sedangkan
digunakan untuk menyebut hernia ireponibel hernia strangulata pasase, yang
disertai gangguan vaskularisasi.
24
4. Hernia Richter
Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Komplikasi dari hernia strangulasi sampai terjadi perforasi usus.
5. Hernia Interparietalis
Hernia yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding
perut.
6. Hernia Eksterna
Hernia eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
7. Hernia Interna
Hernia interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus retrosekalis atau
defek dapatan pada mesenterium setelah operasi anastomosis usus.
GAMBARAN KLINIS2
Tampak
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Toksik
Sakit
Reponibel/bebas + - - - -
25
Ireponibel/akreta - - - - -
Inkerserasi - + + + -
strangulasi - ++ + ++ ++
2. Epidemiologi
Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian yang paling
tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50% merupakan hernia
inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.
3. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang
berjalan miring, adanya struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup
anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang
kuat sehingga menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi
peningkatan intraabdomen lalu m. oblikus internus dan m. tranversus
berkontraksi, serabut otot yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik
pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon yang melengkung meliputi spermatic
cord yang berkontraksi mendekati ligamentum inguinale sehingga melindungi
26
fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin interna dan
berfungsi menahan tekanan intraabdomen. Kontraksi m.transversus abdominis
menarik dan meregang crura anulus internus, iliopubic tract, dan fasia
transversalis menebal sehingga cincin menutup seperti spincter (Shutter
Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus berkontraksi sehingga
aponeurosisnya yang membentuk dinding anterior kanalis inguinalis menjadi
teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang lemah.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
4. Klasifikasi
A. Hernia inguinalis indirek Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia
inguinalis lateralis, diduga mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia
merupakan sisa prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang
menonjol keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan kanalis
inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis inguinalis
melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke rongga perut
melalui anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria dan vena epigastrika
inferior.
kota, atlet dan supir. Kerja mental adalah kerja yang memerlukan energi lebih
sedikit dan cukup sulit mengukur kelelahannya, contohnya pegawai kantor
dan guru.
c. Batuk Kronis
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis,
peningkatan tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara
eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik.
Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyakbanyaknya
sehingga terjadi peningkatan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis
yang bertujuan mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal
besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot
ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal yang meninggi, intraabdomen
pun ikut tinggi. Apabila batuk berlangsung kronis maka terjadilah
peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat menyebabkan terbuka
kembali kanalis inguinalis dan menimbulkan defek pada kanalis inguinalis
sehingga timbulnya hernia inguinalis.
d. Obesitas Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan
akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi
dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di
seluruh tubuh. Pada orang yang obesitas terjadi kelemahan pada dinding
abdomen yang disebabkan dorongan dari lemak pada jaringan adiposa di
dinding rongga perut sehingga menimbulkan kelemahan jaringan rongga
dinding perut dan terjadi defek pada kanalis inguinalis. Pada obesitas faktor
risiko lebih besar apabila sering terjadi peningkatan intraabdomen, misalnya:
mengejan, batuk kronis, dan kerja fisik.
6. Patofisiologi3
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
29
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian,
maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak
berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang
tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus minoris
resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barangbarang
berat dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan
kelainan kongenital.
8. Diagnosis2
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosiatau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari late- ral atas ke
medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus dengan cara menggesek dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
bergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium.
Dengan jari telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika hernia
tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia
31
inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah
massa padat, biasanya terdiri atas ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis.
Pada hernia reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan
menghilang setelah berbaring. Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun
ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar.
Omentum yang terperangkap di dalam kantong hernia dapat
menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan nyeri jarang dijumpai,
kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah
baru timbul kalau terjadi incarserata karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada
daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam
cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan,
maka biasanya hernia muncul lagi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan,
harus diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta
berbaring, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra
abdominal, lalu scrotum diangkat perlahan.
Gambaran klinis hernia
32
Tampak
Jenis Reponible Nyeri Obstruksi Toksik
sakit
Reponible + - - - -
Irreponible - - - - -
Incarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
b. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia,
apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam
keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat
benjolan yang dikeluhkan.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti
arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah
ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah medial berarti
hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberculum
pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
berari hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik, biasanya
pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
Penderita dalam keadaan berdiri atau. Bilamana kantong hernia terisi, kita
masukkan dulu kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian kanan
digunakan tang an kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita
laki-laki ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan
diatas annulus inguinalis internus ( + 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan
tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan
jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan
pada salah satu jari tersebut diatas.Bilamana dorongan pada jari kedua berarti
hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis
dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.
Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan jari
telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus eksternus
sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk,
bilamana ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari maka didapatkan
hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari maka didapatkan suatu hernia
inguinalis medialis.
34
Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah benjolan
dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus internus.
Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau
batuk.Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan
bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.
Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse yaitu retropubic, intra abdominal, pre peritoneal dan pre peritoneal locule.
Jika reposisi hernia tidak berhasil, operasi harus segera dilakukan dalam
waktu enam jam. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan untuk menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini
masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak, cara
ini dapat menimbulkan atrofi testis karena funikulus spermatikus yang
mengandung pembuluh darah testis tertekan. Pemakaian bantalan penyangga
hanya bertujuan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pere obatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti operasi (lihat Gambar 32-18).
37
HERNIOTOMI
Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada pelekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
38
HERNIOPLASTI
Dada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernio- plasti, seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan otot transversus internus abdominis dan otot oblikus inter-
nus abdominis, yang dikenal dengan nama conjoint endon, ke ligamentum
inguinale Pouparti menurut ictode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, otot
tranversus abdominis, dan otot oblikus internus Metode Bassini merupakan teknik
herniorafi yang pertama diperkenalkan tahun 1887. Setelah diseksi abdominis ke
ligamentum Cooper pada metode Lotheissen-McVay.
Metode bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama diperkenalkan
tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat
paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus inter- nus abdominis, muskulus
transversus abdominis, dan fasia transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum
inguinale. Teknik ini dapat diterapkan baik pada hernia direk (lihat Gambar 32-
19) maupun indirek.
39
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang be- rupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot-otot yang
dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan
pendekatan operasi bebas regangan, yaitu teknik hernioplasti bebas regangan
menggunakan mesh (hernioplasti bebas regangan), dan sekarang teknik ini banyak
dipakai. Pada teknik ini, digunakan mesh prostesis untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-
otot ke ligamentum inguinale.
Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup, hanya dilakukan hérniotomi karena anulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan
eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Pada
hernia bilateral orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap,
kecuali jika ada kontraindikasi.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan
hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan
hernioplasti yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang
dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah
40
Saat ini tehnik tension free darn diaplikasikan dengan menggunakan benang nilon
kontinyu 3 lapis, antara sarung rectus dan conjoint tendon di atas dan ligamentum
inguinalis di bawah. Setiap lapis nilon berjalan miring pada arah yang berbeda
sehingga benang-benang tersebut saling menganyam membentuk sebuah anyaman
yang memperkuat repair celah antara conjoint tendon dan ligamentum inguinalis.
Tehnik ini telah menjadi populer karena kesederhanaannya, aplikasinya secara
umum, dan angka kekambuhan yang sangat rendah.
Macam Mesh
43
13. Komplikasi2
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel. Hal ini
dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis
kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia inkarserata* yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi
inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus ter- perangkap di dalam kantong
hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W
(lihat Gambar 32-20).
Gambar Hernia W, biasanya ketiga belokan, 2 dikantong hernia dan satu lagi di rongga perut,
mengalami strangulasi
45
Gambaran klinis hernia inkarserata yang berisi usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus disertai gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, akan terjadi gangren
sehingga gambaran klinis menjadi toksik, suhu tubuh meninggi, dan ter- dapat
leukositosis. Penderita mengeluh nyeri lebih nebat di tempat hernia. Nyeri akan
menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai
46
tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata* merupakan keadaan gawat
darurat yang perlu mendapat pertolongan segera.
BAB IV
ANALISA KASUS
BAB V
KESIMPULAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.
Secara umum diklasifikasikan menjadi, hernia eksterna, hernia intraparietal,
hernia interna, hernia reponibel (reducible hernia), hernia ireponibel (inkarserata)
dan hernia strangulasi. Berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi
hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia paraumbilikalis,
hernia ventralis, hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia Littre, hernia Speighel,
hernia obturatoria, hernia perinealis, hernia pantalon.
Gambaran klinik dan penegakkan diagnosis pada hernia tergantung dari
perkembangan dan lokasi hernia. Penatalaksanaan hernia adalah dengan tindakan
operasi hernioraphy (herniotomi dan hernioplasti) atau herniotomi saja tergantung
dari usia pasien gambaran klinis dan jenis hernia.
50
DAFTAR PUSTAKA