Anda di halaman 1dari 19

Embriotomi

dan
Dilatasi Jalan Lahir
leo,singgeh, zuna
EMBRIOTOMI
 Pengertian
Embriotomi adalah tindakan pertolongan persalinan
per vaginam yang dilakukan pada janin yang telah
meninggal ,dengan jalan merusak janin,sehingga janin
yang mati dapat dilahirkan tanpa melukai ibu.

Bentuk pertolongan persiapan embriotomi:


1. Kraniotomi(Perforasi dan kranioklasi)
2. Dekapitasi
3. Kleidotomi
4. Eviserasi
5. Spondilotomi
6. Pungsi
Pengertian Jenis-jenis
embriotomi
1.KRANIOTOMI
Tindakan untuk memperkecil ukuran
kepala janin dengan cara memberi
lubang dan mengeluarkan isi
tengkorak, sehingga janin dapat
dilahirkan pervaginam.
Tindakan kraniotomi terdiri dari 2
tindakan yaitu perforasi & kranioklasi.
2.DEKAPITASI
Tindakan untuk memisahkan kepala dari tubuh janin dengan
cara memotong leher janin.

3.KLEIDOTOMI
Tindakan memotong atau mematahkan 1 atau dua buah klavikula
untuk memperkecil diameter lingkar bahu.

4.EVISERASI atau EKSENTERASI


Tindakan untuk mengeluarkan isi perut dan dada janin yang sudah
meninggal.

5.SPONDILOTOMI
Tindakan memotong ruas tulang belakang

6.PUNGSI
Definisi: Tindakan untuk mengeluarkan cairan dar kepala janin
Indikasi
Pada janin
1. Janin mati dan ibu dalam keadaan bahaya (maternal
distress) atau
2. Janin mati dan tak mungkin lahir secara spontan

Pada ibu
1) bila ada ancaman keselamatan ibu
 pre-eklamsi berat dan eklamsi
 ancaman robekan rahim
 pendarahan yang banyak
 adanya tanda-tanda infeksi
 partus lama dan ibu sangat lemah
2) ibu terlalu lemah dan tidak boleh mengedan
 anemi berat (gravis)
 penyakit jantung(dekompensasi kordis)
 penyakit paru-paru berat
 dan sebagainya
kontra indikasi

1) janin hidup kecuali seperti(4)diatas


2) kesempitan panggul absolute(CV kurang dari 6 cm)

KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi adalah perlukaan jalan
lahir dan ruptur uteri.1,2,3
PERSIAPAN

Persiapan pertolongan persalinan embriotomi


Persiapan umum:
 Informed consent dan KIE kepada ibu tentang
janinnya yang telah meninggal
 Rehidrasi cairan yang adekuat
 Persiapan transfuse darah
 Pemberian antibiotika profilaksis
 Tempat untuk janin yang telah mati
Persiapan khusus
 Persiapan untuk memberikan narkose
 Alat alat yang di perlukan dan di sesuaikan dengan
kondisi sesaat
 Melakukan desinfeksi tempat operasi dan menutupnya
dengan kain suci hama
PELAKSANAAN
 Ibu dalam posisi lithotomi.
 Tangan kiri operator dimasukkan secara obstetrik
kedalam jalan lahir dan diletakkan diantara kepala
janin dan bagian simfisis menghadap ke bawah.
Seorang asisten melakukan fiksasi kepala janin dari
sebelah luar disebelah atas simfisis. (gambar 3)
 Dengan pisau bedah, dibuat lubang pada ubun-ubun besar atau
sutura sagitalis.
 Perforator Naegele dalam keadaan tertutup dimasukkan jalan
lahir secara horisontal dengan bagian lengkung berada diatas
dan ujung yang runcing mengarah kebawah dibawah
perlindungan telapak tangan kiri ( agar tidak mencederai dinding
vesica urinaria) dan selanjutnya ujung perforator dalam keadaan
tertutup dimaskkan kedalam lubang pada kepala janin yang
sudah dibuat sebelumnya.
 memasukkan perforator dapat dilakukan tanpa terlebih
dulu membuat lubang pada ubun-ubun besar atau sutura
sagitalis yaitu dengan cara menembuskan langsung perforator ke
kepala janin ; dalam hal ini, agar ujung perforator tidak meleset
maka arah perforator harus tegak lurus dengan kepala janin ]
 Setelah perforator berada didalam tengkorak
kepala janin, lubang perforasi diperlebar dengan
cara membuka dan menutup perforator dalam
arah tegak lurus dan horisontal sedemikian
rupa sehingga lubang perforasi berbentuk
irisan silang ( gambar 4 )
 Dengan perlindungan telapak tangan kiri, perforator dikeluarkan
dalam keadaan tertutup dari jalan lahir.
 Jaringan otak tak perlu dikeluarkan secara khusus oleh karena akan
keluar dengan sendirinya saat ekstraksi kepala.
Hal yang harus
diperhatikan
 Pada letak sungsang, kraniotomi dikerjakan pada
foramen magnum melalui arah belakang atau dari arah
muka dibawah mulut.
 Setelah dikerjakan perforasi, ‘after coming head’
dilahirkan dengan cara seperti persalinan kepala.
 Bila saat ekstraksi kepala terdapat tulang tengkorak
yang terlepas maka serpihan tulang tersebut diambil
dengan cunam BOER agar tidak melukai jalan lahir saat
dilakukan ekstraksi kepala.
TINDAKAN DILATASI JALAN
LAHIR
 PENGERTIAN
 dilatasi berarti melebarkan jalan lahir agar
memudahkan jalan bayi untuk
 keluar pada saat persalinan. Episiotomi
adalah suatu tindakan operatif berupa
 sayatan pada perineum meliputi selaput
lendir vagina, cincin selaput dara,
 jaringan pada septum rektovaginal, otot-
otot dan fascia perineum dan kulit
 depan perineum
Indikasi
Indikasi ibu antara lain adalah:
a. Primigravida umumnya
b. Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada
persalinan yang lalu
c. Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan
misalnya pada persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
d. Arkus pubis yang sempit

