INKONTINENSIA URIN
Oleh :
Pembimbing
Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu
obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
Mengetahui,
Pembimbing
ii
INKONTINENSIA URIN
A. Pendahuluan
pada wanita, sekitar 25% wanita muda, 44-57% wanita usia pertengahan dan
pascamenopause, dan 75% dari wanita yang lebih tua mengalami inkontinensia urin.
Namun masalah ini tidak dilaporkan dan tidak dilakukan pengobatan, karena
menganggap masalah tersebut adalah masalah yang memalukan untuk diceritakan dan
fisik, fungsional, psikologis dan penurunan kualitas hidup di rumah dan di tempat
kerja. Inkontinensia urin menjadi masalah yang sulit diskusikan bagi pasien, sehingga
Gangguan pada sistem ini diakibatkan oleh persalinan, penuaan, atau kondisi
dapat menyertai inkontinensia urin seperti infeksi saluran kemih, gangguan tidur,
masalah psikososial seperti depresi, mudah marah dan rasa terisolasi. Inkontinensia
urin pada wanita umumnya terdiri atas inkontinensia urin tipe stress dan
riwayat dan pemeriksaan klinis sederhana yang sebagian besar tersedia di pelayanan
perawatan primer3.
1
B. Anatomi Saluran Kemih Bawah dan Fisiologi Berkemih
fascia pelvis yang membungkus dua otot tersebut. M.levator ani dibagi
diaphragma pelvis4.
2
Gambar 1. Diaphragma pelvis
kemih bagian bawah dapat dibagi menjadi kandung kemih dan uretra4.
1) Kandung kemih
usia, jenis kelamin dan volume urin. Saat kosong bentuk kandung
kemih agak bulat, terletak didalam pelvis dan mempunyai empat buah
3
posterior. Fascies superior dan bagian superior dari basis kandung
corpus uteri4.
4
2) Uretra
5
Gambar 3. Uretra Wanita
2. Fisiologi Berkemih
kemih. Kontraksi peristaltik otot polos di dinding ureter mendorong urin maju
dari ginjal ke kandung kemih. Susunan anatomi ureter yang menembus dinding
kandung kemih secara oblik dan berjalan melaui dinding kandung kemih
bertujuan mencegah aliran balik urin dari kandung kemih ke ginjal ketika
Kandung kemih adalah suatu kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat
dan otot polos yang berada diregio pelvik. Dalam keadaan kosong kandung
kemih terletak dibelakang simfisis pubis dan bila penuh akan keluar hingga
melewati simfisis pubis sehingga sangat mudah diraba. Bagian dasar kandung
6
kemih dibentuk oleh otot fibroelastik yang berbentuk segitiga yang dikenal
dengan trigone. Trigone kandung kemih ini mengandung serabut saraf sensorik
Dinding kandung kemih (vesika) terdiri atas empat lapisan, yakni lapisan
serosa, lapisan otot detrusor, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa. Saat otot
detrusor berelaksasi pengisian kandung kemih terjadi dan bila otot kandung
otot kandung kemih sehingga dapat terisi oleh urin dan mengkontrasikan
7
sfingter uretra internal dalam mencegah urin memasuki uretra. Sistem saraf
Otot detrusor adalah otot kontraktil yang terdiri atas beberapa lapisan
medulla spinalis, dan pusat saraf yang mengontrol berkemih. Ketika kandung
kemih mulai terisi urin, rangsangan saraf diteruskan melalui saraf pelvis dan
penggembungan kandung kemih disadari dan pusat kortikal (pada lobus frontal)
rangsangan saraf dari korteks disalurkan melalui medulla spinalis dan saraf
kemih. Kontraksi otot detrusor tidak hanya tergantung pada inervasi kolinergik
8
sehingga calcium channel blockers dapat juga mengganggu kontraksi kandung
kemih3.
dinding uretra sebagai otot-otot uretra dikenal sebagai muskulus sfingter visisae
sedikit ke distal sepanjang 2 cm, uretra dilingkari oleh suatu lapisan otot tidak
rabdosfingter ini urethra dapat aktif ditutup jika penuh dan ada perasaan ingin
berkemih sehingga tidak terjadi inkontinensia. Bila vesika urinaria berisi urin
maka otot dinding vesika mulai diregangkan dan perasaan ini disalurkan melaui
ringan pada otot dinding vesika (m. detrusor). Bila isi vesika hanya sedikit
maka kontraksi ringan tersebut tidak menimbulkan pengeluaran air kemih, akan
9
tetapi bila vesika terus diregangkan maka muskulus detrusor berkontraksi lebih
regio sfingter uretra internum menutup pintu keluar kandung kemih. Sfingter
uretra eksternum dilapisi otot rangka dan diperkuat oleh diafragma pelvis
sehingga berada dibawah kontrol sadar, oleh karena itu orang dapat secara
10
kontraksi sfingter sedangkan zat alfa-blocking (terazosin) dapat menggangu
adrenergik-alfa3.
memerlukan angulasi yang tepat antara uretra dan kandung kemih dan posisi
secara efektif ditransmisikan ke uretra. Bila uretra pada posisi yang tepat urin
tidak akan keluar pada saat tekanan batuk yang meningkatkan tekanan intra
abdomen7.
rangkaian kordinasi proses fisiologi berurutan yang dibagi menjadi 2 fase yaitu
diatur oleh refleks yang berpusat di medulla spinalis segmen sakral yang
pada otot dasar panggul. Pada fase pengosongan, aktivitas simpatis dan somatik
11
detrusor dan pembukaan leher kandung kemih. Proses refleks ini dipengaruhi
oleh sistem saraf yang lebih tinggi yaitu batang otak, korteks serebri, dan
serebelum5.
Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250-400 ml urin
reseptor regang. Semakin besar tegangan yang melebihi ukuran ini, maka
kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh gaya yang
12
C. Definisi
Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang
sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol, secara objektif
dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini
interaksi sosial dan interpersonal. Inkontinensia urin dapat bersifat akut atau
persisten. Inkontinensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila penyakit atau
sendiri tidak mengancam jiwa penderita, tetapi berpengaruh pada kualitas hidup yang
disebabkan oleh faktor gangguan psikologis dan faktor sosial yang sulit diatasi8.
D. Epidemiologi
negara pada tahun 2004 berkisar antara 5% hingga 69%. Perempuan usia lanjut lebih
cenderung mengalami inkontinensia urin tipe mixed dan urge, sedangkan perempuan
muda dan usia pertengahan umumnya mengalami inkontinensia tipe stress. Secara
13
diklasifikasikan sebagai inkontinensia tipe urge atau tekanan. Faktor-faktor risiko
yang berkaitan dengan prevalensi inkontinensia pada perempuan antara lain usia,
riwayat kehamilan, obesitas, hormon, diabetes mellitus (DM), infeksi saluran kemih
ekonomi yang serius serta masalah fisik dan psikologis. Inkontinesia urin juga
penyakit Alzheimer dan Stroke adalah tiga penyakit kronis yang dapat mempengaruhi
adalah masalah kesehatan utama, dan terdapat lebih dari 200 juta populasi di dunia
didapat pada postpartum adalah 33% dan separuh prevalensinya adalah inkontinensia
tipe stress10.
mengenai profil inkontinensia urin di Indonesia pada tahun 2008. Penelitian ini
Surabaya, Makasar, dan Medan. Dari total 2.765 responden yang memenuhi kriteria
inklusi, didapatkan prevalensi total inkontinensia urin sebesar 13%. Secara umum,
14
OAB (over active bladder) dan inkontinensia tekanan merupakan dua tipe yang
paling banyak ditemukan, yaitu sebesar 4,1% dan 4,0%. Sedangkan prevalensi
inkontinensia urin yang lain secara berurutan : campuran (1,6%), luapan (0.4%),
Pada penelitian oleh Fakhrizal dkk (2016), inkontinensia urin di Indonesia dari
81 subjek (20,3%) ditemukan inkontinensia urin pada tiga bulan postpartum. Dari 81
inkontinensia urin tipe stress, 25 subjek (6,3%) memiliki inkontinesia urin tipe urge
dan 21 subjek (5,3%) memiliki tipe campuran. Pada penelitian ini juga didapatkan
diantara 143 subjek yang menjalani persalinan pervaginam dan 211 subjek yang
menjalani operasi section caesar terdapat 20 subjek (14,15%), dan 15 subjek (7,1%)
inkontinensia urin tipe stress persisten dalam waktu tiga bulan postpartum dan lebih
caesar10.
E. Etiologi
secara mendadak dan berkaitan dengan sakit yang dialami, inkontinensia ini
disebabkan oleh12 :
15
a. Delirium, kesadaran yang menurun berpengaruh terhadap tanggapan
pulih
inkontinensia urin
16
b. Aktivitas otot detrusor yang menurun (inkontinensia urin tipe overflow
malam hari dengan jumlah urin sedikit dan sisa urin residu setelah
ditandai dengan kebocoran urin saat beraktifitas. Urin dapat keluar saat
Pada proses persalinan dasar panggul didorong dan regangkan serta sebagian
menyebabkan inkontinesia pada masa nifas dan akan hilang sendiri bila
F. Patofisiologi
17
1) Inkontinensia urgensi
2) Inkontinensia Overflow
18
dengan hipermobilitas uretra disebut inkontinensia anatomi sebab inkontinensia
biasanya membantu dalam menutup uretra. Ada wanita dengan mobilitas leher
sfingter intrinsik baru biasanya terjadi setelah kegagalan dari satu atau lebih
menyebabkan pengeluaran urin, dan karena itu pasien dapat mengeluarkan urin
G. Faktor Risiko
inkontinensia urin lebih tinggi pada usia tua berhubungan dengan adanya
perubahan sistem saluran kemih pada usia tersebut. Penurunan estrogen saat
19
panggul, menyebabkan atrofi vagina dan menurunkan fungsi jaringan
inkontinensia urin13.
2. Hormon Seks
dengan perubahan fisiologi saluran kemih pada penuan dan kurangnya reseptor
urin juga meningkat pada wanita akibat perubahan hormon selama kehamilan.
Sebuah penelitian oleh Santos dkk (2006) pada wanita hamil, prevalensi
inkontinensia urin tipe tekanan atau stress ditemukan 5,4% sebelum kehamilan
dan 51,5% selama kehamilan. Begitu pula pada sebuah penelitian oleh Wesnes
3. Proses Persalinan
20
rendah pada wanita nulipara dan lebih tinggi pada wanita yang telah melahirkan
jaringan penunjang cervix vesicae atau leher kandung kemih melalui kerusakan
risiko inkontinensia urin. Pada penelitian oleh Wilson dkk (1996), prevalensi
24,9% dan inkontinensia urin setelah operasi section Caesar adalah 8,8%.
risiko terjadinya inkontinensia urin tipe stress lebih dari 3 kali. Faktor lain yang
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah faktor risiko untuk terjadinya inkontinensia
21
urin dimana kejadian tertinggi pada orang-orang dengan IMT lebih dari 25.
inkontinesia urin tipe stress disarankan menurunkan berat badan untuk mecegah
timbulnya gejala13.
selain itu inkontinensia juga terjadi akibat kerusakan sintesis kolagen dan efek
antiestrogenik dari beberapa bahan kimia yang terkandung dalam rokok, hal ini
ginekologis yang dapat terjadi bersamaan, karena semua POP dan inkontinensia
urin disebabkan oleh alasan umum yaitu insufisiensi dasar panggul. Dalam
meningkat 3,4 kali pada mereka yang prolaps dan 9,1 kali pada mereka yang
punya sistokel13.
saluran kemih adalah faktor risiko untuk terjadinya inkontinensia urin karena
22
menyebabkan stimulasi kontraksi otot detrusor yang involunter. Dalam suatu
meningkat 6,5 kali pada pasien yang menderita infeksi saluran kemih
berulang13.
7. Gangguan Lainnya
diabetes mellitus dan stroke. Pada penelitian Santos dkk (2006) melaporkan
diabetes melitus meningkat 17,7 kali dan stroke meningkat 15,9 kali13.
H. Klasifikasi
menjadi 2 yaitu :
Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan
dan biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic
berlangsung lama (lebih dari 6 bulan). Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang
23
melatar belakangi Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu menurunnya
kronik ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe yaitu stress, urge,
otot dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain
kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain
melalui pemeriksaan
stress seperti batuk, bersin, ketawa, atau kerja berat dan adanya sedikit
24
4) Tipe 3 : Uretra terbuka dan area leher kandung kemih tanpa kontraksi
yang tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara berlebihan.
Pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah
kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan
saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau
saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah
kencing (merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih), urin yang
paling banyak terjadi pada pria dan jarang terjadi pada wanita.
25
d. Inkontinensia tipe campuran (Mixed)
adalah inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi atau tipe stress dan tipe
fungsional.
1. Tingkat I, yaitu adanya air kemih keluar meskipun sedikit pada waktu batuk
2. Tingkat II, yaitu keluarnya air kemih bila bekerja ringan, naik tangga atau
jalan-jalan.
3. Tingkat III, yaitu keluarnya terus air kemih tidak tergantung dari berat
I. Diagnosis
Diagnosis pasien dengan gejala inkontinensi urin pada wanita dapat dilakukan
urin stress14.
1. Anamnesis
26
a. Anamnesis riwayat berkemih dapat dilakukan dengan menanyakan :
inkontinensia)
rasa urgensi
hari)
inkontinensia :
Gejala
Frekuensi dengan urgensi Ya Tidak
(lebih dari 8 kali dalam 24
jam)
Terbangun untuk Sering Jarang
berkemih pada malam hari
lebih dari 1 kali
Urgensi (keinginan kuat, Ya Tidak
mendadak untuk
berkemih)
27
Kebocoran saat Tidak Ya
melakukan aktivitas fisik
(contoh : tertawa, batuk,
bersin)
Diagnosis kerja Inkontinensia Inkontinesia stress
urgensi
b. Riwayat penyakit dahulu
28
d. Riwayat obstetrik
stress14.
e. Riwayat pembedahan
f. Kondisi fisik
g. Keterbatasan sosial
29
inkontinensia sehingga dapat membantu diagnosis dan pengobatan
inkontinensia urin1.
2. Pemeriksaan Fisik
genitalia yaitu vulva nilai apakah terdapat prolaps atau penurunan organ
panggul dan colok dubur. Penilaian fungsi otot dasar panggul dari pemeriksaan
vagina atau rektum sebelum dilakukan latihan otot dasar panggul (Pelvic Floor
Muscle Training) dan pemeriksaan urin sisa setelah berkemih (Urine Residual
urin termasuk pemeriksaan otot dasar panggul, penilaian kekuatan otot dan
kelainan anorektal dan impaksi tinja, yang dapat dikaitkan dengan inkontinensia
pada wanita usia tua. Pemeriksaan rektum juga untuk menilai tonus dan
merupakan hal yang penting. Beberapa hal yang penting dalam pemeriksaan
fisik14 :
inkontinensia stress.
30
2) Pasien harus berdiri tegak, relaks dengan kaki terbuka selebar bahu
lalu pasien diminta untuk batuk beberapa kali untuk melihat jika ada
tanda fisik inkontinensia stress yang tampak. Jika tampak keluar urin,
beberapa detik.
atau mengedan adalah tes inkontinensia stress positif, jika kehilangan urin
terjadi secara tertunda setelah batuk atau mengedan dianggap hasil tes
negatif. Tes stress dapat dilakukan dalam posisi terlentang atau duduk
mengedan. Bila terdapat inkontinensia maka dari uretra akan keluar urin1.
b. Pad test
apakah cairan yang keluar adalah urin, seberapa banyak keluarnya urin
31
membuat urin berwarna biru. Jika pembalut mengalami perubahan warna
maka cairan yang keluar adalah urin. Pad test ini dapat dilakukan selama
3. Pemeriksaan Penunjang
kandung kemih yang menampung urin. Ruang ini dapat menjadi sumber
32
d) Uretrosistografi dapat memperlihatkan keadaan uretra, vesika urinaria,
inkontinensia14.
elektromiografi14.
J. Penatalaksanaan
pada wanita meliputi anjuran untuk memperbaiki gaya hidup, terapi fisik,
pada pasien dengan masukkan cairan abnormal tinggi dan tidak dilakukan
33
bahwa kondisi ini terjadi karena hilangnya kontrol kortikal terhadap
detrusor pada proses berkemih yang sebelumnya ada selama fase toilet
urgensi16
34
Bladder retraining dilakukan dengan cara meningkatkan waktu
antar berkemih secara progresif 10-15 menit setiap satu minggu atau
30 menit setiap 2-5 hari hingga tercapai interval yang cukup (2,5-3
pengalaman sebelumnya15.
berat badan jika pasien obesitas dan latihan otot dasar panggul atau
Kegel exercise.
35
Kegel Exercise
Definisi
bermotivasi tinggi.
Tujuan
Pokok Bahasan
1. Definisi Tujuan Kegel Exercise adalah memperbaiki
kekuatan dan kekakuan otot dasar panggul
2 Tujuan Menguatkan otot rangka pada dasar
panggul, sehingga memperkuat fungsi
sfingter pada kandung kemih
Mengatasi inkontinensia urin
36
4 Kontraind Penderita penyakit jantung yang dapat
ikasi menyebabkan nyeri dada saat melakukan
gerakan minimal
5 Hal yang Temukan otot yang tepat
perlu Pertahankan focus, fokuskan hanya untuk
diperhari melatih otot dasar panggul
kan Ulang 3x sehari
6 Persiapan a. Arloji
Alat b. Matras/karpet
c. Handscoon
7 Prosedur Tahap Pra Interaksi
Cek catatan keperawatan atau catatan medik
klien
Siapkan handscoon
Cuci tangan
Tahap Orientasi
a. Berikan salam dan panggil klien dengan
namanya
b. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama
tindakan pada klien atau keluarga
c. Kosongkan kandung kemih atau latihan ini
dilakukan setelah pasien melakukan
urinasi jika pasien yang masihmemakai
kateter maka dilakukan bersamaan dengan
bledder training
d. Memberi kesempatan pada klien untuk
bertanya bila ada yang ditanyakan
e. Menciptakan lingkungan yang nyaman
dengan menutup ruangan atau tirai
ruangan
f. Atur posisi klien yang nyaman (posisi
duduk atau berbaring)
Tahap Kerja
a. Memakai handscoon
b. Berikan kesempatan pada klien atau
keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan
di mulai
c. Anjurkan pasien mengontraksikan otot
panggul dengan cara yang sama ketika
menahan lencing atau bunh angina (pasien
harus dapat meremas akan uretra dan anus
37
d. Palpasi pada otot perut atau pantat bila
mengeras maka pasien tidak berlatih
dengan benar
e. Bila pasien sudah menemukan cara yang
tepat untuk mengontraksikan dalam
hitungan (1-10) atau selama 10 detik
kemudian istirahat selama 10 detik
f. Lakukan latihan berulang-ulang sampai
10-15 kali proses latihan
g. Latihan ini dilakukan 2-3x sehari
h. Responden diminta melakukan ini rutin
selama pasien dirawat inap maupun rawat
jalan
i. Anjurkan pasien untuk minum (200-250
cc)
j. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin
berkemih setelah 1 jam
k. Lepaskan handscoon dan rapikan semua
peralatan
Tahap Terminal
a. Menanyakan pada klien apa yang
dirasakan setelah dilakukan tindakan
b. Memberitahu latihan senam kegel tidak
perlu lama tetapi harus rutin
c. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah
dilakukan
d. Melakukan kontrak dengan klien untuk
tindakan selanjutnya
e. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
f. Merapikan lingkungan dan
mempersilahkan pasien istirahat.
Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi
salam pamitan
satu hingga dua detik, tetapi setelah beberapa minggu, sebagian besar
38
mengkontraksikan sfingternya pada setiap maneuver stress. Kontraksi
39
(extended release)
Dycyclomine hydrochloride 30-90 mg / hari
Terodiline 25-50 mg/hari
Calcium channel Nifedipine
Blockers Diltiazem
uretra termasuk pola otot polos dan lurik uretra serta lamina propria
karena adanya kondisi medis yang lain, maka terapi dengan alpha-
40
c. Pengaturan jadwal berkemih dengan interval dua jam dapat bermanfaat
sebagai intervensi pada wanita dengan inkontinensia urin ringan dan pola
41
yang buruk walaupun sudah diberikan terapi konservatif dan
kandung kemih yang tidak efisien dapat terjadi setelah operasi, sehingga
diinhibisi14.
tidak dapat diterima oleh pasien, terapi yang dapat diberikan yaitu15 :
42
jumlah episode inkontinensia urin, komplikasi umum dan spesifik
43
Gambar 7. Tatalaksana spesialistik inkontinensia urin pada wanita
44
DAFTAR PUSTAKA
3. Setiati, S dan Pramantara, I.D. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4 :
Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. Jakarta. Interna Publishing.
4. Wei, J.T dan Lancey, J.D. 2004. Functional Anatomy of the Pelvic Floor and
Lower Urynaru Tact. Clinical Obstetrics and Gynecology. Vol 47(1). March :
3-17.
8. Gajewski, J.B., Schurch, B., Hamid, R., Averbeck, M., Sakakibara, R., Agro,
E.F. 2017. An International Continence Society (ICS) Report on the
Terminology For Adult Neurogenic Lower Urinary Tracy Dysfunction.
Neurourology and Urodynamic Journal. 1-10.
9. Milsom, I., Altman, D., Lapitan, M., Nelson, R., Sillen, U., Thom, D. 2009.
Epidemiology of urinary (UI) and faecal (FI) incontinence and pelvic organ
prolapse (POP). International Consultation on Incontinence. July : 37-112.
10. Fakhrizal, E., Priyatini, T., Santoso, B.I., Junizaf., Moegni, F., Djusad, S. 2016.
Prevalence and Risk Factors of Persistent Stress Urinaty Incontinence at Three
Months Postpartum in Indonesian Women. Medical Journal Of Indonesia. Vol
25(3). September : 163-170.
45
11. Perkumpulan Kontinensia Indonesia. 2012. Panduan Tata Laksana
Inkontinensia Urin Pada Dewasa. Jakarta. Perkumpulan Kontinensia Indonesia.
ISBN : 9786021894903.
12. Pranarka, Kris. 2014. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut : Inkontinensia. Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
14. Vitriana. 2002. Evaluasi dan Manajemen Medis Inkontinensia Urin. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
15. Thuroff, J.W., Abrams, P., Anderssom, K.E., Artibani, W., Chapple, C.R.,
Drake, M.J. 2011. European Association of Urology Guidelines on Urinary
Incontinence. European Urology. Vol 59. 387-400.
16. Paulsen, F dan Waschke, 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta. EGC.
17. Wahdi, A., dkk. 2021. Kegel Exercise “Latihan otot dasar panggul pada post
TURP dengan Inkontinensia Urin”.Jawa Tengah. CV. Pena Persada
46