Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

RETENSIO PLASENTA

A. DEFENISI RETENSIO PLASENTA

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta


hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,
2009).
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakan plasenta manual dengan segera. (Manuaba, 2006 ).
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum
lahirsetengah jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008).
Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio
plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi.

B. ETOLOGI

Penyebab retensio plasenta adalah :


1. Fungsional :
a. His kurang kuat (penyebab terpenting)
b. Plasenta sukar terlepas karena :
 Tempatnya : Insersi di sudut tuba.
 bentuknya : Plasenta membranacea, palsenta anularis dan
 ukurannya : Plasenta yang sangat kecil. (Sastrawinata, 2005).
2. Patologi - anatomi :
a. Plasenta akreta
b. Plasenta inkreta
c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005)
C. PATOFISIOLOGI

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara


perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa
retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek
kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang
berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot
rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum
terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi
proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang
(Prawirohardjo, 2009).

D. TANDA DAN GEJALA

Gejala Separasi/akreta Plasenta Plasenta akreta


parsial inkarserata
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali ,kecuali akibat
inversio oleh tarikan kuat
pada tali pusat

Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
a. Waktu hamil
 Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal.
 Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini
biasanya menyertai plasenta previa.
 Terjadi persainan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan.
 Kadang terjadi ruptur uteri.
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal.
c. Persalinan kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama.
2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada
derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh
Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta
secara manual.
3) Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri,
keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh
usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta.
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC / PENUNJANG

1) Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta


informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas,
serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum
sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau
timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
2) Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam
kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam
uterus
3) Pemeriksaan Penunjang :
a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb)
dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta
jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi,
leukosit biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin
time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau
yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time
(BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang
disebabkan oleh faktor lain.

F. KOMPLIKASI

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :


1. Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat
sedikit 9 perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian
yang melekat membuat luka tidak menutup.
2. Infeksi Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim
meningkatkan pertumbuhan bakteri.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang
semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses
keganasan akan berjalan terus.
5. Syok haemoragik. (Prawirohardjo, 2005)
6. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :
a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400
mg/rektal.
d. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari
terjadinya perforasi dan perdarahan.
e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral + metronidazoll
gr supositoria/oral).
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik. (Prawirohardjo, 2009)

G. PENATALAKSANAAN / PENGOBATAN

Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya :


1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium
klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk


mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat
rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah tersebut.
Masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga,
orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan
kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perawat berusaha mengatsi masalah-masalah kesehatan melalui penerapan 5
tahap proses keperawatan, yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang
harus dilakukan adalah :
1. Pengumpulan data
merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi tentang
klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-
masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :
1.1) Identitas
 Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
 Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan
klien.

1.2) Riwayat kesehatan


 Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu.
Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena
perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta.
(Manuaba, 2007).
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada saat di
rumah sampai klien harus di rawat di rumah sakit dengan
menggunakan teknik PQRST.
Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit dengan
alasan perdarahan post partum akibat retensio plasenta
atau terlambatnya kelahiran plasenta dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir. Penanganan pertama pada klien
retensio plasenta yaitu dilakukannya tindakan manual
plasenta. Pada klien post manual plasenta mengeluh
pusing karena perdarahan akibat dari komplikasi retensio
plasenta, pusing dirasakan bertambah apabila banyak
melakukan aktivitas dan berkurang apabila di
istirahatkan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Mengenai penyakit yang pernah dialami oleh klien yang
dapat mempengaruhi penyakit sekarang dan dapat
memperberat/diperberat karena kehamilan misalnya
penyakit diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit
jantung dan hipertensi.
 Riwayat kesehatan keluarga
Mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga klien yang lain seperti kehamilan kembar,
gangguan mental, penyakit yang dapat diturunkan dan
penyakit yang dapat ditularkan.

1.3) Riwayat Ginekologi dan Obstetri


a. Riwayat Ginekologi
 Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah
(warna, bau, gumpalan), dismenorhoe, HPHT, dan
taksiran persalinan.
 Riwayat perkawinan Status perkawinan, umur pada
waktu menikah, lama perkawinan dan berapa kali
kawin.
 Riwayat KB Pernah menjadi akseptor, jenis
konrtasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu
dan lamanya penggunaan, masalah yang didapati
dengan penggunaan kontrasepsi tersebut, jenis
kontrasepsi yang direncanakan dan jumlah anak
yang direncanakan keluarga.

b. Riwayat Obstetri
 Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis
persalinan, tempat persalinan, berat anak waktu
lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan
anak pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien
mendapatkan imunisasi TT, perubahan berat badan
selama hamil, tempat pemeriksaan kehamilan dan
frekuensi memeriksakan kehamilannya.
 Riwayat Persalinan Sekarang
Merupakan persalinan yang keberapa bagi klien,
tanggal melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi
perdarahan, banyaknya perdarahan, jenis kelamin
bayi, berat badan bayi, dan APGAR skor, serta
keadaan masa nifas.

1.4) Pemeriksaan Fisik


a. Kesadaran Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak
akibat perdarahan.
b. Keadaan umum Dikaji tentang keadaan klien secara
keseluruhan, pada klien post manual plasenta biasanya
ditemukan keadaan yang lemah.
c. Tanda vital Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan manual plasenta.
d. Pemeriksaan fisik head to toe :
 Kepala. Dikaji bentuk kepala, kebersihan kulit
kepala dan keluhan yang dirasakan pada daerah
kepala
 Wajah. Pada klien post manual plasenta wajah
tampak pucat.
 Mata. Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi
penglihatan, pergerakan kedua mata, kebersihan,
bila keadaan konjungtiva pucat maka dapat
dipastikan anemis.
 Hidung. Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien,
adanya reaksi alergi, perdarahan, kesimetrisan,
kebersihan dan fungsi penciuman.
 Telinga. Dikaji keluhan yang dirasakan oleh klien,
kesimetrisan, fungsi pendengaran dan kesimetrisan.
 Mulut. Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa
mulut dan keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, fungsi
pengecapan dan fungsi menelan. Pada klien post
manual plasenta mukosa bibir kering dan tampak
pucat.
 Leher. Dikaji keluhan yang dirasakan, pada klien
post manual plasenta tidak ditemukan pembesaran
kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan JVP.
 Dada. Dikaji keluhan yang dirasakan klien, suara
nafas vesikuler, frekuensi nafas, irama jantung
reguler, bunyi jantung s1 dan s2.
 Payudara. Dikaji keluhan yang dirasakan klien,
kedaan payudara, bentuk, hyperpigmentasi aerola,
keadaan putting susu, dan keseimetrisan serta
pengeluaran ASI.
 Abdomen. Dikaji keluhan yang dirasakan klien,
tinggi fundus uteri hari ke-5 yaitu 3 cm bawah
pusat, bising usus normal 5-12 x/menit.
 Genetalia. Dikaji keluhan yang dirasakan klien,
dikaji keadaan perineum, adanya pengeluaran
lochea. Pada 2 hari pertama lochea berupa darah
yang disebut lochea rubra, setelah 3-4 hari
merupakan darah encer yang disebut lochea serosa
dan pada hari kesepuluh menjadi cairan putih atau
kekuningan yang disebut lochea alba. Lochea
berbau amis, dan yang berbau busuk menandakan
adanya infeksi.
 Anus. Dikaji keluhan yang dirasakan klien,
ada/tidaknya hemoroid.
 Ekstermitas. Dikaji keluhan yang dirasakan klien,
dikaji adanya oedema, pergerakan dan kebersihan.
 Ambulasi. Pada klien dengan post manual plasenta
biasanya dalam waktu 2 hari sudah bisa turun dari
tempat tidur dan melakukan aktivitas ringan seperti
makan dan minum.

1.5) Pola Aktivitas Sehari-hari


Dikaji mengenai pola nutrisi, pola eliminasi BAK dan
BAB, pola istirahat tidur dan personal hygiene.

1.6) Pemeriksaan diagnostic


Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah
(Hb, Ht, leukosit, trombosit). Pada kasus post manual
plasenta terjadi penurunan jumlah Hb dan Ht, terjadi
peningkatan jumlah leukosit.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan
intervensi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan pasien yang nyata dan kemungkinan akan terjadi
dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
perdarahan post partum menurut (Doenges, 2001) adalah :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler berlebihan.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada status
kesehatan.
d. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penggantian berlebihan dari kehilangan cairan,
perpindahan cairan intravaskuler
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif.
f. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/distensi
jaringan.

I. INTERVERENSI

Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan


kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian
rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien
sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa
keperawatan. (Doenges, 2001)
Diagnosa Tujuan dan
No Interverensi Rasional
Keperawatan Kreteria Hasil
1 Kekurangan TU : Kekurangan a. Tinjau ulang catatan a. Membantu dalam membuat
volume cairan volume cairan dapat kehamilan dan rencana perawatan yang
berhubungan terpenuhi persalinan/kelahiran, tepat dan memberikan
dengan kehilangan perhatiakan faktor- kesempatan untuk mencegah
vaskuler KH : faktor penyebab atau dan membatasi terjadinya
berlebihan. Mempertahankan pemberat pada situasi komplikasi.
keseimbangan hemoragi b. Perkiraan kehilangan darah,
cairan, dengan b.Kaji dan catat arteial versus vena, dan
indikator : jumlah, tipe dan sisi adanya bekuanbekuan
a. Memiliki asupan perdarahan; timbang membantu membuat
cairan oral dan atau dan hitung pembalut, diagnosa banding dan
intravena yang simpan bekuan dan menentukan kebutuhan
adekuat jaringan untuk penggantian.
b. TTV dalam dievaluasi oleh dokter. c. Tanda-tanda ini menunjukan
rentang normal. c. c. Perhatikan hipotensi hipovolemi dan terjadinya
Hb dan Hematokrit atau takikardi, syok. Perubahan pada
dalam batas normal. perlambatan pengisian tekanan darah tidak dapat
kapiler atau sianosis dideteksi sampai volume
Menunjukan status dasar kuku, membran cairan telah menurun sampai
nutrisi, dengan mukosa dan bibir. 30% 50%.Sianosis adalah
indikator : d.Kaji lokasi uterus tanda akhir dari hipoksia.
a. Keseimbangan dan derajat d. Derajat kontraktilitas uterus
asupan dan haluaran kontraksilitas uterus. membantu dalam diagnosa
yang seimbang. Dengan perlahan banding. Peningkatan
b. Memiliki asupan masase penonjolan kontraktilitas miometrium
cairan oral dan atau uterus dengan satu dapat menurunkan
intravena yang tangan sambil kehilangan darah.
adekuat. menempatkan tangan Penempatan satu tangan
kedua diatas simpisis diatas simphisis pubis
pubis. mencegah kemungkinan
e. Pantau parameter inversi uterus selama
hemodinamik, seperti masase.
tekanan vena sentral e. Memberikan pengukuran
atau tekanan bagi arteri lebih langsung dari volume
pulmonal, bila ada. sirkulasi dan kebutuhan
f. Mulai Infus 1 atau 2 penggantian.
I.V. dari cairan f. Perlu untuk infus cepat atau
isotonik atau elektrolit multipel dari cairan atau
dengan kateter 18G produk darah untuk
atau melalui jalur vena meningkatkan volume
sentral. Berikan darah sirkulasi dan mencegah
lengkap atau produk pembekuan
darah (plasma, g. Meningkatkan,kontraktilitas,
kriopresipitat, memudahkan relaksasi
trombosit) sesuai uterus selama pemeriksaan
indikasi. manual, heparin dapat
g.Berikan obat-obatan digunakan untuk
sesuai indikasi : menghentikan siklus
Oksitosin, magnesium pembekuan.
sulfat, heparin, terapi h. Membantu dalam
antibiotik. menentukan kehilangan
h.Pantau pemeriksaan darah. Setiap ml darah
laboratorium sesuai membawa 0,5 mgHb.
indikasi : Hb dan Ht.

2 Perubahan perfusi TU : Tidak terjadi a. Perhatikan Hb/Ht a. Nilai bandingan membantu


jaringan perubahan perfusi sebelum dan setelah menetukan beratnya
berhubungan jaringan kehilangan darah kehilangan darah.
dengan KH : Menunjukan b. Pantau tanda vital : b. Luasnya keterlibatan
hipovolemia TD, nadi, gas darah catat derajat dan hipofisis dapat dihubungkan
arteri dan Hb/Ht durasi episode dengan derajat dan durasi
dalam batas normal hipovolemik. hipotensi.
c. Perhatikan tingkat c. Perubahan sensorium adalah
kesadaran dan indicator dini dari hipoksia.
adanya perubahan d. Pada kompensasi
perilaku. vasokontriksi dan pirau organ
d. .Kaji warna dasar vital, sirkulasi pada pembuluh
kuku, mukosa mulut, darah perifer diturunkan, yang
gusi dan lidah : mengakibatkan suhu kulit
perhatikan suhu dingin.
kulit. e. Kerusakan atau keterlibatan
e. Kaji payudara setiap hipofisis anterior
hari, perhatikan ada mengakibatkan tidak adanya
atau tidaknya laktasi produksi ASI dan akhirnya
dan perubahan pada menurunkan jaringan
ukuran payudara. payudara.
f. Pantau GDA dan f. Membantu dalam
kadar pH mendiagnosa derajat hipoksia
g. Berikan terapi jaringan asidosis atau yangb
oksigen sesuai diakibatkan dari terbentuknya
kebutuhan. asam laktat dari
metabolism anaerobic.
g. Memaksimalkan
ketersediaan oksigen untuk
transport sirkulasi ke jaringan.
3 Ansietas TU : Ansietas a. Evaluasi respon a. Membantu dalam
berhubungan terkontrol psikologis serta menentukan rencana
dengan krisis persepsi klien perawatan. Persepsi klien
situasi, ancaman KH : terhadap kejadian tentang kejadian mungkin
pada status Mengungkapkan hemoragi pasca menyimpang, akan
kesehatan. kesadaran terhadap partum. Klarifikasi memperberat ansietasnya.
perasaan dan kesalahan konsep. b. Meskipun perubahan pada
penyebab ansietas a. b. Evaluasi respon tanda vital mungkin karena
Melaporkan ansietas fisiologis pada respon fisiologis, ini dapat
berkurang b. hemoragik pasca diperberat atau dikomplikasi
Tampak rileks c. partum; misalnya oleh faktorfaktor psikologis.
Mengidentifikasi tachikardi, c. Dapat membantu klien
caracara untuk tachipnea, gelisah mempertahankan kontrol
mengontrol ansietas. atau iritabilitas. emosional dalam berespon
c. Sampaikan sikap terhadap perubahan status
tenang, empati dan fisiologis. Membantu dalam
mendukung. menurunkan tranmisi
d. Berikan informasi ansietas antar pribadi.
tentang modalitas d. Informasi akurat dapat
tindakan dan menurunkan ansietas dan
keefektifan ketakutan yang diakibatkan
intervensi. oleh ketidaktahuan.
e. Bantu klien dalam e. Pengungkapan memberikan
mengidentifikasi kesempatan untuk
perasaan ansietas, memperjelas informasi,
berikan kesempatan memperbaiki kesalahan
pada klien untuk konsep, dan meningkatkan
mengungkapkan perspektif, memudahkan
perasaan. proses pemecahan masalah.
f. Kaji strategi koping f. Ansietas berat atau lama
dan implikasi jangka dapat diantisipasi bila
panjang dari episode komplikasi permanen.
hemoragi.
4 Risiko tinggi TU : Tidak terjadi a. Pantau adanya a. Bila penggantian cairan
terhadap kelebihan volume peningkatan TD dan berlebihan, gejala-gejala
kelebihan volume cairan nadi : perhatikan kelebihan beban sirkulasi
cairan pernapasan terhadap dan kesulitan pernapasan
berhubungan KH : Menunjukan tanda dispnea, dapat terjadi.
dengan TD, nadi, dan berat stridor, ronki. b. b.Masukan harus kurang
penggantian jenis urin, serta b. Pantau frekuensi lebih sama dengan haluaran
berlebihan dari tanda neurologis infuse secara manual dengan kadar cairan stabil.
kehilangan cairan, dalam batas normal atau elektrinik. Catat c. Perubahan perilaku
perpindahan masukan/haluaran. mungkin tanda awal dari
cairan Ukur berat jenis edema serebral karena
intravaskuler urin. retensi cairan.
c. Kaji status d. Bila volume plasma
neurologis, membaik, kadar Ht
perhatikan menurun.
perubahan perilaku
dan peningkatan
iritabilitas.
d. Pantau kadar Ht
5 Risiko tinggi TU : Tidak terjadi a. Demonstrasikan a. Mencegah kontaminasi
infeksi infeksi mencuci tangan silang/penyebaran
berhubungan yang tepat dan organisme infeksius.
dengan tindakan KH : teknik perawatan b. Peningkatan suhu pada 2
invasif. a. Suhu tubuh tidak diri hari berturur-turut,
melebihi nilai b. Pertahankan takikardia, atau leukositosis
normal perubahan pada dengan perpindahan ke kiri
b. Tidak terjadi tanda vital atau menandakan infeksi.
leukositosis jumlah sel darah c. Gejala-gejala ini
c. Lokhea bebas dari putih menandakan keterlibatan
bau c. Perhatikan gejala sistemik, kemungkinan
malaise, menggigil, menimbulkan bakterimia,
anoreksia, nyeri syok dan kematian bila tidak
tekan uterus, atau teratasi.
nyeri pelvis. d. Infeksi uterus
d. Pantau kecepatan memperlambat involusi dan
involusi uterus dan memperlama aliran lokhea.
sifat serta jumlah e. Diagnosa banding adalah
rabas lokhea. penting untuk pengobatan
e. Selidiki sumber yang efektif.
potensial lain dari f. Anemia serinh menyertai
infeksi, seperti infeksi, memperlambat
pernapasan, mastitis, pemulihan dan merusak
atau infeksi laluran sistem imun.
kemih. g. Antibiotik spektrum luas
f. Kaji kadar Hb/Ht. mungkin diberikan sampai
Berikan suplemen hasil kultur dan sensitivitas
zat besi, sesuai tersedia.
indikasi.
g. Kolaborasi
pemberian antibiotik
intravena sesuai
indikasi.
6 Nyeri akut TU : Nyeri a. Tentukan a. Membantu dalam diagnosa
berhubungan berkurang atau karakteristik, tipe, banding dan pemilihan
dengan trauma hilang lokasi, dan durasi metode tindakan.
nyeri. Kaji klien b. Situasi darurat dapat
KH : Rasa nyeri terhadap nyeri mencetuskan rasa takut dan
berkurang perineal yang ansietas, yang memperberat
a. Mengidentifikasi menetap, perasaan persepsi ketidaknyamanan.
metoda yang tepat penuh pada vagina, c. Pendidikan dengan metoda
secara individual kontraksi uterus atau fisiologis dan psikologis
untuk meningkatkan nyeri tekan dari kontrol nyeri
kenyamanan. abdomen. menurunkan ansietas dan
b. Kaji kemungkinan persepsi ketidaknyamanan
penyebab psikologis klien.
dari ketidaknyaman. d. Kompres dingan
c. Instruksikan klien meminimalkan edema, dan
untuk melakukan menurunkan hematoma
teknik relaksasi : serta sensasi nyeri, panas
berikan aktivitas meningkatkan vasodilatasi
hiburan dengan yang memudahkan resorbsi
tepat. hematoma.
d. Berikan tindakan e. Menurunkan nyeri dan
kenyamanan seperti ansietas, meningkatkan
pemberian kompres relaksasi
es pada perineum
atau lampu pemanas
pada penyembuhan
episiotomi.
e. Berikan analgesik,
narkotik, atau
sedatifsesuai
indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Soenarso, Perawatan Ibu dan Anak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI
Jakarta. Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Edy. (2011). Askep Retensio Plasenta, http://wbciart.blogspot.com/2011/12/


askepretensio-Plasenta.html, diperoleh pada tanggal 1 Desember 2014.

Prawirohardjo (2005) Pendahuluan kti Partus Normal indikasi Retensio Plasenta,


http://bluesteam47.blogspot.com /2005/06/pendahuluan-kti-Partus-normal-
indikasiretensio-plasenta.html, diperoleh tanggal 1 Desember 2014

Manuaba, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Sastrawinata.2008.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai