Oleh :
Dokter Pendamping:
dr. Seta Pratama Sp. B
Oleh:
dr. Nyayu Balkis Putri Permatasari
2
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul “Hernia Inguinalis Lateralis
Reponible Sinistra” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran internship di Rumah Sakit Siloam Palembang pada periode 09 Februari- 08
Agustus 2022. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada
dr. Seta Pratama Sp. B, sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan
dan kesempatan untuk mengikuti proses pemeriksaan pada pasien sehingga tugas ilmiah ini
dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah ini,
semoga bermanfaat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 35
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut.
(lokus minoris resistensiae baik bawaan maupun didapat).
Penyebab terjadinya hernia yaitu dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen
dan kelemahan otot dinding perut (karena usia). Hernia dibagi menurut terjadinya,
Kongenital, Akuisita. Menurut letaknya, Hernia diaphragm, Hernia umbilical, Hernia
inguinal, Hernia femoralis, Menurut sifatnya, Reponible, Irreponible, Inkarserata,
Strangulata.
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal. Hernia
ingunalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia ingunalis medialis dan hernia ingunalis lateralis. Jika
kantong hernia ingunalis lateralis mencapai scrotum, maka disebut hernia scrotalis. Hernia
ingunalis lateralis lebih sering terjadi dan diantara itu pria lebih sering kejadiaannya
dibandingkan wanita karena pengaruh aktifitas pria dengan mengangkat beban lebih besar.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Palembang
Tanggal Masuk RS : 13 Juni 2022
No. Rekam Medik : 32.34.84
B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan benjolan pada lipat paha kiri yang di
alami sejak 2 tahun SMRS. Benjolan dirasakan pasien hilang timbul. Benjolan semakin
besar terutama saat pasien batuk dan mengejan dan mengecil saat pasien berbaring.
Keluhan lain seperti nyeri, demam, mual dan muntah tidak dirasakan. Bab dan bak
seperti biasa. pasien mengaku selama ini sering mengangkat beban cukup berat saat
pasien bekerja.
Tidak dijumpai.
6
Riwayat Pengobatan Sebelumnya :
Tidak Jelas.
C. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
TD : 121/82 mmHg
T : 36.5 C
HR : 81x/menit
RR : 18x/menit
Kepala : simetris
Leher :
Thorax :
Abdomen :
Inspeksi : dbn
Perkusi : timpani
7
Status Lokalis
D. Assesment
Hernia Inguinalis Lateralis sinistra
E. Planning
Cek Darah Lengkap, CT BT, HbsAg, PCR, Rongent thoraks
F. Pemeriksaan Penunjanng
Eosinofil 5.9 % 1 -3
Basofil 0.4 % 0 -1
Limfosit 45.8 % 11 – 49
Monosit 7.3 % 0 -9
8
TEST KOAGULASI
Masa perdarahan 2.0 menit 1.0-5.0
Masa pembekuan 10.0 menit 10-15.0
2. Pemeriksaan Radiologi
G. Diagnosis Kerja
H. Diagnosis Banding
9
• Hernia Inguinalis Lateralis reponible sinistra
• Undecendent tetis
• Abses psoas
I. Penatalaksanaan
J. Prognosis
Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam
Qua Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Qua Ad Vitam : Dubia ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah
yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris resistensiae baik bawaan maupun
didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang atau
berkelanjutan dan kelemahan otot dinding perut.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial (faktor pencetus
selama hidup).
Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneum. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut
tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis
ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Akuisial (didapat)
11
1. peninggian tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia
melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik,
pekerjaan mengangkat benda berat, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan
intra abdomen juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis.
2. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia.
3. kelemahan otot dinding perut karena usia, malnutrisi, ataupun paralisis dari
saraf motorik.
4. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR (Locus minoris resistance).
5. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
C. Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari daerah
perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah
anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale (poupart)
yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan spina illiaka
anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya ligamentum inguinale ini merupakan
tempat pertemuan fascia yang menutupi permukaan perut dan fascia yang menutupi
permukaan tungkai (fascia lata).
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4
cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan
eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum
uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus
pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis, ductus
deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis
inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis
inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding
inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior
12
(dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan aponeurosis transverses
abdominis.
Annulus Inguinalis Interna
Suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas
ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah
medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan
origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen
rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus Inguinalis Eksterna
merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m.
obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika
inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior
adalah ligamen inguinalis.
13
Apponeurosis Obliqus Eksternus
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. External oblique
14
aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal
terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
Otot obliqus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .bagian
medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dariaponeurosis
transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon.
Fascia Tranversalis
15
Hernia terdiri dari cincin hernia, kantong dan isi hernia.
1. Kantong Hernia
2. Isi hernia
Isi dari hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada
abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus. Kemungkinan
lainnya termasuk usus besar dan appendiks, vesica urinaria, ovarium (dengan
atau tanpa tuba falopi) dan cairan ascites.
3. Pintu Hernia
Merupakan Locus Minoris Resistance (LMR) yang dilalui oleh kantong hernia.
16
D. Klasifikasi Hernia
1. Hernia Reponible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
2. Hernia Irreponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit
dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical) . Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang
lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
3. Hernia Strangulata
17
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan
terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi
nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis
yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi
permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan
dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang
mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis.
Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian.
4. Hernia Inkerserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase
usus. iasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi
pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi distensi
(closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi lama
kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang
mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.
18
Tipe khusus Hernia lainnya
1. Sliding Hernia
2. Hernia Ritcher
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap (biasanya
usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi dari dinding usus.
Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami iskemi tanpa perkembangan
nyata dari gejala obstruksi. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu
karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
19
Menurut letaknya, hernia dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Hernia Inguinalis
Merupakan hernia yang paling sering terjadi. Hernia inguinalis merupakan hernia
yang terjadi di kanalis inguinalis, yang dibatasi oleh :
Pada pria kanalis inguinalis ini berisi facikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, m.kremaster, prosesus vaginalis peritonei, dan ligamentum
rotundum, pada wanita berisi ligamentum rotundum.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis
internus ketika berkontraksi, dan adanya facia transversalis yang kuat yang
menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
20
hernia berada di dalam m.kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferens
dan struktur lain dalam tali sperma.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh
kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses penurunan testis ke skrotum.
Gambaran klinik
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan , batuk atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat baring.
Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Pemeriksaan fisik
21
Lateral : pembuluh darah epigastrika inferior
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : terlihat adanya massa tumor pada annulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka
hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
Palpasi : jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien berdiri
atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini langsung menuju
annulus unguinalis eksterna sehingga disebut hernis direkta. Bila hernia ini
dimasukkan sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia.
Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan
dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan
ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum Cooper pada ramus superior
tulang pubis.
22
2. Hernia Femoralis
Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi pada kanalis femoralis. Kanalis
femoralis ini terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna vasorum dorsal
dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v.
femoralis.
Umumnya dijumpai pada wanita tua. Kejadian pada perempuan kira – kira 4 kali
laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan intra abdomen seperti
mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak dilipat paha dibawah ligamentum
inguinale di medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Pintu masuk hernia femoralis adalan annulus femoralis. Selanjutnya isi hernia
masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan V.
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis pada lipat
paha.
3. Hernia Umbilikalis
23
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya
ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra
abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi
pada bayi premature.
Hernia umbilikalis pad orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada
anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan
factor predisposisi.
4. Hernia Epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui defek
dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdari penonjolan
jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. Linea alba
dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan posterior sarung
M. rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis saja. Disamping itu linea alba
disebelah cranial umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal
sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan ‘lipoma’ preperitoneal.
Kalau defek linea alba melebar baru kemudian keluar kantong peritoneum yang
dapat kosong atau berisi omentum. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis,
lemak preperitoneal dan peritoneum.
E. Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.Penurunan testis itu
akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayilahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, makakanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalyang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
24
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul herniainguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur,
organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-
batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian
menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bilat terjadi penyumbatan dan
perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan,
maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah
dan terjadi nekrosis.
F. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
25
biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering
mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan
reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama
dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai
labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis
lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh
batuk. Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas
lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah,
maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau
pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita
berhadapan dengan hernia inguinalis medialis.
2. Palpasi
Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan
paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan.
Caranya:
Zieman’s test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas
ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ). Jari
ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas ligamentum inguinale
sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4 diletakkan diatas fossa ovalis
( terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari a. femoralis ).
Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat hernia akan terasa
impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila
tidak didapatkan benjolan yang jelas.
26
Thumb test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang
diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut.
Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri dan tiak ada
hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan merupakan suatu kantong
hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan itu merupakan
kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang
leher benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan impulse pada
tangan yang memegang benjolan itu.
Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri
untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari
tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar
jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord
kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus
eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam
kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada
27
ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian
samping jari.
3. Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan berbunyi timpani
4. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia
berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi
usus.
c. Pemeriksaan Penunjang
Herniografi
Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di masukkan
dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien
berbaring dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25
derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak
dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada
daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral.
Pada umumnya fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang
pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung
muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa medial atau hernia
langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.
G. Penatalaksanaan
Operatif
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari :
28
Herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.
Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasty lebih penting
artinya dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomy.
Macam-macam Teknik Hernioplasty
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat diklompokkan
dalam 4 kategori utama :
Open Anterior Repair
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus
spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka,dilakukan inspeksi kanalis spinalis,
celah direct dan indirect. Kantunghernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.
a. Bassini
b. Shouldice
c. Ferguson
29
d. Mc Vay
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal
space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan
utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari
bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan
karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya.
Teknik Lichtenstein menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open
anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi
30
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki
defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia.
Laparoscopy
H. Komplikasi
31
Terpotongnya vas deferens Cedera vesica urinaria
Cedera usus Cedera pembuluh darah besar
Cedera vesica urinaria
Ringan Ringan
Scrotal ecchymosis Retensi urin
Infeksi luka Cedera saraf
Retensi urin Infeksi luka
Kekambuhan Obstruksi usus halus
Hydrocele
Terjepitnya saraf
Terpotongnya saraf
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
• Inspeksi: terdapat massa dengan
asimetris pada kedua sisi lipat paha,
bentuk agak bulat, berwarna seperti
skrotum atau labia dalam posisi
warna kulit disekitarnya, dan tidak
berdiri atau berbaring. Pasien
terdapat tanda-tanda radang.
diminta mengedan atau batuk
• Palpasi : teraba massa dengan
sehingga adanya benjolan atau
ukuran ± 9x10 cm, dengan batas
keadaan asimetris dapat dilihat
tegas, konsistensi kenyal, nyeri tekan
- Pada inspeksi, benjolan muncul
(-)
dalam lipat paha dan terlihat cukup
jelas. Jari telunjuk diletakkan disisi
lateral kulit skrotum dan
dimasukkan sepanjang funikulus
spermatikus sampai ujung jari
tengah mencapai annulus inguinalis
profundus
- Palpasi : dilakukan dalam keadaan
ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat
direpoisi. Setelah benjolan tereposisi
dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak-anak, kadang
cincin hernia dapat teraba berupa
annulus inguinalis yang melebar.
34
telah direposisi.
•Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas
herniotomi dan hernioplasti.
BAB V
KESIMPULAN
1. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
2. Penyebab terjadinya hernia yaitu berupa kongenital dan didapat seperti peningkatan
tekanan intra abdomen dan kelemahan otot dinding perut (karena usia). Hernia dibagi
menurut Hernia dibagi menurut terjadinya, Kongenital, Akuisita. Menurut letaknya,
Hernia diaphragm, Hernia umbilical, Hernia inguinal, Hernia femoralis, Menurut
sifatnya, Reponible, Irreponible, Inkarserata, Strangulata.
3. Penegakan diagnosis berupa anamnesis, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi), pemeriksaan penunjang.
4. Penatalaksanaan dari hernia inguinalis lateralis yang paling rasional berupa
pembedahan berupa herniotomi dan hernioplasty baik dilakukan open hernia repair
maupun laparoscopy repair.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37