PENDAHULUAN
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
d. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada
segmen bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
3. Etiologi
Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus
uteri belum menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding
rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk memberikan
nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum
di ketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor
dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah
vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan
peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor terpenting
ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis (Manuaba,
2010).
4. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya
sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih
melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau
5
ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah
rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut
otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta
yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)
5. Tanda dan Gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah
a. Perdarahan tanpa nyeri
b. Perdarahan berulang
c. Warna perdarahan merah segar
d. Adanya anemia dan rejatan yang sesuai dengan keluarnya darah
e. Timbulnya perlahan-lahan
f. Waktu terjadinya saat hamil
g. HIS biasanya tidak ada
h. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
i. Denyut jantung janin ada
j. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
l. Presentasi mungkin abnormal
6. Penatalaksanaan
Pengobatan pada plasenta previa dapat dibagi dalam dua golongan,
yaitu aktif dalam terminasi kehamilan dan terapi ekspetatif atau
konservatif.
1. Aktif/terminasi kehamilan
a. Persalina per vaginam
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis,
atau plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak
kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan
6
pemeriksaan USG, perabaan forniks atau pemeriksaan dalam
di kamar oprasi tergantung indikasi.
Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
b. Persalinan perabdominal
Dilakukan pada keadaan-kadaan berikut ini.
Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
Plasenta previa totalis.
Plasenta previa lateralis di posterior.
Plasenta letak rendah dengan anak sungsang.
2. Ekspektatif
Syarat-syarat dilakukannya terapi ekspektatif adalah sebagai
berkut.
a. Keadaan umum ibu dan anak baik.
b. Perdarahan sedikit.
c. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin
kurang dari 2.500 gram.
d. Tidak ada his persalinan.
8
4. Patofisiologi Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau
uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta
terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit,
hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara rahim dan plasenta belum terganggu dan
tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan
pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena
otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu
untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya,
hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian
dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban
keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam
kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot
rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding rahim. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,
anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil
yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin
lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya
komplikasi (Manuaba, 2010).
10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
11
3.1.2 Data objektif
Pemeriksaan fisik
1. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil
a. Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra
- Striae tau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha
- Laju perumbuhan rambut berkurang
b. Wajah
- Mata : pucat, anemis
- Hidung
- Gigi mulut
c. Leher
d. Payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan modular
e. Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan
- Peningkatan volme tidal, penurunan jalan nafas
- Perubahan pernafasan abdomen menjadi perbafasan dada.
f. Abdomen
Palpasi abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri, janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri
sesuai dengan umur kehamilan
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, dapat dijumpai kelainan letak janin
dalam Rahim dan bagian terendah masih tinggi
g. Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chadwick)
h. Sistem muskuluskeletal
- Persediaan tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
12
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis-
rectal
2. Khusus
- Tinggi fundus uteri
- Posisi dan persentasi janin
- Panggul dan janin lahir
- Denyut jantung janin
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan inspekulo
- Pemeriksaan radio isotopic
- Ultra sonografi
- Pemeriksaan dalam
3.3.2 Diagnosis 2 : Resiko terjadi distress janin berhubungan dengan kelainan letak
placenta.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil : DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan
bayi, bayi lahir selamat.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Monitor perdarahan dan status janin.
c. Pertahankan hidrasi.
d. Pertahankan tirah baring.
e. Persiapkan untuk section caesaria .
3.4. Evaluasi
3.4.1 Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi
mulai diberikan.
3.4.2 Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman
15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram
(Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum
adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira
3% dari semua kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan antepartum bleeding meliputi pengkajian
yang terdiri dari data subyektif dan data obyektif, analisa data, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan dan evaluasi.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi mahasiswa
Diharapkan untuk mempelajari lebih dalam tentang antepartum bleeding.
4.2.2 Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan untuk lebih sigap dan cepat dalam mengatasi kasus dengan antepartum
bleeding agar ibu dan bayi bisa selamat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Feryanto, Ahmad & Fadlun. 2011. Asushan Kebidanan Patologis. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
Walyani, Elisabeth
Sastrawinata, sulaiman dkk. 2003. Ilmu Kesehatan reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
b003-ante-partum-bleeding.pdf
https://wadung.wordpress.com/2010/03/22/pendarahan-antepartum-antepartum-blooding/
17