Anda di halaman 1dari 11

Oleh

Marco Filano (15710018)


Fisca Resita Setyawati (15710021)
Definisi
Retensio urin adalah ketidakmampuan
berkemih selama 24 jam yang
membutuhkan pertolongan kateter, dimana
keadaan tidak dapat mengeluarkan urin ini
lebih dari 25-50 % kapasitas kandung kemih.

8
KLASIFIKASI
Retensi urin post partum dibagi atas dua:
A. Retensi urin covert (volume residu urin
>150 ml pada hari pertama
post partum tanpa gejala klinis)
B. Retensi urin overt (retensi urin
akut post partum dengan gejala klinis) -
ketidakmampuan berkemih secara
spontan setelah proses persalinan.

10, 11
PATOFISIOLOGI
masa hamil  ↑elastisitas saluran kemih hormon progesteron
↓tonus otot detrusor  bulan ketiga kehamilan otot detrusor
kehilangan tonus dan kapasitas  vesika urinaria ↑ perlahan-
lahan wanita hamil berkemih ketika vesika urinaria berisi 240-
400ml urin  ketika wanita hamil berdiri
uterus yg membesar menekan vesika urinaria
Tekanan menjadi dua kali lipat ketika usia kehamilan memasuki
38 minggu Penekanan ini semakin membesar ketika bayi akan
dilahirkan memungkinkan terjadinya trauma intrapartum pada
uretra dan vesika urinaria dan menimbulkan obstruksi.

13, 14
Tekanan ini hilang setelah bayi dilahirkan 
vesikaurinaria tidak lagi dibatasi kapasitasnya
oleh uterus vesika urinaria menjadi hipotonik
dan cenderung berlangsung beberapa lama.
Retensi urin post partum dissinergis otot
detrusor dan sfingter uretrarelaksasi sfingter
uretra yg tidak sempurna nyeri
dan edemaibu post partum tidak
dapat mengosongkan kandung kemihnya
dengan baik

3, 4
Gambar 1. Penekanan bladder oleh bagian terbawah janin
FAKTOR RISIKO
1. Riwayat kesulitan berkemih
2. Primipara
3. Pasca anestesi blok epidural, spinal, atau pudenda
4. Persalinan yg lama dan atau distosia bahu
5. Kala II lama
6. Trauma perineal yg berat:sobekan
para uretral, klitoris,episiotomy yg besar, rupture grade 2
atau grade 3, oedem yg signifikan
7. kateterisasi selama atau setelah kelahiran
8. Perubahan sensasi setelah berkemih
9. Pengosongan kandung kemih yg tidak lengkap

11, 13
GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS
1. Kesulitan buang air kecil
2. Pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus
3. keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada supra pubik
saat berkemih rasa tidak puas setelah berkemih
4. kandung kemih terasa penuh (distensi abdomen)
5. kencing menetes setelah berkemih
6. Sering berkemih dengan volume yang kecil
7. nokturia lebih dari 2-3kali yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI
8. Keterlambatan berkemih lebih dari 6 jam setelah persalinan
9. Kesulitan dalam memulai berkemih setelah persalinan
10. Letak fundus uteri tinggi atau tidak berpindah dengan kandung kenih yg
teraba (terdeteksi melalui perkusi) dan kemungkinan sakit perut
bagian bawah

3, 11
PENATALAKSANAAN
A. Bladder Training
Bladder training adalah kegiatan melatih kandung kemih untuk m
engembalikan pola normal berkemih dengan menstimulasi
pengeluaran urin.
 non invasif :pasien dapat berkemih spontan.
 Pasien post partum harus sedini mungkin berdiri dan
jalan ke toilet untuk berkemih spontan
 Terapi medikamentosa diberikan uterotonika agar
terjadi involusio uteri yg baik. kontraksi uterus diikuti
dengan kontraksi kandung kemih.
 Apabila semua upaya telah dikerjakan namun tidak berhasil un
tuk mengosongkan kandung kemih yg penuh, maka perlu dilak
ukan kateterisasi urin, jika perlu lakukan berulang

1
B. Hidroterapi
- Rasionalisasi hidroterapi dengan air hangat
- Rasionalisasi hidroterapi dengan air dingin

12, 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Andi. Retensio Urin Post Partum. Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 20, Februari 2008.
2. Saultz J W, Toffler W L, et. al. Postpartum Urinary Retention, Departemen of Family
Medicine, Oregon Health Sciences University, Portland, 1991.
3. Andolf E, Losif C S, et. al. Insidious Urinary Retension After Vaginal Delivery, Prevalence,
an Symptoms at Follow up in Population Based Study. Gynecol Obstet Invest 1995; 38:
51.
4. Junizaf. Penanganan Retensi Urin Pasca Persalinan, Uroginekologi 1 Sub Bagian
Uroginekologi Rekonstruksi Bagian Obstetri Ginekologi FKUI Jakarta, 2002
5. Magowan BA. Owen P, et. al. Urinary Incontinence in Clinical Obtetrics & Gynaecology.
Elsevier, London, 2004 : 175.
6. Nikolai A, Shevchuk. Hydrotherapy as a possible neuroleptic and sedative treatment.
Molecular Radiobiology Section. USA. 2008.
7. Jenny G. Evidence for Eeffective Hydrotherapy. Physiotherapy, Systematic review,
evidence – based research, 2002; 88, 9, 514 – 529
8. Dewi M, Ermawati, et. al. Pengaruh Pelvic Floor Muscle Training terhadap Pengembalian
Fungsi Miksi dan Defekasi pada Ibu Postpartum Spontan
9. 1, 3, 4, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 17

Anda mungkin juga menyukai