Anda di halaman 1dari 23

KASUS MEDIS

HERNIA SCROTALIS DEXTRA IRREPONIBLE

Disusun oleh :
dr. Fatimatus Sholekhah
Dokter Internship RSI Sunan Kudus

Pendamping :
dr. Wawan Eko Darmawan
dr. Utari, M.M

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS
KUDUS – JAWA TENGAH
2020

Nama Peserta :dr. Fatimatus Sholekha

1
Nama Wahana : Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Topik : Seorang laki laki dengan benjolan di buah zakar
Tanggal (kasus) : 18 Februari 2020 Presenter : dr. Fatimatus Sholekha
Nama Pasien : Tn. S DPJP :
dr. HandySusetyo, Sp.B
Tanggal Presentasi : 2020 Pendamping :1. dr. Wawan Eko Darmawan
2. dr. Utari M.M
Tempat Presentasi : Ruang Rapat Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

A. IDENTITAS
Nama : Tn.S
Usia : 64 tahun
No.RM : 336xxx
Alamat : Papringan, Kaliwungu, Kudus
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
MRS : Selasa, 18 Februari 2020

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada buah zakar kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSI Sunan Kudus dengan keluhan terdapat benjolan di
buah zakar. Benjolan ini awalnya hilang timbul di daerah lipat paha kanan sejak 10
tahun yang lalu. Awalnya benjolan kecil sebesar ibu jari dan jarang timbul, namun
semakin lama benjolan semakin besar dan benjolan turun sampai buah zakar dan
juga semakin sering timbul. Pasien mengatakan benjolan timbul terutama saat
pasien berdiri, mengedan atau mengangkat sesuatu yang berat, dan dapat hilang
sendiri saat istirahat atau tiduran. Pasien mengatakan sejak 2 hari terakhir benjolan

2
tersebut muncul lagi sampai ke area kemaluan. Biasanya benjolan dapat
dimasukkan oleh pasien namun saat ini tidak bisa masuk kembali. Benjolan terasa
nyeri dan gatal.
Pasien mengeluh badan panas sejak 2 hari yll. Pasien menyangkal adanya
keluhan mual dan muntah, susah BAB dan perut kembung. BAB pasien 1 kali sehari
dengan konsistensi lunak, tidak berdarah, tidak hitam. BAK lancar dan tidak ada
keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat benjolan di selangkangan sudah 10 tahun namun hilang timbul.
Riwayat darah tinggi disangkal, penyakit kencing manis disangkal. Riwayat
alergi disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum berobat sebelumnya untuk keluhan ini
Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah melakukan operasi sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dengan kondisi pasien disangkal. Riw HT DM di
keluarga tidak tahu.
Riwayat Sosial
Pasien bekerja tukang angkat batu. Pasien mempunyai kebiasaan merokok
sejak masih remaja. Riwayat konsumsi alcohol dan minum obat- obatan disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Berat badan : 51 kg
Tinggi badan : 165 cm
Kesadaran : Compos mentis (GCS:E4V5M6)
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 126 x/ menit
Pernafasan : 21 x/ menit
Suhu badan : 38.1 °C
SpO2 : 97% room air
VAS :5
Pemeriksaan Fisik

3
● Kepala : Normosefali, deformitas (-)
● Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
● Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), luka (-), secret (-)
● Mulut :
✔ Tonsil : T 1 / T1
✔ Gigi : karies +
✔ Mukosa Bibir : Agak kering
● Leher : Tidak teraba pembesaran KGB,
● Thorax:
✔ Jantung
○ Inspeksi Iktus cordis (-)
o Palpasi Iktus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra
○ Perkusi Batas jantung tidak melebar
○ Auskultasi S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)

✔ Paru
○ Inspeksi Simetris saat inspirasi-ekspirasi
○ Palpasi Taktil fremitus kedua lapang paru simetris
○ Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
○ Auskultasi Suara nafas vesikular, Rhonki: -/-, Wheezing: -/-.
● Abdomen:
o Inspeksi Datar
o Auskultasi Bising usus (+) normal
o Perkusi Timpani pada di seluruh regio abdomen
o Palpasi Supel, nyeri tekan (-)
● Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time< 2 detik
● Status Lokalis
Regio inguinalis s/d regio scrotalis dextra
Look : Terdapat massa di inguinal dextra. Massa berwarna sama dengan kulit
sekitar yang turun sampai ke scrotum berbentuk lonjong dengan batas
tidak tegas.
Auskultasi : Terdengar suara bising usus pada benjolan
Feel : Tidak ada nyeri tekan, permukaan perabaan kenyal dan licin.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium

