Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR

RETENSIO PLASENTA

A. Pengertian Retensio Plasenta


Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah janin
lahir. (Sarwono P,2002).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir. (Abdul Bari Syaifudin,
2007).
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian
masih melekat pada tempat implantasi, menyebabkan terganggunya retraksi
dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka
serta menimbulkan perdarahan. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010).

B. Jenis Retensio Plasenta


1. Plasenta adhesive
Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan myometrium.
3. Plasenta inkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai//memasuki
myometrium.
4. Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstruksi ostium uteri. (Abdul Bari Syaifudin, 2007).

C. Penyebab/Etiologi Retensio Plasenta


Menurut Sarwono P. (Ilmu Bedah Kebidanan, 2002) retensio plasenta
disebabkan:
1. Sebab fungsional
His yang kurang kuat atau plasenta sulit lepas karena tempat melekatnya
kurang menguntungkan seperti disudut tuba atau karena bentuknya luar
biasa seperti plasenta membranosea.
2. Ukuran plasenta sangat kecil.
Menurut Sarwono P (2007) retensio plasenta disebabkan:
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, namun
jika lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesive)
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai myometrium sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga
diperlukan tindakan manual plasenta.

D. Gambaran Klinis Retensio Plasenta


1. Waktu hamil
a. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal.
b. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa.
c. Terjadi persalinan premature, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan.
d. Kadang terjadi rupture uteri.
2. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal.
3. Persalinan kala III
a. Retensio plasenta menjadi ciri utama
b. Perdarahan postpartum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter
kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara
manual.
c. Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri,
keadaan ini dapat terjadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh
usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta.
d. Ruptua uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta.

E. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta


Separasi/Akreta Parsial
1. Konsistensi uterus kenyal
2. TFU setinggi pusat
3. Bentuk uterus discoid
4. Perdarahan sedang-banyak
5. Tali pusat terjulur sebagian
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta lepas sebagian
8. Syok sering

Plasenta Inkarserata
1. Konsistensi uterus keras
2. TFU 2 jari dibawah pusat
3. Bentuk uterus globuler
4. Perdarahan sedang
5. Tali pusat terjulur
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta sudah lepas
8. Syok jarang

Plasenta Akreta
1. Konsistensi uterus cukup
2. TFU setinggi pusat
3. Bentuk uterus discoid
4. Perdarahan sedikit/tidak ada
5. Tali pusat tidak terjulur
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta melekat seluruhnya
8. Sypk jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada tali
pusat. (Sarwono Prawihardjo, 2002)

F. Komplikasi Retensio Plasenta


1. Perdarahan
2. Infeksi karena sebagai benda mati
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata
4. Terjadi polip plasenta
5. Terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma
6. Syok neurogenic
(Ida Bagus Gde Manuaba, 2010)

G. Penatalaksanaan Retensio Plasenta


Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial (Adhesive)
1. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil.
2. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
3. Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc Ns/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal.
4. Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
5. Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
6. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin Iv/oral+metronidazole
supositorial/oral).
7. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenic. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010)

Plasenta Inkarserata
1. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan.
2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan
kontruksi servik dan melahirkan plasenta.
3. Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan
infus oksitosin 20 IV dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk
mengantisipasi gangguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi
tersebut.
4. Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh
cunam ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk
prosedur tersebut berikan analgesic (tramadol 100 mg IV atau pethidine 50
mg IV dan sedative (diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik terpisah.

Plasenta Akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya
fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit
ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam upaya yang dapat
dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan
diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.
(Abdul Bari Saifudin dkk, 2007)

PLASENTA MANUAL
Menurut buku Ida Bagus Gde Manuaba 2010, plasenta manual adalah
tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta.
Penatalaksanaan plasenta manual
1. Persetujuan Tindakan Medik
Informed consent merupakan persetujuan dari pasien dan keluarga
terhadap tindakan medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh
dokter/bidan. Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan
yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya
penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.
2. Persiapan
a. Peralatan sarung tangan steril
b. Desinfektan untuk genitalia eksterna
3. Teknik
a. Sebaiknya dengan narkosa, untuk mengurangi sakit dan menghindari
syok.
b. Tangan kiri melebarkan genitalia eksterna, tangan kanan dimasukkan
secara obstetric sampai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali
pusat.
c. Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian ulnar tangan kanan sedangkan
tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas.
d. Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan, maka tangan dikeluarkan
bersama dengan plasenta.
e. Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.
f. Kontraksi uterus ditimbulkan dengan member uterotonika.
g. Perdarahan observasi

Komplikasi tindakan plasenta manual


1. Terjadi perforasi uterus.
2. Terjadi infeksi: terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteri terdorong
kedalam rongga Rahim.
3. Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
4. Syok.
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis
dengan memberikan uterotonika intravena atau intramuscular.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Saifudin, Abdul Bari dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai