Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

TORSIO KISTA OVARIUM

Pembimbing:

dr.Cipta, SpOG, M.Kes

Disusun oleh:

Diana Yusfiandriani (030.13.054)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul:

Torsi Kista Ovarium

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepanitraan Klinik Ilmu
Obstetri dan Gynekologi di RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO

Disusun oleh:

Diana Yusfiandriani 030.13.054

Telah diterima dan disetujui oleh dr.Cipta, SpOG, M.Kes selaku dokter
pembimbing Obstetri dan Ginekologi di RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO

Semarang, Agustus 2019

Mengetahui

dr.Cipta, SpOG, M.Kes

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan status ujian ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di SMF Obsgyn
RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO terutama kepada dr.Cipta, SpOG, M.Kes
atas segala waktu dan bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penulisan status ujian ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun diharapkan oleh pembaca sekalian. Akhir kata, penulis
berharap semoga status ujian ini bermanfaat untuk berbagai pihak yang telah
membacanya.

Semarang, Agustus 2019

Diana Yusfiandriani

ii
BAB I

LAPORAN K ASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. NA
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Palir Asri Raya No.127 03/11 Kec. Ngaliyan
Tanggal Masuk : 24 Juli 2019
No.CM : 120694

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 Juli 2019


pukul 14.00 WIB di bangsal Bima RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.

Keluhan Utama: Nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang dengan


keluhan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga merasakan nyeri perutnya
menjalar sampai pada pinggang kanan dan kiri yang berganti-ganti sejak 1 minggu
yang lalu. Pasien mengeluhkan sering mual, muntah dan badan lemas. Pasien
mengatakan terasa anyang-anyangan. Tidak terdapat perdarahan yang berlebihan saat
haid, ganti pembalut 2-3x/hari, tidak ada perdarahan diluar siklus menstruasi dan
siklus haid pasien selalu teratur yaitu 28 hari, lama menstruasi + 7 hari. Keputihan (-),
nyeri saat berhubungan (-). Tidak terdapat gangguan BAB. Pasien menyangkal
adanya pusing maupun penurunan berat badan drastis. Pasien tidak memiliki

1
kebiasaan merokok maupun minuman berakohol. Pasien sebelumnya telah
memeriksakan diri di dokter untuk nyerinya. Nyeri terasa berkurang setelah
meminum obat dari dokter tetapi nyeri tetap sering kambuh.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi : disangkal


Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Maag : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Maag : disangkal
Riwayat Penyakit Paru : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Kista : disangkal

Riwayat Menstruasi
Menarche usia 14 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari dan lamanya haid 7 hari dan
menghabiskan hingga 2 pembalut sehari. Terdapat nyeri saat menstruasi. Riwayat
haid lebih banyak dari biasannya disangkal.

Riwayat Pernikahan

Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang, usia saat menikah 24 tahun.

2
Riwayat Obstetri
P0A0

Riwayat Kontrasepsi :
Pasien tidak pernah menggunakan KB sebelumnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,60c
 Antropometri
Berat Badan : 53 kg

Tinggi Badan : 158 cm

BMI : 21,2

 Kepala : Mesocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut, kulit


kepala tidak ada kelainan.
 Mata : Bentuk simetris, pupil ODS bulat, isokor, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-)
 Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-), deviasi septum (-).
 Telinga : Normotia, discharge (-/-).
 Mulut : Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis.
 Thorax
a. Paru

3
Inspeksi: bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,
Palpasi: stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi :
Batas atas jantung di ICS II midclavicula line sinistra
Batas kanan jantung sejajar ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri jantung di ICS V midclavicula line sinistra .
Batas Apek di ICS V Linea axillaris anterior
Auskultasi: bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : datar, sikatrik (-), massa (-), striae (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba massa pada bagian bawah perut, mobile,
batas tegas. hepar dan lien tidak teraba
Perkusi: timpani
 Kulit : turgor kulit baik.
 Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
 Genitalia : Dalam batas normal
- -
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik,
- -
edema tungkai

2. Status Ginekologis
Pemeriksaan dalam vagina :
1. Fluor/ fluxus (-/-)

4
2. Vulva, Uretra, Vagina: dalam batas normal
3. Portio: licin, nyeri goyang (-)
4. Ostium Uteri Eksternum: tertutup
5. Adneksa dan Parametrium: massa padat sebesar tinju dewasa
6. Cavum douglasi: dalam batas normal
7. Uterus: sebesar telur ayam

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 27 Juli 2019


HEMATOLOGI Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 9,6 g/dl 11,7 – 15,0
Hematokrit 30,00 % 35 - 47
Jumlah leukosit 17,3 /Ul 3,6 - 11,0
Jumlah trombosit 387 Ml 150 - 400
Gula Darah Sewaktu 117 mg/Dl 70 - 115
SGOT 6 U/L 0 - 35
SGPT 9 U/L 0 - 35
Ureum 19,3 mg/dL 17,-0 - 42,0
Creatinin 0,2 mg/dL 0,5 - 0,8

Hasil Radiologi USG (dari luar): Massa Abdomen

V. RESUME
Pasien atas nama Ny. NA datang Telah diperiksa seorang pasien perempuan
atas nama Ny. NA P0A0 yang berusia 33 tahun dengan keluhan nyeri perut sejak 1
minggu lalu. Pasien juga merasakan nyeri perutnya menjalar sampai pada pinggang
kanan dan kiri yang berganti-ganti sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluhkan
sering mual, muntah dan badan lemas. Pasien mengatakan terasa anyeng-anyengan.
Tidak terdapat perdarahan yang berlebihan saat haid, ganti pembalut 2-3x/hari, tidak
ada perdarahan diluar siklus menstruasi dan siklus haid pasien selalu teratur yaitu 28
hari, lama menstruasi + 7 hari. Keputihan (-), nyeri saat berhubungan (-). Tidak
terdapat gangguan BAB. Pasien menyangkal adanya pusing maupun penurunan berat

5
badan drastis. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok maupun minuman berakohol.
Pasien sebelumnya telah memeriksakan diri di dokter untuk nyerinya. Nyeri terasa
berkurang setelah meminum obat dari dokter tetapi nyeri tetap sering kambuh.

Pemeriksaan dalam vagina :

 PPV (-), fluor/ fluxus (-/-)


 Vulva, Uretra, Vagina: dalam batas normal
 Portio: licin, nyeri goyang (-)
 Ostium Uteri Eksternum: tertutup
 Adneksa dan Parametrium: massa padat sebesar tinju dewasa
 Cavum douglasi: dalam batas normal
 Uterus: sebesar telur ayam
VI. DIAGNOSA KERJA
P0A0 usia 33 tahun dengan Torsio Kista Ovarium Kiri

VII. PENATALAKSANAAN

Edukasi
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dan alasan
untuk dilakukan pemberian terapi dan tindakan medis berupa laparatomi salpingo-
ooforektomi.

Tatalaksana
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac
- DC
- Cek Hb 4 jam post operasi
Operatif

- Laparatomi Salpingo-ooforektomi

6
Observasi

- Pengawasan keadaan umum, TTV pasien

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

IX. LAPORAN OPERASI


Diagnosa Pre Operatif : Tumor Adneksa
Diagnosa Post Operatif : Tumor Kista Ovarium Kiri
Macam Pembedahan : Elective
Dikirim untuk Pemeriksaan PA : Tidak
Nama/ Macam Operasi : Laparatomi Salpingo-ooforektomi
Tanggal Operasi : 27/ 07/ 2019 10:00:00
Jam Operasi Dimulai : 27/ 07/ 2019 10:00:00
Jam Operasi Selesai : 27/ 07/ 2019 11:33:26
Lama Operasi Berlangsung : 01 jam : 33 menit
Posisis dan Desinfeksi : Tidur terlentang dan Povidone iodine
Deskripsi :
- Tutup doek steril
- Insisi dinding abdomen sd cavum peritonei terbuka
- Eksplorasi: uterus normal, adneksa kanan: normal. Adneksa kiri tampak
kista ovarium sebesar tinju dewasa dan tuba uterina yang mengalami
torsio dan nekrotik (warna merah kebiruan)
- Dilakukan salpingo-ooforektomi sinistra
- Atasi perdarahan
- Tutup dinding abdomen lapis demi lapis
- Operasi selesai

7
Terapi post laparatomi:
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac
- DC
- Cek Hb 4 jam post operasi

Penyulit: -
Jumlah perdarahan : 40cc

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kista Ovarium


2.1.1Definisi
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan tumor
ovarium yang paling sering dijumpai ialah kista dermoid, kista coklat atau kista
lutein.(1)
Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas
sel-sel embrional yang tidak berdiferensiasi, kista ini tumbuh lambat dan ditemukan
selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental berwarna kuning yang
timbul dari lapisan kulit.(2)

2.1.2 Anatomi Ovarium


Ovarium disebut juga dengan indung telur memiliki bentuk lonjong,
permukaan halus dan pada seorang dewaasa berukuran sekitar ibu jari tangan.
Ovarium terletak di kanan dan kiri uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium atau lipatan yang
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium. Sebagian besar
ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil
ovarium berada di dalam ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus
ini masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium.(1)
Ovarium terbagi dari dua bagian, korteks dan medulla. Bagian ovarium yang
berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel selapis kubik-silindrik, disebut
dengan epitel germinativum. Pada bagian bawah epitrl ini terdapat tunika albuginea
yang dibawahnya dapat ditemukan folikel-folikel primordial. Setiap bulannya satu
sampai dua folikel primordial akan berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel-

9
folikel ini terdapat pada korteks dalam letak yang beraneka ragam dan berbagai tahap
perkembangan. Folikel yang telah matang berisi likuor folikuli yang mengandung
estrogen, dan siap untuk berovulasi. (1,3)

Gambar 2.1. Anatomi

Pada waktu saat dilahirkan bayi perempuan memiliki sekitar 750.000


oogonium. Jumlah ini akan berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel –
folikel. Pada usia 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium, di usia 16-25 tahun
terdapat 159.000, antara usia 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan pada usia 35-
45 tahun hanya terdapat 34.000 oogonium. Pada wanita menopause semua folikel
telah menghilang. (1)

10
Gambar 2.2. Anatomi ovarium
2.1.3. Epidemiologi
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang
sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun. Kista Ovarium ditemukan pada
hampir semua wanita premenopause dan pada 18% wanita post menopause. Sebagian
besar dari kista ini adalah kista fungsional dan jinak. Teratoma atau kista dermoid
memiliki persentase lebih dari 10% dari semua jenis neoplasma ovarium. Kista
ovarium adalah tumor yang paling umum pada janin dan bayi, dengan prevalensi
mencapai 30%. Insiden yag sering terjadi pada wanita usia 30- 54 tahun dan yang
paling tinggi adalah wanita dengan kulit putih.(2) Di Amerika karsinoma ovarium di
diagnosa pada kira-kira 22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.
Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang
spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium.(2)

2.1.4. Faktor risiko


Beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam pembentukan kista
ovarium adalah:

1. Pengobatan infertilitas

11
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi
dengan gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau
letrozole, dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian
hyperstimulation syndrome.
2. Tamoxifen
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang
biasanya timbul setelah penghentian terapi.
3. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua saat
kadar hCG tertinggi.
4. Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone (TSH)
dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista ovarii.
5. Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.
6. Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari
merokok mungkin meningkat seiring dengan penurunan indeks massa
tubuh (IMT).
7. Ligasi tuba
Kista fungsional dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba.(8)

2.1.5. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul
dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.(2)
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh

12
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengisi kista
sebagian besar berupa darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah ovarium. Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.(2)
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi
untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.(2)

2.1.6. Klasifikasi

A. Kista ovarium non-neoplastik

a. Kista folikel
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium
dan biasanya berukuran 3-8 cm. Kista folikel terjadi karena kegagalan ovulasi
folikel de Graaf dan kemudia cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Pada
beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi akibat pemberian
gonadotropin yang berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Kista ini umumnya
tidak menimbulkan gejala yang spesifik, akan tetapi kista folikel dengan ukuran
yang besar dapat menyebabkan nyeri pelvik, dyspareunia, dan terkadang
menyebabkan perdarahan abnormal uterus.

Gambar 2.3. Kista folikel

b. Kista korpus luteum

Dalam keadaan
normal korpus luteum
lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus

13
luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang
terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah
coklat karena darah tua. Kista korpus luteum dapat tumbuh dengan diameter 3
cm. Terdapat dua jenis kista korpus luteum, yaitu kista granulosa dan kista teka
lutein.

Gambar 2.4. Kista korpus luteum

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur
yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

Kista teka-lutein tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya


bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka seringkali dijumpai
bersamaan dengan ovarium polikistik, mola hidatidosa, korio karsinoma, terapi
hCG, dan klomifen sitrat.

c. Kista inklusi germinal

Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian - bagian terkecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia lanjut
dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan ovarium
dan isinya cairan jernih dan serous.

d. Kista endometrium

14
Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.

Gambar 2.5. Kista coklat


(kista endometriosis)

B. Kista ovarium neoplastik jinak

1. Kistik:

a. Kistoma ovari simpleks


Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Karena bertangkai, kista
dapat terjadi torsi. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
serous dan berwarna kuning.

b. Kistadenoma ovarii serosum

Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15 – 25% dari keseluruhan tumor


jinak ovarium. Usia penderita berkisar antara 20 - 50 tahun. Pada 12 –
50% kasus, kista ini terjadi bilateral. Ukuran kista berkisar antara 5 – 15
cm, lebih kecil dari rata – rata ukuran kistadenoma musinosum.
Pertumbuhan menjadi ganas apabila di temukan pertumbuhan papilifer,
proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel.

15
c. Kistadenoma ovarii musinosum

Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16 – 30% dari total tumor


jinak ovarium. Umumnya berbentuk multilokuler dan lobulus yang berisi
cairan musinosum tampak berwarna kebiruan di dalam kapsul yang
dindingnya tegang.

d. Kista endometroid

Terjadi karena lapisan didalam rahim tidak terletak dalam rahim tetapi
melekat pada dinding luar ovarium. Akibat peristiwa ini setiap kali haid,
lapisan tersebut menghasilkan darah haid yang akan terus menerus
tertimbun dan menjadi kista. Kista ini bisa 1 pada dua indung telur.
Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexual
intercourse.

e. Kista dermoid

Kista dermoid berasal dari sel germinativum dimana struktur-strukturnya


terdiri atas epitel kulit, gigi, dan produk glandula sebasea warna putih
kekuningan yang menyerupai lemak. Kista dermoid ini banyak diderita
pada wanita berusia di bawah 20 tahun. Terjadi karena jaringan dalam
telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan
seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur
dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/
pecah.

16
Gambar 2.6. Kista dermoid

2. Solid:
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya
berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai
jenis.

a. Fibroma
b. Leiomioma
c. Fibroadenoma
d. Papiloma
e. Limfangioma
f. Tumor brenner (1,4,5)

2.1.7 Patofisiologi
Siklus menstruasi rata – rata berlangsung selama 28 hari. Fase pertama pada
siklus ini adalah fase folikular yang ditandai dengan meningkatnya produksi FSH
yang berfungsi untuk pematangan folikel. Folikel matang menghasilkan estrogen
yang menyebabkan terjadinya peningkatan LH dan memicu terjadi ovulasi. Setelah
ovulasi, sisa folikel akan menjadi korpus luteum yang memproduksi progesteron.
Hal ini menghambat produksi FSH dan LH. Seiring dengan degenerasi luteal dan
tidak adanya kehamilan, tingkat progesteron akan menurun, sementara FSH dan LH
meningkat sebelum terjadinya menstruasi berikutnya.
Bentuk – bentuk kista ovarium fungsional dapat terbentuk selama fase – fase
dalam siklus menstruasi tersebut. Kista folikular terjadi di fase folikular yang

17
disebabkan oleh stimulasi FSH yang berlebihan atau kurangnya kenaikan LH,
sehingga pelepasan ovum tidak terjadi dan folikel akan terus bertumbuh menjad kista.
Kista korpus luteum dapat terjadi apabila terjadi kegagalan terurainya korpus
luteum. Kista teka-lutein disebabkan oleh lutenisasi dan hipertrofi sel pada lapisan
teka interna sebagai respon terhadap stimulasi yang berlebihan dari human chorionic
gonadotropin (hCG).
Kista neoplasma terjadi akibat pertumbuhan abnormal sel – sel ovarium dan
dapat bersifat jinak maupun ganas. Neoplasma maligna dapat berasal dari seluruh tipe
sel dan jaringan pada neoplasma, tetapi yang paling sering berasal dari mesotelium.
Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan
musinosum.(2)

2.1.8 Manifestasi Klinis


Kista ovarium seringkali tidak bergejala, terutama pada kista ovarium dengan
ukuran kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan merupakan akibat dari
pertumbuhan, aktifitas hormonal dan akibat komplikasi dari kista ovarium tersebut.
Gejala yang terjadi karena pertumbuhan kista ovarium menyebabkan adanya
benjolan pada perut bagian bawah. Kista yang membesar juga dapat menekan
kandung kemih dan menyebabkan terjadinya gangguan berkemih. Apabila kista
menekan rektum maka menyebabkan adanya obstipasi. Kista ovarium yang besar
juga dapat menimbulkan keluhan seperti tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain –
lain.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali bila tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon, seperti pada tumor sel granulosa yang dapat
menyebabkan hipermenorrea.
Gejala yang terjadi akibat komplikasi dapat berupa nyeri perut mendadak
akibat perdarahan di dalam kista yang menimbulkan pembesaran kista yang
mendadak dan akibat dari putaran tangkai tumor (torsio kista). Infeksi juga
merupakan komplikasi dari kista ovarium. Robeknya dinding kista akan
menimbulkan adanya iritasi peritoneum akibat dari cairan kista yang keluar.

18
Perubahan ke arah keganasan dapat terjadi pada kistadenoma ovarii serosum, kista
ovarii musinosum, dan kista dermoid. (1,4,6)

2.1.9 Diagnosis
a. Anamnesis

Biasanya kista ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama kista
ovarium yang kecil, akan tetapi pada tumor yang mengalami pembesaran pasien
biasanya mengeluhkan adanya benjolan di perut, nyeri pada perut bagian bawah, dan
nyeri akan bertambah apabila terjadi torsi pada kista yang bertangkai. Terdapat juga
rasa penuh di perut. Tekanan kista terhadap alat-alat di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Pasien juga dapat
mengeluh adanya rasa tidak nyaman saat coitus. Pada tumor yang besar dapat terjadi
tidak adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak. Pada umumnya tumor
ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan
hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat
terjadi.(1)

b. Pemeriksaan Fisik

Kista yang besar dapat teraba pada saat palpasi abdomen. Teraba massa yang
kistik, mobile, permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Massa fibroid dan nodul yang teraba pada ligamentum uterosakral
merupakan sebuah keganasan atau endometriosis.
Pada pemeriksaan bimanual, uterus terpisah dari tumor ovarium. Pada
pemeriksaan dalam vagina dapat teraba massa kistik pada adneksa dan parametrium.
Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif. Hal ini menunjukkan ke arah
keganasan.(1)

c. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium

19
Laboratorium bukan merupakan tes diagnostik untuk kista ovarii.
Cancer antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran
sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml
adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan
karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada
kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
 Laparoskopi

Laparoskopi digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis kista


ovarium, untuk menilai apakah kista merupakan sebuah keganasan atau tidak,
untuk mendapatkan cairan dari pencucian peritoneal yang kemudian
digunakan untuk pemeriksaan sitologi. Selain untuk diagnosis, laparoskopi
juga dapat digunakan dalam tindakan operatif pengangkatan kista.

 USG

Dari gambaran USG dapat terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echoic dengan dinding yang
tipis/tegas/licin. Kista dapat berupa kista yang tidak bersepta maupun
bersepta – septa atau multilokuler.

 MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,
dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini
biasanya tidak diperlukan
 CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untuk
mengidentifikasi organ intra abdomen dan retroperitoneum dalam kasus
keganasan ovarium.
 Parasentesis

Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.

20
 Pemeriksaan Beta-HCG

Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah wanita


tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik.(2)

2.1.10 Komplikasi
Perdarahan kista dengan jumlah yang sedikit meyebabkan pembesaran kista,
dan hanya menimbulkan gejala yang minimal. Perdarahan dalam jumlah banyak akan
menyebabkan distensi dan nyeri perut mendadak.
Kista yang bertangkai dan mengalami putaran atau torsi akan menimbulkan
rasa nyeri hebat akibat tarikan ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum
parietal. Torsi kista juga dapat menyebabkan robekan pada dinding kista. Selain itu,
robekan dinding kista dapat pula terjadi karena trauma dan coitus. Bila terdapat
perdarahan akibat robekan dinding kista, akan terjadi adanya rasa nyeri yang terus
menerus disertai tanda – tanda akut abdomen.
Infeksi dapat terjadi jika terdapat sumber kuman pathogen pada area sekitar
tumor seperti appendicitis, diverticulitis, atau salpingitis akut. Perubahan kista dari
jinak menjadi ganas dapat terjadi pada kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma
ovarii musinosum, dan kista dermoid. Sindroma Meigs ditemukan ada 40% dari
kasus fibroma ovarii, yaitu tumor ovarium disertai dengan ascites dan hidrotoraks. (1,4)

21
Gambar 2.7 Torsi kista ovarium

2.1.11 Tatalaksana

Pada kista ovarium non neoplastik umumnya tidak dibutuhkan adanya


tindakan operatif. Kista ovarium non neoplastic biasanya besarnya tidak melebihi
5cm, dan dapat mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang. Observasi
selama 2-3 bulan, kemudian dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila besar tumor
bertambah, kemungkinan besar tumor tersebut bersifat neoplastic, dan dapat
dipertimbangkan pengobatan operatif.
Analgetik narkotik dan NSAID dapat digunakan untuk meredakan nyeri.
NSAID digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, sedangkan
analgetik golongan narkotika digunakan untuk meredakan nyeri hebat.
Pemberian pil kontrasepsi dapat diberikan untuk mencegah perkembangan
kista ovarium fungsional, akan tetapi tidak dapat menghilangkan kista yang sudah
ada.
Banyak pasien dengan kista ovarium simpleks tidak membutuhkan tindakan.
Pada pasien post menopause, dengan kista yang berukuran tetap kurang dari 10 cm
dan CA125 normal perlu dimonitor dengan pemeriksaan USG berkala. Sedangkan
untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk
tidak dilakukan terapi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi)
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperiksa.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih

22
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada pasien dengan
kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi
harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan kista
benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi
ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk
fertilitas di masa mendatang.
Jika terdapat keganasan, operasi yang dilakukan adalah histerektomi dan
salpingo-ooforektomi bilateral. Pengangkatan ovarium sebelahnya harus
dipertimbangkan pada wanita postmenopause, perimenopause, dan wanita
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta
yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi dengan ahli
endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium
polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium
kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat
karsinoma ovarium pada keluarga.(1,2,7)

2.1.12 Prognosis

Kista ovarium jinak memiliki prognosis yang baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan
karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama
kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

2.2 Infertilitas
2.2.1 Definisi
Infertilitas adalah masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah
menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan. Pada
prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan
masalah yang sering dijumpai pada perempuan dan masalah yang ering dijumpai pada
laki-laki.

23
Infertilitas dikatakan sebagai infertilitas primer jika sebelumnya pasangan
suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan sebagai
infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk memperoleh kehamilan
setelah satu tahun pascapersalinan atau pascaabortus, tanpa menggunakan kontrasepsi
apapun.

2.2.2 Etiologi
Secara garis berasa penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi faktor tuba dan
pelvik (35%), faktor laki-laki (35%), faktor ovulasi (15%), faktor idiopatik (10%),
dan faktor lain (5%).
Faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas dapat dibagi menjadi faktor
penyebab organik dan non – organik.

Faktor non – organik yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas adalah:


a. Usia
Usia, terutama usia istri, sangat menentukan besarnya kesempatan pasangan
suami istri untuk mendapatkan keturunan. 94% perempuan subur di usia 35 tahun
atau 77% perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami kehamilan dalam kurun
waktu tiga tahun lama pernikahan. Ketika usia perempuan mencapai 40 tahun maka
kesempatan untuk hamil hanya sebesar lima persen per bulan dengan kejadian
kegagalan sebesar 34- 52% .

b. Frekuensi senggama
Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan suami sitri
melakukan hubungan suami istri dengan frekuensi 2 -3 kali dalam seminggu. Upaya
penyesuaian saat melakukan hubungan suami istri dengan terjadinya ovulasi justru
akan meningkatkan kejadian stress bagi pasangan suami istri tersebut, upaya ini
sudah tidak direkomendasikan lagi.

c. Pola hidup

24
Belum ada bukti kuat terkait efek alkohol pada perempuan terhadap
peningkatan risiko infertilitas. Akan tetapi, pada laki-laki terdapat beberapa studi
yang menghubungkan minuman alkohol dalam jumlah banyak dengan penurunan
kualitas sperma.
Merokok dapat menyebabkan penurunan fertilitas. Selain itu perempuan
demgan indeks massa tubuh yang lebih dari 29, yang termasuk di kelompok obesitas,
terbukti memgalami keterlambatan hamil.

Faktor organik yang dapat menyebabkan infertilitas adalah:


a. Masalah vagina

 Dispareunia. Dispareunia merupakan masalah kesehatan yang ditandai


dengan adanya rasa nyeri saat melakukan senggama. Dispareunia
dapat dialami perempuan atau laki-laki.
 Vaginismus. Ditandai dengan adanya rasa nyeri saat penis akan
melakukan penetrasi ke dalam vagina.
 Vaginitis. Beberapa infeksi kuman seperti klamidia trakomatis, niseria
gonore, dan bakterial vaginosis. Infeksi klamidia trakomatis memiliki
kaitan erat dengan infertilitas melalui kerusakan tuba yang dapat
ditimbulkannya.

b. Masalah uterus

 Servisitis
 Trauma pada serviks
 Kelainan anatomi kavum uteri
 Faktor endometriosis
 Faktor miometrium. Pengaruh mioma uteri terhadap kejadian
infertilitas berkisar antara 30 – 50%. Mioma uteri mempengaruhi fertilitas

25
kemungkinan terkait dengan sumbatan pada tuba, sumbatan pada kanalis
servikalis, atau mempengaruhi implantasi.

c. Masalah Tuba
Kelainan tuba yang seringkali dijumpai pada penderita infertilitas adalah
sumbatan tuba. Sumbatan tuba dapat disebabkan oleh infeksi atau dapat disebabkan
oleh endometriosis. Infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan yang erat dengan
terjadinya kerusakan tuba.
d. Masalah ovarium
Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah terkait dengan fungsi
ovulasi. Sindrom ovarium polikistik merupakan masalah gangguan utama yang sering
dijumpai pada kasus infertilitas. Saat ini untuk menegakkan diagnosis sindrom
ovarium polikistik dapat dijumpai dari tiga gejala, yaitu terdapat siklus haid
oligoovulasi atau anovulasi, terdapat gambaran ovarium polikistik pada pemeriksaan
USG, terdapat gambaran hiperandrogenisme baik klinis maupun kimiawi.

Masalah gangguan ovulasi yang lain adalah terkait dengan pertumbuhan kista
ovarium non – neoplastik ataupun kista ovarium neoplastik. Kista ovarium yang
sering dijumpai pada penderita infertilitas adalah kista endometrium yang sering
dikenal dengan istilah kista coklat. Kista endometriosis tidak hanya mengganggu
fungsi ovulasi, tetapi juga dapat mempengaruhi fungsi maturasi oosit. Kista
endometriosis dengan ukuran >4cm berhubungan dengan penurunan volume ovarium
dan mengurangi densitas folikular pada korteks.(10)

e. Masalah peritoneum
Masalah yang sering dikaitkan dengan infertilitas adalah adanya
endometriosis. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti hubungan yang erat
antara endometriosis dengan kejadian infertilitas. Diperkirakan disebabkan oleh
faktor – faktor imunologis yang kemudian berdampak negatif terhadap kerusakan
jaringan.(9)

26
BAB III
KESIMPULAN

Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan tumor
ovarium yang paling sering dijumpai ialah kista dermoid, kista coklat atau kista
lutein.
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang
sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun. Kista Ovarium ditemukan pada
hampir semua wanita premenopause dan pada 18% wanita post menopause. Sebagian
besar dari kista ini adalah kista fungsional dan jinak.
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul
dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista ovarium seringkali tidak bergejala, terutama pada kista ovarium dengan
ukuran kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan merupakan akibat dari
pertumbuhan, aktifitas hormnal dan akibat komplikasi dari kista ovarium tersebut.
Kista yang besar dapat teraba pada saat palpasi abdomen. Teraba massa yang
kistik, mobile, permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Massa fibroid dan nodul yang teraba pada ligamentum uterosakral
merupakan sebuah keganasan atau endometriosis. Pada pemeriksaan bimanual, uterus
terpisah dari tumor ovarium. Pada pemeriksaan dalam vagina dapat teraba massa
kistik pada adneksa dan parametrium.

27
Pada kista ovarium non neoplastik umumnya tidak dibutuhkan adanya
tindakan operatif. Kista ovarium non neoplastic biasanya besarnya tidak melebihi
5cm, dan dapat mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang. Observasi
selama 2-3 bulan, kemudian dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila besar tumor
bertambah, kemungkinan besar tumor tersebut bersifat neoplastic, dan dapat
dipertimbangkan pengobatan operatif.
Analgetik narkotik dan NSAID dapat digunakan untuk meredakan nyeri.
NSAID digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, sedangkan
analgetik golongan narkotika digunakan untuk meredakan nyeri hebat.
Pemberian pil kontrasepsi dapat diberikan untuk mencegah perkembangan
kista ovarium fungsional, akan tetapi tidak dapat menghilangkan kista yang sudah
ada.
Infertilitas adalah masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah
menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur, tanpa
menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan. Pada
prinsipnya masalah yang terkait dengan infertilitas ini dapat dibagi berdasarkan
masalah yang sering dijumpai pada perempuan dan masalah yang ering dijumpai pada
laki-laki.
Kista ovarium yang sering dijumpai pada penderita infertilitas adalah kista
endometrium yang sering dikenal dengan istilah kista coklat. Kista endometriosis
tidak hanya mengganggu fungsi ovulasi, tetapi juga dapat mempengaruhi fungsi
maturasi oosit. Kista endometriosis dengan ukuran >4cm berhubungan dengan
penurunan volume ovarium dan mengurangi densitas folikular pada korteks.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar A, Baziad A, Prabowo P. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
2. Grabosch SM. Ovarian Cysts. Medscape Reference. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#a1. Accessed on 25
January 2019.

3. Miranda AM. Ovary Anatomy. Medscape Reference. Available at:


https://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3. Accessed on
25 January 2019.

4. Pramana C. Serie Praktis: Ilmu Kandungan (Ginekologi). Semarang: CP


Production.

5. Grabosch SM. What is the Pathophysiology of Theca-Lutein Ovarian Cysts?.


Medscape reference. Available at: https://www.medscape.com/answers/255865-
25765/what-is-the-pathophysiology-of-theca-lutein-ovarian-cysts. Accessed on 25
January 2019.

6. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange. p. 744-51.

7. Al Zahidy ZA. Causes and Management of Ovarian Cysts. The Egyptian Journal
of Hospital Medicine (January 2018) Vol. 70 (10), Page 1818-1822. Available at:
http://egyptianjournal.xyz/7010_19.pdf. Accessed on 25 January 2019.

8. Grabosch SM. What are the Risk Factors for Ovarian Cysts Formaton?.
Medscape Reference. Available at: https://www.medscape.com/answers/255865-

29
25770/what-are-the-risk-factors-for-ovarian-cyst-formation. Accessed on 25 January
2019.

9. Anwar A, Baziad A, Prabowo P. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. p 424-30.
10. Legendre G, Catala L, Moriniere C, Lacoeuille C, Boussion F, Sentilhes L, et all.
Relationship between Ovarian Cysts and Infertility: What Surgery and When?

30

Anda mungkin juga menyukai