4
Hasil Lab 19 Februari 2020 / 00.05
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 13.9 gr/dl 13-18
Hematokrit 41.2 % 40-52
Eritrosit 4.43 jt/uL 4,5-5,5
Leukosit 49.8 ribu / uL 4-10
Trombosit 311 ribu / uL 150.000-400.000
MCH 31.5 Pg 27-31
MCV 93.0 fL 82-92
MCHC 33.8 g/dL 32 – 37
Golongan darah B
Netrofil 84.7 % 50-78
Limfosit 4.0 % 20-40
Monosit 7.2 % 2-8
Eosinofil 2.0 % 1-3
Basofil 2.1 % 0-1
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 142 mg/dL 75-140
Imunologi
HbsAg Negatif Negatif
Rapid 12 Non reaktif Non reaktif
Kimia Klinik 23/02/2020
Albumin 2.67 3.4 - 4.8 g/dL

2) X-Ray
CXR 19/02/2020

Kesimpulan:
Kardiomegali

5
3) EKG
11/12/19 – kesimpulan sinus takikardi, frek 109 x/m

E.

DIAGNOSIS KERJA
Hernia Skrotalis Dextra Irreponible

F. MANAJEMENT
IGD
● Inf RL 20 tpm
● Inj ketorolac 30 mg
● PO Cetirizine 10 mg

DPJP
● Pro Hernioraphy
● Inf RL 20 tpm
● Inj ketorolac 1x30 mg
● Inj Ceftriaxone 3x1 g
● Pasang NGT
● Pasang DC
● Konsul anestesi & interna

6
G. FOLLOW UP

19 Februari 2020 (R. Saad)


S Benjolan di selangkan sampai buah zakar dan terasa nyeri, kepala
pusing, badan panas,
O Kes CM, GCS E4M6V5
TD: 119/67
HR: 120
RR: 20
S: 39.2
SpO2 : 98%
VAS 4
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) ↑, nyeri tekan (-), perkusi
hipertimpani
Ekstrimitas : akral hangat, edema -|-
St lokalis : massa di inguinal sampai skrotum dextra, warna sama
dengan kulit,
A Hernia Skrotalis Dextra Irreponible (Inkarserata)
Hipertermia
P Pro Hernioraphy (sore)
Inf RL 18-20 tpm
Inj ketorolac 1x30 mg
Inj Ceftriaxone 3x1 g
Inj Paracetamol 1 gr (extra)
Pasang NGT
Pasang DC No 14
Konsul anestesi & interna
Monitor KU, TTV
19 Februari 2020 (R. ICU)
S Nyeri luka operasi (+; VAS: 4), kepala pusing, Mual (+), Muntah (-),
Kentut (-), BAB (-), Demam (-), sesak (-),
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 101
RR: 20

7
TD: 90/52
S: 36.2
SpO2 95%
VAS 3
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (-),perkusi
timpani, Luka operasi di RLQ tertutup kasa, tidak terlihat adanya
rembes
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-0
Hipotensi
P IVFD Asering 80 cc/jam
Sp vascon 0.1mcg/kbbb/menit
Inj Ceftriaxone 3 x 1 gram IV
Inj tofedex 3x1 amp iv
Inj Ranitidine 3x 50 mg iv
Inj Ondancentron 1 amp (extra)
Monitor KU, TTV dan luka operasi
20 Februari 2020
S Buah zakar bengkak, Nyeri luka operasi , Mual (+), Muntah (+) 1x,
badan lemes
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 101
RR: 20
TD: 95/61
S: 36
SpO2 96%
VAS 2
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (-),perkusi
timpani, Luka operasi di RLQ tertutup kasa, tidak terlihat adanya
rembes

8
Genitalia : edema pada skrotum S
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-1
Hipotensi Perbaikan
Oedem Skrotum S
P IVFD RL 80 cc/jam
Sp vascon 0.07 mcg/kbbb/menit
Inj Ceftriaxone 3 x 1 gram IV
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj tofedex 3x1 amp
Inj Ondancentron 1 amp (extra)
Konsul Interna
Monitor KU, TTV dan luka operasi
21 Februari 2020
S Sesak nafas, Buah zakar makin bengkak dan nyeri, mual +, nyeri
perut, kentut +, nyeri luka post op
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 96
RR: 30
TD: 109/73
S: 36
SpO2 95%
VAS 3
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (+)
regio,perkusi timpani, Luka operasi di RLQ tertutup kasa, tidak
terlihat adanya rembes
Genitalia : edema pada skrotum S, hiperemi
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-2
Hipotensi Perbaikan
Oedem Skrotum S
P IVFD : RL + furosemide 2 amp 10 tpm
Inj Ceftriaxone 3 x 1 gram IV

9
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj tofedex 3x1 amp
Monitor KU, TTV dan luka operasi
22 Februari 2020
S Sesak nafas sedikit berkurang, Buah zakar masih bengkak dan
nyeri, mual +, nyeri perut, nyeri BAK, nyeri post op +
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 87
RR: 25
TD: 113/68
S: 36.5
SpO2 98% on NC 3 lpm
VAS 3
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (+)
regio,perkusi timpani, luka bekas op tertutup kasa
Genitalia : pada skrotum S : edema+, ulkus +, kemerahan
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-3
Oedem Skrotum S ec CHF
Ulcus Scrotalis
P IVFD : RL + furosemide 2 amp 10 tpm
Inj Ceftriaxone 3 x 1 gram IV - stop
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj tofedex 3x1 amp
PO Spironolakton 1x 50 mg
Monitor KU, TTV dan luka operasi
Pindah riuang perawatan biasa
23 Februari 2020 (R. Umar)
S Sesak nafas -, bengkak pada buah zakar berkurang, nyeri buah
zakar berkurang, mual +, nyeri perut berkurang, nyeri BAK
berkurang, nyeri post op +
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 93

10
RR: 21
TD: 108/72
S: 36.5
SpO2 98% on NC 3 lpm
VAS 2
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (+)
regio,perkusi timpani, luka bekas op tertutup kasa
Genitalia : pada skrotum S : edema+, ulkus +
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-

Lab : Albumin 2.67


A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-4
Oedem Skrotum S ec CHF
Ulcus Scrotalis
Hipoalbuminemia
P IVFD : RL + furosemide 2 amp 10 tpm
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj tofedex 3x1 amp
Inj Cefotaxime 3 x 1 gram IV
PO Spironolakton 1x 50 mg
Monitor KU, TTV dan luka operasi
24 Februari 2020
S bengkak pada buah zakar berkurang, nyeri skrotum +, nyeri post
op +, lemes, tidak BAB 5 hari
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 92
RR: 20
TD: 108/72
S: 36.5
SpO2 95% on NC 2 lpm
VAS 2
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh

11
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (+)
regio,perkusi timpani, luka bekas op tertutup kasa
Genitalia : pada skrotum S : edema+, ulkus +
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-5
Oedem Skrotum S ec CHF
Ulcus Scrotalis
Hipoalbuminemia
P IVFD : RL + furosemide 2 amp 10 tpm
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj Tofedex 3x1 amp
Inj Cefotaxime 3 x 1 gram IV
PO Spironolakton 1x 50 mg
PO furosemide 1x 40 mg
PO VIP albumin 1x1 sach
Monitor KU, TTV dan luka operasi
25 Februari 2020
S bengkak pada buah zakar berkurang, nyeri buah zakar berkurang,
nyeri post op +, lemes, tidak BAB 6 hari
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 101
RR: 20
TD: 120/74
S: 36.3
SpO2 97% on NC 2 lpm
VAS 2
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (+)
regio,perkusi timpani, luka bekas op tertutup kasa
Genitalia : pada skrotum S : edema+, ulkus +
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-6
Oedem Skrotum S ec CHF

12
Ulcus Scrotalis
Hipoalbuminemia
P IVFD : RL + furosemide 2 amp 10 tpm
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj Tofedex 3x1 amp
Inj Cefotaxime 3 x 1 gram IV
PO Spironolakton 1x 100 mg
PO furosemide 1x 40 mg
PO VIP albumin 1x1 sach
PO laxadin syr 2x1 C
Monitor KU, TTV dan luka operasi
26 Februari 2020
S bengkak pada buah zakar berkurang, nyeri skrotum berkurang,
BAB 7 hari
O Kes CM, GCS E4M6V5
HR: 101
RR: 20
TD: 120/74
S: 36.3
SpO2 97% on NC 2 lpm
VAS 1
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : simestris, bunyi jantung S1 S2 reguler, SNV +/+, wh -/-, rh
-/-
Abdomen : Supel, datar, bunyi usus (+) N, nyeri tekan (+)
regio,perkusi timpani, luka bekas op tertutup kasa
Genitalia : pada skrotum S : edema+, ulkus +
Ekstrimitas :akral hangat, edema -|-
A Hernia Skrotalis Irreponible Dekstra Post hernioraphy hari-6
Oedem Skrotum S ec CHF
Ulcus Scrotalis
Hipoalbuminemia
P IVFD : RL 10 tpm
Inj Ranitidine 3x 50 mg
Inj Tofedex 3x1 amp
Inj Cefotaxime 3 x 1 gram IV

13
PO Spironolakton 1x 100 mg
PO furosemide 1x 40 mg
PO VIP albumin 1x1 sach
PO Dulcolax supp
PO Laxadyn 2x1
BLPL
Obat pulang :
PO Cafadroxil 3x1
PO spironolakton 1x 50mg
PO Paracetamol 2x 500mg
PO furosemide 1x 40mg
PO VIP albumin 1x1 sach

14
H. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi1,2
Secara umum, hernia adalah protrusi atau penonjolan suatu organ melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia scrotalis, isi perut
(usus) menonjol melalui defek pada lapisan musculo-aponeurotik dinding perut melewati
canalis inguinalis dan turun hingga ke rongga scrotum. Dengan kata lain, hernia scrotalis
adalah hernia inguinalis lateralis (indirek) yang mencapai rongga scrotum. Ada beberapa
macam hernia yang terdapat pada dinding abdomen yaitu:

2.2

Klasifikasi1,2
Menurut sifat atau keadaannya, hernia dibedakan menjadi:
1. Hernia Reponibel

15
Disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat kembali ke dalam rongga perut dengan
sendirinya. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
2. Hernia Ireponibel
Disebut hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia Inkarserata
Disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan
pasase seperti muntah, tidak bisa flatus maupun buang air besar. Secara klinis, hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase.
4. Hernia Strangulata
Disebut hernia strangulata bila telah terjadi gangguan vaskularisasi. Pada keadaan
sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan
berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

Epidemiologi2,3
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia inguinalis
dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis (indirek) dan hernia ingunalis medialis (direk)
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.
Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, sedangkan pada wanita
lebih sering terjadi hernia femoralis. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia
ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.
Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada bayi prematur daripada bayi aterm
di mana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang lahir pada usia kandungan di bawah
32 minggu.

Etiologi dan Faktor Resiko1,5


Hernia inguinal dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu acquired dan kongenital.
Umumnya, hernia inguinal disebabkan oleh berbagai faktor dan yang paling utama adalah
kelemahan otot abdomen, karena itu biasanya penyebabnya acquired. Sementara pada
hernia kongenital, pada saat fetus terjadilah penurunan testis dari dalam abdomen
(intraabdominal) ke skrotum pada trimester ketiga. Penurunan testis ini melalui
gubernaculum dan diverticulum peritoneum yang menembus melalui inguinal canal dan

16
terjadilah prosesus vaginalis. Pada antara minggu ke-36 sampai ke-40, prosesus vaginalis
menutup dan menghilangkan bukan peritoneal pada internal inguinal ring. Jika tidak
menutup dengan sempurna maka akan menimbulkan hernia.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menimbulkan hernia:
1. Batuk
2. Obese
3. Mengejan
4. Merokok
5. Mengangkat barang berat
6. Ascites
7. Pregnancy

Patofisiologi4
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis merupakan
evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral.
Pada pria testis awalnya terletak retroperitoneal dan dengan adanya processus vaginalis,
testis akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum akibat adanya kontraksi pada
ligamentum gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga
angka kejadiannya lebih banyak pada sebelah kanan. Proses selanjutnya yang terjadi
adalah menutupnya processus vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka
hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis
disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30%
autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya telah menutup
sempurna.

Manifestasi Klinis2
Pada hernia yang reponibel bisa saja tidak ditemukan gejala apapun termasuk
penonjolan pada lokasi hernia, sedangkan pada hernia ireponibel penonjolan jelas terlihat
pada lokasi hernia akan tetapi tidak menimbulkan keluhan seperti nyeri dan defans
muskular.
Pada hernia inkarserata, tampak penonjolan pada lokasi hernia dengan disertai rasa
nyeri dan tanda-tanda obstruksi saluran cerna seperti muntah, sulit flatus, sulit buang air
besar, dan peningkatan bising usus.
Pada hernia strangulata tampak gejala seperti pada hernia inkarserata namun pasien
tampak lebih toksik. Keadaan toksik ini kemungkinan disebabkan oleh isi hernia yang telah

17
mengalami iskemia atau bahkan nekrosis.

Diagnosis5
Diagnosis hernia scrotalis dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Inspeksi Daerah Inguinal
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan
inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama
batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien
untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien
mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum
di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup
banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke
dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke
arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum.
Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis
inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari
penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah
hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu.
Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan
menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan
untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan
untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien.
Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia
inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk

18
menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu
ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur
vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi
cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa,
seperti hidrokel atau spermatokel.
Diagnosis Banding5
Adapun diagnosis banding dari hernia scrotalis seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini.

Gambar 3. Diagnosis banding pembesaran scrotum yang lazim dijumpai

Penatalaksanaan 1,2,3,6,7,8
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
- Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan pasien.
Pasien harus istirahat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.
- Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut pasien.
- Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah daripada kaki
(Trandelenburg).
- Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan eksternal rotasi
maksimal (seperti kaki kodok).
- Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air dingin untuk
mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
- Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan secara elektif

b. Reposisi Bimanual

19
- Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai
terjadi reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada apeks hernia karena justru akan
menyebabkan isi hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis
bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.

2. Pembedahan
Indikasi pembedahan:
- Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
- Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
- Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
Pada pria dewasa, operasi cito terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi.
Pada pria tua, ada beberapa pendapat bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena
angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery. Pada anak-anak
pembedahan dilakukan dengan memotong cincin hernia dan membebaskan kantong hernia
(herniotomy). Sedangkan pada orang dewasa dilakukan herniotomy dan hernioraphy, selain
dilakukan pembebasan kantong hernia juga dilakukan pemasangan fascia sintetis berupa
mesh yang terbuat dari proline untuk memperbaiki defek. Kedua tindakan herniotomy dan
hernioplasty disebut juga dengan hernioraphy.

Manajemen Operasi Hernia


Anestesi. Anestesi dapat general, epidural (spinal) atau lokal. Anestesi epidural atau lokal
dengan sedasi lebih dianjurkan.
Insisi. Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm). Setelah memotong
fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga mencapai aponeurosis
musculus obliquus eksternus.
Membuka canalis inguinalis. Identifikasi ring eksterna yang terletak pada aspek superior
dan lateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari kanalis inguinalis dibuka sejajar
serat dari aponeursis musculus obliquus eksternus, lakukan preservasi N. Iliohipastric dan
N.ilioinguinal. Lakukan identifkasi dan mobilisasi spermatic cord, dimulai dari bagian
tuberculum pubicum, mobilisasi secara sirkular, dan retraksi dengan penrose drain atau
kateter foley.
Identifikasi kantong hernia. Kantong hernia indirek ditemukan pada aspek anteromedial
dari spermatic cord. Setelah dijepit dengan klem, kantong diotong ke arah proksimal. Pada
hernia direk, kantong hernia ditemukan di trigonum Hesselbach.
Eksisi kantong hernia. Pada kantong hernia indirek, setelah kantong dibuka semua isi
kantong hernia, dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan ke dalam intra-abdomen.

20
Kemudian leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong dieksisi dibagian distal dari ligasi.
Sementara pada hernia direk kantong dapat diinsersikan ke rongga peritoneum, namun
pada kantong yang besar diakukan eksisi pada kantong.
Pada bayi dan anak-anak, operasi hernia terbatas dengan memotong kantong hernia. Tidak
diperlukan repair pada hernia bayi dan anak. Hal ini didasarkan bahwa sebagian besar
hernia pada anak tidak disertai dengan kelemahan dinding abdomen.

