Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN

PLASENTA PREVIA PADA NY. H


DI RS. BUDI AGUNG
PALU

Disusun Oleh :

Yunita Ladjura
NIM PO7124320113

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN


KEBIDANAN PROGRAM STUDI
DIV KEBIDANAN PALU
2021
A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal)

(Mochtar, 2012).

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir (Saifudin, 2009).

Plasenta previa adalah plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan lahir.Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus

(Chalik, 2014).

Usia lebih dari 35 tahun dinilai berisiko karena terjadinya sklerosis

pembuluh darah yang dapat ganggu vaskularisasi dan sebabkan aliran darah

ke 8 endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dan

menutupi jalan lahir. Sedangkan usia kecil dari 20 tahun juga dinilai

berisiko. Plasenta letak rendah adalah sebuah kondisi yang menggambarkan

bahwa plasenta terletak pada bagian bawah rahim, atau di bagian samping

atau menutup rahim.Plasenta berfungsi untuk membantu pasokan oksigen,

darah dan nutrisi bisa sampai ke bayi. Kondisi plasenta memang bergerak

sejak awal kehamilan dan semua menjadi alami ketika ibu sudah masuk

waktu melahirkan yang diprediksi dengan cara menghitung usia kehamilan.


2. Klasifikasi Plasenta Previa

Klasifikasi plasenta previa menurut Chalik, 2014 didasarkan atas terabanya

jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :

a. Plasenta previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta

b. Plasenta previa latelaris : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh

plasenta

c. Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan

plasenta.

d. Plasenta letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah

rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih

kurang dari 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm

dianggap sebagai plasenta letak normal.

3. Epidemiologi

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi

dan pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada

kehamilanganda dari pada kehamilan tunggal.Uterus tercacat ikut

mempertinggi angka kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum

Pemerintah dilaporkan insidensinya berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Di

negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % mungkin

disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.Dengan

meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan

deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi (Chalik, 2014).
Plasenta previa cukup sering kita jumpai dan pada tiap perdarahan Plasenta

previa cukup sering kita jumpai dan pada tiap perdarahan antepartum

kemungkinan plasneta previa harus didahulukan.Plasenta previa lebih sering

terdapat pada multigravidae dari pada primigravidae dan pada umur yang

lanjut.

4. Etiologi

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan

pada periode trimester ketiga. Disamping masih banyak penyebab plasenta

previa

yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam – macam teori dan faktor

– faktor di kemukakan sebagai etiologinya (Mochtar, 2011, Hal:189).

a. Endometrium yang inferior

b. Chorion leave yang persisten

c. Korpus luteum yang bereaksi lembat

Strassmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi

yang kurang pada desidua yang menyebabkan artrofi dan peradangan,

sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili

khorialispersisten pada desidua kapsula (Mochtar, 2011:189).

Hal ini faktor – faktor penyebab yang biasanya terjadi pada wanita dengan

kondisi sebagai berikut:

a. Umur dan paritas

1) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada

umur dibawah 25 tahun.


2) Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah

3) Di Indonesia, menurut Toba, plasenta previa banyak dijumpai

pada umur muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak

wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium

masih belum matang (inferior).

b. Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda

c. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang – ulang, bekas

operasi, kuretase, dan manual plasenta.

d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

e. Tumor – tumor seperti mioma uteri, polip endomterium.

f. Kadang – kadang pada malnutrisi

g. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat

seiring peningkatan jumlah seksio sesarea).

Menurut Chalik, 2014 penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya

adalah mencakup :

1) Perdarahan

2) Usia lebih dari 35 tahun.

3) Multiparitas.

4) Pengobatan infertilitas.

5) Multiple gestation.

6) Erythroblastosis.

7) Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.


8) Keguguran berulang.

9) Status sosial ekonomi yang rendah.

10) Jarak antar kehamilan yang pendek.

11) Merokok.

5. Patofisiologi

Menurut Chalik (2014), Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh

plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu

segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin

tuanya kehamilannya, dan mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak

plasenta akan mengalami pelepasan.

Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh

karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan

kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat

pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup sempurna. Perdarahan

akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai

sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih

banyak dan lebih lama.

Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung

progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian

perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab

lain. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada

plasenta yang seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu

pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum.

Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah,

perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai

persalinan.Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih

banyak pada perdarahan berikutnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan

vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding

uterus.

6. Tanda dan Gejala

Menurut Mochtar (2012) Gejala Utama Plasenta Previa yaitu : Perdarahan

yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah

segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik :

a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi

pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan

berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan

pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.

b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak

mengeluh adanya rasa sakit.

c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan

tidak jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.


e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya

perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

7. Diagnosa

Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester

kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Ini

dapat dilakukan pemeriksaan USG.Beberapa wanita mungkin bahkan tetap

tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta

previa sebagian (Mochtar, 2012).

a. Anamnesis

Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan

dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya

perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya

perdarahan, frekuensi serta banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir

pada kehamilan setelah 28 minggu (trimester III) berlangsung tanpa rasa

nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Sifat perdarahannya

tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang.Perdarahan timbul sekonyong –

konyong tanpa sebab apapun.Kadang – kadang perdarahan terjadi

sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh

darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak

dari sebelumnya Sebab dari perdarahan cenderung berulang dengan

volume yang lebih banyak dari sebelumnya.Sebab dari perdarahan ialah

karena ada plasenta danpembuluh darah yang robek karena terbentuknya

segmen bawah rahim, terbukanya ostium atau oleh manipulasi


intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung

pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang

lepas.Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam berapa

kain sarung, berapa gelas, dan adanya darah – darah beku.

b. Pemeriksaan luar

1) Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,

darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu

kelihatan anemis.Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan

pucat/ anemis.

2) Palpasi Abdomen

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah,

seringdijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum

turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau

terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul, bila

cukup pengalaman (ahli), dapatdirasakan suatu bantalan pada segmen

bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus (Mochtar, 2012)

c. Ultrasonografi

Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan

pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini

ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan

janinnya, dan tidak rasa nyeri (Mochtar, 2012).


d. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal

dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, varises

pecah, dan lain - lain. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri

eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Mochtar, 2012).

e. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam adalah senjata dari cara paling akhir yang paling

ampuh dibidang obstetri untuk diagnosis plasenta previa.

8. Prognosis

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat

menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada

janinnya.Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa

adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya, kejadian plasenta

previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio (Chalik,

2014).

Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC

(Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/

kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea

seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun

jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Chalik, 2014)

9. Pengaruh Plasenta Previa

Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan menurut Mochtar, 2012 :

a) Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam PAP


b) Terjadi kesalahan letak janin

c) Partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada

serviks

d) Letak janin yang tidak normal menyebabkan partus akan menjadi

patologik

e) Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah dapat terjadi prolaps

funikulli

f) Sering dijumpai inersia primer

g) Perdarahan

10. Komplikasi Plasenta Previa

Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Chalik

(2014) dan Mochtar (2012) :

Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak

mencukupi.Adanya atrofi pada desidua dan vaskularisasi yang berkurang

menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin berkurang. Dalam darah

a) Terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin

untuk berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai

makanan berkurang.

b) Anemia janin. Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta

akan mengurangi sirkulasi darah antara uterus dan plasenta sehingga

suplai darah ke janin berkurang.

c) Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen. Berkurangnya

suplai darah berarti suplai oksigen dari ibu ke janin juga berkurang.
d) Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus yang

terbengkalai, bila ibu tidak mendapatkan pertolongan transfuse darah

akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan hebat dapat

menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu.

e) Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan

plasenta rentan menimbulkan infeksi intrauterine. Ibu dengan anemia

berat karena perdarahan dan infeksi intrauterine, baik seksio sesarea

maupun persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu

maupun janinnya.

f) Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse. Kehilangan banyak

darah akibat perdaahan hebat perlu mendapatkan pertolongan transfuse

segera.

11. Penatalaksanaan

a. Terapi ekspektatif (pasif)

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis

servisis.Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.Pemantauan

klinis dilakukan secara ketat dan baik (Mochtar, 2012 dan Chalik,

2014).

Syarat-syarat terapi ekspektatif :

1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian

berhenti. Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan

perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat


memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan

berkembang dalam kandungan sampai janin matur.

2) Belum ada tanda-tanda in partu.

3) Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus

plasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan

untuk mempertahankan janin dalam kandungan.

4) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas

normal).

5) Janin masih hidup.

Faktor – faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan

mana yang akan dipilih adalah :

1) Jenis plasenta previa

2) Perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang – ulang

3) Keadaan umum ibu hamil

4) Keadaan janin hidup gawat atau meninggal

5) Pembukaan jalan lahir

6) Paritas atau jumlah anak hiduo

7) Fasilitas penolong dan rumah sakit.

b. Terapi aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang

aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa

memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan

plasenta previa (Mochtar, 2012)


1) Persalinana Abdominal dengan cara Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau

tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa :

a) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,

semua plasenta previa lateralis, posterior karena perdarahan

yang sulit dikontrol dengan cara- cara yang ada.

b) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan

tidak berhenti dengan tindakan – tindakan yang ada

c) Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

Perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang – kadang

berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada,

jika hal ini dijumpai tindakannya adalah : bila anak belum

ada, untuk menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi

rteri hipogastrika, dan bila anak sudah ada dan cukup, yang

paling baik adalah histerektomi.

2) Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.

Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut :
1) Amniotomi dan akselerasi

Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang

terpilih untuk melancarkan persalinan per vaginam. Indikasi

amniotomi pada plasenta previa :

 Plasenta previa latelaris atau marginalis atau letak rendah,

bila telah ada pembukaan

 Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau

marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih

 Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang

sudah meninggal.

3) Versi Braxton Hicks

4) Traksi dengan Cunam Willet

Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah :

 Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan

ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

 Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya

 pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.

 Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat

mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang

mempunyai fasilitas yang cukuphal fisiologis (Saifuddin,2014).


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H
(SOAP DAN IMPLEMENTASINYA)
Tempat pengkajian RS. BUDI AGUNG
Tanggal pengkajian 13 Februari 2021
Waktu pengkajian 09.30 Wita
Pengkaji Yunita Ladjura
NIM PO7124320113

A. DATA SUBJECTIVE (UNTUK PERTEMUAN PERTAMA)

1. Biodata
IDENTITAS KLIEN PENANGGUNG JAWAB
Nama Ny. H.W Nama Tn. S
Umur 31 Thn Status Suami
hubungan dgn
klien
Agama Islam Umur 30 Thn
Pendidikan Tamat SMA Agama Islam
Pekerjaan Swasta Pendidikan Tamat SMA
Alamat skrg Jln. Veteran No. 30 Pekerjaan Kary. Swasta
No. HP 0853 9457 7737 Alamat Jln. Veteran No. 30
Gol. Darah “O” (KTP) No. HP 0853 9457 7737
2. Alasan kunjungan
Hamil pertama UK ± 36 mggu, dengan keluar darah bergumpal dari jalan
lahir dari jam 09.00 serta ada kontraksi.
3. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama
Perdarahan banyak dan bergumpal dari jalan lahir
4. Keluhan lain yang berhubungan dengan kesehatan saat ini
Px mengatakan pernah USG dengan diagnosa plasenta previa
5. Riwayat menstruasi
HPHT 14–6– 2020
Siklus 28 – 30 hari
Masalah yang ibu Kontrol ke dr. obgyn
pernah dialami Hasil USG : plasenta previa dan pernah keluar-keluar
darah dari jalan lahir
6. Riwayat perkawinan
Pernikahanke- Pertama
Umur saat kawin 28 Thn
pertama
Lama pernikahan 3 Tahun

7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


N Tahu Usia Tempa Jenis Penolo Kondis Nifas Anak Keada
o n Kehamila t Partus ng i bayi (ASI) JK/B an
Partu n Partus saat B Anak
s lahir Sekara
ng
-

8. Riwayat kehamilan saat Ini

Kunjungan Kondisi/masalah yang dialami dan cara mengatasi

Trimester I Ini merupakan kunjungan pertama diRumah Sakit Budi


agung, Pemeriksaan lanjut untuk menunggu advis dokter
dan ibu diberi semngat.

Trimester II -

Trimester III -

9. Riwayat imunisasi TT Riwayat imunisasi selain TT

a. TT dasar lengkap Ada


b. TT catin 1x Ada

10. Riwayat penyakit/operasi yang lalu

Tidak pernah menderita penyakit serius atau operasi

11. Riwayat yang berhubungan dengan masalah Kesehatan reproduksi

12. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit serius

13. Riwayat KB Rencana KB Pasca persalinan

Belum ada rencana

14. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Fisik Nafsu makan Baik, BAK tidak ada keluhan, BAB 1x


dalam 1 hari, tidur tidak nyenyak

Psikososial Ibu merasakan kecemasan yang berlebihan

Lainnya Tidak ada

B. DATA OBJECTIVE

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum Sedang

TD 122/71 mmHg

N 100 x/menit
TTV

P 22 x/menit

S 36,6 0C

BB sebelum hamil 52 kg

BB sekarang 45 kg

TB 152 cm

IMT (BB sebelum 19,3


Hamil/TB2)

<18,5(underweight)

18,5 – 22,9 (normal)

23 – 24,5 (overweight)

(√) 25 – 29,9 (obesitas I)

30 (obesitas II)

TP 21 – 3– 2021
Usia Kehamilan 36 Minggu

2. Pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan kebidanan/masalah


kesehatan

Kepala dan wajah Kepala bersih, konjungtiva sedikit pucat, sklera tidak
ikterus

Leher Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

Payudara Puting susu menonjol dan payudara nampak bersih

Abdomen Tidak ada bekas luka operasi


TFU: 27 cm, Pu-ki

Ekstremitas Atas Tidak ada edema, kuku bersih dan tidak pucat

Ekstremitas Tidak ada edema, refleks patella +/+


bawah(Refleks
patella)

Anogenetalia Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan penunjang (Informasi data subjektif atau dilakukan


pemeriksaan)
- Perdarahan pervaginam bergumpal-gumpal dari jalan lahir
- Skala Nyeri 0

C. ASSESSMENT

- NY. H, G1P0A0 umur 32 tahun


- Usia kehamilan 36 minggu berdasarkan HPHT dan hasil USG dengan Plasenta
previa totalis
- TTV dalam batas normal

D. PLAN

1. Lakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa


Hasil tercatat lengkap
2. Lakukan Pemasangan infus
Infus RL 500 cc 30 tpm menetes baik
3. Informasikan pada ibu suami dan keluarga tentang hasil
pemeriksaannya dan kondisi ibu
4. Edukasi untuk:
 Tanda bahaya yang mungkin terjadi yaitu bisa terjadi syok
Hipovolemik serta komplikasi lainnya
5. Kolaborasi dengan dokter, advis dokter:
 Pasang infus
 Cek EKG
 Periksa Lab cyto
 Siapkan operasi SC cito dan Siapkan darah segera
6. Pemeriksaan EKG (+)
7. Pemeriksaan lab hasil :
 DL, Hb.9,2 gr/dl,
 HIV (negative),
 HbSAg (negative),
 Repit Antigen (Non Reaktif)
 Golongan darah: O
8. Infont consent suami, pasien dan keluarga
- Suami, Pasien dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
- Suami sudah menandatangani persetujuan operasi
9. Kolaborasi dengan dr. Anastesi, tim Ok, dan dr. Anak
10.Layani injeksi ceftriaxone 1 gr/iv sesuai advis dr.obgyn (skint test
terlebih dahulu)
11.Lakukan persiapan darah dengan membuat pengantar ke PMI
12.Mengantar pasien kekamar operasi

Palu, 04 Februari 2021


Perencanana Asuhan

Yunita Ladjura

Lembar Implementasi Pertemuan Pertama


N Waktu Tindakan TTD & TTD &
o (Tanggal/Jam Nama Nama
) Petuga Pasien/PJ
s *

1 13 Februari Kegiatan yang sudah dilakukan adalah:


2021/ 09.30 –
11.00 Wita 1. Menginformasikan kondisi
pasien sesuai dengan hasil
pemeriksaan (Asessment) serta
membantu ibu untuk tidak
merasa cemas
2. Edukasi Tanda bahaya yang
mungkin terjadi yaitu
perdarahan yang dapat terjadi
terus menerus dan bisa terjadi
syok Hipovolemik serta
komplikasi lainnya
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan
Laboratorium: Hb dan
golongan darah
- Pemeriksaan EKG
4. Melakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis kandungan
5. Mengikuti advis dokter yaitu
melakukan pemasangan infus
6. Infont consent suami,pasien
dan keluarga
7. lakukan persiapan operasi cyto
8. kolaborasi dengan dr. anastesi,
penata dan kamar operasi
9. pemberian antibiotik sesuai
advis dokter
10. lakukan Persiapan Darah ke PMI
11. Mengantar pasien kekamar
operasi

2. Evaluasi - Selama interaksi ibu


proses memahami kondisinya saat
ini dan apa saja hal yang
bisa terjadi pada dirinya,
- Ibu terlihat cemas akan
keadaanya dan nyeri hebat
- Hasil Lab
 Hb. 9,2 gr/dl,
 HIV (negative),
 HbSAg (negative),
 Repit test Antigen
(Non Reaktif)
 Golongan darah: O
- Telah terpasang Infus RL 30
tpm
- Px akan dilakukan operasi
Cyto
- suami dan keluarga
mengerti dengan penjelsan
yg diberikan
- suami sudah
menandatangai persetujuan
operasi
- Semua Tim operasi sudah
siap
- Pemberian antibiotik
ceftriaxone 1 gr,iv (+)
- Persiapan darah diPMI
sudah siap
- pasien sdh berada dikamar
opeasi.

Catatan Perkembangan Pertemuan Ke-2

LEMBAR RENCANA ASUHAN PASIEN (SOAP)

UNTUK PERTEMUAN KE- 2, TANGGAL: 14 Februari 2021, PUKUL: 09:00


S - Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi
- Ibu mengatakan ingin bergerak miring kiri dan kanan
O - Ku: Baik
- Kesadaran composmentis
- Skala nyeri 7
- Flek (+) 25 cc
DATA

- TFU 2 Jrbpst
- Kontraksi uterus baik
- TTV: TD: 110/80 mmhg
N : 82 x/mnt
S : 36,6
R : 20x/mnt
- Kateter terpasang baik, Urine (+)

A P1A0 post op SC hari 1


P 1. Motivasi pasien untuk mobilisasi miring kiri dan kanan
- Ibu mengerti dengan anjuran bidan
2. Melayani therapy injeksi sesuai daftar injeksi
- Jam 11.00 , inj. Ceftriaxone 1gr/iv
Metronidazil infus
Inj. Ketorolac 1 Amp/Iv
Inj. Asan Traneksamat 1 amp/iv
3. Kolaborasi dengan dokter Sp.Og, Advis:
- kateter boleh diAff sore
- Motivasi mobilisasi
- Diet TKTP
- Injeksi lanjut sampai selesai
4. Melakukan aplosan dinas dengan Bidan jaga sore
- Aplosan pasien telah dilakukan

14 Februari 2021
Perencana Asuhan

Yunita Ladjura

Lembar Implementasi Pertemuan Ke-2


N Waktu Tindakan TTD & TTD &
o (Tanggal/Jam Nama Nama
) Petugas Pasien/PJ
*

1 14 Februari Kegiatan yang sudah dilakukan adalah:


2021 / Pukul
08:00 Wita 1. Menginformasikan
kondisi pasien
sesuai dengan hasil
pemeriksaan
2. Memotivasi pasien
untuk mobilisasi
3. melayani Therapy
injeksi sesuai daftar
4. Kolaborasi dengan
dokter SpOg, Advis:
- Aff kateter sore
- therapy injeksi
lanjut sampai
selesai
- Motivasi
mobilisasi
- Diet lunak TKTP,
observasi
5. Aplosan dengan
bidan jaga sore

2. Evaluasi - Ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan


proses - Therapy injeksi telah diberikan
- Advis dr. obgyn telah dicatat dengan baik
- Aplosan pasien ke dinas sore telah dilakukan

Mengetahui
Mahasiswa Pembimbing/ CI Lahan Praktik

( Yunita Ladjura ) (.............................................................)


NIM PO7124320113 NIP .......................................................
Pembimbing Akademik

(.............................................................)
NIP .......................................................

Anda mungkin juga menyukai