KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul Panggul Sempit.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Obstetri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing,
dr. Jenius L Tobing, Sp.OG, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1. Latar Belakang...............................................................................3
1.2. Tujuan............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
2.1. Anatomi..........................................................................................4
2.2. Definisi...........................................................................................10
2.3. Pembagian Panggul Sempit...........................................................10
2.4. Diagnosis........................................................................................11
2.5. Penatalaksanaan.............................................................................14
2.6. Komplikasi.....................................................................................15
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................18
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................28
4.1. Analisis Kasus................................................................................28
4.2. Permasalahan.................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Proses kehamilan hingga melahirkan merupakan hal yang unik dan sakral
bagi setiap wanita, sehingga setiap tahapan sebisa mungkin ingin dirasakan dan
dilewati ibu secara alami, terutama pada saat persalinan. Hanya saja pada kondisi
tertentu seperti panggul ibu yang sempit, demi kebaikan ibu dan janin, jalan operasi
memang langkah yang paling bijaksana.1
Dalam setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor, yaitu jalan lahir, janin,
dan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang,
terdiri atas tulang-tulang panggul dengan persendiannya, dan bagian lunak, terdiri
atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.2
Panggul memiliki tiga bidang imajiner, yaitu bidang pintu atas panggul
(pelvic inlet), bidang pintu tengah panggul (midpelvic), dan bidang pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Panggul dikatakan sempit (pelvic contraction) apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada
inlet (pintu atas panggul), midpelvis (ruang tengah panggul), outlet (pintu bawah
panggul), atau kombinasi dari inlet, midpelvis, atau outlet.3
Panggul sempit dikatakan sebagai salah satu indikasi persalinan seksio
sesarea yang kejadiannya terus meningkat dalam tiga dekade terakhir. Pelvimetri
dapat dilakukan secara manual dengan pemeriksaan dalam ataupun dengan
pemeriksaan radiologis.3
Pelvimetri telah digunakan lebih dari 60 tahun untuk memprediksi luaran
janin. Pelvimetri merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan
keterangan tentang keadaan panggul. Menurut Liessel B Hubert pada wanita dengan
tinggi badan kurang dari 150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul.
Demikian juga menurut Rozenholc et al dimana 12,1% nullipara dengan tinggi badan
<5th percentile akan mengalami distosia pada persalinannya shingga merupakan
indikasi dilakukannya pelvimetri.4,5
Pelvimetri manual memberi gambaran kasar mengenai pintu atas dan tengah
panggul, dan gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul, sedangkan
pelvimetri radiologis memberikan gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan
ukuran dalam 3 bidang panggul.6
1.2.
Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta
pembaca, terutama mengenai persalinan dengan penyulit panggul sempit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang, sakrum, koksigeus, dan dua
tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut juga false pelvic. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis
disebut pelvis minor atau true pelvic.2
Gambar 2.2. Pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior, diameter transversa,
dan diameter oblik.2
Gambar 2.4. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan diameter anteroposterior dan
transversal pintu atas panggul serta diameter transversal (interspinosus)
panggul tengah2
10
2.2.
Definisi
Panggul dikatakan sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran
yang normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvis
(ruang tengah panggul), atau kombinasi dari inlet, midpelvis, atau outlet. Ukuran
pelvis normal (untuk janin rata-rata) termasuk konjugata diagonalis 12,5 cm,
konjugata obstetrik (anteroposterior dari inlet) 10 cm, dan transversal dari
midpelvis 9,5 cm.3
11
Tingkat IV
: C.V. = 6 cm
= mutlak (absolut)
2.4. Diagnosis
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang
primigravida pada akhir kehamilan apabila kepala anak belum memasuki pintu atas
panggul dan dijumpainya malpresentasi janin. Ibu dengan tinggi badan yang kurang
dari 145 cm, patut kita curigai adanya kesempitan panggul. Pada palpasi, apabila
12
kepala janin didorong dan tidak masuk ke pintu atas panggul, atau masih goyang di
atas simfisis pubis (tanda Osborn).2
Pelvimetri Klinis
1. Pemeriksaan panggul luar
Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran
panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai antara
lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan sebagainya.
Yang diukur adalah:3
a.Distansia spinarum ( 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra.
b.Distansia kristarum ( 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.
c.Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior
dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra.
d.Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.
e.Konjugata eksterna (Boudeloque) 18 cm, jarak antara bagian atas simfisis ke
prosesus spinosus lumbal 5.
f.Distansia tubernum ( 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
13
14
Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran CV, CO (Conjugata Obstetrique)
= apakah kurang dari normal, CT (Conjugata Tranversalis), serta imbang kepala
panggul.2
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan fetopelvik
disproporsic atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi seksio sesaria atau
riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam persalinan. X-ray pelvimetri juga
dilakukan bila pada pemeriksaan klinis didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm
atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas
panggul dan malposisi letak janin seperti pada presentasi bokong, wajah atau letak
lintang.7
2.5. Penatalaksanaan
Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan partus percobaan.8
a. Sectio Sesaria
15
Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu. sectio sesaria elektif direncanakan
lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul
yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata.4
Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul dapat
diambil tindakan yaitu:9
- panjang CV 8-10 cm partus percobaan
- panjang CV 6-8 cm SC primer
- panjang CV < 6 cm SC absolut.
Selain itu sectio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada
factor- factor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan
letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami
infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain. Sectio sesaria sekunder
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul
komplikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat
untuk persalinan pervaginam tidak atau belum dipenuhi.8
b. Persalinan Percobaan
Adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan aterm, anak
presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik (CPD). Tindakan
partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita
dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan
masuk fase aktif. Penilaian terhadap kemajuan persalinan, turunnya kepala dan putar
paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut
terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus
percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut
tidak ada kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal,
dipastikan ada CPD dan persalinan diakhiri dengan seksio sesaria.2,3
16
17
3. Perdarahan intrakranial.
4. Kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar.
5. Robekan pada tentorium serebri karena moulage yang hebat dan lama.
6. Fraktur pada tulang kepala oleh karena tekanan yang hebat dari his.
18
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
: Ny. A
Umur
: 23 tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SLTA
Suku
: Batak
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah 1x
Tgl Masuk
: 25 Juni 2015
Jam Masuk
: 10.00 WIB
No. MR
: 96.68.77
ANAMNESIS PENYAKIT
Ny. A, 23 tahun, G1P0A0, datang ke IGD RSUPM dengan :
Keluhan Utama
: Mulas-mulas
Telaah
: ?/?/2014
19
TTP
: ?/?/2015
ANC
: Sp.OG 4x
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sens
TD
HR
RR
Temp
TB
: 148 cm
Status Lokalisata
1. Status Obstetrikus
Abdomen
: Membesar Asimetris
TFU
Bagian tegang
: Kiri
Bagian terbawah
: Kepala (5/5)
Gerak
: (+)
His
: 2 x 20 detik/ 10 menit
DJJ
EBW
2. Status Ginekologis
Adekuasi Panggul :
- Promontorium teraba; Konjugata Diagonal 9 cm, Konjugata Vera : 7,5cm
20
LABORATORIUM
Darah Rutin
Hb : 9,6gr%
Hematokrit : 27,1 %
Leukosit : 9.600 /mm3
Trombosit : 336.000 /mm3
USG TAS
- Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
- FM (+), FHR (+)
- Plasenta fundal grade III
- BPD : 96.3 mm
- AC : 329.1 mm
- FL : 75.7 mm
- AFI : air ketuban cukup
- EFW : 3.349 gram
Kesan : IUP (38 39) minggu + Presentasi Kepala + AH
21
DIAGNOSIS
Panggul Sempit + PG + KDR (38 40) minggu + PK + AH + Inpartu
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Ampicillin 2 gr profilaksis (Skin test)
RENCANA
SC Emergency
Konsul anak
Konsul anastesi
ANJURAN
-Awasi Vital Sign
-Pantau His, DJJ
PROGNOSIS
Baik
LAPORAN PEMBEDAHAN
Tanggal 25 Juni 2015 pukul 13.15 WIB.
Laporan SC a/i Panggul sempit
Lahir bayi perempuan , BB : 3100 gr, PB: 46 cm, AS 8/9, anus (+)
lbu dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine, dengan infus dan kateter
terpasang baik;
Dibawah spinal anestesi, dilakukan tindakan septik dengan cairan antiseptik dengan
larutan providone iodine dan alkohol 70% pada dinding abdomen lalu ditutup
dengan doek steril kecuali lapangan operasi;
22
Dilakukan insisi pfanenstiel mulai dari kutis, subkutis, hingga tampak fascia;
Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekanan dan
kekiri, kemudian otot dipisahkan secara tumpul;
Peritoneum dijepit dengan dua klem, dijinjing kemudian di gunting diantaranya lalu
dilebarkan ke atas dan ke bawah
Pasang hack blast, tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, identifikasi
SBR;
Plika vesikouterina digunting secara konkaf kekanan dan kekiri kemudian
disisihkan kearah blast secukupnya;
Selanjutnya insisi low cervival pada dinding uterus hingga subendometrium,
kemudian endometrium ditembus secara tumpul dan diperlebar sesuai arah sayatan,
tampak selaput ketuban dipecahkan, kesan: air ketuban sedikit dan jernih;
Dengan meluksir kepala dilahirkan bayi perempuan, BB: 3100 gr, PB: 46 cm, AS
8/9, anus (+);
Tali pusat diklem di dua tempat kemudian digunting diantaranya;
Plasenta dilahirkan secara traksi pada tali pusat, plasenta lahir lengkap;
Kedua sudut luka insisi pada uterus dijepit dengan oval klem;
Kavum uteri dibersihkan dari sisa selaput ketuban dengan kasa steril terbuka
sampai tidak ada selaput ketuban yang tertinggal;
Ujung luka insisi uterus dijahit dengan hemostatic suture figure of eight. Luka insisi
uterus dijahit secara continuous interlocking, kemudian dilakukan reperitonealisasi;
Evaluasi pada daerah bekas insisi uterus yang telah dijahit, perdarahan terkontrol;
Identifikasi tuba fallopii dan ovarium kanan dan kiri, dalam batas normal;
Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan stoll cell hingga bersih;
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis mulai dari peritoneum, otot, fascia, sub
kutis dan kutis;
Luka operasi ditutup dengan sufratulle, kasa steril, dan hypafix;
Liang vagina dibersihkan dari sisa darah dengan kapas sublimat hingga bersih;
KU ibu post operasi : stabil.
23
14.00
14.30
15.00
TD
90/60
100/70
110/70 110/80
15.30
Nadi
78
76
78
80
Pernapasan
20
20
18
20
36,8
36,7
36,7
36,8
(+) kuat
(+) kuat
(+) kuat
(+) kuat
Suhu
Perdarahan
Kontraksi uterus
Terapi
24
FOLLOW UP
Tanggal 26 Juni 2015
Status Presens
KU
: Stabil
Anemis
: (-)
Sensorium
: Compos Mentis
Ikterik
: (-)
Tekanan Darah
:110/70 mmHg
Dispnea
: (-)
Frek. Nadi
: 76x/i
Sianosis
: (-)
Frek. Nafas
: 18 x/i
Edema
: (-)
Temp
: 36,8 C
Status Lokalisata
Abdomen
TFU
P/V
L/O
BAK
jernih
BAB
ASI
: (+)
Diagnosis
Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ampicillin 1 gr/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg /8 jam
- inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
25
KU
: Stabil
Anemia
: (-)
Sensorium
: Compos Mentis
Ikterik
: (-)
Tekanan Darah
:120/80 mmHg
Dispnea
: (-)
Frek. Nadi
: 80 x/i
Sianosis
: (-)
Frek. Nafas
: 20 x/i
Edema
: (-)
Temp
: 36,7 C
Status Lokalisata :
Abdomen
TFU
P/V
L/O
BAK
: (+) Normal
BAB
: (-) Normal
ASI
: (+)
Diagnosis
Terapi :
- Cefadroxil 2x500mg
- As. Mefenamat 3 x 500 mg
- B comp tab 2 x 1
R/ aff infus, terapi oral
26
KU
: Stabil
Anemia
: (-)
Sensorium
: Compos Mentis
Ikterik
: (-)
Tekanan Darah
:120/80 mmHg
Dispnea
: (-)
Frek. Nadi
: 78 x/i
Sianosis
: (-)
Frek. Nafas
: 22 x/i
Edema
: (-)
Temp
: 36,4 C
Status Lokalisata :
Abdomen
TFU
P/V
L/O
BAK
: (+) Normal
BAB
: (+)
ASI
: (+)
Diagnosis
Terapi :
- Cefadroxil 2x500mg
- As. Mefenamat 3 x 500 mg
- B comp tab 2 x 1
R/ Ganti verban, kesan : kering
Pasien pulang berobat jalan, kontrol ke poli
27
RESUME
.
Ny, A 23 tahun G1P0A0 , Batak, Islam, SLTA, IRT istri dari Tn. S 25 tahun,
Batak, Islam, SLTA, Wiraswasta datang dengan keluhan mulas-mulas dialami sejak
tanggal 24/6/2016 pukul 23.00. Riwayat keluar lendir darah (+). Riwayat keluar air
dari kemaluan (-). RPT/RPO (-). Riwayat Haid: HPHT : ?/?/2014, TTP: ?/?/2014.
ANC dokter Sp.OG 4x. Riwayat persalinan hamil ini. Status presens: dbn, Status
Obstetrikus : abdomen membesar, asimetris, TFU: 3 jari BPX, teregang kiri,
terbawah kepala, gerak (+), HIS 2x20/10, DJJ 140 x/i. Adekuasi panggul : kesan
panggul sempit. VT: Cx 2cm, eff 100%, selaput ketuban (+). Air ketuban (-). Hasil
lab dbn. Didiagnosis dengan Panggul Sempit + PG + KDR (38 40) minggu + PK +
AH + Inpartu. Telah dilakukan SC dengan diagnosis post SC a/i Panggul Sempit +
NH1 dan diterapi dengan IVFD RL + Oksitosin 10-10-5-5 IU 20 gtt/i. Inj.
Ampicillin 1 gr/6 jam, dan inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam. Rencana selanjutnya awasi
vital sign, kontraksi, uop, perdarahan, terapi dilanjutkan dan mulai mobilisasi
bertahap.
28
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Kasus
Panggul dikatakan sempit (Pelvic Contracture) apabila ukurannya 1-2 cm
kurang dari ukuran yang normal.3 Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas
panggul), midpelvis (ruang tengah panggul), outlet (pintu bawah panggul), atau
kombinasi dari inlet, midpelvis, atau outlet.2,3 Ukuran pelvis normal (untuk janin
rata-rata) termasuk conjugata diagonalis 12,5 cm, conjugata obstetrik
(anteroposterior dari inlet) 10 cm, dan tranversal dari midpelvis 9,5 cm. 3 Pada
kasus ini, seorang pasien Ny. A, 23 tahun, G1P0A0, datang ke IGD RSUPM dengan
keluhan Utama Mulas-mulas. Pasien merupakan rujukan dari dokter SpOG dengan
diagnosis panggul sempit.
Dari penelitian Gozali, menyatakan bahwa berdasarkan tinggi badan,
diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi
disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan tinggi badan <155 cm (82,1%). Hasil
tabulasi silang menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan
kejadian disproporsi fetopelvik.12 Pada kasus ini, pasien datang dengan status
presens: sensorium: compos mentis, TD: 110/80 mmHg, HR: 80 x/i, RR : 20 x/i,
Temp: 36,7C, dan TB: 148 cm. Dengan tinggi badan ibu tersebut dikhawatirkan ibu
mempunyai panggul yang kecil dikarenakan dalam beberapa kasus didapatkan
wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm mempunyai panggul kecil. Jelas
kemungkinan besar pasien ini mengalami ketidakseimbangan antara panggul dan
besar janin sehingga terjadi diproporsi fetopelvik.
Pembagian tingkat kesempitan panggul berdasarkan nilai konjugata vera
(CV):3
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
29
Tingkat IV
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Amoa BA. Klufio AC. A Case Control study of primary caesaean section at the
port Moresby General Hospital Papua New Guinea, to Identify epidemiological
predictors of abdominal delivery. PNG Med J. 1997: 40 p: 119-126
2. Rachimhadhi T. Anatomi jalan Lahir. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (eds). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 188 203.
3. Sofian A. Panggul Sempit. In: Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 1, Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.
4. Cecil BH. Pelvimetry in Obstetric. Post Graduate Medical Journal. Bull. 1964. P:
310-319
5. Rozenholc AT. Ako SN. Leke RJ. Boulvain M. . The Diagnostic Accuracy of
External Pelvimetry and Maternal Height to Predict Dystociain Nulliparous
woman: A Study in Cameroon.
6. Liselle HB. Boulvain M. Tshibangu KC. Meuris S. Maternal Height and External
Pelvimetry to predict cephalopelvic disproportion in nulliparous African Woman:
a Cohort study. BJOG. 2001
7. Netter, F.H. 2006. Pelvis and Perineum. Atlas of Human Anatomy. Philadelphia:
Saunders Elseiver
8. Barron, LR , Hill RO, Linkletter AM. X-ray Pelvimetry. Canad Med Ass J. 1964
(91); 1209 1212.
9. MacLenna HR. The Management of Labor in Contracted Pelvis. British Medical
Journal. 1954; 837 840.
10. Aflah N. Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi
Panggul Sempit. Tesis. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan. 2009.