Anda di halaman 1dari 21

OLEH :

TITIN RATNANINGSIH
DEFINISI
Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara
paksa.
Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan
anus panjangnya rata-rata 4 cm
Klasifikasi ruptur perineum
Ruptur perineum spontan Yaitu luka pada perineum
yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka
ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak
teratur

Robekan perineum ada 2, yaitu :


a) Anterior : labia, vagina anterior, uretra atau
klitoris
b) Posterior : dinding posterior vagina, otot
perineum, spincter ani, mukosa rektum.
Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan
pengguntingan atau perobekan pada perineum.

Episiotomi ialah suatu tindakan insisi pada


perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum.3
Faktor-faktor yang menyebabkan
ruptur perineum
Faktor maternal, mencakup :
Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak
ditolong (sebab paling sering)
Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan.
Edema dan kerapuhan pada perineum.
Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan
perineum.
Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang
sempit pulasehingga menekan kepala bayi ke arah
posterior.
Perluasan episitomi
Faktor janin mencakup :
Bayi yang besar
Posisi kepala yang abnormal, ex : presentasi muka
Kelahiran bokong
Ekstraksi forceps yang sukar
Dystocia bahu
Anomali kongenital, seperti hidrocephalus
Tingkat robekan perineum dapat
dibagi atas 4 tingkatan
Tingkat I : robekan hanya terjadi pada selaput lendir
vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum
sedikit.
Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu
selain mengenai selaput lendir vagina juga mengenai
muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai
sfingter ani
Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh
perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani.
Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai otot
sfingter ani dan mukosa rectum
RUPTUR PERINEUM DISENGAJA ( EPISIOTOMI)
Penyembuhan luka perineum akan lebih sempurna
bila pinggirnya lurus dan otot- otot mudah dijahit.
Pada persalinan spontan sering terjadi robekan
perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang
tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan
penyembuhan per primam sesudah luka dijahit. Oleh
karena itu, dan juga untuk melancarkan jalannya
persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada
saat kepala janin tampak dari luar dan mulai
meregangkan perineum.
Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum,
regangan otot-otot dan fasia pada dasar panggul,
prolapsus uteri, stress incontinence, serta perdarahan
dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka
episiotomi lebih mudah dijahit daripada robekan.
Jenis episiotomi
Episiotomi medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior
lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut
sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah :
perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih
sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif
sedikit mengandung pembuluh darah.
sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga
penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan
lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei
tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau
komplet (laserasi dinding rektum).
Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus
vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah
sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
Panjang sayatan kira2 4 cm.
Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot
sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat
III.
Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan
daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot
perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih
sukar.
Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga
setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari
kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam.
Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh
karena banyak menimbulkan komplikasi.
Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat
pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak.
Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa
nyeri yang mengganggu penderita.
Indikasi episiotomy
Primigravida umumnya
Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada
persalinan yang lalu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan
misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
Arkus pubis yang sempit
Indikasi janin antara lain adalah:
Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala
janin.
Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi,
janin besar.
Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat
kala II seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.
Kontraindikasi episiotomy
Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan
yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun
terdapadatnya varises yang luas pada vulva dan
vagina.
TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN
PERINEUM
Tingkat I :
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat
dilakukan hanya dengan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur (continous suture) atau
dengan cara angka delapan (figure of eight).
Tingkat II :
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi
lokal otot-otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis
tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan
kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan
jaringan-jaringan dibawahnya.
Jahitan mukosa vagina : jahit mukosa vagina secara jelujur
dengan catgut kromik 2-0. Dimulai dari sekitar 1 cm di atas
puncak luka di dalam vagina sampai pada batas vagina.
Jahitan otot perineum : lanjutkan jahitan pada daerah otot
perineum sampai ujung luka pada perineum secara jelujur
dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya. Penting sekali untuk menjahit
otot ke otot agar tidak ada rongga diantaranya.
Jahitan kulit : carilah lapisan subkutikuler persis di bawah
lapisan kulit. Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler
kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan simpul mati
pada bagian dalam vagina.
Tingkat 3 dan 4 bukan wewenang bidan
Rujuk
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
Apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai
mukosa rektum), berikan antibiotic profilaksis dosis
tunggal. Ampisilin 500 mg peroral danMetronidazol
500 mg peroral. Observasi tanda-tanda infeksi.
Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enema selama
2 minggu.
Penggunaan sitz mandi dan analgesik seperti
ibuprofen. Jika rasa sakit yang berlebihan pada hari-
hari setelah pasca tindakan harus segera diperiksa,
sebab rasa sakit merupakan tanda-tanda infeksi
didaerah perineum
Penderita diberi makanan yang tidak mengandung
selulosa mulai dari hari kedua diberi parafinum
liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu
pada hari ke 6 diberi klisma minyak.
KOMPLIKASI JIKA ROBEKAN PERINEUM
DIBIARKAN
Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki dengan baik,
pasien dapat menderita gangguan defekasi dan flatus.
Jika robekan rektum tidak diperbaiki, dapat terjadi
infeksi dan fistula rektovaginal.

Anda mungkin juga menyukai