Menurut Oxorn (2010) Tindakan supportif dilaksanakan sampai daerah luka bersih. Lamanya
tindakan ini 5 hingga 6 hari. Kemudian pasien dianesthesi, jaringan yang mati menjalani
debridement, dan luka episiotomi diperbaiki. Banyak kasus kala tiga selesaai tidak lama setelah
anak dilahirkan, perbaikan episiotomi dikerjakan sesudah placenta dilahirkan, uterus
berkontraksi, dan cervix serta vagina ditemukan tanpa cedera. Bukan saja prosedur intrauterin
seperti pengeluaran placenta secara manual, dan prosedur intravaginal menjadi lebih sulit
dilaksanakan jika luka episiotomi sudah ditutup, tetapi juga perbaikan luka tersebut dapat robek
kembali. Jarum jahit yang digunakan adalah jarum bundar berukuran medium kecuali bagi
lapisan subcutis. Pada jaringan dalam, pemakaian jarum yang pinggirannya tajam dapat
menyayat pembuluh darah dan menyebabkan hematoma.
Menurut Ismail (2012) Proses penyembuhan luka dapat kita kelompokkan dalam 3 fase :
Luka / Ruptur Perineum adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa yang terletak
antara vulva dan anus. Luka jahitan perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan
rahim maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin (Wiknjosastro, 2008).
4. Jenis Luka Jahitan Perineum
Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah
karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
Ruptur Spontan
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput
lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum. (Wiknjosastro, 2008).
Ruptur yang disengaja
Menurut Prawirohardjo (2009), tingkat perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam :
Tingkat I : bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum
Tingkat II : adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum
dengan melukai fasia serta otot – otot diafragma urogenitale
Tingkat III : perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus
fingter ani ekternus terputus di depan.
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral. Perlukaan pad
adifragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau
persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga
tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah
terjadi prolapsus genitalis.
Umumnya perlukaan perineum terjadi pada tempat dimana muka janin menghadap. Robekan
perineum dapat mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari
jaringan sekitarnya. Diagnosis ruptura perinei ditegakkan dengan pemeriksaan langsung. Pada
tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat arterial atau yang merembes.
Dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan darah diangkat, lalu luka dijahit secara rapi.
Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Pada perlukaan
tingkat II, hendaknya luka dijahit kembali secara cermat. Pada perlukaan tingkat II, hendaknya
luka dijahit kembali secara cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan katgut kromik no. 0 atau
00, dengan mencegah terjadinya ruang mati. Adanya ruang mati antara jahitan – jahitan
memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya radang. Lapisan kulit dapat dijahit dengan
benang katgut atau sutera secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab beberapa
jam kemudian di tempat perlukaan akan timbul edema. Penanganan perlukaan perineum tingkat
III memerlukan teknis penjahitan khusus (Prawirohardjo, 2009).
Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki dengan baik, pasien dapat menderita gangguan defekasi
dan flatus. Jika robekan rektum tidak diperbaiki, dapat terjadi infeksi dan fistula rektovaginal.
8. Penanganan Komplikasi
Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah
berhenti, lakukan penjahitan. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka. Berikan Ampisilin 500
mg peroral tiga kali sehari selama 5 hari dan Metronidazol 400 mg peroral tiga kali sehari selama
5 hari. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan berikan
antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam 48 jam. Penisilin G 2 juta unit setiap 6
jam IV. Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB setiap 24 jam IV.Ditambah Metronidazol 500 mg
peroral setiap 8 jam IV.
Sesudah pasien bebas demam selama 48 jam berikan : Ampisilin 500 mg peroral empat kali
sehari selama 5 hari. DitambahMetronidazol 400 mg peroral tiga kali sehari selam 5 hari. Luka
dapat dijahit bila telah tenang, 2-4 minggu kemudian. Fistula rektovaginal perlu dilakukan bedah
rekonstruksi 3 bulan atau lebih pasca persalinan.
Perawatan luka jahitan perineum menurut APN (2009), adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus
2. Untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perineum)
3. Untuk kebersihan perineum dan Vulva
4. Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan
pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih,
mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus
1. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka maka akan
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut
Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perinium.
1. Mencuci tangannya
2. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan
letakan pembalut tersebut kedalam kantung plastic
3. Berkemih dan BAB ke toilet
4. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
5. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
6. Pasang pembalut dari depan ke belakang
7. Cuci kembali tangan
Menurut Suwiyoga (2008), perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini:
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan
bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada
jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun
infeksi pada jalan lahir
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post
partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah.
4. Infeksi Perineum
Infeksi Perineum biasanya terjadi pada persalinan normal. Disebabkan kebersihan daerah
perineum kurang terjaga. Misalnya, karena tidak segera mengganti pembalut bila sudah penuh
cairan lokia. Atau, setelah dibasuh, daerah perineum tidak dikeringkan.
Gejala Infeksi Perineum :
Menurut Krisnawati (2007) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
jahitan perineum :
Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan luka jahitan perineum tetapi juga
memulihkan kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat. Mobilisasi dini atau
gerakan sesegera mungkin bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa
menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam (deep vein trombosis) dan menyebabkan
infeksi.
Vulva Hygiene
Vulva hygiene merupakan perawatan diri pada organ eksterna untuk membersihkan area perineal
dan pengeluaran lochea untuk meminimalis infeksi.
Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
Obat-Obatan
Obat-obatan yaitu steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon
inflamasi normal, antikoagulan dapat menyebabkan haemoragi, antibiotik spektrum luas atau
specifik efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau
kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup tidak efektif karena koagulasi intra
vaskular.
Keturunan
Budaya dan keyakinan akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum misalnya kebiasaan
makan telur, ikan dan daging ayam akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
bermanfaat dalam penyembuhan luka.