Anda di halaman 1dari 12

TRAUMA PADA GENITALIA WANITA

Disususun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat


Pembimbing Akademik: Wagiyo, SKp, MKep, SpMat

Gracia Ayu Christina P1337420617004


Mutiara Ramadhani Saraswati P1337420617043
Nur Chafidhoh Auliya Rachmany P1337420617031
Fauzziyah Febiannisa P1337420617064
Istinganatul Muyassaroh P1337420617083
Athallah Muafanuddin P1337420617078

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan pada System Reproduksi dapat mengakibatkan terjadinya


gangguan kesehatan yang cukup serius. Gangguan yang paling sering terjadi
meliputi kejadian infeksi, perdarahan, dan keganasan. Yang mana dari ketiga
penyebab gangguan pada system reproduksi tersebut terdiri berbagai penyakit
diantaranya adalah : perdarahan postpartum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis,
Ca Mamae. Ca Ovarium.

Perdarahan postpartum atau pun abortus disebabkan oleh berbagai


penyebab dan jika tidak ditangani maka akan mengakibatkan kematian pada ibu.
Begitupun kejadian Keganasan pada system Reproduksi

B. Rumusan Masalah
1 Apa pengertian trauma dan cedera ?
2 Apa saja macam-macam trauma pada organ reproduksi wanita?
3 Apa etiologi pada organ reproduksi ?

C. Tujuan
1 untuk mengetahui pengertian trauma dan cedera
2 Untuk macam-macam trauma pada organ reproduksi wanita
3 Untuk mengetahui pada organ reproduksi
BAB II

ISI

1. Pengertian Trauma Dan Cedera

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera


hubungannya dengan jenis kekerasan serta efeknya terhadap manusia. (dr.
Hendra. T. Laksmana. 2003 ; 362)
Trauma pada organ reproduksi wanita disebabkan oleh persalinan, koitus,
pembedahan ginekologi, trauma oksidential, benda asing, bahan kimia. (Arif
Mansjoer, dkk, 2000 ; 218)
Cedera merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal
diakibatkan karena keadaan patologis ( Potter&Perry 2005)

2. Macam-Macam Trauma Pada Organ Reproduksi Wanita


 Perlukaan akibat persalinan
Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva,
vagina, dan uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat
berupa suatu robekan yang disertai perdarahan hebat.
 Vagina
Perlukaan pada dinding depan cagina sering kali terjadi di sekitar
onfisium urethra eksternum dan klitoris. Perdarahan pada klitoris dapat
menimbulkan perdarahan banyak, dan kadang-kadang tidak dapat diatasi
dengan penjahitan namun dengan penjepitan dengan cunam selama
beberapa hari.
Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri ataupun lanjutan
perobekan perineum. Pada umumnya robekan vagina terjadi karena
regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba saat janin dilahirkan.
Kelahiran kepala maupun bahu dapat menimbulkan robekan pada dinding-
dinding vagina. Kadang robekan lebar terjadi akibat ekstraksi dengan
forcop.
Bila terjadi perlukaan pada dinding vagina akan segera terjadi perdarahan
untuk menilai keadaan bagian dalam vagina dapat dilakukan dengan
spekulum. Perdarahan pada keadaan ini biasanya bersifat arterial, sehingga
harus segera dijahit, secara simpul, dengan benang catgut.
(Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro. 2005 : 409)
 Perineum
Tingkat perlukannya :
Tingkat I : bila perlukannya hanya terbatas pada mukosa vagina
atau kulit perineum
Tingkat II : adanya perlukaan yang lebih dalam dan luar ke vagina
dan perineum dengan melukai fasca seerta otot-otot
diafragma urogenital
Tingkat III : perlukaan yang lebih dan lebih dalam yang
menyebabkan musculus sfingter ani eksternus
terputus di depan
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga
bilateral umumnya perlukaan perineum dapat terjadi pada tempat dimana
muka janin menghadap. Robekan perineum dapat berakibat robekan
jaringan pararaktal, sehingga reksum terlepas dari jaringan sekitarnya.
Pada perlukaan tingkat I, bila hanya terjadi luka lecet maka tidak perlu
dilakukan penjahitan, sedangkan perlukaan tingkat II hendaknya luka
dijahit dengan cermat.
Penanganan perlukaan perineum tingkat III memerlukan teknis penjahitan
khusus. Langkah pertama terpenting adalah menemukan kedua ujung
muskulus sfingter ani eksternus yang terputus. Kedua ujung otot dijepit
cunam allis, kemudian dijahit dengan catgut, sehingga kontinuitas sfingter
terbentuk kembali. Selanjutnya penjahitan dilakukan seperti hendaknya
dibenamkan ke arah mukosa raksum. Selanjutnya penjahitan dilakukan
seperti penjahitan luka perineum tingkat II dan ketegangan sfingter dinilai
dengan memasukkan jari ke dalam raksum.
(Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro. 2005 : 410)
 Serviks Uteri
Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Karena perlukaan itu porsio vaginalis
uteri pada seorang multipara terbagi dalam bibir depan dan belakang.
Robekan serviks bisa menimbulkan perdarahan banyak, khususnya bila
jauh ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens dan arterik
uternia. Perlukaan III dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang
paling sering ialah akibat tindakan persalinan buatan dengan pembukaan
yang belum lengkap. Selain itu dapat disebabkan oleh partus presipitatus.
Diagnosis perlukaan serviks dapat diketahui dengan pemeriksaan
inspekulo.
(Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro. 2005 : 412)
 Korpus Uteri
Mekanisme terjadinya robekan uterus bermacam-macam. Ada yang
terjadi secara spontan, dan ada pula yang terjadi akibat luka paksa. Lokasi
robekan dapat korpus uteri atau segmen bawah uterus. Robekan uterus
akibat rudapaksa umumnya terjadi pada persalinan buatan, misalnya pada
ekstraksi dengan cunam atau versi dan ekstraksi.
Secara anatomik, robekan uterus dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Robekan inkomplet, yakni robekan yang mengenai endometrium, dan
miometrium tapi perimetrium masih utuh.
2. Robekan komplet, yakni robekan yang mengenai miometrium dan
perimetrium, sehingga terdapat hubungan langsung antara kavum
puteri dan rongga perut.
Penanganan pada robekan uterus ialahpemberian tranfusi darah segera,
kemudian laparatomi. Jenis operasi yang dilakukan adalah penjahitan luka
pada dinding uterus atau pengangkatan uterus.
 Nekrosis Jalan Lahir Akibat Tekanan Pada Persalinan Lama
Saat persalinan, bila kepala janin sudah masuk rongga tengah
panggul, kandung kencing akan terdorong ke atas, sehingga kepala
menekan vagina dasar kandung kencing, dan iretrha apabila tekanan
berlangsung lama maka vagina serta dasar kandung kencing yang tertekan
mengalami iskemia dan akhirnya nekrosis.
Pada tempat yang mengalami iskemia dan nekrosis pada kari ke-3 sampai
hari ke 10 persalinan. Jaringan melepaskan diri dan terbentuklah suatu
fistel. Jika fistel terdapat antara rektum dan vagina dinamakan fisula
rektovagmalis. Nekrosis ini dapat dihindarkan bila persalinan dipimpin
dengan baik. Pada persalinan dengan kemungkinan nekrosis karena kala
pengeluaran lama, sebaiknya diusakana supaya dalam puerperium
kandung kencing tetap kosong dengan pemasangan kateter terap (daver
catheter) dan pemberian antibiotika, untuk sedapat mungkin pencegah
terjadinya fistula. Kateter dipasang untuk waktu yang lebih lama, apabila
terjadi fistel. Fistela nekrovaginalis kecil dengan cara ini dapat menutup
sendir, fistel besar bisa mengecil.
 Perlukaan Akibat Coitus
Perlukaan yang terjadi pada coitus pertama ialah robekannya
selaput himen. Robekan selaput hiemen biasanya terjadia pada dinding
belakang dan menimbulkan perdarahan sedikit, yang kemudian akan
terbentuk secara spontan.
Pada keadaan – keadaan tertentu perlukaan akibat koitus dapat
lebih berat. Koitus yang dilakukan secara kasar dan keras, misalnya oleh
laki-laki yang menderita psikopatia seksualis atau yang sedang mabuk,
akan menimbulkan perlukaan-perlukaan vulva dan vagina yang lain
dengan perdarahan banyak. Lebih-lebih bila wanita menolah untuk
melakukan hubungan seksual. Penolakan itu disertai adduksi pada kedua
paha. Lordose lumbal, dan ketegangan pada otot-otot pelvis.
Faktor predisposisi dari pihak wanita untuk mengalami trauma
pada koitus yaitu hipoplasis genetalis. Penyempitan introitus vagina,
vagina yang kaku dan himen yang tebal. Sedangkan dari pihak laki-laki
yaitu tidak adanya pengalaman, sedang mabuk, penis yang besar.
 Perlukaan Akibat Pembedahan Ginekologi
 Perlukaan ureter
Ada 5 tempat di dalam panggul dimana ureter mudah mengalami
perlukaan pada pembedahan ginekologi
1. di tempat ureter memasuki ruang pangul dan menyilang diatas
percabangan dengan arteria iliaka. Tumor yang tumbuh dalam
ligamentum latum / ligamentum infundibulo pelvikum
menyebabkan ureter melekat pada tumor sehingga bila tidak hati-
hati ureter dapat terpotong / mengalami perlukaan
2. pada vasa ovarika.
3. di dalam ligamentum latum.
4. pada tempat yang dekat dengan serviks bagian atas
5. pada tempat ureter mulai masuk ke dalam kandung kencing
pada dasarnya tindakan-tindakan yang dikerjakan pada ureter yang
terpotong ialah :
- implantasi ke dalam kandung kencing
- anastomosis utero – ureteral
- implantasi ureter ke dalam signoid
- implantasi pada perlukaan kulit
- ureter diikat
 Kerokan (Curetage)
Pada kerokan bisa terjadi perforasi utrerus. Jika hal ini tidak
diketahui dan cunam dimasukkan melalui lubang perforasi. Atat
tersebut dapat menjepit usus, dan menariknya keluar sampai ke vagina.
Pada keadaan ini dilakukan laparatomi.
 Laparaskopi
Jarang timbul luka pada usus ketika troikar dimasukkan ke dalam
perut. Lebih sering terjadi perlukaan usus pada kauterisasi tuba
dengan jalan laparaskopi dalam rangka sterilisasi. Luka disebakan oleh
karena perlindungan alat kauterisasi tidak sempurna dalam sistem
perlindungan aliran listrik atau oleh karena pembedah melakukan
kesalahan.
 Kuldoskopi atau Kolpotomi
Tindakan ini dapat menyebabkan perlukaan pada usus apabila
terdapat perlekatan usus di kavum douglas atau kavum douglas dibuka
terlalu dekat pada rektum.
 Histerektongi vaginal
Pada histerektimi vaginal bisa terjadi perlukaan pada rektum atau
pada kandung kencing
 Pembedahan Ginekologi Lewat Abdomen
Pada pembedahan abdominal dengan banyak perlekatan usus
dengan uterus dapat terjadi perlukan usus. Untuk mencegah hak
tersebut. Ketrampilan dan kesabaran pembedah sangat diperlukan.
 Trauma Eksidental
Perlukaan langung pada alat genital terjadi akibat patah tulang
panggul atau akibat jatuh duduk dengan genetalia eksterna kena suatu
benda
1. Hematoma / Kontusio (memar)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kutis / kulit
akibat pecahnya kafiler dan vena yang disebkan oleh kekerasa
tumpul.
Bentuk perlukaan yang paling sering ialah hematoma pada vulva
mula-mula berukuran kecil untuk kemudian bisa menjadi
membesar. Perdarahan dapat menjalar sekitar vagina dan
mengumpul di dalam ligamentum latum. Bila banyak darah
terkumpul dalam hematoma, dapa timbul gejala syok dan anemia.
Kulit permukaan hematoma berwarna kebiru-biruan mengkilat tipis
dan mudah robek. Penanganannya tergantung besar hematome
tersebut. Bila hematome kecil, cukup di kompres dan analgenica
hematome ditak boleh bertambah besar.
2. Penukaran
Penukaran pada vagina dan vulva terjadi bila alat-alat tersebut
terkena benda secara langsung penangannya secara biologis.
 Trauma Akibat Benda Asing
Pada penderita psikopatia seksualitas memasukkan benda-benda ke
dalam vagina atau uretra. Pesarium yang dipasang untuk prolapsus uteri
dapat menimbulkan iritasi dan perlukaan.
 Trauma Akibat Bahan Kimia
Perlukan vulva dan vagina berupa luka bakar dapat disebabkan oleh :
- pembiasaan (dounching) dengan cairan yang sangat panas
- kesalahan tekiok dalam pemakaian elektrokavter
- bahan-bahan kimiawi
Keterangan :
Pembilasan dengan cairan yang sangat panas menimbulkan luka bakar,
dapat menyebabkan terlepasnya kulit dan mukosa, sehingga terdapat
ulkus. Ulkus ini, bila sembuh dapat menyebabkan timbulnya sikatitis dan
stenosis pada vagina.
Pemakaian elektrokavter untuk pengobatan erosio pada porsio uteri, jika
kurang hati-hati dapat menyebabkan stenosis atau atresia pada ostrum uteri
eksternum. Vulva dan vagina yang terkena bahan-bahan kimia yang keras
menimbulkan gejala-gejala luka bakar.
Bahan-bahan kimia yang menimbulkan perlukaan adalah bahan asam
terbagi dalam :
- asam anorganik : asam sulfat, asam nitrat, asam klorida, dll.
- Asam organik : asam oksalat, asam asetat.
Diagnosis dapat disebabkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
ginekologik. Pada pemeriksaan ginekologik akan ditemukan tempat yang
terkena berwarna merah dengan edema dan pada beberapa tempat tampak
gelembung dan ulkus. Perawatan bagi penderita ialah istirahat baring,
pemberian parratinum, liquidum, pengobatan tambahan hendaknya
diberikan kortison, analgetika, antibiotika. Bagi penderita yang sembuh
dengan jaringan parut, perlu dilakukan pembedahan klinik (Prof. dr.
Hanifa Wiknjosastro, 205 : 417-419)
TRAUMA PADA ORGAN REPRODUKSI

ETIOLOGI

Akibat pembedahan
Akibat persalinan Akibat coitus Eksidental Benda asing
ginekologi

Vagina Perineum Luka pada Perdarahan : Penatalaksanaan : Besar Kecil :


↓ ↓ serviks ↓ Penanganan oleh ↓ ↓
Penatalaksanaan Penatalaksanaan: ↓ Penatalaksanaan : dokter SpOg Penatalaksa Penatalaksa
jahit secara DJ I : tidak perlu Penatalaksa Kolaborasi dengan naan : naan
simpul segera dijahit naan dokter pembedahan Kompres
dengan benang DJ II : dijahit dingin
catgut dengan cermat Pemberian
DJ III + IV : analgetik
penjahitan
khusus

Servik uteri Korpus uteri


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Trauma pada organ reproduksi wanita disebabkan oleh persalinan, koitus,


pembedahan ginekologi, trauma oksidential, benda asing, bahan kimia
Macam-macam trauma pada organ reproduksi wanita:
1. Akibat persalinan: Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat
berupa suatu robekan yang disertai perdarahan hebat
2. Akibat coitus: Perlukaan yang terjadi pada coitus pertama ialah
robekannya selaput himen.
3. Akibat pembedahan ginekologi: seperti curetage,laparoskopi,histerektomi
vaginal, kuldoskopi.
4. Eksidental: Perlukaan langung pada alat genital terjadi akibat patah tulang
panggul atau akibat jatuh duduk dengan genetalia eksterna kena suatu
benda
5. Benda asing: Pada penderita psikopatia seksualitas memasukkan benda-
benda ke dalam vagina atau uretra.
6. Bahan kimia : Perlukan vulva dan vagina berupa luka bakar
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Hendra T. Laksman. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta. Djabatan. 2003.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai