PENDAHULUAN
Pseudomyxoma peritonei (PMP) adalah istilah klinis yang digunakan untuk
menggambarkan temuan bahan mukoid atau gelatin di rongga pelvis dan
abdomen yang dikelilingi oleh kapsul berserat tipis. Karsinoma ovarium
musinosum yang disertai dengan asites jarang menyebabkan kondisi ini,
beberapa bukti yang dilaporkan meyakinkan bahwa tumor ovarium
musinosum
yang
terkait
dengan terjadinya
pseudomyxoma peritonei
menutup kembali dan bahkan menjadi tidak kelihatan sama sekali, sementara
dalam kurun waktu berbulan-bulan atau, dalam perkembangan yang perlahanlahan, bahkan bertahun-tahun, sel-sel epithel bebas di dalam rongga
peritoneal terus berproliferasi dan memproduksi cairan ascites musin.
Jika sel epitel peritoneal menunjukkan jinak atau borderline, kondisi ini
disebut sebagai disseminated peritoneal adenomucinosis. Pasien dengan
diagnosis ini memiliki perjalanan klinis jinak atau lamban. Ketika sel epitel
peritoneal muncul ganas, perjalanan klinis selalu fatal.1,2,3
2.
DEFINISI
Pseudomyxoma Peritonei (PMP) adalah suatu penyakit loko-regional di
dalam abdomen, yang ditandai dengan adanya tumor musin pada permukaan
peritoneal yang memproduksi asites musin dalam jumlah progresif.
Pseudomyxoma Peritonei (PMP) merupakan suatu kondisi yang jarang
dengan karakteristik adanya cairan ascites musinous yang berimplantasi pada
peritoneum dan omentum. Keadaan ini ditandai dengan suatu proses penyakit
progresif didalam peritoneum, dapat bermula dari suatu adenoma atau
adenokarsinoma appendiks dan ovarium yang ruptur, ditandai dengan adanya
produksi cairan musinous dalam jumlah yang sangat banyak. Jika kondisi ini
tidak ditangani, maka akan berakibat fatal.1,3-5
3.
EPIDEMIOLOGI
Kondisi Pseudomyxoma Peritonei (PMP) jarang dijumpai, dikatakan bahwa
PMP ditemukan pada sekitar 2 per 10.000 tindakan laparatomi. Diperkirakan
ada sekitar 50 kasus baru setiap tahun di Inggris dan Wales, mengenai baik
pria maupun wanita dengan jumlah yang kurang lebih sama dengan insidensi
meningkat sehubungan dengan usia. Median angka ketahanan hidup pasien
adalah sekitar 6 tahun, 50-70% bertahan selama 5 tahun dan 10-32% bertahan
selama 10 tahun.2,4
4.
ETIOLOGI
Tumor yang paling sering dihubungkan dengan pseudomyxoma peritonei
(PMP) adalah tumor ovarium musinosum dengan potensial keganasan rendah,
tetapi ada juga dilaporkan tumor ovarium musinosum yang jinak maupun
yang ganas. Pesudomyxoma peritonei dihubungkan dengan tumor ovarium
musinosum yang cenderung mengarah ke keganasan, dan khususnya jika
kedua ovarium terlibat, tumor yang sama kemungkinan dapat ditemukan juga
di appendiks. Pada kasus-kasus seperti ini, tumor ovarium merupakan
metastasis dari appendiks.
Tumor primer dianggap pada dasarnya berupa neoplasma epithel musin
appendiks. Perkembangan PMP dari tumor epithel musin kecil appendiks
dijelaskan sebagai berikut. Sel-sel tumor adenomusin yang bermultiplikasi
memproduksi mucus intraluminal dalam jumlah besar dan dengan
pertumbuhan progresif, akhirnya menyebabkan obstruksi lumen appendiks.
