Anda di halaman 1dari 6

Nama : Siti Umayah

Nim : 0102181000
Prodi : DIII Kebidanan Semester V
Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan maternal neonatal B
Dosen : Ida Widaningsih,SSiT. MKM

Tugas : Resume Episiotomi

A. Definisi Episiotomi
Episiotomi adalah Insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan
mencegah rupture perinium totalis

Gambar Episiotomi
B. MACAM-MACAM EPISIOTOMI
1. Medialis
2. Mediolateralis
3. Lateralis
C. TUJUAN
1. Mencegah kerusakan spingterani dan mukosa rectum(laserasi derajat 3dan 4).
2. Mencegah kerusakan serius pada otot dasar panggul.
3. Mencegah trauma pada kepala janin.
4. Lebih mudah untuk memperbaiki dan penyembuhan pada laserasi spontan.
D.
E. Indikasi episiotomi :
1. Gawat janin
2. Persalinan pervaginam dan penyulit (sungsang,distosia bahu, ekstraks forcep,
ekstraksi vakum).
3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan.
F. Episiotomi dapat menyebabkan :
1. Meningkatnya jumlah darah yang hilang
2. Bertambahnya dalamnya luka perineum bagian posterior
3. Meningkatnya resiko terjadinya kerusakan pada spingterani
4. Peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama post partum
G. Kesimpulan Episiotomi
 Episiotomi mencegah robekan melebar ke spingterani kenyataan luka yang dalam
hampir tidak pernah terjadi pada persalinan tanpa episiotomi.
 Menjahitb luka episiotomi tidak lebih mudah daripada menjahit luka robekan.
 Luka episiotomi tidak lebih cepat sembuh.
 Episiotomi meningkat kehilangan darah .
 Episiotomi mencegah terjadinya relaxasi otot dasar panggul, sehingga episiotomi
tidak mencegah terjadimya incontinentia urine maupun kepuasan hubungan sexual.

RUPTUR PERINEUM SPONTAN (LASERASI)


Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan
perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur. Robekan
perineum ada 2, yaitu :
a. Anterior : Labia, vagina anterior, uretra atau klitoris.
b. Posterior : Dinding posterior vagina, otot perineum, spincter ani, mukosa rektum.
Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :
a. Tingkat I
Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
b. Tingkat II
Robekan yang terjadi lebih dalam, yaitu selama mengenai selaput lendir vagina juga mengenai
muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.
c. Tingkat III
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura
perineum totalis di beberapa kepustakaan yang berbeda disebut termasuk dalam robekan derajat III
atau IV. Beberapa kepustakaan juga membagi tingkat III menjadi beberapa bagian seperti :
· Tingkat III a
Robekan < 50 % ketebalan sfingter ani.
· Tingkat III b
Robekan > 50% ketebalan sfinter ani.
· Tingkat III c
Robekan hingga sfingter ani interna.
d. Tingkat IV
Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan
tidak termasuk dalam klasifikasi diatas.
Jenis - Jenis Episiotomi
Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan
dengan pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu :
1. Episiotomi Lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam.
Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka
sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu, parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri
yang mengganggu penderita.
2. Episiotomi Medialis
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah, tetapi tidak sampai mengenai
serabut sfingter ani.
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah
- Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit karena merupakan daerah yang relatif
sedikit mengandung pembuluh darah.
- Sayatan bersifat simetris dan anatomis, sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perineum tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau
komplet (laserasi dinding rektum).
3. Episiotomi Mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping.
Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang
melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm. Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot
sfingter ani untuk mencegah rupture perineum tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak karena
melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong, sehingga
penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus simetris.
4. Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah
bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
Tujuan Episiotomi
1. Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam. Sedangkan rupture perineum
yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka bergerigi. Luka lurus dan tajam lebih mudah
dijahit dan sembuh dengan sempurna.
2. Mengurangi tekanan pada kepala anak.
3. Mempersingkat kala II.
4. Episiotomi lateralis dan mediolateralis mengurangi kemungkinan rupture perineum totalis.

Episiotomi tidak boleh dilakukan secara rutin karena :


a. Persalinan dan kelahiran merupakan proses normal dan tidak memerlukan intervensi, kecuali ada
indikasi.
b. Belum ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan adanya manfaat episiotomi bagi suatu kelahiran
yang tidak mengalami komplikasi.
c. Akan meningkatkan banyaknya perdarahan.
d. Bisa menambah dalamnya laserasi perineal.
e. Menambah resiko kerusakan spinchter ani.
f. Menambah rasa sakit pada hari-hari pertama masa post partum.
g. Meningkatkan resiko infeksi.
Indikasi Episiotomi
1. Indikasi Maternal
- Primigravida umumnya.
- Perineum kaku dan pendek, serta ada riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu.
- Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan, misalnya pada persalinan sungsang,
persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
- Adanya rupture yang membakat pada perineum.
- Jaringan parut pada perineum maupun pada vagina.
- Arkus pubis yang sempit.

2. Indikasi Janin
- Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin.
- Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, distosia bahu, dan janin besar.
- Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II. seperti pada gawat janin, tali
pusat menumbung.

Kontraindikasi Episiotomi
1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam.
2. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak, seperti penyakit kelainan darah
maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
Tujuan Episiotomi
1. Membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus, sebagai pengganti robekan vagina lebih besar
dan tak beraturan selama kelahiran. Insisi ini akan sembuh kembali. Pembukaan dan robek tak
terkendali dimungkinkan karena peregangan yang tidak perlu karena kontraksi yang tak terkontrol.
Robekan tak terkendali tersebut dapat berakibat pada :
· Urinary incontinence, dimana ibu tidak mampu menahan buang air kecil.
· Prolapsed bladder, kantong kemih turun menuju dinding vagina.
A· Prolapsed rectum, kantong air besar turun menuju vagina yang mungkin terjadi akibat ruptur
perineum.
2. Mencegah vagina robek secara spontan, karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya
akan sulit dan hasil jahitannya pun tidak rapi.
3. Mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya keluar atau dengan kata lain mempercepat
persalinan dengan melebarkan jalan lahir lunak atau mempersingkat kala II.
4. Mengurangi tekanan kepala anak, sehingga dapat mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan
lahir yang sempit dan juga mencegah kerusakan pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.

Keuntungan dan Kerugian Episiotomi


EPISIOTOMI MEDIAN
EPISIOTOMI MEDIO-LATERAL
KEUNTUNGAN
· Mudah menjahit
· Tidak timbul dispareunia
· Tidak terlalu sakit
· Jahitan tidak banyak terlepas
· Tidak terjadi robekan tambahan.
KERUGIAN
· Terjadi robekan tambahan menjadi ruptur perineal totalis.
· Sulit menjahit
· Terjadi dispareunia
· Terjadi rasa sakit
· Jahitan sering terlepas.

Anda mungkin juga menyukai