Anda di halaman 1dari 51

Clinical Report Session

*Program Studi Profesi Dokter /G1A218102/ Januari 2020


**Pembimbing

Henia Inguinalis lateralis Sinistra Inkarserata Tereduksi Spontan

Oleh :
Yessica Destiana
(G1A218102)

Dosen Pembimbing :
dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B, KBD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
2

LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Report Session (CRS)

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata Tereduksi Spontan

Oleh:
Yessica Destiana
(G1A218102)

Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Jambi
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
2020

Jambi, Januari 2020


Pembimbing,

dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B, KBD


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Clinical Report Session yang berjudul
“Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra inkarserata”. Dalam kesempatan ini saya juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B,
KBD selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu selama di
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Bedah.
Penulis menyadari bahwa laporan Clinical Report Session ini jauh dari
sempurna, penulis juga dalam tahap pembelajaran, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata, saya berharap semoga laporan Clinical Report Session (CRS) ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah informasi dan
pengetahuan kita.

Jambi, Januari 2020

Penulis
4

BAB I
PENDAHULUAN

Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, baik secara kongenital
atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang
tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi.1
Dari kasus semua jenis hernia abdomen, 75% merupakan hernia
inguinalis. Hernia ingunalis lateralis ditemukan sekitar 50% sedangkan hernia
ingunalis medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15% dan 10% hernia
abdomen yang lainnya. Bank Data Kementerian Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat
inap menurut golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2004, hernia menempati
urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari
total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada
wanita.2
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga
perut, tetapi jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus
dapat terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya
terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami
strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan
untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada
dinding perut agar hernia inguinalis tidak berulang.1
Menurut penelitian Constance E. Ruhl (2007), insidensi hernia inguinalis
menurut usia diperkirakan meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang
25–40 tahun 5–8 %, di atas 75 tahun 45 %. Sedang menurut jenis kelamin insiden
hernia inguinalis pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita.
Menurut laporan di Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di
rumah sakit adalah 3,9% untuk laki-laki dan 2,1% untuk perempuan. Insiden
hernia lebih rendah pada pasien obesitas (BMI> 30), dibandingkan dengan pasien
yang tidak obesitas dengan perbandingan 8,3% dan 15,6%.1
5

Menurut beberapa penelitian pekerjaan berat mempunyai hubungan yang


signifikan terhadap terjadinya hernia inguinalis. Menurut Risk and prognosis of
inguinal hernia in relation to occupational mechanical exposures durasi pekerjaan
juga dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya hernia inguinalis yaitu pada
pekerjaan sedang dan berat yang dilakukan selama lebih dari 1 tahun dengan
peningkatan risiko sebesar 4 kali. Prevalensi hernia pada olahragawan diantaranya
adalah atletik dengan nyeri punggung kronik adalah 50%. Olahraga yang
meningkatkan risiko hernia inguinalis adalah olahraga atletik dan sepak bola.1
Riwayat keluarga merupakan faktor predisposisi terjadinya hernia.
walaupun bukan faktor utama yang mempengaruhi kejadian hernia inguinalis.1
Faktor risiko hernia inguinalis diantaranya adalah batuk kronik. Menurut
penelitian case control Fahmi O Aram, 2009 menemukan bahwa batuk kronik
menjadi faktor risiko terjadinya hernia inguinalis. Sedangkan merokok bukan
faktor langsung terjadinya hernia inguinalis, melainkan faktor penyebab batuk
kronik yang menjadi faktor terjadinya hernia inguinalis. Sembelit juga merupakan
faktor risiko terjadinya hernia inguinalis. Pada saat sembelit tekanan
intraabdomen meningkat karena mengedan sehingga terjadi penonjolan pada
kanalis inguinalis yang merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah
dinding anterior abdomen. 1
6

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : RT 15 Sungai Gelam Jambi
Pekerjaan : Petani Karet
Masuk RS : 26-12-2019

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan dilipat paha bagian kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :


- ± 7 jam SMRS, pasien datang dengan keluhan timbul benjolan
diselangkangan kiri yang disertai nyeri hebat. Nyeri dirasakan terus menerus
dan tidak membaik dalam posisi apapun. Benjolan tidak dapat dimasukkan
kembali menggunakan tangan dan timbul saat pasien ingin memotong karet.
Benjolan berukuran sebesar telor ayam, dan teraba keras.
- Mual (+), muntah (+) sebanyak > 10 kali. Isi muntahan berupa air. Darah (-),
lendir (-), BAB lancar, BAK terasa tidak puas. Nyeri saat BAK (-), darah (-),
BAK berpasir (-)
- Oleh keluarga pasien, pasien segera dibawa ke bidan terdekat pukul 08.00 dan
diberi antibiotik. Setelah disuntikkan, nyeri berkurang, namun timbul kembali
beberapa jam kemudian. Kemudian pasien dibawa ke RS DKT, karena RS
DKT penuh, pasien kemudian dibawa ke RSUD raden Mattaher jambi.
.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa (+) sejak 2 tahun SMRS. Awalnya, keluhan pertama
kali timbul sejak 2 tahun SMRS, benjolan berukuran sebesar telor ayam,
ukuran benjolan tetap sama dan tidak membesar. Benjolan timbul hampir
7

setiap hari ketika pasien batuk, mengejan, mengangkat beban berat, Namun
benjolan dapat kembali dimasukkan dengan menggunakan tangan pasien.
Keluhan biasanya tidak disertai nyeri
- Riwayat tekanan darah rendah (+)

Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga dengan riwayat keluhan serupa

Riwayat Pekerjaan dan Sosial :


- Pasien sudah menikah dan bekerja sebagai petani karet.yang memiliki status
ekonomi menengah kebawah.
- Pendidikan terakhir pasien Sekolah Menengah atas (SMA).
- Pasien memiliki jaminan kesehatan yaitu BPJS kelas III.

2.3 Status Generalisata


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 90/60 mmHg
N : 62 x/m
Spo2 : 99%
RR : 21 x/m
T : 36,9 ℃

2.4 Pemeriksaan Fisik


Mata : Mata cekung
Mulut : Bibir kering (-),
Abdomen
I : terdapat benjolan dilipat paha kiri yang tidak dapat masuk kembali
P : Nyeri tekan di kuadran kiri bawah (+), teraba benjolan di region
inguinalis sinistra yang tidak dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen
P : Timpani
8

A : bising usus (+)

Genitalia Eksterna : Laki-laki, tampak benjolan dari inguinal sinistra sampai

2.5 Status lokalis


Regio inguinalis sinistra
 Inspeksi :
Terlihat benjolan berbentuk seperti telur ayam di regio ingunalis sinistra,
warna kulit seperti kulit sekitar, Inguinal dan skrotum sinistra tidak ada
kelainan
 Palpasi :
terdapat benjolan sebelah kiri berukuran 4 cm x 5 cm x 6 cm, perabaan suhu
seperti kulit sekitar, tidak ada nyeri tekan, konsistensi kenyal, fluktuasi (-), ,
tidak bisa dimasukkan. Inguinal dan skrotum sinistra tidak ditemukan
kelainan

2.6 Rectal Toucher


Inspeksi : Anus hiperemis (-), fistel (-), perdarahan (-)
Palpasi : Tonus sfingter ani kurang menjepit, mukosa licin, ampula recti kolaps
(+), nodul (-), massa (-), nyeri tekan (-).
Sarung tangan : Feses (+), lendir (-), darah (-)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium (26-12-2019)
 Darah rutin
- WBC : 8,59 103/mm3 (3,5-10,0 103/mm3)
- RBC : 4,21 106/mm3 (3,80-5,80 106/mm3)
- HGB : 12,5 g/dl (11,0-16,5 g/dl)
- HCT : 37,9 % (35,0-50%)
- PLT : 271 103/mm3 (150-390 103/mm3)
- GDS : 126 mg/dl
9

 Elektrolit
- Na : 143,32 mg/dl (135-148 mg/dl)
- K : 3,82 mg/dl (3,5-5,3 mg/dl)
- Cl : 106,73 mg/dl (98-110 mg/dl)
- Ca : 1,09 mg/dl (1,19-1,23 mg/dl)

2.8 Diagnosa
Pre operatif : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra inkarserata Tereduksi Spontan
Post operatif : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra inkarserata Tereduksi Spontan

2.9 Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ondansentron 1 Ampul
 Inj. Ketorolac 1 Ampul

TATALAKSANA BEDAH
Rencana Operasi Hernio Repair

2.10Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

2.11Follow Up
TGl S O A P
26/12/2019 Nyeri dilipat KU : Tampak Hernia  IVFD RL 20 gtt/i
paha kiri, sakit berat inguinalis  Inj. Ketorolac 1 x 1
Muntah (+) GCS : E4V5M6 lateralis amp
TD : 90/60 sinistra  Inj.Ondansentron 1
10

N: 80 x/mnt incarserata Amp


RR : 20 x/mnt tereduksi
T : 36,5 ⁰C spontan +
VAS : 7-8 Vomitus
perfuse

27/12/2019 Nyeri dilipat KU : Tampak Hernia  Rencana Hernio repair


paha (-) sakit ringan inguinalis  Puasa operasi
Muntah (-) GCS : E4V5M6 lateralis  Pasang NGT
TD : 100/70 sinistra  Pasang kateter
N: 65 x/mnt incarserata
 IVFD RL 20 gtt/i
RR : 20 x/mnt
 Inj. Ketorolac 2 x 1
T : 36,6 ⁰C
amp
VAS :
28/12/2019 Nyeri di KU : Tampak Hernia  Post herniolaparotomi
bekas operasi kesakitan inguinalis tanggal 28-12-2019)
(+) muntah sedang lateralis  IVFD RL 20 gtt/i
(-) GCS : E4V5M6 sinistra  Inj. Ketorolac 2 x 1
TD : 110/70 incarserata amp
N: 60 x/mnt tereduksi  Inj. Tramadol 10 mg/8
RR : 20x/mnt spontan Jam
T : 36,8 ⁰C
VAS :

29/12/2019 KU : Tampak Hernia  IVFD RL 20 gtt/i


kesakitan inguinalis  Inj. Ketorolac 2 x 1
sedang lateralis amp
GCS : E4V5M6 sinistra  Inj. Tramadol 10 mg/8
TD : 110/70 incarserata Jam
N: 68 x/mnt tereduksi
RR : 20x/mnt spontan
T : 36,7 ⁰C
11

VAS :

30/12/2019 KU : Tampak Hernia  IVFD RL 20 Tpm


kesakitan inguinalis  Foimican 2 x 2 mg
sedang lateralis  Ketorolac 2 x 1 Ampul
GCS : E4V5M6 sinistra  Ranitidine 2 x 1 IV
TD : 100/70 incarserata Rencana :
N: 60 x/mnt tereduksi Up Ngt
RR : 20x/mnt spontan Up Kateter
T : 36,6 ⁰C GV
VAS :

31/12/2019 KU : Tampak Hernia  IVFD RL 20 Tpm


kesakitan inguinalis  Cefixime 2 x 200 mg
sedang lateralis  PCT 2 x 500 mg
GCS : E4V5M6 sinistra  Pasien Pulang
TD : 100/70 incarserata
N: 60 x/mnt tereduksi
RR : 20x/mnt spontan
T : 36,6 ⁰C
VAS :

2.12Laporan Operasi
Nama : Suprianto
Umur : 58 Tahun
No RM : 936660
Tanggal : 28 Desember 2019
Nama Operator : dr. Mohammad Rizal Syafiie, Sp.B KBD
Diagnosa :
Pre Operatif : Hernia Inguinalis lateralis Sinistra Incarserata tereduksi
spontan
12

Post Operatif : Hernia Inguinalis lateralis Sinistra Incarserata tereduksi


spontan
Nama macam Operasi : Hernio Repair Pasang Mesh
Rincian :
- Insisi O inguinalis sinistra yang diperdalam sampai menemukan MOE
- Identifikasi funikulus spermatikus
- Identifikasi kantong hernia lalu ditandai dimana kantong proksimal dalam
dan dipotong dan kantong distal dirawat perdarahannya
- Selanjutnya dilakukan pemasangan hernia mesh dan ditekan di tuberkulum
pubicum ligamentum inguinalis dan conjoin tendon
- Kontrol Perdarahan
- Cuci luka operasi dengan Nacl 0.9 %
- Luka operasi dijahit
- Operasi Selesai

2.13Foto klinis
13

BAB III
TINJAUAN PUASTAKA

3.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI2


Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks.
Di bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas
pada iga dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut terdiri dari
beberapa lapis dari luar ke dalam antara lain lapisan kulit (kutis dan subkutis),
lemak subkutan dan fascia superfisial (fascia scarpa), ketiga otot perut
(m.obliquus abdominis eksternus, m.obliquus abdominis internus dan
m.transversus abdominis) dan akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum
yaitu fascia transversalis, lemak preperitoneal dan peritoneum parietal. Otot di
bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fascianya
di mana di garis tengah nya dipisahkan oleh linea alba.

Gambar Lapisan dinding perut


Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012)
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot
14

dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar
dengan meningkatkan tekanan intraabdomen.

Perdarahan dinding perut antara lain craniodorsal diperoleh dari cabang aa.
intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior, caudal diperoleh dari a. iliaca
sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda eksterna dan a.epigastrika inferior.

Gambar Perdarahan dan persarafan inguinal


Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016
Persarafan dinding perut secara segmental oleh n.thorakalis VI s/d XII dan
n. lumbalis I.

3.2 Anatomi Regio Inguinalis3


Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4cm dan terletak 2-4cm diatas ligamentum inguinale, Ligamentum
Inguinale merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus oblikus
eksternua. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis.
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
a. Anterior: dibatasi oleh aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus oblikus internus.
b. Posterior: dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang
bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior di bagian
lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon,
15

dinding posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus


abdominis dan fasia transversal.
c. Superior: dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus internus dan
muskulus transversus abdomnis dan aponeurosis.
d. Inferior: dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare bagian ujung atas
dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan defek
normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V” dan terletak
di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas
muskulus transversus abdominis, iliopubik tract dan interfoveolar
(Hasselbach) ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian
medial.
Kanalis inguinalis pria terdapat duktus deferens, tiga arteri yaitu: arteri
spermatika interna, arteri diferential dan arteri spermatika eksterna, lalu plexus
vena pampiniformis, juga terdapat tiga nervus yaitu: cabang genital dari nervus
genitofemoral, nervus ilioinguinalis dan serabut simpatis dari plexus hipogastrik
dan tiga lapisan fasia yaitu: fasia spermatika eksterna yang merupakan lanjutan
dari fasia innominate, lapisan kremaster berlanjut dengan serabutserabut muskulus
oblikus internus, dan fasia otot lalu fasia spermatika interna yang merupakan
perluasan dari fasia transversal.
16

Gambar letak anatomi inguinalis


Sumber : Amrizal. 2015
Lalu aponeurosis muskulus oblikus eksternus di bawah linea arkuata
(douglas), bergabung dengan aponeurosis muskulus oblikus internus dan
transversus abdominis yang membentuk lapisan anterior rektus. Aponeurosis ini
membentuk tiga struktur anatomi di dalam kanalis inguinalis berupa ligamentum
inguinale, lakunare dan refleksi ligamentum inguinale (Colles).
Ligamentum lakunare terletak paling bawah dari ligamentum inguinale
dan dibentuk dari serabut tendon oblikus eksternus yang berasal dari daerah sias.
Ligamentum ini membentuk sudut <45 derajat sebelum melekat pada ligamentum
pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.
Ligamentum pektinea (Cooper), ligamentum ini tebal dan kuat yang
terbentuk dari ligamentum lakunare dan aponeurosis muskulus obliqus internus,
transversus abdominis dan muskulus pektineus. Ligamentum ini terfiksir ke
periosteum dari ramus superior pubis dan ke bagian lateral periosteum tulang
ilium.
Konjoin tendon merupakan gabungan serabut-serabut bagian bawah
aponeurosis oblikus internus dengan aponeurosis transversus abdominis yang
berinsersi pada tuberkulum pubikum dan ramus superior tulang pubis.
Ligamentum Henle, terletak di bagian lateral, vertikal dari sarung rektus,
berinsersi pada tulang pubis bergabung bergabung dengan aponeurosis transversus
abdominis dan fasia transversalis. Ligamentum Hasselbach sebenarnya bukan
merupakan ligamentum, tetapi penebalan dari fasia transversalis pada sisi medial
cincin interna yang letaknya inferior. Refleksi ligamentum inguinale (Colles),
ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior
cincin externa yang meluas ke linea alba. Traktus iliopubika merupakan perluasan
dari arkus iliopektinea ke ramus superior pubis, membentuk bagian dalam lapisan
muskulo aponeurotik bersama muskulus transversusu abdominis dan fasia
transversalis. Traktus ini berjalan di bagian medial, ke arah pinggIr inferior cincin
dalam dan menyilang pembuluh darah femoral dan membentuk pinggir anterior
selubung femoralis. Fasia transversalis tipis dan melekat serta menutupi muskulus
transversus abdominis. Segitiga Hasselbach, pada tahun 1814 Hasselbach
17

mengemukan dasar dari segitiga yang dibentuk oleh pekten pubis dan ligamentum
pektinea.

Segitiga ini dibatasi oleh:


a. Supero-lateral: pembuluh darah epigastrika inferior
b. Medial: bagian lateral rektus abdominis
c. Inferior: ligamentum inguinale

Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016.


18

Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016.

Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016.


19

Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016.

Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016.


20

Sumber : Lawrence M. Witmer, PhD. 2016.

3.2 HERNIA2,3
1. DEFINISI
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Pada hernia abdomen, isi perut akuisita (dapatan). atau menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.

Gambar Letak anatomi hernia abdominalis


(1) Ventral, (2) Epigastrik, (3) Umbilikus, (4) Inguinal direk/indirek, (5) A.v Epigastrika inferior,
(6) Inguijnal direk/indirek , (7) A.V Femoralis, (8) Femoral, (9) Obturatoria peringeal, (10)
Rektum, (11) Perineal, (12) Iskiadika, (13) M. Piriformis, (14) A.V iliaka komunis kiri, (15)
Lumbal, (16) Aorta, (17) Hiatus, diafgragma, (18) V. Kava inferior.

Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012)

2. EPIDEMIOLOGI3
Hernia Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%,
hernia umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar inguinalis lebih sering pada laki-
laki daripada perempuan. 3%. Pada hernia
21

3. KLASIFIKASI HERNIA3
BERDASARKAN TEMPAT TERJADINYA, HERNIA TERBAGI ATAS.
1. Hernia Femoralis
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis berbentuk yang corong sejajar dengan
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar femoralis vena pada fosa ovalis.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
kulit akibat tertutup peritoneum dan penutupan yang inkomplet dan tidak
adanya fasia umbilikalis.
3. Hernia Paraumbilikus
Hernia paraumbilikus merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di
tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang sehingga terjadi umumnya diperlukan tindakan operasi untuk
dikoreksi.
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau adalah hernia yang keluar melalui defek di linea alba
antara umbilikus dan prosessus hernia linea alba xifoideus.

Gambar hernia Epigastrika


22

A.(1) peosesus Xifoideus, (2) hernia hipogastrik kecil, (3) hernis hipogastik besar (4)
umbilikus. B. (1) peritoneum (2) lapisan linea alba (3) kulit dan jaringan subkutis (4)
rongga perut (5) umbilikus (6) hernia epigastrika (7) hernia epigastrika yang terdiri dari
hernia akreta yang mengandung omentum dan tertutup lipoma
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012)

5. Hernia Ventralis Hernia


ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional dan hernia sikatriks.
6. Hernia Lumbalis trigonum kostolumbalis superior (ruang Di daerah lumbal
antara iga XII dan krista iliaka, ada dua trigonum masing-masing
Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis
inferior iliolumbalis trigonum berbentuk atau segitiga.
7. Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan Meckle. Sampai
dikenalnya divertikulum Meckle, hernia littre dianggap sebagai berisi hernia
divertikulum hernia sebagian dinding usus. Hernia Spiegheli Hernia spieghell
ialah hernia vebtralis dapatan yang menonjol di linea semilunaris dengan atau
tanpa isinya melalui fasia spieghel.
8. Hernia Obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium.
9. Hernia Perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot dan
fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada
perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti
prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi
pelvis. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator anus
dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada semua daerah
dasar panggul.
10. Hernia Pantalon
pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
Hernia satu sisi.
23

MENURUT SIFATNYA HERNIA TERBAGI ATAS:


1. Hernia reponibel
apabila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar ketika berdiri atau
mengejan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk ke
dalam Selama hernia masih perut. reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau E
obstruksi usus.

Gambar lasifikasi Hernia menurut sifat


Keterangan gambar 2.: (1) Kulit dan jaringan subkutan (2) Lapisan otot (3) Jaringan praperitoneal
(4) Kantong hernia dengan usus. (A) Hernia reponibel tanpa inkaserasi dan strangulasi, (B) Hernia
ireponibel, (C) Hernia inkaserata dengan i ileus obstruksi usus, (D) Hernia strangulata.
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012)

2. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
3. Hernia Inkaserata atau Hernia strangulate
Hernia inkaserata apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkaserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di sertai gangguan sedangkan
digunakan untuk menyebut hernia ireponibel hernia strangulata pasase, yang
disertai gangguan vaskularisasi.
24

4. Hernia Richter
Hernia Richter apabila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.
Komplikasi dari hernia strangulasi sampai terjadi perforasi usus.

Gambar Gambaran Hernia Richter


(A) Hernia Richter tanpa ileus obstruksi, (B) Hernia Richter dengan ileus obstruksi.
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012)

5. Hernia Interparietalis
Hernia yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding
perut.
6. Hernia Eksterna
Hernia eksterna apabila hernia menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
7. Hernia Interna
Hernia interna apabila tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resesus retrosekalis atau
defek dapatan pada mesenterium setelah operasi anastomosis usus.

GAMBARAN KLINIS2
Tampak
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Toksik
Sakit
Reponibel/bebas + - - - -
25

Ireponibel/akreta - - - - -
Inkerserasi - + + + -
strangulasi - ++ + ++ ++

3.3 HERNIIA INGUINALIS3


1. Definisi
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa
juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.

2. Epidemiologi
Hernia inguinalis merupakan hernia yang mempunyai angka kejadian yang paling
tinggi. Sekitar 75% hernia terjadi di regio inguinalis, 50% merupakan hernia
inguinalis indirek dan 25% adalah hernia inguinal direk.

3. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang
berjalan miring, adanya struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup
anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang
kuat sehingga menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi
peningkatan intraabdomen lalu m. oblikus internus dan m. tranversus
berkontraksi, serabut otot yang paling bawah membentuk atap mioaponeurotik
pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon yang melengkung meliputi spermatic
cord yang berkontraksi mendekati ligamentum inguinale sehingga melindungi
26

fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin interna dan
berfungsi menahan tekanan intraabdomen. Kontraksi m.transversus abdominis
menarik dan meregang crura anulus internus, iliopubic tract, dan fasia
transversalis menebal sehingga cincin menutup seperti spincter (Shutter
Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus berkontraksi sehingga
aponeurosisnya yang membentuk dinding anterior kanalis inguinalis menjadi
teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang lemah.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

4. Klasifikasi
A. Hernia inguinalis indirek Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia
inguinalis lateralis, diduga mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia
merupakan sisa prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang
menonjol keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan kanalis
inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis inguinalis
melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke rongga perut
melalui anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria dan vena epigastrika
inferior.

Hernia inguinalis indirek dapat disimpulkan sebagai berikut:


a. Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu bersifat
kongenital.
b. Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan hernia
inguinalis direk.
c. Hernia indirek lebih sering pada pria daripada wanita.
d. Hernia indirek lebih sering pada sisi kanan.
e. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
f. Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui anulus
inguinalis profundus dan lateral terhadap arteria dan vena epigastrika
inferior.
g. Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis superficialis,
terletak di atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum.
27

h. Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam kantong skrotum


atau labium majus.
B. Hernia inguinalis direk Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis
medialis. Hernia ini melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa
epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia
inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian bersifat bilateral.
Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan
otot dinding abdomen.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis3


a. Usia
Usia adalah salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis,
sebagaimana pada hernia inguinalis direk lebih sering pada laki-laki usia tua
yang telah mengalami kelemahan pada otot dinding abdomen. Sebaliknya
pada dewasa muda yang berkisar antara 20-40 tahun yang merupakan usia
produktif. Pada usia ini bisa terjadi peningkatan tekanan intraabdominal
apabila pada usia ini melakukan kerja fisik yang berlangsung terus-menerus
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis indirek.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terjadinya hernia inguinalis ialah
pekerjaan fisik yang dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat
meningkatan tekanan intraabdominal dan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis. Aktivitas (khususnya pekerjaan)
yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen memberikan
predisposisi besar terjadinya hernia inguinalis pada pria. Dan apabila terjadi
pengejanan pada aktivitas fisik maka proses pernapasan terhenti sementara
menyebabkan diafragma berkontraksi sehingga meningkatkan kedalaman
rongga torak, pada saat bersamaan juga diafragma dan otot-otot dinding perut
dapat meningkatkan tekanan intraabdomen sehingga terjadi dorongan isi
perut dinding abdomen ke kanalis inguinalis. Pekerjaan dikategorikan atas
kerja fisik dan kerja mental. Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi
fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya, contohnya buruh, supir antar
28

kota, atlet dan supir. Kerja mental adalah kerja yang memerlukan energi lebih
sedikit dan cukup sulit mengukur kelelahannya, contohnya pegawai kantor
dan guru.
c. Batuk Kronis
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis,
peningkatan tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara
eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik.
Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyakbanyaknya
sehingga terjadi peningkatan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis
yang bertujuan mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal
besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot
ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal yang meninggi, intraabdomen
pun ikut tinggi. Apabila batuk berlangsung kronis maka terjadilah
peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat menyebabkan terbuka
kembali kanalis inguinalis dan menimbulkan defek pada kanalis inguinalis
sehingga timbulnya hernia inguinalis.
d. Obesitas Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan
akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi
dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di
seluruh tubuh. Pada orang yang obesitas terjadi kelemahan pada dinding
abdomen yang disebabkan dorongan dari lemak pada jaringan adiposa di
dinding rongga perut sehingga menimbulkan kelemahan jaringan rongga
dinding perut dan terjadi defek pada kanalis inguinalis. Pada obesitas faktor
risiko lebih besar apabila sering terjadi peningkatan intraabdomen, misalnya:
mengejan, batuk kronis, dan kerja fisik.

6. Patofisiologi3
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut
29

tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian,
maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak
berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang
tua otot dinding rongga perut dapat melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan lokus minoris
resistansi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal
meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barangbarang
berat dan mengejan, maka kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan
kelainan kongenital.

7. Gambaran Klinis 2,3


Sebagian besar hernia inguinalis adalah asimtomatik, dan kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus
inguinalis superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan. Batuk atau mengangkat benda berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan
yang hilang timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia
terjadi pada anak atau bayi, gejalanya terlihat anak sering gelisah, banyak
menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan
terjadi hernia strangulata. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada
kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
30

hernia, di raba konsistensinya dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat


direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak-anak. Cincin hernia dapat diraba, dan berupa anulus inguinalis yang
melebar. Gambaran klinis yang penting dalam penilaian hernia inguinalis meliputi
tipe, penyebab, dan gambaran. Hernia inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol
oleh tekanan pada cincin internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan
pada lipat paha, tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi
hernia dikontrol oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke
dalam skrotum.

8. Diagnosis2
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau strangulasi karena nekrosiatau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari late- ral atas ke
medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus dengan cara menggesek dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
bergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium.
Dengan jari telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika hernia
tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia
31

inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah
massa padat, biasanya terdiri atas ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis.
Pada hernia reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan
menghilang setelah berbaring. Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun
ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar.
Omentum yang terperangkap di dalam kantong hernia dapat
menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan nyeri jarang dijumpai,
kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah
baru timbul kalau terjadi incarserata karena ileus atau strangulasi karena
nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada
daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam
cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan,
maka biasanya hernia muncul lagi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan,
harus diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta
berbaring, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra
abdominal, lalu scrotum diangkat perlahan.
Gambaran klinis hernia
32

Tampak
Jenis Reponible Nyeri Obstruksi Toksik
sakit
Reponible + - - - -
Irreponible - - - - -
Incarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++

b. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia,
apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam
keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat
benjolan yang dikeluhkan.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti
arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah
ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah medial berarti
hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberculum
pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
berari hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau
kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik, biasanya
pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

9. Teknik Pemeriksaan Hernia5


 Zieman's Test
33

Penderita dalam keadaan berdiri atau. Bilamana kantong hernia terisi, kita
masukkan dulu kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian kanan
digunakan tang an kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita
laki-laki ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan
diatas annulus inguinalis internus ( + 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan
tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan
jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan
pada salah satu jari tersebut diatas.Bilamana dorongan pada jari kedua berarti
hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis
dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.

Sumber : oetomo, 2013

 Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan jari
telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus eksternus
sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk,
bilamana ada dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari maka didapatkan
hernia inguinalis lateralis, bila pada samping jari maka didapatkan suatu hernia
inguinalis medialis.
34

Sumber : oetomo, 2013

 Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah benjolan
dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus internus.
Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau
batuk.Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan
bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.

Sumber : oetomo, 2013

10. Pemeriksaan Penunjang


 Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm3 dengan shift
to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit meningkat. Tes
urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha.
 Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
 Pada pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi supine dan
posisi berdiri dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifitas diagnosis mendekati 90%.
 Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
Kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran
massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneus Reduction of Hernia en Masse.
35

Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse yaitu retropubic, intra abdominal, pre peritoneal dan pre peritoneal locule.

11. Diagnosis Banding


 Hidrocele
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar,
bila hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada
skrotum, maka dilakukan pada satu sisi, sedangkan disisi yang berlawanan
diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele
(diaphanoscopy +).
 Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya sampai
kanalis inguinalis.

12. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis2,3


Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan mekaku- penunjang kan
reposisi dan pemakaian penyangga atau untuk mempertahankan isi hernia
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangu- lata, kecuali pada pasien
anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
sambil membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedik. tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada
anak-anak, inkarserasi lebih sering terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Reposisi
spontan lebih sering terjadi dan, sebaliknya, gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia
pada anak lebih elastis. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak telah
direposisi. yang menggunakan sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila reposisi
berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya (lihat Gambar 32-17).
36

Gambar tatalaksana Inkarserata


(1) sedatif parenteral (2) sikap trendelenburg (3) cairan parenteral (4) kantong es pada hernia
di lipat paha
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),

Jika reposisi hernia tidak berhasil, operasi harus segera dilakukan dalam
waktu enam jam. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan untuk menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini
masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak, cara
ini dapat menimbulkan atrofi testis karena funikulus spermatikus yang
mengandung pembuluh darah testis tertekan. Pemakaian bantalan penyangga
hanya bertujuan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pere obatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar
hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti operasi (lihat Gambar 32-18).
37

Herniotomi dan hernioplasty


A.hernia inguinalis indirek. Kanalis inguinalis dibuka. Kantong hernia di dalam tali sperma (1) tali
seperma (2) hernia (3) fasia transversa (4) m. Oblikus internus (5) fasia m.oblikus eksternus
B. kantong hernia dilepaskan dari dalam tali sperma: 1-5 sama dengan A (6) anulus internus
C. herniotomi telah dikerjakan, defek di fasia transversa ditutup dengan jahitan, anulus internus
dipersempit (1) tali sperma (2) anulus internus (3) jahitan di defek fasia transversa (4) ligamentum
inguinale
D. hernioplasti. Tepi kaudal m.transversus abdominis dan m.oblikus abdominis internus dijahit
pada ligamentum inguinale (bassini) 1 dan 2 sama dengan C
E. akhirnya aponeurosis m.oblikus abdominis ekternus ditutup dan kemudian kulit di jahit (1)
jahitan di aponeurosis m. Oblius abdominis eksternus (2) tali sperma (3) anulus inguinalis
eksternus baru (4) jaringan subkutis
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),

HERNIOTOMI
Pada herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada pelekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
38

Gambar langkah langkah herniotomi pada hernia inguinalis


A,B insisi hernia dapat berupa transverse atau oblikue, C: buka aponeurosis m obliquus abdominis
externus D identifikasi funikulus spermatikus, E,F identifikasi dan bebaskan kantong hernia, G,H
ligasi kantong hernia
Sumber : Aiken JJ (2011)

HERNIOPLASTI
Dada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernio- plasti, seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan otot transversus internus abdominis dan otot oblikus inter-
nus abdominis, yang dikenal dengan nama conjoint endon, ke ligamentum
inguinale Pouparti menurut ictode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, otot
tranversus abdominis, dan otot oblikus internus Metode Bassini merupakan teknik
herniorafi yang pertama diperkenalkan tahun 1887. Setelah diseksi abdominis ke
ligamentum Cooper pada metode Lotheissen-McVay.
Metode bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama diperkenalkan
tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat
paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus inter- nus abdominis, muskulus
transversus abdominis, dan fasia transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum
inguinale. Teknik ini dapat diterapkan baik pada hernia direk (lihat Gambar 32-
19) maupun indirek.
39

Gambar hernia inguinalis direk


Kanalis inguinalis dibuk. Kantong hernia yang terlepas dari funikulus menonjol langsung
dari belakang. (1) tali sperma (2) hernia (3) fasia transversa (4) m.oblikus Internus (5) fasia
m.oblius externus. Setelah hernia direposisi, defek di fasia transversa ditutup dan operasi
diteruskan seperti pada hernia indirek dengan plastik dinding perut (bassini) penutupan kanalis
inguinalis dan jahitan kulit
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang be- rupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot-otot yang
dijahit. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan
pendekatan operasi bebas regangan, yaitu teknik hernioplasti bebas regangan
menggunakan mesh (hernioplasti bebas regangan), dan sekarang teknik ini banyak
dipakai. Pada teknik ini, digunakan mesh prostesis untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-
otot ke ligamentum inguinale.
Pada hernia kongenital bayi dan anak-anak yang penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup, hanya dilakukan hérniotomi karena anulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan
eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Pada
hernia bilateral orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap,
kecuali jika ada kontraindikasi.
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan
hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan
hernioplasti yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang
dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah
40

mencegah terjadinya regangan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya


dibutuhkan bahan mesh prostesis untuk memperkuat defek dinding yang lemah.
Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia ingui- nalis indirek pada
dewasa dilaporkan berkisar 0,6-3%. Pada hernia inguinalis lateralis, penyebab
residif paling sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak
memadai, di antaranya karena diseksi kantong yang kurang memadai dan tidak
teridentifikasinya hernia femoralis atau hernia inguinal direk. Sementara itu,
kekambuhan dari perbaikan hernia direk adalah 1-28%. Pada hernia inguinalis
medialis, penyebab residif umumnya karena regangan yang berlebihan pada
jahitan plastik atau akibat relaxing incision pada sarung rektus. Penggunaan mesh
pada perbaikan hernia menurunkan resiko kekambuhan 50-75%.
Pada operasi hernia, secara laparoskopik, mesh prostesis diletakkan di bawah
peritoneum secara intraperitoneal on-lay mesh procedur (IPOM) pada dinding
perut atau ekstraperitoneal secara trans-abdominal preperitoneal technique
(TAPP) atau total extraperitoneal mesh placement (TEP).

Herniorafi Tension-Free dengan Nylon Darn Repair


Moloney memperkenalkan tehnik nylon darn modern pertama kali pada
tahun 1948. Moloney mengubah jahitan tipe Bassini dengan menggunakan benang
monofilamen nilon kontinyu untuk membawa conjoint tendon pada ligamentum
inguinalis, tetapi tanpa usaha untuk mendekatkan dua struktur ini secara paksa
jika jahitan terlalu tegang. Jahitan ini kemudian diikuti oleh jahitan kontinyu
kedua yang berjalan dari tuberkulum pubikum antara jaringan yang cukup kuat
pada sarung rectus dan bagian tendon otot obliquus intenus di atas ke ligamentum
inguinalis di bawah dan berakhir di balik cincin internus. Angka kekambuhan
nylon darn repair dilaporkan sebesar 0.8 persen, ekuivalen dengan penggunaan
mesh.
Tehnik ini merupakan tehnik tension free dimana, setelah selesai dengan
kantong, dinding posterior kanal direpair dengan mendekatkan sarung rectus dan
conjoint tendon ke ligamentum inguinalis, dengan menggunakan jahitan kontinyu
benang monofilamen nilon. Jika keduanya tidak dapat didekatkan dengan mudah,
gap antara keduanya didekatkan sejauh mungkin, tanpa membuat ketegangan.
41

Saat ini tehnik tension free darn diaplikasikan dengan menggunakan benang nilon
kontinyu 3 lapis, antara sarung rectus dan conjoint tendon di atas dan ligamentum
inguinalis di bawah. Setiap lapis nilon berjalan miring pada arah yang berbeda
sehingga benang-benang tersebut saling menganyam membentuk sebuah anyaman
yang memperkuat repair celah antara conjoint tendon dan ligamentum inguinalis.
Tehnik ini telah menjadi populer karena kesederhanaannya, aplikasinya secara
umum, dan angka kekambuhan yang sangat rendah.

Langkah-langkah metode darn repair


A latihan pertama dibuat dengan arah mendatar, kontinyu dari ligamentum inguinalis ke
konjoint tendon, B, jahitan kedua sama dengan jahitan pertama, tetapi dengan arah oblik ke medial
C, jahitan ketiga , sama dengan jahitan kedua tetapi dengan arah berlawanan. Dhasil akhir darn
repair
Sumber : Aiken JJ (2011)

2.2.2. Herniorafi Tension-Free dengan Pemasangan Mesh6


42

Sumber : Paulina W, Piotr G, Patrycja P, Hady R. 2018.

Funikulus spermatikus dipisahkan dari dinding posterior kanalis inguinalis


dan kantong hernia telah diikat serta dipotong, kemudian lembaran polypropylene
mesh dengan ukuran lebih-kurang 8x6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah
yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene monofilamen 3.0 secara
kontinyu. Sepanjang tepi medial dan inferior mesh dijahitkan pada ligamentum
inguinalis. Tepi superior dijahitkan ke conjoint tendon. Bagian lateral mesh
dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada
cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan
difiksasi ke ligamentum inguinalis dengan jahitan. Kemudian dilakukan
penjahitan aponeurosis obliqus eksternus kembali.

Gambar langkah-langkah herniorafi pada pemasangan mesh (metoda lincheistain)


A. Lapangan operasi setelah dilakukan herniotomi, B jahitan tepi bawah mesh pada ligamentum
inguinalis C jahitan tepi atas mesh pada conjoint tendon, (aponeurosis m obliquus internus) dan
tepi lateral mesh dibelah untuk tempat lewatnya funikulus spermatikus D tepi lateral mesh
disilangkan mengelilingi funikulus spermatikus dan dijahitkan pada ligamentum inguinalis
Sumber: Javad Ghobroubi (2008)

Macam Mesh
43

Prostesis yang digunakan untuk memperkuat dinding posterior kanalis


inguinalis pada hernioplasti dengan metoda tension-free berbentuk lembaran
jaringan (mesh). Mesh ini dapat digolongkan menjadi:"
 Tipe I: Prostesis makropori monofilamen, seperti Atrium, Marlex, Prolene,
dan Trelex. Prostesis ini mempunyai pori-pori yang berukuran lebih dari 75
mikron, dimana ukuran ini diperlukan untuk lewatnya makrofag, fibroblas,
pembuluh darah (angiogenesis), dan serat kolagen ke dalam pori-pori,
 Tipe II: Prostesis mikropori, seperti expanded PTFE (Gortex), Surgical
Membrane, dan Dual mesh. Prostesis ini mempunyai pori-pori yang
berukuran kurang dari 10 mikron.
 Tipe III: Prostesis makropori multifilamen dengan komponen mikropori,
seperti PTFE mesh (Teflon), braided Dacron mesh (Mersilene), braided
polypropylene mesh (Surgipro) dan perforated PTFE (MyeroMesh).
 Tipe IV: Biomaterial dengan ukuran pori submikron seperti silastic,
Cellguard (polypropylene sheeting), Preclude pericardial membrane dan
Preclude Durasubstitute. Bentuk kombinasi dengan biomaterial tipe I tersedia
untuk operasi hernia. Bentuk ini adalah adhesion free untuk "implantasi
intraperitoneal".
Mesh mikropori mempunyai pori berukuran kurang dari 10 mikron, sehingga
menyebabkan bakteri yang berukuran lebih-kurang 1 mikron dapat masuk ke
dalam mesh, tetapi makrofag dan leukosit PMN yang berukuran lebih dari 10
mikron tidak dapat masuk, sehingga meningkatkan resiko infeksi." Mesh
multifilamen mempunyai permukaan yang lebih luas daripada mesh monofilamen,
dan mempunyai celah yang kecil di antara jalinan filamen-filamen yang
membentuk pori. Penelitian invivo dengan pemberian kuman Staphylococcus
aureus menunjukkan terjadinya peningkatan infeksi pada mesh multifilamen bila
dibandingkan dengan mesh monofilamen.Resiko infeksi ini dapat dihindari
dengan menggunakan prostesis tipe III dan terutama tipe I.
44

Keterangan 1. Mesh Atrium, 2. Mesh Marlex, 3. Mesh prolene, 4. Mesh mersilene


Sumber : Suvera MS (2013)

13. Komplikasi2
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel. Hal ini
dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis
kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia inkarserata* yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi
inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus ter- perangkap di dalam kantong
hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W
(lihat Gambar 32-20).

Gambar Hernia W, biasanya ketiga belokan, 2 dikantong hernia dan satu lagi di rongga perut,
mengalami strangulasi
45

Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi


hernia. Pada permulaan, terjadi ben- dungan vena sehingga terjadi udem organ
atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut (lihat Gambar 32-21).

Gambar hernia strangulata


(1) Perforasi usus menyebabkan peritonitis, (2) perforasi usus menyebabkan abses (3) Abses
(4) perforasi abses menyebabkan fistel
Sumber : Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),

Gambaran klinis hernia inkarserata yang berisi usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus disertai gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, akan terjadi gangren
sehingga gambaran klinis menjadi toksik, suhu tubuh meninggi, dan ter- dapat
leukositosis. Penderita mengeluh nyeri lebih nebat di tempat hernia. Nyeri akan
menetap karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai
46

tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata* merupakan keadaan gawat
darurat yang perlu mendapat pertolongan segera.

BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien atas nama Tn S laki-laki umur 58 tahun. Berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini, didapatkan
diagnosis hernia Inguinalis lateralis sinistra inkarserata, dengan diagnosis post
operasi hernia Inguinalis lateralis sinistra inkarserata. Menurut Sjamsuhidajat dan
Jong, insiden hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur disebabkan
meningkatnya penyakit dan pekerjaan yang berat sehingga meninggikan tekanan
interabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Ini juga didukung
oleh data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tengah bahwa banyak penderita
hernia inguinalis yang memiliki umur > 25 tahun pada tahun 2012. Pada penelitian
sebelumnya, hanya dilakukan pada anak-anak sehingga belum ada data
pembanding untuk penelitian kali ini. Dari semua penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dan dalam teori, menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak
mengalami hernia inguinalis dibandingkan perempuan. Penelitian pada anak yang
dilakukan oleh Sondang Napitupulu[7] di dapatkan hasil 39 orang (84,8%) pria dan
7 wanita (15,2%) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Ramadhani, [8]
didapatkan hasil 88% laki-laki dan 12% perempuan. Sjamsuhidajat dan Jong,
menyatakan bahwa wiraswasta dan petani merupakan pekerjaan yang memiliki
tingkat aktivitas yang tinggi dan kemungkinan besar untuk mengangkat beban
yang berat dan dilakukan dalam waktu yang lama yang akan menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen juga dalam waktu yang lama yang merupakan
salah satu faktor resiko dari hernia inguinalis.6,7
47

± 7 jam SMRS, pasien datang dengan keluhan timbul benjolan


diselangkangan kiri yang disertai nyeri hebat. Nyeri dirasakan terus menerus dan
tidak membaik dalam posisi apapun. Benjolan tidak dapat dimasukkan kembali
menggunakan tangan dan timbul saat pasien ingin memotong karet. Benjolan
berukuran sebesar telor ayam, dan teraba keras. Mual (+), muntah (+) sebanyak >
10 kali. Isi muntahan berupa air. Darah (-), lendir (-), BAB lancar, BAK terasa
tidak puas. Nyeri saat BAK (-), darah (-), BAK berpasir (-) Awalnya, keluhan
pertama kali timbul sejak 2 tahun SMRS, benjolan berukuran sebesar telor ayam,
ukuran benjolan tetap sama dan tidak membesar. Benjolan timbul hampir setiap
hari ketika pasien batuk, mengejan, mengangkat beban berat, Namun benjolan
dapat kembali dimasukkan dengan menggunakan tangan pasien. Keluhan
biasanya tidak disertai nyeri. Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan bawha
terdapat benjolan dilipat paha yang tidak dapat dimasukkan lagi. Hal ini
merupakan tanda yang mengarah kepada hernia inguinalis. 6,7
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan benjolan di regio inguinal
sinistra sebesar telor ayam berukuran 4 cm x 5 cm x 6 cm perabaan suhu seperti
kulit sekitar, tidak ada nyeri tekan, konsistensi kenyal, fluktuasi (-), testis teraba
terpisah dari benjolan, tidak bisa dimasukkan. Inguinal dan skrotum sinistra tidak
ditemukan kelainan.
Tampak
Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Toksik
Sakit
Reponibel/bebas + - - - -
Ireponibel/akreta - - - - -
Inkerserasi - + + + -
strangulasi - ++ + ++ ++

Berdasarkan tabel gambaran klinis diatas, kemungkinan adalah hernia


inkarserata, dimna benjolan tidak dapat dimsukkan lagi dengan tangan dan disertai
dengan nyeri.
Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa darah rutin
didapatkan hasil normal. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan elektrolit,
didapatkan hasil penurunan pada Calsium yaitu 1,09. Hal tersebut dapat
48

diakibatkan oleh keluhan muntah-muntah dan kurangnya asupan makanan. Untuk


faal ginjal didapatkan hasil normal.
. Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi menjadi penatalaksanaan awal yang
bersifat suportif dan penatalaksanaan lanjut yang bersifat definitif. Untuk
penatalaksanaan awal, penderita dapat diposisikan Tredelenburg, dimana posisi
kepala lebih rendah dari kaki. Karena terjadi inkarserata pada hernia penderita,
diperlukan pemasangan NGT untuk dekompresi (mengurangi tekanan
intraabdomen akibat obstruksi), pemasangan infus RL 20 tpm untuk menghindari
dehidrasi akibat obstruksi usus yang terjadi, dan pemasangan kateter urin untuk
memantau balance cairan. Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri pada
penderita, analgetik yang diberikan berupa injeksi ketorolac 2x1 amp.
Penatalaksanaan definitif pada kasus hernia yaitu dilakukan tindakan operasi
Hernio repair dengan pemasangan mesh. Tindakan operasi yang dalam hal ini
herniorraphy (herniotomi dan hernioplasty) merupakan tindakan gold standar
untuk penderita hernia inguinalis.6,7 Operasi pada penderita harus dilakukan segera
karena adanya tanda awal inkarserata yang harus segera dilakukan reposisi untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut pada usus. Program pre operasi yang dilakukan
pada penderita adalah puasa ± 8 jam serta pemberian antibiotik profilaksis berupa
injeksi ceftriakson 1 x 2 gr.
49

BAB V
KESIMPULAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.
Secara umum diklasifikasikan menjadi, hernia eksterna, hernia intraparietal,
hernia interna, hernia reponibel (reducible hernia), hernia ireponibel (inkarserata)
dan hernia strangulasi. Berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi
hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia paraumbilikalis,
hernia ventralis, hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia Littre, hernia Speighel,
hernia obturatoria, hernia perinealis, hernia pantalon.
Gambaran klinik dan penegakkan diagnosis pada hernia tergantung dari
perkembangan dan lokasi hernia. Penatalaksanaan hernia adalah dengan tindakan
operasi hernioraphy (herniotomi dan hernioplasti) atau herniotomi saja tergantung
dari usia pasien gambaran klinis dan jenis hernia.
50

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahid F. (2019). Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Dengan Hemiparese


Sinistra. Jurnal Medical Profession (MedPro). Vol. No.1
2. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi
revisi, 706- 710, EGC, Jakarta.
3. Amrizal.2015. Tinjauan pustaka hernia inguinalis. Syifa’MEDIKA, Vol.6
(No.1),
4. Lawrence M. Witmer, PhD. 2016. Clinical Anatomy of the Anterior
Abdominal Wall in its Relation to Hernia. URL :
http://www.oucom.ohiou.edu/dbms-witmer/gs-rpac.htm
5. Paulina W, Piotr G, Patrycja P, Hady R. 2018. Inguinal hernias – the
review of literature. Post N Med 2018; XXXI(5): 287-291
6. Fadjriansyah W, Isnaniah, Jenny S, Alfreth L. 2019. Hernia Inguinalis
Lateralis Dextra Dengan Hemiparese Sinistra. Vol.1 | No.1 | Februari 2019
| Jurnal Medical Profession (MedPro)
7. Indri M, Asri A. 2015. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 1, Januari 2015 : 1 - 10
51

Anda mungkin juga menyukai