Indikasi janin antara lain adalah:


a. Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah terjadinya
trauma yang berlebihan pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
c. Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti
pada gawat janin, tali pusat menumbung.
Kontra indikasi

Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:


a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam

b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang


banyak seperti penyakit
kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada
vulva dan vagina.
Komplikasi

Masalah yang umum terjadi setelah melakukan


episiotomi:
1. adalah infeksi, akibat sulitnya menjaga daerah
tersebut tetap kering dan bersih.
2. .Rasa gatal yang berlebih juga bisa menandakan
adanya infeksi, masuknya jamur, atau hal lainnya
pada bekas luka.
3. ibu mungkin saja merasa sakit karena jahitan yang
dibuat terlalu kencang.
4. pasien dapat menderita gangguan defekasi dan
flatus.
5. dapat terjadi infeksi dan fistula rektovaginal
PERSIAPAN
 PERALATAN MENJAHIT PERINEUM
1. Gorden dan sarung tangan steril
2. Solusi irigasi
3. Needle holder
4. Metzenbaum gunting
5. Jahitan gunting
6. Gunting tang dengan gigi
7. Klem Allis
8. Gelpi atau deaver retractor ( untuk digunakan dalam memvisualisasikan derajat ketiga
9. atau keempat robekan perineum, atau dalam robekan vagina)
10. 10 ml suntik dengan 22 gauge
11. 1% lidokain ( xylocaine )
12. 3-0 jahitan polyglactin 910 ( vicryl ) jahitan di CT-1 jarum ( untuk jahitan mukosa vagina)
13. 3-0 jahitan pada polyglactin 910 CT-1 jarum ( untuk jahitan otot perineum )
14. 4-0 polyglactin SH 910 pada jarum jahit ( untuk jahitan kulit )
15. 2-0 polydioxanone sulfat (PDS) jahitan di CT-1 jarum ( untuk jahitan eksternal
16. sfingter anal )
PELAKSANAAN
1. Operator berdiri di samping kanan pasien atau di depan vulva
2. Telapak tangan kiri (dua jari) masuk melindungi kepala bayi dari sentuhan
gunting
3. Satu daun gunting di mukosa vagina yang satu lagi di kulit perineum
4. Sudut gunting tepat di median raphe atau 1 cm dari midline mengarah
ke pertengahan antara anus dengan Tuber ischiadicum
5. Pasien diberi anestesi infiltrasi / lokal.
6. Perineum yang meregang ditekan di antara telunjuk dan ibu jari sebelum
digunting pada saat ada HIS.
7. Insisi / guntingan harus dilakukan sekali saja, panjang insisi  3 – 4 cm.
8. Perdarahan dikontrol / ditekan dengan kasa teril.
9. Kepala/bayi harus segera lahir setelah episiotomy
10. Setelah bayi lahir perdarahan akan berhenti spontan, bila tidak,
masukkan tampon padat sebelum di repair.
11. Segera repair karena dapat menyebabkan perdarahan yang cukup
banyak
PEMANTAUAN
 Observasi selama 2-3 jam,kemudian dapat di pulangkan atau
rawat inap selama 1 x 24 jam kembali kontrol setelah 7 hari.
 Observasi tanda-tanda infeksi :
 Jangan lakukan pemeriksaan rektal atau enema selama 2
minggu.
 Penggunaan sitz mandi dan analgesik seperti ibuprofen.
 Jika rasa sakit yang berlebihan pada hari-hari setelah pasca
tindakan harus segera diperiksa, sebab rasa sakit
merupakan tanda-tanda infeksi didaerah perineum.Penderita
diberi makanan yang tidak mengandung selulosa mulai dari
hari kedua diberi parafinum liquidum sesendok makan 2 kali
sehari dan jika perlu pada hari ke 6 diberi klisma minyak.
HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN
 Beberapa prinsip dalam penjahitan luka episiotomi
yang harus diperhatikan adalah sebgai berikut:
 Penyingkapan luka episiotomi yang adekwat dengan
penerangan yang baik, sehingga restorasi anatomi
luka dapat dilakukan dengan baik.
 Hemostasis yang baik dan mencegah dead space.
 Penggunaan benang jahitan yang mudah diabsorbsi.
 Pencegahan penembusan kulit oleh jahitan dan
mencegah tegangan yang berlebihan.
 Jumlah jahitan dan simpul jahitan diusahakan
seminimal mungkin.
 Hati-hati agar jahitan tidak menembus rektum.
 Untuk mencegah kerusakan jaringan, sebaiknya
dipakai jarum atraumatik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai