Anda di halaman 1dari 21

Prof Junizaf, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM

TIPS DAN TRIK HISTEREKTOMI


PERVAGINAM
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Divisi Uroginekologi Rekonstruksi
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
H
i
m
p
u
n
a
n

U
r
o
g
i
n
e
k
o
l ogi Re
k
o
n
s
t
r
u
k
s
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a

HUGI
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
Uterus dapat diangkat dengan cara
1. Laparatomi (operasi abdominal)
2. Operasi melalui vagina (bedah vagina)
3. Laparoskopi (histerektomi laparoskopi)

Operasi vaginal merupakan gold standar
untuk pengangkatan uterus pada prolaps
uteri atau non prolaps (Kovac, Zimmerman)
Pendekatan pervaginam merupakan teknik
ginekologi uroginekologi, tidak seperti
pendekatan perabdominam. Operasi
perabdominam dapat dilakukan oleh dokter
bedah umum, onkologi, uroginekologi,
urologi, digestif dan bedah plastik
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
KEUNTUNGAN OPERASI
MELALUI VAGINA
Morbiditas rendah
Prosedur lebih mudah dan cepat
Perbaikan anatomi dan fungsi lebih baik
Perdarahan lebih sedikit
Rasa nyeri lebih sedikit
Lebih cepat pulih (recovery)
Tinggal di rumah sakit lebih pendek
Lebih cepat dapat beraktivitas
Biaya relatif lebih murah
Tidak ditemukan jaringan parut pada kulit
(sikatrik)
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
Vaginal histerektomi akan
mudah dilakukan bila

1. Operator mempunyai
kompetensi dan pengalaman
yang baik
2. Uterus tidak terlalu besar dan
mobilitas yang baik
3. Adanya asisten yang
mempunyai kemampuan
untuk membantu dalam
operasi vagina
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
Lakukan pemeriksaan
sebelum operasi
1. Preoperatif: anamnesis, pemeriksaan
fisik, ginekologi yang lengkap dan teliti,
pemeriksaan penunjang (laboratorium,
USG) dan lainnya kalau di perlu dan
informed consent
2. Intra operatif pemeriksaan ginekologi
dalam anestesi, untuk menentukan
besar uterus, mobilitas uterus, keadaan
daerah aneksa dan untuk menentukan
jenis operasi yang paling tepat untuk
dilakukan
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
TEKNIK OPERASI
HISTEREKTOMI
1. Serviks dijepit dengan tenakulum
kemudian ditarik untuk mengetahui
uterus mudah digerakan

2. Dilakukan infiltrasi pada dinding
vagina anterior dan posterior mulai
dari serviks ke arah urethra dan kavum
Douglasi dengan cairan NaCL
fisiologik 60 cc dicampur dengan
epinephrine 1:200.000 sebanyak 10
tetes
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
3. Tenakulum ditarik kebawah
kemudian di buat insisi pada
dinding vagina anterior berbentuk
elips kanan dan kiri, dimulai
dengan titik berjarak 2 cm
proksimal uretra ke arah serviks
sampai didaerah dekat porsio 2
cm dari porsio dengan lebar
terbesar antara 2-3 cm dan
dalamnya 2-3 mm
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
4. Tepi mukosa vagina anterior yang
telah di insisi dilepaskan dengan
menjepit pakai klem bergigi dua
mulai dari periurethra ke arah
porsio secara tajam atau tumpul
dengan memakai kasa, dinding
vagina anterior tersebut mudah
dapat dilepaskan dari dasarnya
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
5. Dengan menggunakan kain kasa
yang dipegang pada ujung jari dekat
daerah serviks, kandung kemih
didorong proksimal ke arah simpisis,
sehingga kandung kemih dilepaskan
dari servik sampai terlihat plika
vesiko uterina
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
6. Dilakukan insisi melingkar pada
mukosa vagina di dekat serviks 1-2 cm
dari ujung serviks, kemudian servik
ditarik keatas sehingga fornik posterior
terlihat, dilakukan insisi mukosa
vagina posterior setinggi daerah batas
insisi, kearah pornik posterior
berbentuk huruf V terbalik, mukosa
vagina posterior dibebaskan dari
daerah servik dengan mendorong
secara tumpul kearah fornik posterior
dengan bantuan kasa.
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
7. Dengan posisi serviks yang tertarik
keatas semaksimal tadi lapisan
submukosa dan peritonium fornik
posterior dipotong / digunting
sehingga kavum douglasi dapat
ditembus dan dilihat.
Dibuat kegel pada jaringan peritenium
dan submukosa fornik posterior,
lubang kavum douglasi diperlebar
kekanan dan kekiri dengan gunting.
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
8. Dilakukan eksplorasi kavum doglasi
dengan telunjuk, dimasukan kedalam
kavum douglasi, dan dicoba meraba
fundus uteri dan jaringan sekitar uterus
Dengan bimbingan jari telunjuk, fundus
uteri didalam rongga abdomen dapat
diraba dan didorong ke arah anterior, plika
psikouterina mudah dikenal, diklem dan
dipotong dan dilebarkan kekanan dan
kekiri kemudian digantung dengan jahitan
benang kromik 3.0
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
9. Dilakukan penjepitan ligamentum
kardinale dan sakrum uterina dengan
clem Heaney, jepitan diletakkan dekat
sekali pada dinding servik untuk
mencegah trauma pada ureter,
kemudian ligamentum kardinale dan
sakrouterina dipotong dan dijahit
dengan chromic no 2; setelah diikat
satu benang dipotong satu lagi
dipegang, dan dilakukan pula hal yang
sama seperti diatas pada ligament
sakro uterinkardinale di sebelah sisi
lain.
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
10. Dilakukan penjepitan, pemotongan dan
penjahitan pada ligamentum rotundum
dan parametrial kanan dan kiri.
Perdarahan atau sumber perdarahan
diperhatikan dan kalau ada perdarahan
dilakukan hemostasis dengan jahitan.

11. Dicari pangkal tuba, di klem dengan
Heaney klem di dipotong dan di ikat
dengan benang kromik no. 2, ujung
benang dipegang dengan klem,
dilakukan pula hal yang sama pada tuba
yang satu lagi
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
16
12. Dilakukan reperitonisasi dengan jahitan
pakai benang nomor 2.0 lambat absorbsi,
dimulai dari tengah peritoneum atas
terus, pada peritoneum sudut lateral kiri,
tunggul pangkal tuba kiri, ligamentum
sakrouterina kiri dan ligamentum
kardinale kiri, tepi peritoneum posterior,
peritoneum pada sudut posterior kanan,
ligamentum sakrouterina dan kardinale
kanan, pangkal tuba kanan, peritoneum
sudut anterior kanan dan berkahir pada
garis tengan peritoneum anterior.
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
13. Tunggul tuba kanan dan kiri
disatukan dengan mengikatkan
benang-benang yang telah ada tadi
sehingga tunggul menjadi satu. Hal
ini juga dilakukan pada tunggul
sakrouterina dan kardinale; sehingga
rongga peritoneum tertutup, dan
kalau ada perdarahan akan berhenti;
perlu diingat ketika peritoneum
ditutup semua tunggul-tunggul harus
ada diluar peritoneum.
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
14. Dilakukan kolporafi anterior. Dinding
anterior vagina dijepit dengan klem
Allis pada sudut lateral bawah kanan
dan kiri, klem dipegang kemudian
dinding vagina dilepaskan dari
dasarnya dengan mendorong
submukosa dengan ibu jari kiri atau
kanan yang dilapisi dengan kasa
sampai ke daerah lateral dinding
vagina. Hal ini dilakukan juga sampai
di daerah dekat muara uretra
eksterna (kalau pada kasus ini ada
sistokel sebelumnya).
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
15. Dilakukan penjahitan dengan tiga
buah jahitan yaitu dengan
mengambil fasia pubo servikalis
dan jaringan parauretralis
sebelah kiri dan kanan, jahitan
berbentuk huruf "U", ketiga
jahitan ini kemudian diikat satu
sama lain sehingga uretra dan
kandung kemih akan terdorong
keatas dan tak tampak ada
tonjolan atau sistokel.
Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM
16. Dinding vagina ditutup dengan
benang nomor 1 lambat absorbsi
secara interrupted dimulai dari
daerah uretra dan berakhir pada
daerah puncak vagina. Dengan cara
ini puncak vagina telah tertutup

17. Dinding vagina dibersihkan dengan
kasa pakai larutan betadin dan
dipasang kateter menetap
transurethra selama 24 jam
Prof Junizaf, SpOG(K) | Divisi Uroginekologi Rekonstruksi | FKUI | RSCM

Anda mungkin juga menyukai