Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi
Dosen Pengampu; Ns. Wulan Novika Ambarsari.,MAN

Disusun Oleh:
Witha Herlina C.0105.22.072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI 2024
PLASENTA PREVIA
A. Definisi
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan
implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae di
depan; vias jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak
normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).

B. Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk
klinis, yaitu:
a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm.
b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis servikalis.
c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum.
d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium
uteri internum.

Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
1. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan menutupi
sebagian ostium uteri internum.
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa
berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm yaitu:
1. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 3 yaitu: plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan plasenta previa
marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.

Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta
previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis
pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan
mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).

C. Etiologi

Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.


Menurut beberapa pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu:
1. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan
nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
2. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat
pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan
leiomioma uteri.

D. Faktor Risiko
1. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun,
paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti bekas operasi, bekas kuretage atau
manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan
malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas
persalianan berulang dengan jarak kehamilan 2 tahun dan kehamilan 2 tahun.
Menurut Mochtar (1998), faktor-faktor predisposisi plasenta previa yaitu:
a. Umur dan paritas, pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah di Indonesia plasenta
previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang.
b. Endometrium yang cacat, endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda,
endometrium bekas persalinan berulang ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas
operasi, kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium
belum siap menerima hasil konsepsi.
Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda.

2. Faktor pendukung
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta previa
sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang
berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya:
a. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan parut (dari previa
sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi).
b. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
c. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar
dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab-
sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan
kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001). Faktor pendorong
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan atau
atrofiHipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi
plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,
(2005).
E. Patofisiologi
Menurut Chalik (2002) pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester
ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya
dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu
sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada
waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi
itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari
plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh
karena segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa
terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).

F. Manifestasi Klinis

Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
2. Darah biasanya berwarna merah segar
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding)
biasanya lebih banyak.
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-
80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan
adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia
dapat dihubungkan dengan kontraksi- kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin
mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi
cervik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas
normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan
alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin atau spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-
paru fetal sudah mature.

H. Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu:
1. Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali.
Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti
atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan
perdarahan tidak banyak, besarnya pembukaan, dan tingkat placenta previa.
2. Terapi Aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya:
a. Cara Vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup
pembuluh (tamponade plasenta). pembuluh darah yang terbuka
b. Cara Sectio caesarea, dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga dapat
mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan dan juga untuk mencegah terjadinya robekan
cervik yang agak sering dengan usaha persalinan pervaginam pada placenta previa.

Menurut Winkjosastro (2002) prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu, setiap ibu
dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh
dikatakan tidak pemah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam.
Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit,
sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak daripada
sebelumnya, jangan sekali - kali melakukan pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila
dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang
akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya
belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan
belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janindapat hidup di luar
kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknyakalau perdarahan yang telah
berlangsung atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya,
kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau
persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan
aktif Dalam hal ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi
(Winkjosastro, 2002).

I. Komplikasi
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba (2001),
adapun komplikasi - komplikasi yang terjadi yaitu:
a. Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta
dengan inersio di depan, infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang
segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
b. Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi,
mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan
kematian. Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara
lain:
1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta dari
insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita anemia
dan syok.
2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan
trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari
kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta
3) Servik dan segmen bawah raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a) Anamnesa
1) Identitas klien: Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
2) Keluhan utama: Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang Sebab perdarahan; placenta
dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum
manspulasi intravaginal/rectal. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar
atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.
3) Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikitJika perdarahan lebih
banyak; ibu tampak anemia.
4) Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah. Sering dijumpai kesalahan
letak Bagian terbawah janin belum turunapabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang/floating

b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat obstetri meliputi:
- Gravida, para abortusdan anak hidup (GPAH)
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
2) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
3) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual pada janin.
4) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan.
5) Riwayat Psikososial
Pasien akan merasa cemas oleh karena kawatir akan kehamilan ibu dan bayinya
takut akan dioprasi takut apabila gambaran dirinya berubah serta biaya oprasi dan
perawatannya.
6) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari akan terganggu karena pendarahan pasien harus bedrest
dan setelah operasi masih terdapat efek anastesi serta adanya perlukaan operasi
yang menimbulkan nyeri

c) Pemeriksaan fisik
1) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
a. Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
- Laju pertumbuhan rambut berkurang. Wajah
b. Mata: pucat, anemis
c. Hidung
d. Gigi dan mulut
e. Leher
f. Buah dada/payudara.
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
g. Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
h. Abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
i. Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
- Hipertropi epithelium
j. System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal

2) Khusus
a. Tinggi fundus uteri
b. Posisi dan persentasi janin
c. Panggul dan janin lahir
d. Denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perdarahan di buktikan dengan Komplikasi Kehamilan (Plasenta Previa)
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami keguguran
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring

C. Intervensi Keperawatan
a. Resiko Perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan (Plasenta Previa)
Tujuan: Tingkat perdarahan menurun
Kriteria Hasil :
- Kelembaban membran mukosa meningkat
- Kelembaban kulit meningkat
- Perdarahan vagina menurun
- Hemoglobin membaik
- Hematokrit membaik
- TD, HR, dan suhu tubuh membaik
Intervensi :
Pencegahan Perdarahan
Observasi :
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
- Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
- Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Hindari pengukuran suhu rectal
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau anti koagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu

b. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami keguguran


Tujuan: Tingkat ansietas menurun
Kriteria Hasil:
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Perilaku tegang menurun
- TD.HR.RR ditingkatkan
- Perasaan keberdayaan membaik
Intervensi :
Observasi
- Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat anxietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
- Praktekkan teknik relaksasi

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring


Tujuan: Toleransi aktifitas meningkat
Kriteria Hasil:
Kilen dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleransi aktivitas.

Intervensi :
Dukungan Kepatuhan program pengobatan
Observasi
- Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeutik
- Buatlah jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien
selama menjalani program pengobatan, jika perlu :
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
Edukasi
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
- Anjurkan keluargaa untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani
penobatan
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan
terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/281785376/LP-Plasenta-Previa.pdf
http://eprints.ums.ac.id/16768/2/BAB I.pdf
http://www.asuhankeperawatan/7935437/ASKEP_PLASENTA_PREVIA.pdf

Johnson, Marion.2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan Buku


Kedokteran EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Indikator
Diagnostic. Ed 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Ed 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Ed I, Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai