FISTULA
2.1. Definisi Fistula Urogenital
2. vesiko uretrovaginal
3. vesikovaginal
4. vesikoserviko-vaginal fistula
Keluarnya urin yang tidak terkontrol kedalam vagina pasça persalinan atau
1. Anamnesis
Penderita merasa basah karena keluar cairan melalui vagina yang terus
menerus, daerah ginetalia eksterna selalu basah dan kalau sudah lama
berlangsung dapat ditemukan tanda-tanda radang kronik termasuk
inpetigo
2. Pemeriksaan Ginekologi
Pada fistula obstetrik yang sangat kecil yang segera diketahui setelah
melahirkan atau fistula ginekologi pasca operasi ginekologik (7 hari pasca
operasi), diobati dengan melakukan drainase transurethral selama 3
minggu; diharapkan fistula akan menutup sendiri, diberikan pula antibiotika
dan pasien dirawat di rumah sakit dengan baring total. Bila dengan cara ini
fistula masih tetap ada, direncanakan reparasi fistula 3 bulan kemudian.
Kebanyakan para- sarjana menganut waktu reparasi fistula dilakukan
setelah 3 bulan pasca ter- jadi fistula. Hal ini diharapkan infeksi, edema,
nekrosis jaringan telah hilang dan telah terbentuk pembulu darah baru.
1. Teknik Reparasi
Penderita diletakan dalam posisi litotomi dan lampu sorot harus men-
genai seluruh liang vagina dan liang fistula, penderita harus dalam anestesi
regional atau general. Untuk mefiksasi dinding fistula, dapat dipasang
polika- teter (yang diisi air 2-3 cc), atau dibuat jahitan penunjang pada jam
11, jam 2, jam 4 dan jam 8. Pinggir fistula di insisi sirkular dan pada jam
12 dan jam 6, kemudiana mukosa vagina dibebaskan dari dasarnya ke
sekeliling fistula seluas 1 cm. Bila pembebasan ini berjalan baik maka
fistula akan mengecil bahkan akan dapat menutup lubang fistula.
Kemudian fistula ditutup dengan jahitan bentuk matras dimulai pada
submukosa visika dengan benang vikril no. 3.O. Kemudian dilakukan pula
penjahitan lapisan otot dinding vagina, kalau memungkinkan berlawanan
arah dengan lapisan ke 1 (seperti membuat tikar). Lapisan otot ini dijahit
dengan vikril juga dengan no. 3.O secara ma- tras. terakhir dilakukan
penjahitan lapisan mukosa vagina satu-satu dengan vikril no 2.O. Pasca
reparasi fistula, dipasang drainase transuretra dengan poly kateter triway.
Kateter dipertahankan selama 10-12 hari. Dan bila tidak ada ke- bocoran
pada hari 10 kateter dapat dilepas dan penderita dianjurkan untuk berkemih
sendiri. Penderita boleh pulang dari rumah sakit bila penderita telah dapat
menahan berkemih dalam waktu 2-3 jam. Penderita dilarang melakukan
hubungan intim selama lebih kurang 2 bulan, dan perlu diberikan informasi
pada penderita dan keluarga bahwa penderita tidak boleh melahirkan
pervagi- nam dan harus dengan seksiosesarea (operasi).
3. FISTULA REKTOVAGINAL
3.1. Definisi dan Epidemiologi
obsetrik pada
5. Bedah anorektal
(ex: insisi dan
drainase abses
intramural
Inflamasi 1. Penyakit Chron’s 1. Perforasi inflamasi transmural
3. Uterus
4. Vagina
5. Tumor primer
atau rekuren
Dari semua penyebab di atas penyebab terbanyak adalah trauma ob-
setrik. Fistula yang terjadi akibat malformasi kongenital tidak dibicarakan
dalam pembahasan ini.
3.4. Patofisiologi
forsep atau vakum ekstraksi. Selain itu kegagalan diagnosa atau perbaikan
dari laserasi perineum serta infeksi sekunder menyebabkan peningkatan re-
siko terjadinya fistula rektovaginal. Partus macet dengan tekanan pada
septum rektovaginal dapat menyebabkan iskemik dan akhirnya nekrosis
pada bagian tersebut sehingga terbentuk fistula.
2. Trauma lainnya
3.5. Klasifikasi
simpel komplek
bawah
3.6. Diagnosa
Teknik ini sering digunakan oleh banyak ahli bedah dan ginekologis
un- tuk menangani fistula rektovaginal letak rendah, yang sering
disebabkan oleh trauma obsetri. Namun, resiko kegagalan cukup tinggi
karena akan terbentuk zona bertekanan tinggi pada rektum. Untuk itu
teknik ini hanya dilakukan untuk fistula letak rendah dengan diameter kecil
dan perineum yang intak.
Untuk dilakukan operasi transvaginal, pasien berada pada posisi lito-
tomi dan dalam anastesi. Leher fistula dinaikkan ke dalam vagina,
kemudian dibuat dua sampai tiga jahitan melingkar untuk menutup fistula.
Fistula dima sukkan lagi ke dalam rektum, kemudian mukosa vagina
disatukan dan diperbaiki lagi dengan dijahit. Selain teknik yang telah
disebutkan ini masih ada teknik transvaginal yang lain.
4.2 Teknik Operasi Transrektal
Setelah operasi pasien diberikan diet makanan lunak tanpa serat atau
makanan cair, serta diberikan pelunak feses. Antibiotik profilaksis dapat
di- berikan peroral, antibiotik yang diberikan berupa antibiotik dengan
spektrum luas 3-5 hari pasca operasi. Evaluasi perbaikan fistula, melihat
apakah ada- kah gejala fistula yang rekuren, namun tidak boleh dilakukan
pemeriksaan dalam selama perawatan. Lakukan observasi pada prilaku
usus besar selama pasca operasi.
3.9. Komplikasi Operasi