Anda di halaman 1dari 22

INKONTINENSIA

ALVI

Dr. Siti Nur Asni, SpOG.


Divisi Uroginekologi FK-UNHAS
Makassar
PENDAHULUAN
 Inkontinensia anal →
kegagalan melakukan
kontrol defekasi
 Tidak mengancam jiwa
 Mengganggu pola kehidupan
 Prevalensi sulit ditentukan → jarang ada
keluhan
ETIOLOGI
 Trauma obstetri
 Trauma karena kecelakaan
 Trauma akibat prosedur pembedahan
 Keganasan
 Radiasi
 Prolaps rektum
 Rektokel
 Penyakit peradangan pada usus
 Gangguan neurologis (N.pudendus,S2-
4)
 Kelainan kongenital
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisis
 Pemeriksaan Penunjang
ANAMNESIS
Perilaku BAB
 Frekuensi

 Tingkat Keparahan

 Gangguan Fungsi Sosial


GEJALA KLINIS
 Hilangnya kontrol flatus
 Hilang atau berkurangnya kontrol thd feses
 Berat gejala → hilangnya kekuatan sfingter
PEMERIKSAAN FISIS
 Identifikasi kelainan struktur organ
 Penilaian sensasi perianal
→ stimulasi pada kulit
 Pemeriksaan digital
→ kekuatan kontraksi sfingter
 Endoskopi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan endoskopi
 Manometer anorektal
 Elektromiografi
 USG anal
 Proktoskopi
 MRI
Gambar 1. Diagram evaluasi inkontinensia anal
Anamnesis, evaluasi BAB, frekuensi

Pemeriksaan fisis, tonus rektal

Normal Tekanan menurun, defek tdk jelas Defek pada


sfingter anterior

USG anal,
Pemeriksaan lab,
kultur feses, Pemeriks. n.pudendus,
USG anal
kolonoskopi Manometri anal,
Pemeriks.n.pudendus
EMG sfingter,
EMG sfingter
MRI spina/otak
Defekografi dan
USG, pemeriks.
N.pudendus
PENANGANAN
 Non operatif
 Operatif

Ditentukan oleh :
 Penyebab
 Kondisi anatomis dan fungsional anus
 Umur pasien

Informed consent jelas


Prosedur Non Operatif

 Pengaturan diet
 Latihan perineum
 Latihan biofeedback
 Stimulasi elektrik
 Klisma
 Medikamentosa:
 Loperamide
 Gliceril trinitrat 0,2%
 Diltiazem, Nifedipine
Penanganan Operatif

 Tindakan konservatif gagal


 Terdapat defek pada sfingter ani
- sfingteroplasti
- transposisi otot
- kolostomi
- pembuatan sfingter buatan
 Ruptur perineum total → reposisi saat itu juga
Bila tidak tunggu 3-6 bulan kemudian
 Persiapan operasi :
- klisma
- antibiotik profilaksis → dilanjutkan pasca operasi
- posisi litotomi atau prone jackknife
Sfingteroplasti

 Dilakukan aproksimasi kedua tepi otot sfingter


→ jahitan matras
 Otot levator ani dijahit dg benang yg lambat
diabsorbsi no.0 atau 2/0
 Bila mukosa kena jahit dg chromic cutgut 4/0
 Penutupan luka dg pola V atau Y
 Selama tindakan diirigasi dg larutan antibiotika
Pasca tindakan :
 Antibiotik iv 2-3 hari kemudian oral

 Kateter dilepas setelah 2 hari

 Pemberian makanan berserat tinggi

 Bila 7 hari belum BAB beri laksansia

 Selama 1 bulan post operasi beri stool softner


Transposisi otot

 Indikasi :
- Tidak dapat dilakukan aproksimasi sfingter
- Otot sfingter hilang sama sekali
- Kelainan otot sfingter kongenital
 Kontra indikasi : gangguan neurologis
 Perlu pengalaman dan ketrampilan yang tinggi
 Menggunakan otot gracillis → melingkar di
anus dg tendon dilekatkan pd sisi yg
berlawanan
Gambar 2. Algoritme penanganan inkontinensia anal
Anamnesis, pemeriksaan fisis, evaluasi

normal Tidak normal


Terapi obat&latihan otot dasar panggul Terapi penyebab kolitis,proktitis,neoplasma

Tidak membaik Membaik atau ada kemajuan

Evaluasi ulang, USG anal,evaluasi fisiologi anus

Defek sfingter Tanpa defek

Sfingteroplasti Evaluasi ulang, USG anal,evaluasi fisiologi anus

Tidak membaik Membaik atau ada kemajuan

Evaluasi ulang, USG anal,evaluasi fisiologi anus

Defek sfingter Tanpa defek Tidak membaik Membaik atau ada kemajuan

Sfingteroplasti redoanus dg at tanpa stom at biofeedback Pertimbangkan transposisi otot at kolostomi

Anda mungkin juga menyukai