Anda di halaman 1dari 11

PERDARAHAN POST PARTUM (PRIMER)

Adalah kehilangan darah lebih dari 500ml melalui jalan lahir selama atau setelah persalinan kala III.
Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Ada beberapa kemingkinan penyebab
yaitu:

a. Atonia uteri
b. Perlukaan jalan lahir
c. Retensio plasenta
d. Tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus.
e. Kelainan proses pembekuan darah akibat hypofibrinogenemia.
f. Penatalaksanaan kala III yang salah.

A. ATONIA UTERI
 Pengertian
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini (50%), dan merupakan
alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post partum. Kontraksi uterus merupakan
mekanisme utama untuk mengontrol persarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena
kegagalan mekanisme ini.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
bisa menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

 Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan factor predisposisi (penunjang),
seperti
1. Regangan rahim berlebihan, gemelli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu tua dan terlalu muda.
3. Multipara dengan jarakm kelahiran pendek.
4. Partus lama atau partus terlantar.
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas
dari dinding uterus.
7. Adanya mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

 Penatalaksanaan
1. Masase fundus uteri segera seteah lahirnya palsenta (maks. 15 detik)
2. Pastikan bahwa kantung kemih kosong.
3. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit. Kompresi uterus ini akan
memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
4. Anjurkan keluarga untuk melakukan KBE.
5. Keluarkan tangan perlahan-lahan.
6. Berikan ergometrin 0,2mg im. Jangan diberikan jika hipertensi.
7. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
8. Pasang infuse menggunakan jarum 16/18 dan berikan 500cc RL + 20 unit oksitosin.
9. Ulangi KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu
uterus berkontraksi.
10. Damping ibu ketempat rujukan, melakukan KBI.
11. Lanjutkan infuse RL + 20 unit oksitosin dengan laju 500ml per jam hingga tiba tempat
rujukan. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilangan selama
perdarahan.

B. RETENSIO PLASENTA
 Pengertian
Adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh dara tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.

 Etiologi
a. Factor maternal : grafida tua dan multiparitas
b. Factor uterus : bekas SC, bekas pembedahan uterus, tidakefektifnya kontraksi uterus,
bekas koretase, bekas pengeluaran plasenta manual, dsb.
c. Factor plasenta : plasenta prefia, implantasi kormual, plasenta acreta dan kalainan
bentuk plasenta.

 Klasifikasi
a. Plasenta athesifa: plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b. Plasenta acreta: vili khorealis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
Plasenta increta vili khorealis tumbuh lebih dalamdan menembus desidua endometrium
sampai ke miometrium.
c. Plasenta percreta: vili khorealis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding
rahim.
d. Plasenta inkarserata: tertahannya plasenta di kavum uteri disebabkan oleh konstriksi
ostium uteri.

 Penatalaksanan:

Apabila plasenta belum lahir dalam ½ jam-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai
perdarahan, lakukan plasenta manual

C. EMBOLI AIR KETUBAN


 Pengertian:
Emboli air ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya kedalam sirkulasi
darah ibu. Yang dimaksud komponen ialah unsur2 yang terdapat di air ketuban seperti lapisan
kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan cairan kental.

 Etiologi:
Belum jelas diketahui secara pasti

 Factor resiko:
a. Multipara f. terminasi kehamilan
b. Solusio plasenta g. Trauma abdomen
c. IUFD h. Versi Luar
d. Partus presipitatus I. Amniosintesis
e. Suction curettage

 Gambaran klinik
a. Umumnya terjadi secara mendadak
b. Pasien hamil tiba-tiba mengalami kolaps
c. Menjelang akhir persalinan pasien batuk2, sesak, terengah-engah dan kadang cardiac arrest.

 Penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
b. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
c. Bila ank belum lahir lakukan SCdengan catatandilakukan setelah KU ibu stabil
d. X-Ray toraks memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan
dan ventrikel kanan.
e. Pemeriksaan labor asidosis metabolic (penurunan paO2 dan paCO2)
f. Terapi tambahan
- Resusitasi cairan
- Infuse dopamine untuk memperbaiki cardiac output
- Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
- Terapi DIC dengan fresh frozen plasma
- Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitocin
- Rawat di icu

D. ROBEKAN JALAN LAHIR


 Trauma jalan lahir perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dapat menyebabkan:
a. Disfungsionanl organ bagian luar sampai alat reproduksi vital
b. Sebagai sumber perdarahan yang berakibatfatal
c. Sumber atau jalannya infeksi
 Klasifikasi robekan jalan lahir adalah sbb:

Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun
dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janinlahir terlalu cepat.

 Etiologi :
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpinsebagaimana mestinya
c. Adanya jaringan parut pada perineum
d. Adanya distosia bahu.
 Klasifikasi :
a. Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan kulit pirenium.
b. Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan kulit pirenium, dan
otot-otot pirenium.
c. Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan kulit pirenium, otot-
otot pirenium, dan sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh pirenium dan sfingter ani yang meluas
sampai ke mukosa.

 Penatalaksanaan:
a. Derajat I: robekan ini kalau tidak terlalu lebar tidak perlu dijahit.
b. Derajat II: lakukan penjahitan.
c. Derajat III dan IV: Lakukan rujukan.
E. ROBEKAN SERVIKS
 Pengertian
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara berbeda
dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan
perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak
berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu
di[ikirkan perlakuan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

 Etiologi
a. Partus presipitatus.
b. Trauma karena pemakaian alat-alat kontrasepsi.
c. Melahirkan kepala tidak pada letak sungsang secara paksa, pembukaan belum lengkap.
d. Partus lama.

 Diagnosis:

Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan speculum.

 Penatalaksanaan
a. Jepit klem ovum pada ke-2 biji sisi portio yang robek, sehingga perdarahan dapat segera
dihentikan.
b. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan dimulai
dari ujung atas robekan kea rah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
c. Setelah tindakan, periksa TTV, KU,TFU, dan perdarahan.
d. Beri antibiotic profilaksi, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi.

F. ROBEKAN DINDING VAGINA


Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka pire nium tidak sering dijumpai. Robekan
terdapat pada dinding federal dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.

 Penatalaksanaan
a. Pada robekan yang kecil dan superfisil, tidak diperlukan penanganan khusus.
b. Pada robekan yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara jelujur.
c. Apabila perdrahan tidak bisa diatasi, lakukan laparatomi dan pembukaan ligamentum
latum.
d. Jika tidak berhasil, lakukan pengikatan arteri hipogastrika.

G. INVERSIO UTERI
 Pengertian
Inversio uteri adalah kadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk
kedalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse, jika bagian dalam menjadi di luar
saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu,
lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
 Etiologi
a. Grande multipara.
b. Atonia uteri.
c. Kelemahan alat kandungan.
d. Tekanan intra abdominal yang sangat tinggi (batuk dan mengejan).
e. Cara crade yang berlebihan.
f. Tarika tali pusat.
g. Manual plasenta yang terlalu dipaksakan.
h. Retensio plasenta.

 Penatalaksanaan
a. Lakukan pengkajian ulang.
b. Padsang infuse.
c. Berikan petidin dan diazepam IV dalam spuit berbeda secara perlahan-lahan, atau
anastesia umum jika diperlukan.
d. Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah (NaCl hangat)
menjelang oprasi.
e. Lakukan reposisi.

H. SYOK OBSTETRIK
 Pengertian
Syok adalah suatu keadaan yang disebakan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme.
 Penyebab
a. Perdarahan.
b. Infeksi berat.
c. Solusio plasenta.
d. Emboli air ketuban
e. Komplikasi anestesi.

 Gejala Klinik
a. Tekanan darah menurun
b. Nadi cepat dan lemah
c. Keringat dingin.
d. Sianosis jari-jari.
e. Sesak nafas.
f. Penglihatan kabur.
g. Gelisah.
h. Oligouria.

 Penatalaksanaan

Penanganan syok terdiri atas 3 garis uatam, yaitu:

a. Pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenasi.


b. Eradikasi infeksi.
c. Koreksi cairan dan elektrolit.

KOMPLIKASI DAN PENYULIT MASA NIFAS

A. INFEKSI NIFAS
1. ENDOMETRITIS
 Pengertian
Endometritis adalah peradangan yang terjadi endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam
pada dinding rahim yang terjadi infeksi
 Gejala Klinis
a. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan
lembek
b. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat. Akan tetapi dalam beberapa
hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang dari satu minggu keadaan sudah
normal kembali.
c. Lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
 Klasifikasi
a. Endometritis akut
Adalah peradangan yang terjadi secara tiba-tiba. Pada endometritis akut,
endometrium mengalami adema, dan hiperemi
 Penyebab:
- Infeksi gonorhea
- Infeksi pada abortus atau partus.
- Kerokan endometrium.
- Adanya tindakan obstetric pada endometrium.
 Gejala-gejala:
- Suhu tubuh meningkat
- Terlihat sakit keras
- Keluar leukorea yang bernanah
- Nyeri pada perabaan uterus dan daerah sekitarnya.
b. Endometritis Kronik
Adalah peradangan pada endometrium dikarenakan penyakit yang sudah lama
diderita oleh ibu.
Endometritis kronik ditemukan:
 Ibu penderita TBC
 Jika tertinggal sisa-sisa abortus dan partus
 Pada polip uterus dengan infeksi
 Pada tumor ganas uterus
 Pada salpingo-oofaritis dan selulitis pelvis.

PERITONITIS

 Pengertian
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut (peritoneum).
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus prgan perut dan dinding
perut sebelah dalam.
 Penyebab
 Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
 Penyakit radang panggu pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan
seksual.
 Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebakan oleh beberapa jenis
kuman (termasuk yang menyebabkan gonorrhea dan infeksi klamidia)
 Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan biasanya berkumpul di perut dan
mengalami infeksi.
 Adanya pembedahan yang mengakibatkan cedera pada kandung empedu,
ureter, kandung kemih dan usus.
 Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal)
 Iritasi tanpa infeksi.
 Gejala
 Gejala tergantung jenis dan penyebaran infeksinya.
 Muntah
 Demam tinggi
 Nyeri tumpul pada perut
 Muncul abses
 Penatalaksanaan
Biasanya yang pertama dilakukaj adalah pembedahan eksplorasi darurat terutama bila
terdapat appendicitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau diver tikulitis.
Pada peradangan pancreas (pancreatitis akut) atau penyakit radang panggul wanita,
pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotic yang tepat, bilaperlu
beberapa macam antibiotic diberikn bersamaan.

BENDUNGAN ASI

 Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendunga air susu karena penyempitan duktus laktoferin
atau kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu.
 Penyebab
a. Pengosongan mammae yang tidak sempurmna
b. Factor hisapan bayi yang tidak aktif
c. Posisi ibu menyusui tidak benar
d. Putting susu terenam.
e. Putting susu terlalu panjang
 Gejala
a. Payudara terlihat bengkak
b. Payudara terasa keras.
c. Payudara terasa panas.
d. Terdapat nyeri tekan pada payudara.
 Penatalaksanaan
a. Bila ibu menyusui
- Susukan sesering mungkin dan susui dengan kedua payudara
bergantian.
- Kompres payudara dengan air hangat sebelum menyusui.
- Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
- Sangga payudara.
- Kompres payudara diantara menyudui dengan air dingin.
- Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
- Lakukan evaluasi setelah 3 jam untuk mengevaluasi hasilnya.
b. Bila ibu tidak menyusui.
- Sangga payudara.
- Kompres air dingin pada payudar untuk mrngurangi
pembengkakan dan rasa nyeri.
- Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
- Jangan dipijat atau kompres hangat payudara.

2. INFEKSI PAYUDARA
Adalah infeksi yang terjadi pada jaringan payudar. Infeksi payudara merupakan keluhan yang
jarang dijumpai di klinik dan lebih banyak terjadi pada wanita menyusui.
 Klasifikasi
a. Mastitis
 Pengertian
Mastitis adalh peradangan pada payudara. Kejadian ini biasanya terjadi
1-3 minggu setelah post partum.

 Penyebab
- Staphylococcus aureus
- Sumbatan saluran susu yang berlanjut.
 Komplikasi
- Mammae membesar, yeri, merah, dan membengkak.
- Temperature badan ibu tinggi kadang disertai menggigil.
- Bila mastitis berlanjt dapat menyebabkan abses payudara.
 Penatalaksanaan
- Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang.
- Sangga payudara.
- Kompres dingin
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam.
- Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus.
- Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
b. Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila
mastitis tidak ditangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
 Gejala
- Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
- Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah
- Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
 Penataalksanaan
- Diperlukan anestesi umum (kelamin).
- Insisi radial dari tengah dekat pingir aerola ke pinggir, supaya
tidak memotong saluran ASI.
- Pecahkan kantong pus.
- Pasang tampon dan drainase, kemudian angkat setelah 24 jam.
- Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam sekali bila diperlukan.
- Sangga payudara,
- Kompres dingin.
- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam.
- Ibu harus didoromh menyusui nbayinya walau ada pus.
- Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari.
THROMBOFLEBITIS

 Pengertian
Thromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran
darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya, thromboflebitis didahului dengan
thrombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih ditemukan pada masa nifas.
 Penyebab
a. Perubahan susunan darah
b. Perubahan laju peredaran darah.
c. Perlukaan lapisan intema pembuluh darah.
 Factor predisposisi
a. Riwayat bedah kebidanan.
b. Usia lanjut
c. Multiparitas.
d. Varises
e. Infeksi nifas.
 Klasifikasi
a. Pelvio Thromboflebitis
Pelvio Thromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum
latum yaitu vena ovarika, dan vena hipogastika. Vena yang paling sering terkena
adalah vena ovarika dextra, perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena
renalia, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena
cava interior.
 Gejala
- Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atauperut bagian
smaping, timbul pada hari ke dua ampai ke tiga mas nifas
dengan atau tanpa panas.
- Menggigil.
- Suhu badan naik.
- Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan.
- Cenderung berbentukpus yang menjalar kemana-mana terutama
ke paru-paru.
 Komplikasi
- Komplikasi pada paru-paru infark, abses, pneumonia.
- Komplikasi pada ginjam sinistra, yaitu nyeri mendadak yang
diikuti dengan preteinuria dan hematuria.
- Komplikasi pada mata, persendian, dan jaringan subkutan.
 Penatalaksanaan
- Raat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal.
- Terapi medic, pemberian antibiotika atau hepatin jiak terdapat
tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonal.
- Terapi operatif, peningkatan vena cava interior dan vena ovarika
jika emboli septic terus berlangsung sampai mencapai paru-paru
meskipun sedang dilakukan heparisasi.
b. Thromboflebitis Femoralis (Flegmasia Alba Dolens)
Thromboflebitis Femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya pada
vena femoralis, vena poplitea, dan vena safena. Edema pada salah satu tungkai
kebanyakan disebakan oleh suatu thrombosis yaitu pembekuan darah balik
dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang biasnya
mengakibatkan kematian.
 Tanda dan Gejala
- Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris 7-10 hari
kemudian suhu mendadak baik, kira-kira hari ke 10-20 yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
- Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-
tanda sbb:
 Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta
sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki
yang lain.
 Seluruhbagian dari salah satu vena pada kaki tegang
dank eras pada paha bagian atas.
 Nyeri hebat pada lipat paha dn daerah paha.
 Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki
bengkak, tegang, dan nyeri.
 Edema kadang terjadi selalu atau setelah nyeri.
 Nyeri pada betis.
 Penatalaksanaan
- Kaki ditinggikan utnuk mrngurangi edem , laukan kompres pada
kaki.
- Setelah mobilisasi kai hendaknya tetap dibalut elastic atau
memakai kaos kaki yang panjang elastic selama mungkin.
- Jangan menyusui bayinya, mengingat kondisi ibu yang sangat
jelek.
- Terapi pemberian antibiotic dan anti analgesic.
B. GANGGUAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
1. DEPRESI POST PARTUM
Setelah melahirkan, banyak wanita memiliki suasana hati yang berubah-ubah. Mereka
mungkin merasa bahagia di satu saat, kemdian sedih saat berikunya. Tapi, gejala ini
seringkali disebabkan oleh “baby blues” yaitu kondisi yang dialami 50-80% wanita setelah
melahirkan.
 Gejala
- Merasa gelisah dan murung
- Merasa sedih, putus asa, dan kewalahan
- Kurang energy dan motivasi.
- Banyak menangis.
- Makan dan tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak.
- Kesulitan berfikir atau membuat keputusan.
- Memiliki masalah emosi.
- Merasa tidak berharga dan bersalah.
- Kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang biasanya disukai.
- Menarik dari temn dan keluarga.
 Penatalaksanaan
- Member dukungan psikologis dan bantuan nyata pada bayi dan asuhan di
rumah.
- Memberikan dukungadan mendengarkan keluhan ibu.
- Meyakinkan ibu bahwa pengalaman tersebut merupakan hal biasa.
- Membantu ibu dan suaminya untuk memikirnya peran masing-masing sebagai
orang tua.
- Pertimbangkan pemberian obat-obatan anti depresan jika ada.

2. POST PARTUM BLUES


Post partum blues dinamakan juga postnatal blues atau baby blues adalah gangguan mood
yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari ketiga sampai kesepuluh dan
umumnya terjadi akibat perubahan hormonal. Hal ini umum terjadi kira-kira antara 10-17%
dari perempuan. Penyebab terjadinya sampai saat ini belum jelas diketahui.
 Gejala
- Iritabilitas (mudah tersinggung)
- Menangis dengan tiba-tiba.
- Cemas berlebihan.
- Mood yang labil.
- Gangguan selera makan.
- Merasa tidak bahagia.
- Tidak mau bicara.
- Gangguan tidur.
- Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan

 Penatalaksanaan
Asuhan dan dukungan yang lebih awal dari bidan sangat penting dalam membantu orang
tua memahami bahwa kondisi post partum blues hanya bersifat sementara. Asuhan
kebidanan yang diberikan kepada ibu yang mengalami post partum blues bersifat holistic,
meliputi perilaku, emosional, intelektual, social, psikologis, secara bersamaan dengan
melibatkan lengkungannya yaitu suami, keluarga, juga teman dekat si ibu.

3. POST PARTUM PSIKOSA


Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama sampai 6 minggu setelah melahirkan.
 Gejala
- Delusi
- Halusinansi
- Gangguan saat tidur
- Obsesi mengenai bayi.
 Penatalaksanaan
a. Sarankan pada anggota agar lebih memperhatikan kondisi ibu serta memberikan
dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
b. Anjurkan ibu untuk:
- Beristirahat cukup
- Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
- Bersikap fleksibel.
- Berbgi cerita dengan orang terdekat dan membuka diri dengan orang
baru.
- Konsultasi ke tenaga medis.

Anda mungkin juga menyukai