Anda di halaman 1dari 30

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul Panggul Sempit.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Obstetri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing,
dr. Jenius L Tobing, Sp.OG, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, 8 Juli 2015


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1. Latar Belakang...............................................................................3
1.2. Tujuan............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
2.1. Anatomi..........................................................................................4
2.2. Definisi...........................................................................................10
2.3. Pembagian Panggul Sempit...........................................................10
2.4. Diagnosis........................................................................................11
2.5. Penatalaksanaan.............................................................................14
2.6. Komplikasi.....................................................................................15
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................18
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................28
4.1. Analisis Kasus................................................................................28
4.2. Permasalahan.................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Proses kehamilan hingga melahirkan merupakan hal yang unik dan sakral

bagi setiap wanita, sehingga setiap tahapan sebisa mungkin ingin dirasakan dan
dilewati ibu secara alami, terutama pada saat persalinan. Hanya saja pada kondisi
tertentu seperti panggul ibu yang sempit, demi kebaikan ibu dan janin, jalan operasi
memang langkah yang paling bijaksana.1
Dalam setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor, yaitu jalan lahir, janin,
dan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang,
terdiri atas tulang-tulang panggul dengan persendiannya, dan bagian lunak, terdiri
atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.2
Panggul memiliki tiga bidang imajiner, yaitu bidang pintu atas panggul
(pelvic inlet), bidang pintu tengah panggul (midpelvic), dan bidang pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Panggul dikatakan sempit (pelvic contraction) apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada
inlet (pintu atas panggul), midpelvis (ruang tengah panggul), outlet (pintu bawah
panggul), atau kombinasi dari inlet, midpelvis, atau outlet.3
Panggul sempit dikatakan sebagai salah satu indikasi persalinan seksio
sesarea yang kejadiannya terus meningkat dalam tiga dekade terakhir. Pelvimetri
dapat dilakukan secara manual dengan pemeriksaan dalam ataupun dengan
pemeriksaan radiologis.3
Pelvimetri telah digunakan lebih dari 60 tahun untuk memprediksi luaran
janin. Pelvimetri merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan
keterangan tentang keadaan panggul. Menurut Liessel B Hubert pada wanita dengan
tinggi badan kurang dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul.
Demikian juga menurut Rozenholc et al dimana 12,1% nullipara dengan tinggi badan
<5th percentile akan mengalami distosia pada persalinannya shingga merupakan
indikasi dilakukannya pelvimetri.4,5

Pelvimetri manual memberi gambaran kasar mengenai pintu atas dan tengah
panggul, dan gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul, sedangkan
pelvimetri radiologis memberikan gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan
ukuran dalam 3 bidang panggul.6
1.2.

Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta
pembaca, terutama mengenai persalinan dengan penyulit panggul sempit.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang, sakrum, koksigeus, dan dua

tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang

inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan bersendi


dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis.1

2.1 Gambar anatomi tulang-tulang panggul7

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut juga false pelvic. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis
disebut pelvis minor atau true pelvic.2

Gambar 2.2. Pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior, diameter transversa,
dan diameter oblik.2

1. Pintu Atas Panggul


Bentuk pintu atas panggul wanita, dibandingkan dengan pria, cenderung lebih
bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter pintu atas panggul yang biasa
digunakan: diameter anteroposterior, diameter transversal, dan dua diameter oblik.
Diameter anteroposterior yang penting dalam obstetrik adalah jarak terpendek
antara promontorium sakrum dan simfisis pubis, disebut juga sebagai konjugata
obstetris. Normalnya, konjugata obstetris berukuran 10 cm atau lebih, tetapi diameter
ini dapat sangat pendek pada panggul abnormal. Konjugata obstetris dibedakan
dengan diameter anteroposterior lain yang dikenal sebagai konjugata vera. Konjugata
vera tidak menggambarkan jarak terpendek antara promontorium sakrum dan
simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat diukur secara langsung dengan
pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis, konjugata obstetris diperkirakan secara tidak

langsung dengan mengukur jarak tepi bawah simfisis pubis ke promontorium


sakrum, yaitu konjugata diagonalis, dan hasilnya dikurangi 1,5-2 cm.2

Gambar 2.3. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul 1

2. Bidang Panggul Tengah


Panggul tengah diukur setinggi spina iskiadika atau bidang dimensi panggul
terkecil, memiliki makna khusus setelah engagement kepala janin pada partus macet.
Diameter interspinosus, berukuran 10 cm atau sedikit lebih besar, biasanya
merupakan diameter pelvis terkecil. Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika
normal berukuran paling kecil 11,5 cm.2

Gambar 2.4. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan diameter anteroposterior dan
transversal pintu atas panggul serta diameter transversal (interspinosus)
panggul tengah2

3. Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai segitiga. Areaarea ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik antara dua tuberositas
iskium. Apeks dari segitiga posteriornya berada di ujung sakrum dan batas lateralnya
adalah ligamentum sakroiskiadika dan tuberositas iskium. Segitiga anterior dibentuk
oleh area di bawah arkus pubis. Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa
digunakan yaitu: anteroposterior, transversal, dan sagital posterior.1

Gambar 2.5. Pintu bawah panggul2

Dalam obstetri dikenal empat jenis panggul dengan ciri-ciri pentingnya,


yaitu:2
a. Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan
dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita.
b. Panggul anthropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit. Jenis
ini ditemukan pada 35% wanita.
c. Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga
berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke
dalam dan dengan arkus pubis menyempit. Jenis ini ditemukan pada 15%
wanita.
d. Panggul platipelloid dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek
daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis
yang luas. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

10

Gambar 2.6. Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy2

2.2.

Definisi
Panggul dikatakan sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran

yang normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvis
(ruang tengah panggul), atau kombinasi dari inlet, midpelvis, atau outlet. Ukuran
pelvis normal (untuk janin rata-rata) termasuk konjugata diagonalis 12,5 cm,
konjugata obstetrik (anteroposterior dari inlet) 10 cm, dan transversal dari
midpelvis 9,5 cm.3

2.3. Pembagian Panggul Sempit


1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)
a. Pembagian tingkatan panggul sempit:3
Tingkat I
: C.V. = 9-10 cm
= borderline
Tingkat II
: C.V. = 8-9 cm
= relatif
Tingkat III
: C.V. = 6-8 cm
= ekstrim

11

Tingkat IV

: C.V. = 6 cm

= mutlak (absolut)

b. Pembagian menurut tindakan:3


C.V. = 11 cm
partus biasa
C.V. = 8-10 cm partus percobaan
C.V. = 6-8 cm
S.C. primer
C.V. = 6 cm
S.C. mutlak (absolute)
Inlet dianggap sempit bila C.V. kurang dari 10 cm atau diameter transversa
kurang dari 12 cm. Karena yang biasanya diukur adalah conj. diagonalis (C.D.) maka
inlet dianggap sempit bila C.D. kurang dari 11,5 cm.3
2. Kesempitan midpelvis
Terjadi bila:3
a. Diameter interspinarum 9 cm, atau
b. Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior
kurang dari 13,5 cm.
Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan Rontgen pelvimetri.
Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kemungkinan kesempitan
midpelvis, kalau: spina menonjol, partus akan tertahan, disebut midpelvic arrest, side
walls convergen, ada kesempitan outlet.3
Midpelvis contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala
melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan
kontraindikasi untuk forsep karena daun forsep akan menambah sempitnya ruangan.3
3. Kesempitan outlet
Adalah bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari
15 cm. Kesempitan outlet, meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya janin, namun
dapat menyebabkan ruptur perineal yang hebat, arena arkus pubis sempit sehingga
kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.3

2.4. Diagnosis
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang
primigravida pada akhir kehamilan apabila kepala anak belum memasuki pintu atas
panggul dan dijumpainya malpresentasi janin. Ibu dengan tinggi badan yang kurang
dari 145 cm, patut kita curigai adanya kesempitan panggul. Pada palpasi, apabila

12

kepala janin didorong dan tidak masuk ke pintu atas panggul, atau masih goyang di
atas simfisis pubis (tanda Osborn).2
Pelvimetri Klinis
1. Pemeriksaan panggul luar
Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran
panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai antara
lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan sebagainya.
Yang diukur adalah:3
a.Distansia spinarum ( 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra.
b.Distansia kristarum ( 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.
c.Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior
dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra.
d.Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.
e.Konjugata eksterna (Boudeloque) 18 cm, jarak antara bagian atas simfisis ke
prosesus spinosus lumbal 5.
f.Distansia tubernum ( 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

13

Gambar 2.7. distansia spinarum (kiri) dan distansia kristarum (kanan) 2

Gambar 2.8. distansia oblikus eksterna (kiri) dan distansia intertrokhanterika


(kanan)2

2. Pemeriksaan dalam (VT)


Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya,
dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga
menyentuh bagian tulang belakang/promontorium. Setelah itu, dokter akan
menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk mengetahui
ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Melalui pemeriksaan ini kita
akan mendapatkan Conjugata diagonal (jarak antara promontorium dengan simfisis
bawah), untuk mendapatkan Conjugata vera, maka conjugata diagonal 1,5 cm.
Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika
kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan
lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara
normal2,3

14

Gambar 2.9. Cara mengukur konjugata diagonalis pada pemeriksaan dalam. 2

Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran CV, CO (Conjugata Obstetrique)
= apakah kurang dari normal, CT (Conjugata Tranversalis), serta imbang kepala
panggul.2
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan fetopelvik
disproporsic atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi seksio sesaria atau
riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam persalinan. X-ray pelvimetri juga
dilakukan bila pada pemeriksaan klinis didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm
atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas
panggul dan malposisi letak janin seperti pada presentasi bokong, wajah atau letak
lintang.7
2.5. Penatalaksanaan
Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan partus percobaan.8
a. Sectio Sesaria

15

Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu. sectio sesaria elektif direncanakan
lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul
yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata.4
Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul dapat
diambil tindakan yaitu:9
- panjang CV 8-10 cm partus percobaan
- panjang CV 6-8 cm SC primer
- panjang CV < 6 cm SC absolut.
Selain itu sectio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada
factor- factor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan
letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami
infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain. Sectio sesaria sekunder
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul
komplikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat
untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.8
b. Persalinan Percobaan
Adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm, anak
presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik (CPD). Tindakan
partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita
dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan
masuk fase aktif. Penilaian terhadap kemajuan persalinan, turunnya kepala dan putar
paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut
terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus
percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut
tidak ada kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal,
dipastikan ada CPD dan persalinan diakhiri dengan seksio sesaria.2,3

16

Penelitian Krishnamurthy tahun 2005 pada 331 wanita yang melahirkan


secara seksio sesaria pada kehamilan pertamanya, menurut standar radiologi di dapati
hasil pelvis tidak adekuat sebanyak 248 ( 75%) dan yang adekuat sebanyak 83 ( 25
%). Wanita yang secara radiologis pelvisnya tidak adekuat sebanyak 172 melakukan
seksio sesaria elektif pada kehamilan berikutnya dan 76 wanita dilakukan percobaan
melahirkan pervaginam. Hasilnya sebanyak 51 wanita berhasil melahirkan secara
vagina dan 25 wanita menjalani seksio sesaria emergensi. Pada wanita yang secara
radiologi pelviknya adekuat, 61 wanita berhasil melahirkan secara pervaginam,
sebanyak 22 wanita melahirkan secara seksio sesaria. Terdapat 3 kasus ruptura uteri
yang terjadi pada wanita yang secara radiologi memeliki pelvis yang adekuat.10
2.7. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janin. Pada Ibu, komplikasi yang dapat
terjadi antara lain:2
1. Persalinan akan berlangsung lama.
2. Sering dijumpai ketuban pecah dini.
3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah, sering terjadi tali pusat
menumbung.
4. Moulage kepala berlangsung lama.
5. Sering terjadi inersia uteri.
6. Ruptur uteri.
7. Simfisiolisis.
8. Infeksi intrapartal.
9. Karena partus lama, terjadi penekanan pada jalan lahir sehingga terjadilah jaringan
nekrotik dan menjadi fistula.
Komplikasi yang terjadi pada Janin:3
1. Kematian Janin Intrapartal.
2. Prolapsus funikuli.

17

3. Perdarahan intrakranial.
4. Kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar.
5. Robekan pada tentorium serebri karena moulage yang hebat dan lama.
6. Fraktur pada tulang kepala oleh karena tekanan yang hebat dari his.

18

BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS PRIBADI
Nama

: Ny. A

Umur

: 23 tahun

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SLTA

Suku

: Batak

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Menikah 1x

Tgl Masuk

: 25 Juni 2015

Jam Masuk

: 10.00 WIB

No. MR

: 96.68.77

ANAMNESIS PENYAKIT
Ny. A, 23 tahun, G1P0A0, datang ke IGD RSUPM dengan :
Keluhan Utama

: Mulas-mulas

Telaah

: Hal ini dialami pasien sejak tanggal 24/06/2015 Pukul


23.00 WIB.Mulas tidak teratur dan hilang timbul. Riwayat
keluar lendir darah (+) sebanyak 1-2 x ganti pembalut.
Riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). BAK (+) normal,
BAB (+) normal. Pasien merupakan kiriman dari dokter
SpOG

RPT : DM (-), TB (-), HT (-), asma (-).


RPO : RIWAYAT HAID
HPHT

: ?/?/2014

19

TTP

: ?/?/2015

ANC

: Sp.OG 4x

RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sens

: Compos mentis Anemis : (-)

TD

: 110/80 mmHg Ikterus : (-)

HR

: 80 x/i Dispnea : (-)

RR

: 20 x/i Sianosis : (-)

Temp

: 36,7 0C Edema : (-)

TB

: 148 cm

Status Lokalisata
1. Status Obstetrikus
Abdomen

: Membesar Asimetris

TFU

: 3 Jari BPX (32) cm

Bagian tegang

: Kiri

Bagian terbawah

: Kepala (5/5)

Gerak

: (+)

His

: 2 x 20 detik/ 10 menit

DJJ

: 142 kali/ menit

EBW

: 2800 3000 gram

2. Status Ginekologis
Adekuasi Panggul :
- Promontorium teraba; Konjugata Diagonal 9 cm, Konjugata Vera : 7,5cm

20

-Linea innominata teraba seluruhnya;


-Spina ischiadica menonjol;
-Os Sacrum cekung;
-Arcus pubis tumpul;
-Os coccygeus mobile.
Kesan : Panggul Sempit.
Pemeriksaan Dalam (VT) : Serviks axial, pembukaan 2 cm, effacement 100%,
selaput ketuban (+), kepala floating.
Sarung tangan

: Lendir darah (+), air ketuban (-)

LABORATORIUM
Darah Rutin
Hb : 9,6gr%
Hematokrit : 27,1 %
Leukosit : 9.600 /mm3
Trombosit : 336.000 /mm3
USG TAS
- Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
- FM (+), FHR (+)
- Plasenta fundal grade III
- BPD : 96.3 mm
- AC : 329.1 mm
- FL : 75.7 mm
- AFI : air ketuban cukup
- EFW : 3.349 gram
Kesan : IUP (38 39) minggu + Presentasi Kepala + AH

21

DIAGNOSIS
Panggul Sempit + PG + KDR (38 40) minggu + PK + AH + Inpartu
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Ampicillin 2 gr profilaksis (Skin test)
RENCANA
SC Emergency
Konsul anak
Konsul anastesi
ANJURAN
-Awasi Vital Sign
-Pantau His, DJJ
PROGNOSIS
Baik
LAPORAN PEMBEDAHAN
Tanggal 25 Juni 2015 pukul 13.15 WIB.
Laporan SC a/i Panggul sempit
Lahir bayi perempuan , BB : 3100 gr, PB: 46 cm, AS 8/9, anus (+)
lbu dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine, dengan infus dan kateter
terpasang baik;
Dibawah spinal anestesi, dilakukan tindakan septik dengan cairan antiseptik dengan
larutan providone iodine dan alkohol 70% pada dinding abdomen lalu ditutup
dengan doek steril kecuali lapangan operasi;

22

Dilakukan insisi pfanenstiel mulai dari kutis, subkutis, hingga tampak fascia;
Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekanan dan
kekiri, kemudian otot dipisahkan secara tumpul;
Peritoneum dijepit dengan dua klem, dijinjing kemudian di gunting diantaranya lalu
dilebarkan ke atas dan ke bawah
Pasang hack blast, tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, identifikasi
SBR;
Plika vesikouterina digunting secara konkaf kekanan dan kekiri kemudian
disisihkan kearah blast secukupnya;
Selanjutnya insisi low cervival pada dinding uterus hingga subendometrium,
kemudian endometrium ditembus secara tumpul dan diperlebar sesuai arah sayatan,
tampak selaput ketuban dipecahkan, kesan: air ketuban sedikit dan jernih;
Dengan meluksir kepala dilahirkan bayi perempuan, BB: 3100 gr, PB: 46 cm, AS
8/9, anus (+);
Tali pusat diklem di dua tempat kemudian digunting diantaranya;
Plasenta dilahirkan secara traksi pada tali pusat, plasenta lahir lengkap;
Kedua sudut luka insisi pada uterus dijepit dengan oval klem;
Kavum uteri dibersihkan dari sisa selaput ketuban dengan kasa steril terbuka
sampai tidak ada selaput ketuban yang tertinggal;
Ujung luka insisi uterus dijahit dengan hemostatic suture figure of eight. Luka insisi
uterus dijahit secara continuous interlocking, kemudian dilakukan reperitonealisasi;
Evaluasi pada daerah bekas insisi uterus yang telah dijahit, perdarahan terkontrol;
Identifikasi tuba fallopii dan ovarium kanan dan kiri, dalam batas normal;
Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan stoll cell hingga bersih;
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis mulai dari peritoneum, otot, fascia, sub
kutis dan kutis;
Luka operasi ditutup dengan sufratulle, kasa steril, dan hypafix;
Liang vagina dibersihkan dari sisa darah dengan kapas sublimat hingga bersih;
KU ibu post operasi : stabil.

23

PEMANTAUAN POST OPERASI


Jam

14.00

14.30

15.00

TD

90/60

100/70

110/70 110/80

15.30

Nadi

78

76

78

80

Pernapasan

20

20

18

20

36,8

36,7

36,7

36,8

(+) kuat

(+) kuat

(+) kuat

(+) kuat

Suhu
Perdarahan
Kontraksi uterus
Terapi

- IVFD RL + Oksitosin 10 10 5 5 IU 20 tetes/menit


- Inj. Ampicillin 1 gr/6 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
Hasil laboratorium 2 jam post SC
Hb : 9.1 gr%
Hematokrit : 27.3 %
Leukosit : 16.300 /mm3
Trombosit : 341.000 /mm3

24

FOLLOW UP
Tanggal 26 Juni 2015
Status Presens

KU

: Stabil

Anemis

: (-)

Sensorium

: Compos Mentis

Ikterik

: (-)

Tekanan Darah

:110/70 mmHg

Dispnea

: (-)

Frek. Nadi

: 76x/i

Sianosis

: (-)

Frek. Nafas

: 18 x/i

Edema

: (-)

Temp

: 36,8 C

Status Lokalisata

Abdomen

: Soepel, Peristaltik (+) normal.

TFU

: 1 jari di bawah pusat, kontraksi (+) kuat

P/V

: (-), Lochia Rubra (+)

L/O

: Tertutup perban, kesan kering

BAK

: (+) melalui kateter, UOP: 60 cc/jam, warna urin: kuning

jernih
BAB

: (-), flatus (+)

ASI

: (+)

Diagnosis

: Post SC a/i panggul sempit + NH1

Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ampicillin 1 gr/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg /8 jam
- inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

25

R/ aff kateter sore


Mobilisasi ringan
Tanggal 27 Juni 2015
Status Presens

KU

: Stabil

Anemia

: (-)

Sensorium

: Compos Mentis

Ikterik

: (-)

Tekanan Darah

:120/80 mmHg

Dispnea

: (-)

Frek. Nadi

: 80 x/i

Sianosis

: (-)

Frek. Nafas

: 20 x/i

Edema

: (-)

Temp

: 36,7 C

Status Lokalisata :
Abdomen

: Soepel, Peristaltik (+) normal.

TFU

: 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) kuat

P/V

: (-), Lochia Rubra (+)

L/O

: Tertutup perban, kesan kering

BAK

: (+) Normal

BAB

: (-) Normal

ASI

: (+)

Diagnosis

: Post SC a/i panggul sempit + NH2

Terapi :
- Cefadroxil 2x500mg
- As. Mefenamat 3 x 500 mg
- B comp tab 2 x 1
R/ aff infus, terapi oral

26

Tanggal 28 Juni 2013


Status Presens

KU

: Stabil

Anemia

: (-)

Sensorium

: Compos Mentis

Ikterik

: (-)

Tekanan Darah

:120/80 mmHg

Dispnea

: (-)

Frek. Nadi

: 78 x/i

Sianosis

: (-)

Frek. Nafas

: 22 x/i

Edema

: (-)

Temp

: 36,4 C

Status Lokalisata :
Abdomen

: Soepel, Peristaltik (+) normal.

TFU

: 3 jari di bawah pusat, kontraksi (+) kuat

P/V

: (-), Lochia rubra (+)

L/O

: Tertutup perban, kesan kering

BAK

: (+) Normal

BAB

: (+)

ASI

: (+)

Diagnosis

: Post SC a/i panggul sempit + NH3

Terapi :
- Cefadroxil 2x500mg
- As. Mefenamat 3 x 500 mg
- B comp tab 2 x 1
R/ Ganti verban, kesan : kering
Pasien pulang berobat jalan, kontrol ke poli

27

RESUME
.
Ny, A 23 tahun G1P0A0 , Batak, Islam, SLTA, IRT istri dari Tn. S 25 tahun,
Batak, Islam, SLTA, Wiraswasta datang dengan keluhan mulas-mulas dialami sejak
tanggal 24/6/2016 pukul 23.00. Riwayat keluar lendir darah (+). Riwayat keluar air
dari kemaluan (-). RPT/RPO (-). Riwayat Haid: HPHT : ?/?/2014, TTP: ?/?/2014.
ANC dokter Sp.OG 4x. Riwayat persalinan hamil ini. Status presens: dbn, Status
Obstetrikus : abdomen membesar, asimetris, TFU: 3 jari BPX, teregang kiri,
terbawah kepala, gerak (+), HIS 2x20/10, DJJ 140 x/i. Adekuasi panggul : kesan
panggul sempit. VT: Cx 2cm, eff 100%, selaput ketuban (+). Air ketuban (-). Hasil
lab dbn. Didiagnosis dengan Panggul Sempit + PG + KDR (38 40) minggu + PK +
AH + Inpartu. Telah dilakukan SC dengan diagnosis post SC a/i Panggul Sempit +
NH1 dan diterapi dengan IVFD RL + Oksitosin 10-10-5-5 IU 20 gtt/i. Inj.
Ampicillin 1 gr/6 jam, dan inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam. Rencana selanjutnya awasi
vital sign, kontraksi, uop, perdarahan, terapi dilanjutkan dan mulai mobilisasi
bertahap.

28

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Kasus
Panggul dikatakan sempit (Pelvic Contracture) apabila ukurannya 1-2 cm
kurang dari ukuran yang normal.3 Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas
panggul), midpelvis (ruang tengah panggul), outlet (pintu bawah panggul), atau
kombinasi dari inlet, midpelvis, atau outlet.2,3 Ukuran pelvis normal (untuk janin
rata-rata) termasuk conjugata diagonalis 12,5 cm, conjugata obstetrik
(anteroposterior dari inlet) 10 cm, dan tranversal dari midpelvis 9,5 cm. 3 Pada
kasus ini, seorang pasien Ny. A, 23 tahun, G1P0A0, datang ke IGD RSUPM dengan
keluhan Utama Mulas-mulas. Pasien merupakan rujukan dari dokter SpOG dengan
diagnosis panggul sempit.
Dari penelitian Gozali, menyatakan bahwa berdasarkan tinggi badan,
diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi
disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan tinggi badan <155 cm (82,1%). Hasil
tabulasi silang menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan
kejadian disproporsi fetopelvik.12 Pada kasus ini, pasien datang dengan status
presens: sensorium: compos mentis, TD: 110/80 mmHg, HR: 80 x/i, RR : 20 x/i,
Temp: 36,7C, dan TB: 148 cm. Dengan tinggi badan ibu tersebut dikhawatirkan ibu
mempunyai panggul yang kecil dikarenakan dalam beberapa kasus didapatkan
wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm mempunyai panggul kecil. Jelas
kemungkinan besar pasien ini mengalami ketidakseimbangan antara panggul dan
besar janin sehingga terjadi diproporsi fetopelvik.
Pembagian tingkat kesempitan panggul berdasarkan nilai konjugata vera
(CV):3
Tingkat I

: panggul sempit borderline dengan CV = 9-10 cm;

Tingkat II

: panggul sempit relative dengan CV = 8-9 cm;

Tingkat III

: panggul sempit ekstrim dengan CV = 6-8 cm;

29

Tingkat IV

: panggul sempit absolut (mutlak) dengan CV = 6 cm.

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan dalam untuk menilai adekuasi


panggul, dijumpai:
- Promontorium teraba, konjugata diagonal: 9 cm, konjugata vera: 7.5 cm
- Linea innominata teraba seluruhnya
- Arcus pubis tumpul
- Spina ischiadica tidak menonjol
- Os Sacrum cekung
- Os coccygeus mobile
Dari pemeriksaan tersebut pasien dengan konjugata vera 7.5 cm,
dikategorikan panggul sempit tingkat III (panggul sempit ekstrim).
Pada pasien ini dilakukan tindakan persalinan dengan sectio caesaria, lahir
bayi perempuan dengan BBL 3100 gr, PBL 46 cm, AS: 8/9, anus (+). Keadaan anak
dan ibu post operasi baik.
4.2. Permasalahan
1. Dari pemeriksaan adekuasi panggul didapatkan pengukuran conjugata diagonalis
sepanjang 9 cm, tetapi pengukuran ini tidak menggunakan jangka martin atau alat
pengukur standar lainnya melainkan hanya dengan menggunakan alat ukur panjang
biasa, yang mana dapat mempengaruhi akurasi dari pengukuran tersebut. Pada pasien
ini apakah pengukuran conjugata diagonalis tersebut sudah tepat ?
2. Untuk mengantisipasi adanya panggul sempit tindakan apa yang sebaiknya kita
lakukan dan kapan sebaiknya dilakukan pemeriksaan adekuasi panggul?
3. Kapan dilakukan pemeriksaan pelvimetri radiologi pada pasien hamil?

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Amoa BA. Klufio AC. A Case Control study of primary caesaean section at the
port Moresby General Hospital Papua New Guinea, to Identify epidemiological
predictors of abdominal delivery. PNG Med J. 1997: 40 p: 119-126
2. Rachimhadhi T. Anatomi jalan Lahir. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (eds). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 188 203.
3. Sofian A. Panggul Sempit. In: Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 1, Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
4. Cecil BH. Pelvimetry in Obstetric. Post Graduate Medical Journal. Bull. 1964. P:
310-319
5. Rozenholc AT. Ako SN. Leke RJ. Boulvain M. . The Diagnostic Accuracy of
External Pelvimetry and Maternal Height to Predict Dystociain Nulliparous
woman: A Study in Cameroon.
6. Liselle HB. Boulvain M. Tshibangu KC. Meuris S. Maternal Height and External
Pelvimetry to predict cephalopelvic disproportion in nulliparous African Woman:
a Cohort study. BJOG. 2001
7. Netter, F.H. 2006. Pelvis and Perineum. Atlas of Human Anatomy. Philadelphia:
Saunders Elseiver
8. Barron, LR , Hill RO, Linkletter AM. X-ray Pelvimetry. Canad Med Ass J. 1964
(91); 1209 1212.
9. MacLenna HR. The Management of Labor in Contracted Pelvis. British Medical
Journal. 1954; 837 840.
10. Aflah N. Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi
Panggul Sempit. Tesis. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan. 2009.

Anda mungkin juga menyukai