Akibatnya, kenaikan tekanan intraluminal menyebabkan pecahnya mucocele
appendiks dengan kebocoran cairan mucus perlahan-lahan yang mengandung
sel-sel epithel musin, kedalam rongga peritoneal. Peristiwa ini didefinisikan
sebagai tahap pertama dalam perkembangan PMP. Perforasi appendiks bisa
menutup kembali dan bahkan menjadi tidak kelihatan sama sekali, sementara
dalam kurun waktu berbulan-bulan atau, dalam perkembangan yang perlahanlahan, bahkan bertahun-tahun, sel-sel epithel bebas di dalam rongga
peritoneal terus berproliferasi dan memproduksi cairan ascites musin.1,2,3,4
Berbeda dengan sel-sel tumor dengan asal muasal kanker kolorektal yang
berimplantasi di sektiar tumor primer, sel-sel tumor dari neoplasma appendiks
yang pecah, menyebar ke seluruh rongga peritoneal didukung oleh adanya
arus cairan intraperitoneal dan adanya gravitasi. Karakteristik hilangnya
perlekatan pada permukaan sel diduga dapat menjelaskan gerakan pasif
sedemikian. Arus cairan intraperitoneal mengangkat sel-sel tumor ke tempat
reabsorpsi dimana sel-sel tumor ini menjadi terperangkat didalam saluransaluran reabsorpsi kecil. Gravitasi bekerja menarik sel-sel tumor ini melalui
saluran parakotik menuju kearah pelvis. Akumulasi dan reproduksi sel-sel
3
PATOFISOLOGI
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Connel dkk, pseudomyxoma
peritonei adalah suatu penyakit yang diekspresikan oleh sel goblet MUC2 dan
MUC5AC. Walau demikian, pada kasus-kasus yang diteliti, ekspresi gen
MUC2, dengan hibridasi insitu, secara seragam lebih menonjol peranannya
daripada ekspresi gen MUC5AC.1,3,5
Tumor musinosum ovarium primer, termasuk yang jinak mengarah ke
keganasan, dan tumor ovarium yang ganas, walaupun dihubungkan dengan
implant peritoneum, pada dasarnya tidak mengekspresikan MUC2, tetapi
mengekspresikan MUC5AC. Walau demikian, semua kasus pseudomyxoma
4
6.
DIAGNOSA
Tanda dan Gejala
Pseudomyxoma peritonei (PMP) dapat memperlihatkan berbagai variasi
gejala, termasuk mual, fatigue, nyeri abdomen, distensi abdomen atau adanya
massa di abdomen. Perubahan inflamasi dihubungkan dengan adanya
implantasi tumor di peritoneum yang dapat menimbulkan pembentukan
fislula dan adhesi yang akan menyebabkan timbulnya obstruksi usus parsial
yang kronis atau intermitten. Pasien dengan PMP sering muncul secara klinis
dengan apendisitis akut dan adanya hernia inguinalis atau umbilikalis.1,2,3,5
Gelaja yang muncul dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Gejala yang paling utama adalah adalah peningkatan ukuran lingkar perut
(Abdominal Girth 50%), yang menunjukkan progresifitas dari penyakit
dengan penyebaran di peritoneum. Adanya tanda khas jelly belly dan
adanya obstruksi intestinal, yang disebabkan oleh progresifitas jumlah
cairan musinous tumor dan adanya ascites.
Gambar 1. Peningkatan Ukuran Lingkar Perut yang Dikenal Dengan Jelly Belly
Dikutip dari Yoshida14
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pencitraan (Imaging)
A. Foto Polos Abdomen
Diagnosa jarang dapat ditegakkan tanpa dilakukan laparatomi. Akan tetapi
selama beberapa tahun belakang ini, teknik radiologi pencitraan telah
terbukti sangat berguna untuk mencapai diagnosa pra-operatif. Foto polos
abdomen akan menunjukkan distensi abdomen oleh mukus yang
7
diagnosis
pseudomyxoma
peritonei
dan
pseudomyxoma
8.
PENATALAKSANAAN
A. Prekursor Penatalaksanaan PMP
Pada pasien dengan mucocele appendiks ataupun mucocele kista ovarium
yang mengandung neoplasma epitel musinous seperti pada kistadenoma
ovari musinosum, perforasi appendiks ataupun ruptur kista ovarium tipe
musinosum akan berperan sebagai pemicu terjadinya PMP, dimana
kadang-kadang saat dilakukan tindakan pembedahan (laparotomi) tidak
selalu terlihat secara makroskopik. Sejumlah kecil endapan mucus dan sel
tumor dapat terlihat pada permukaan luar appendiks atau kista, merupakan
prekursor terjadinya PMP, namum biasanya tidak dijumpai tanda tumor
atau mukus intraperitoneal. Walau tanda klinis PMP belum dapat
9
adekuat
10
Ada beberapa data yang mempresentasikan tentang pengobatan nonbedah alternatif, diantaranya adalah :
1. Pengurasan / pungsi ascites musin simptomatik secara periodik.
2. pengobatan mukolitik, dengan cara pencucian peritoneal dengan
larutan dextrose 5%, dan
3. Kemoterapi sistemik.
Penelitian
lain
melaporkan,
pada
mulanya
penatalaksanaan
laporan-
Sitoreduktif
appendektomi
pertama
dengan
melakukan
ovarektomi,
usus
karena
akibat
obstruksi
masif
atau
komplikasi
dari
tindakan
besar
hanya
dipresentasikan
oleh
Klinik
Mayo.
Mereka
12
segera atau penyakit menjadi lebih progresif sebagai akibat dari residu
tumor mikroskopik.12,13
4. Kombinasi pembedahan sitoreduktif dengan kemoterapi
Pendekatan pengobatan yang relatif baru, yang terdiri dari metode
kombinasi pembedahan dan kemoterapeutik, ternyata telah menjadi
penatalaksanaan standar untuk penyakit permukaan peritoneal dari
semua asal-muasal. Untuk pasien PMP, strategi pentalaksanaan baru ini
diperkenalkan di awal tahun 1990-an oleh ahli bedah Sugarbaker.
Metode
pembedahan
Sugarbaker,
terdiri
dari
prosedur
tujuan
membasmi
residu
tumor
makroskopik
atau
ditegaskan
sebagai
pendekatan
terbaru
dengan
tujuan
tertinggal setelah operasi ialah ukuran nodul kurang dari 2,5 mm. secara
bersamaan,
dilakukan
kemoterapi
intraperitoneum
hiperthermik
meningkatkan
penetrasi
obat
sampai
3-4
mm
dan
14
5-Fluorouracil.
Siklus
kemoterapi
sistemik
dan
lebih
menguntungkan
dengan
dari
penatalaksanaan
penatalaksanaan
pembedahan
kombinasi
tradisional
15
pencegahan
dan
penatalaksanaan
rekurensi
kasus
ini.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah komplikasi operasi
termasuk kebocoran anastomasis, pembentukan fistula, infeksi luka,
perdarahan pasca operasi, perforasi atau obstruksi usus kecil, dan pankreatitis.
Sutu studi oleh Witkam, dkk. melaporkan terjadinya ileus berkepanjangan
pada satu pasien. Tingkat morbiditas dilaporkan sektiar 36-39%. Juga
dilaporkan terjadinya toksisitas akibat kemoterapi.
Pada penyakit stadium lanjut, bila abomen keseluruhan sudah dipenuhi
dengan tumor musin dan ascites, penatalaksanaan kombinasi ternyata
kehilangan manfaatnya.
Pada kasus ini prosedur dua tahap mungkin pantas diupayakan :
1. Pertama, reseksi paling layak (ileocecum, omentum dan bila perlu
ovarium) dilaksanakan
2. Pada tahap dua, bila pasien sudah pulih, sitoreduksi bisa diselesaikan
dengan HIPEC intraoperatif
Efek kemoterapi sistemik pada PMP tampaknya masih dipertanyakan.
Penyebaran loko-regional tumor yang terdiferensiasi dengan jelas dengan
penyebaran melalui alirah darah yang buruk, sangat mengurangi efikasi dan
manfaat yang mungkin dari terapi sistemik.1,2,3,4,11,12,13,15,16
10. RINGKASAN
16
adalah
17
11. RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
18