Teknik Hernia Repair


Bassini repair. Teknik ini mulai diperkenalkan pada
tahun 1889, merupakan teknik yang simple dan
cukup efektif. Prinsipnya adalah approksimasi fascia
tranversalis, otot tranversus abdominis dan otot
obliqus internus (ketiganya dinamai the bassini triple
layer) dengan ligamentum inguinal. Approksimasi
dilakukan dengan menggunakan jahitan interrupted.
Teknik dapat digunakan pada hernia direk dan hernia
indirek.
Shouldice Repair. Teknik ini dipopulerkan di Kanada, merupakan modifikasi dari Bassini
repair. Pada tenik ini jahitan yang digunakan adalah running sutures/countinues. Jahitan
pertama dimulai dari tuberculum pubicum kemudian ke lateral untuk aproksimasi otot obliqus
internus, otot tranversus abdominis dan fascia tranversalis (bassini triple layers) dengan
ligamentum inguinal. Jahitan diteruskan hingga ke arah ring interna. Jahitan yang sama
kemudian dilanjutkan dengan berbalik arah, dari ring interna ke tuberculum pubicum. Jahitan
kedua dilakukan aproksimasi antara otot obliqus internus dengan ligamentum inguinal
dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan aproksimasi pada teknik ini yang berlapis,
kejadian rekurensi dari teknik ini jarang dilaporkan.
McVay (Cooper Ligament) repair. Pada teknik ini terdapat dua komponen penting; repair
dan relaxing incision. Repair dilakukan dengan approksimasi fasia tranversalis ke
ligamentum Cooper. Repair menggunakan benang nonabsorbable, 2.0 atau 0. Repair
dimulai dari tuberculum pubicum dan berjalan ke arah lateral. Jahitan pertama merupakan
jahitan terpenting karena pada bagian tersebut sering terjadi rekurensi. Langkah kedua
adalah relaxing incision secara vertikal pada fascia anterior musculus rectus. Teknik ini
dapat digunakan untuk hernia inguinalis dan femoralis.
Tension-Free Herniorrhaphy/ Lichtenstein. Teknik ini menggunakan mesh prostetik untuk
untuk mencegah terjadinya tension. Dapat dilakukan dengan anastesi lokal. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa teknik ini memberikan outcome yang lebih baik; pasien lebih
cepat untuk kembali berkerja, nyeri pasca operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman

21
dan rekurensi yang lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada hernia direk
maupun hernia indirek.
Variasi teknik dengan menggunakan mesh telah berkembang hingga menggunakan mesh
plug, disamping mesh patch seperti tenik diatas. Mesh plug digunakan untuk mengisi defek
pada hernia. Mesh patch ini dapat dikombinasikan dengan mesh plug, dan teknik ini cukup
berkembang saat ini. Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus hernia rekuren.
Repair Dengan Laparoskopi. Terdapat tiga teknik yang berkembang untuk repair hernia
dengan laparoskopi yaitu; transabdominal preperitoneal (TAPP), intraperitoneal onlay mesh
(IPOM), totally ekstraperitoneal (TEP).

Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
- Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
- Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
- Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi segera setelah pembedahan:
- Hematome
- Infeksi
Komplikasi lanjut:
- Atrofi Testis
- Hernia residif

Prognosis
Umumnya sebanyak 1-3% tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter bedah yang
expert dapat terjadi hernia rekuren dalam waktu 10 tahun yang mungkin dapat diakibatkan
karena kurangnya jaringan dan tidak kuatnya hernioplasty yang dilakukan.

22
DAFTRA PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat, R.; Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta : EGC, pp. 519-37
2. Nicks, Bret A. 2012. Hernias. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/775630-overview#showall pada
tanggal 11 Nov 2014
3. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th
Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 1199-1217
4. Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
5. Brunicardi, F. Charles., dkk. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery, 9th ed.
United States: The McGraw-Hill Companies.
6. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital.
Switzerland. WHO. 151-156.
7. Debas, Haile T. 2003. Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and
Management. New York: Springer
8. Brunicardi, et al. 2006. Schwartz’s Manual Surgery 8th edition. New York:
McGraw-Hill

23

Anda mungkin juga menyukai