Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga
terjadilah suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Kadang kala hal ini merupakan
jembatan kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor
yang terkadang tidak disadari oleh para ibu hamil maupun tenaga kesehatan.
Ketidaksigapantenaga kesehatan di indonesia inilah yang mengakibatkan angka kematian
maternal diIndonesia masih cukup tinggi. Penyebab kematian ibu paling banyak
disebabkan oleh perdarahan obstetris diantaranya solusio plasenta 19% laserasi/ruptur
uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%, plasenta
akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan uteri 6%, retensio plasenta 4% (Chicakli, 1999).
Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada
plasenta previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan
postpartum akibat dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Waktu terjadinya perdarahan
pada kehamilan digunakan untuk mengklasifikasikan secara luas perdarahan obstetris.
Sebagian besar kematian akibat perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibuyang
dapat memperparah perdarahan obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab
perdarahan obstetris yaitu kurang memadainya fasilitas kesehatan maupun
pelayanankesehatan yan tidak sesuai dengan standar prosedur.
Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu
dapatteridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan
sedikit atautanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh
robekan marginal plasenta yang sedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan
seperti ini tetap beresiko walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan plasenta
previa tampaknya telah dapat disingkirkan dengan USG. Perdarahan dengan plasenta
previa biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah
plasenta lahir. oleh sebab itu, hal ini perlu diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan
menuju ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam perawatan
antenatal sangat memungkinkan karena umumnya keadaan dengan plasenta previa

1
munculnya perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak
banyak tanda disertai dengan rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa
trauma. Perempuan hamil yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut
dapat menyebabkan perdarahan semakin banyak

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Perdarahan Anterpartum ?
2. Apa klasifikasi dari Perdarahan Anterpartum ?
3. Apa etiologi dari Perdarahan Anterpartum ?
4. Apa manifestasi klinis dari Perdarahan Anterpartum ?
5. Apa patofisiologi dan pathway dari Perdarahan Anterpartum ?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari Perdarahan Anterpartum ?
7. Apa komplikasi dari Perdarahan Anterpartum ?
8. Apa penatalaksanaan dari Perdarahan Anterpartum ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Perdarahan Anterpartum ?
10. Terapi komplementer apa yang dapat diterapkan pada penyakit Perdarahan
Anterpartum ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari Perdarahan Anterpartum
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari Perdarahan Anterpartum
3. Mahasiswa mengetahui etiologi dari Perdarahan Anterpartum
4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari Perdarahan Anterpartum
5. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dan pathway dari Perdarahan Anterpartum
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari Perdarahan Anterpartum
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari Perdarahan Anterpartum
8. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari Perdarahan Anterpartum
9. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Perdarahan Anterpartum
10. Mahasiswa mengetahui terapi komlementer yang dapat diterapkan pada penyakit
Perdarahan Anterpartum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perdarahan Anterpartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana


umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram
(Manuaba, 2012). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2011), perdarahan antepartum
adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira
3% dari semua kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan.

B. Klasifikasi
1. Plasenta Previa
a. Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).
b. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari tempat perlekatannya yang
normal pada Rahim sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2013).

3
C. Etiologi
1. Plasenta Previa
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu
jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum
menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan
plasenta atau ari-ari untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2012).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau
belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai
etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne
menekankan bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua
kapsularis.
2. Solusio Plasenta
Penyebab solusio plasenta adalah
1) Trauma langsung terhadap ibu hamil
a. Terjatuh trauma tertelungkup
b. Tendangan anak yang sedang digendong
c. Trauma langsung lainnya.
2) Trauma kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan bidan yang
dilakukan:
a. Setelah versi luar
b. Setelah memecahkan air ketuban
c. Persalinan anak kedua hamil kembar
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek factor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah :
a. Hamil tua
b. Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
c. Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
d. Tekanan vena kava inferior yang tinggi (Manuaba, 2012).

4
D. Manifestasi Klinis
1. Pasenta Previa
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba
dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga
tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada
sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun
perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat itu bagian bawah Rahim
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi
berwarna merah segar, sumber pendarahannya ialah sinus Rahim yang terobek karena
terlepasnya ari-ari dari dinding Rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya
perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro,2011).
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta yang ringan pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit
yang tiba-tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian
lambat dan akhirnya berhenti. Fundusuteri naik, Rahim teraba tegang.

E. Patofisiologi
1. Plasenta Previa
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada
triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu
karena sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih
melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh
pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan leher
rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian
plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.

5
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang
letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi
(Winkjosastro, 2011).
2. Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak
jaringan plasenta, perdarahan darah antara Rahim dan plasenta belum terganggu dan
tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta
lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah
besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding Rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk kedalam kantong atau mengadakan ekstravasasi
diantara otot serabut Rahim. (Manuaba, 2012).

6
Pathway

1. Plasenta previa
Multiparitas, Usia
ibu lanjut, Gestasi
multiple, insis uterus
dan Persalinan
sesarea sebelumnya

PLASENTA PREVIA

Terdiagnosis plasenta Pembentukan segmen Janin meninggal


previa bawah uterus dan
dilatasi ostium uteri

Ansietas Kehilangan
Serviks membuka

Tidak dapat diikuti


oleh plasenta yang
melekat
Terlepasnya vili
plasenta dari dinding
uterus
Perdarahan Rsiko perdarahan
berulang
Volume darah
menurun
Intoleransi aktifitas COP menurun Hipoksia jaringan

Nyeri Akut Gangguan pemenuhan


kebutuhan

(Manuaba, 2012)

7
Perdarahan pada pembuluh
2. Solusio plasenta darah plasenta

Hematoma didesidua

Plasenta terdesak
Perdarahan pervaginam
yang kehitaman
Plasenta terlepas

Solusio plasenta ringan Otot terus meregang

Otot tidak mampu berkontraksi

Perdarahan

Hematoma retroplasenter bertambah


besar

Plasenta terlepas ¼ - ½ Plasenta terlepas ½


bagian bagian

Solusio plasenta sedang Solusio plasenta berat

Darah masuk ke selaput Darah menembus Darah terekstravasasi


ketuban selaput ketuban diantara serabut-serabut
uterus

Keluar melalui vagina Masuk ke dakam


Ekstravasasi sangat hebat
kantong ketuban

Permukaan uterus Terasa sangat


Resiko infeksi
berwarna ungu tegang dan
nyeri
Penurunan CO Kekurangan
volume cairan

8
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Plasenta Previa
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan
c. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti letak plasenta atau ari-
ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotopi dan
ultrasonografi.
2. Solusio Plasenta
a. Pemeriksaan ultrasonografi
b. Pemeriksaan fisik secara umum

G. Komplikasi
1. Plasenta Previa
a. Prolaps tali pusat
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan setelah kehamilan
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar,2011).
2. Solusio Plasenta
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Syok obstetric
d. Nekrosis korteks renalis

9
H. Penatalaksanaan
1. Plasenta Previa
a. Perawatan Konservatif
1). Istirahat yang cukup
2). Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
3). Memberikan antibiotik bila ada indikasi
4). Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
2. Solusio Plasenta
a. Pemberian transfusi darah
b. Pemecahan ketuban (amniotomi)
c. Pemberian infus oksitosin
d. Kalau perlu dilakukan seksio sesar

I. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Antepartum


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan, perdarahan tanpa rasa nyeri,
Perarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya kemungkinan kloen pernah mengalami riwayat diperlukan uterus
seperti seksio sesaria curettage yang berulang-ulang, Kemungkinan klien
mengalami penyakit hipertensi, DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular seprti hepatitis.
3) Riwayat penyakit keluarga

10
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kehamilan ganda atau lainnya.
4) Riwayat Obstetri
Riwayat haid/memstruasi:
 Minarche : 12 th
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 7 hari
 Baunya : amis
 Keluhan : tidak ada keluhan
5) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Multigravida, kemungkinan abortus, kemungkinan pernah melakukan
curettage.
6) Riwayat Nifas
Lochea rubra, bagaimana baunya:amis. Banyaknya 2 kali ganti duk besar,
laktasi, ada colostrum.

d. Pola Fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolism
a) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam)
b) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
c) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
d) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengandung vitamin antioksidan
3) Pola eliminasi
a) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya

11
b) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
c) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi dan defekasi.
4) Pola aktivitas/olahraga
a) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
rahim.
b) Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya
karena yang terganggu adalah Rahim.
c) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5) Pola istirahat/tidur
a) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
b) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada rahim
c) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
6) Pola kognitif/persepsi
a) Kaji status mental klien
b) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
c) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
d) Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
e) Kaji apakah klien mengalami vertigo
f) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul petdarahan
7) Pola persepsi dan konsep diri
a) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
b) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
c) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola peran hubungan

12
a) Tanyakan apa pekerjaan pasien
b) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
c) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
9) Pola seksualitas/reproduksi
a) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
b) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
c) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
10) Pola koping-toleransi stress
a) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
b) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan
orang-orang terdekat.
11) Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat
kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital
2) Pemeriksaan fisik Persistem
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
b. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah Rahim.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan bedrest.

13
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah di- 1. Kaji karak- 1. Mengetahui
berhubungan lakukan tin- teristik nyeri tingkat nyeri
dengan proses dakan asuhan yang dialami
inflamasi keperawatan klien
diharapkan skala 2. Ajarkan teknik 2. Mengurangi
nyeri berkurang relaksasi nafas rasa nyeri
dengan, dalam
Kriteria hasil: 3. Berikan posisi 3. Memberikan
1. Skala nyeri yang nyaman rasa nyaman
berkurang untuk klien
menjadi 0-2 4. Kolaborasi 4. Mempercepat
2. Klien tidak dengan dokter proses
menampakka dalam penyembuhan
n ekspresi pemberian obat klien
nyeri analgetik
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien 1. Pergerakan
perdarahan tindakan asuhan untuk yang banyak
berulang keperawatan membatasi dapat
berhubungan selama 2 x 24 pergerakan mempermudah
dengan efek jam diharapkan 2. Monitor tanda- pelepasan
penanaman klien tidak tanda vital plasenta
plasenta pada mengalami 3. Monitor sehingga dapat
segmen bawah perdarahan perdarahan terjadi
Rahim berulang dengan pervaginam perdarahan
Kriteria hasil: 4. Anjurkan klien 2. Dengan
1. Konjungtiva untuk mengukur
ananemis melaporkan tanda-tanda
2. Akral hangat segera bila vital dapat
3. Hb normal tanda-tanda diketahui secara

14
4. Muka tidak perdarahan dini
pucat lebih banyak kemunduran
5. Tidak lemas 5. Kolaborasi atau kemajuan
dengan tim keadaan klien
medis untuk 3. Dengan
mengakhiri mengontrol
kehamilan perdarahan
dapat diketahui
perubahan
perfusi jaringan
pada plasenta
sehingga dapat
melakukan
tindakan segera
4. Pelaporan tanda
perdarahan
dengan cepat
dapat
membantu
dalam
melakukan
tindakan segera
dalam
mengatasi
keadaan klien
5. Dengan
meakhiri
kehamilan dapat
mengatasi
perdarahan
secara dini

15
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Dengan
pemenuhan tindakan asuhan saling percaya melakukan
kebutuhan keperawatan antara perawat komunikasi
sehari-hari selama 1 x 24 dengan klien therapeutic
berhubungan jam diharapkan dengan diharapkan
dengan pemenuhan menggunakan klien kooperatif
ketidakmampuan kebutuhan klien komunikasi dalam
merawat diri sehari-hari therapeutic melakukan
sekunder terpenuhi dengan 2. Bantu klien asuahan
keharusan Kriteria hasil: dalam keperawatan
bedrest 1. Kebutuhan pemenuhan 2. Dengan
klien terpenuhi kebutuhan membantu
dasar kebutuhan klien
3. Libatkan seperti mandi,
keluarga dalam BAB, BAK
pemenuhan sehingga
kebutuhan kebutuhan klien
4. Dekatkan alat- terpenuhi
alat yang 3. Dengan
dibutuhkan melibatkan
klien keluarga, klien
5. Anjurkan klien merasa tenang
untuk memberi karena
tahu perawat dilakukan oleh
untuk keluarga sendiri
memberikan dan klien
bantuan merasa di
perhatikan
4. Dengan
mendekatkan
alat-alat kesisi

16
klien dengan
mudah dapat
memenuhi
kebutuhannya
sendiri
5. Dengan
memberi tahu
perawat
sehingga
kebutuhan klien
dapat terpenuhi

1. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawataan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan nyata
untuk mencapai hasil yang ditunggu berkurangnya atau hilangnya masalah ibu.
Padatahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, diantaranya validasi rencana
keperawatan, serta melanjutkan pengumpulan data. Dalam implementasi
keperawatan,tindakan harus cukup mendetail dan jelas supaya semua tenaga keperawatan
dapat menjalankan dengan baik dalam waktu yang ditentukan. Perawat dapat
melaksnakan langsung atau bekerjasama dengan tenaga medis lainnya. (Chapman Vicky,
2006).
2. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh
mana masalah ibu tersebut dapat diatasi. Disamping itu , perawat juga memberikan
umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan utama belum tercapai,maka dalam
hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Chapman Vicky, 2006).

J. Terapi Komplementer yang dapat digunakan

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang terjadi
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan
kehamilan (Plasenta previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan
perdarahan vasa previa) dan perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan (Pecahnya varises, perlukaan serviks, keganasan serviks). Perdarahan
antepartum yang berhubunan dengan kehamilan harus segera dilakukan tindakan agar
tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan perdarahan antepartum yang
tidak berhubungan dengan kehamilan tidak membahayakan janin tapi hanya
memberatkan ibu.
B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga,
untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bias
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan
agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.

18

Anda mungkin juga menyukai