Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN PERDARAHAN ANTEPARTUM PLASENTA PREVIA TOTALIS

DI RSUP Prof. Dr. R. D KANDOU MANADO

Nama : Keren K .Makalow

NIM : 711430117019

PRODI DIV JURUSAN KEPERAWATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO 2021

Halaman 1 /
4
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PERDARAHAN ANTEPARTUM
a. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur
kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.
Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir usia
kehamilan

b. Jenis-jenis Perdarahan Antepartum


1. Plasenta Previa
Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak normal,
yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro,2005).

c. Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-ari melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau
ari- ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim akan
tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).

d. Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu jelas. Plasenta
previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum menerima implantasi atau
tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk memberikan
nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau belum jelas,
bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.

Halaman 2 /
4
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua
yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor
terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.

e. Faktor-faktor etiologinya :
1) Umur dan Paritas
- Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di bawah 25
tahun.
- Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
- Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil,
hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang.
2) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).

f. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan
tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah
rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila
plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan
pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dan
dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)

Halaman 3 /
4
Pathway Plasenta Previa

Halaman 4 /
4
g. Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25 tahun.
Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35 tahun.
Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun. (Winkjosastro,
2003)

h. Tanda dan Gejala


Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan tanpa diikuti
rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan
ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat itu
bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna merah
segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari
dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada
waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)

i. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah
plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis
bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya),
persalinan prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)

j. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan,
terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis,
melainkan dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)
1. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya perdarahan
3. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
4. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis
plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba
plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).

k. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan


Halaman 5 /
4
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam pintu atas
panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak kepala yang
mengapung, letak sungsang atau letak melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena adanya
rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang
lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat
merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
l. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal
2. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan
terjadinya prolaps funikuli
3. Sering dijumpai inersia primer
4. Perdarahan (Mochtar, 2011)

m. Komplikasi Plasenta Previa


1. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan
kerokan
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan setelah kehamilan
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)

n. Pragnosis Plasenta Previa


Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat konservatif, maka angka kesakitan
dan angka kematian Ibu dan bayi tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh kasus
terjadinya plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus terjadinya plasenta
previa.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan yang
dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum matang, belum
ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa dipastikan janin masih
hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah baring dan
pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan
tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi.
Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV
dosis tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Halaman 6 /
4
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri
internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan observasi
dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).
2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus
segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk penanganan
terapi aktif
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak atau
untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan
rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan (Manuaba, 2010).

Halaman 7 /
4
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
a. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
b. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti
seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta
mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
2) Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya terjadi perdarahan tanpa alas an
- Perdarahan tanpa rasa nyeri
- Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
3) Riwakat kesehatan keluarga
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
- Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan
penyakit menular.
4) Riwayat Obstetri
- Riwayat Haid/Menstruasi
- Minarche : 12 th
- Siklus : 28 hari
- Lamanya : ± 7 hari
- Baunya : amis
- Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
- Multigravida
- Kemungkinan abortus
- Kemungkinan pernah melakukan curettage
6) Riwayat nipas
- Lochea Rubra
- Bagaimana baunya, amis
Halaman 8 /
4
- Banyaknya 2 kali ganti duk besar
- Tentang laktasi
- Colostrum ada
d. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1. Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
2. Tekanan darah: akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
3. Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuh
4. Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

e. Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
Abdomen :
- Inspeksi : terdapat strie gravidarum
- Palpasi :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah.
- Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
- Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul.
- Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
- Perkusi : Reflek lutut +/+
- Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160

Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda

Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.

f. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%) leokosit
meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500
ribu).

g. Data Sosial Ekonomi


Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi
pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
dimilikinya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
Halaman 9 /
4
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko gawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke
plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
(Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).

C. INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim.
Tujuan : Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan.
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga
dapat terjadi perdarahan.
b. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu).
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran
atau kemajuan keadaan klien.
c. Kontrol perdarahan pervaginam.
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan
pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
d. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak.
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan
tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
e. Monitor bunyi jantung janin.
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat menunjukkan gawat janin
kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta.
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan.
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidakmampuan


merawat diri sekunder keharusan bedres.
Tujuan : Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik.
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif
dalam melakukan asuhan keperawatan.
b. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Rasional : Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga
kebutuhan klien terpenuhi.
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
Halaman 10 /
4
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh
keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan.
d. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
e. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan.
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

3. Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta.
Tujuan : Gawat janin tidak terjadi.
Intervensi :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah.
b. Anjurkan klien agar miring kekiri.
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
c. Anjurkan klien untuk nafas dalam.
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2
janin terpenuhi.
d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen.
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi
pada janin meningkat.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit.
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital
pada janin.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.
b. Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat
beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
c. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada
rasa nyeri.
e. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam).
Halaman 11 /
4
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar
dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
f. Kontrol vital sign klien.
Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran
atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik.
Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.

D. EVALUASI
1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi mulai
diberikan.
2. Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.U DENGAN

Halaman 12 /
4
PERDARAHAN ANTEPARTUM PLASENTA PREVIA TOTALIS

Data di ambil tanggal : 2 Maret 2015 Jam : 10.00 WIB

Ruang Rawat / Kls : IRDO Dx. Medis : Perdarahan Antepartum


Plasenta Previa Totalis

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny U
Tempat/tgl lahir/umur : Bumiayu/ 24 Januari 1968/ 41 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu
Suku Bangsa : Jawa
Diagnosa Medis : Perdarahan antepartum, plasenta previa totalis.
Nomor RM/CM : 772552
Tanggal Masuk RS : 1 Maret 2015
Tanggal/jam pengkajian : 2 Maret 2015/ 10.00 WIB

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn S
Umur : 41 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu
Hubungan dengan pasien : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Perdarahan saat kehamilan
b. Riwayat kesehatan sekarang:
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1 Maret
2015, G3P2A0 dengan plasena previa totalis rembesan air tidak ada, perdarahan
pervaginaan bergumpal sejak tanggal 1 Maret 2015 jam 01.30 .
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, DM.

Halaman 13 /
4
d. Riwayat obstetrik yang lalu : G3 P2 A0

No Masalah Tipe Keadaan Bayi Masalah


Kehamilan Persalinan Pada Masa
Nifas
1. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, Tidak ada
jenis kelamin laki- masalah
laki, BBL 4 kg, selama masa
lahir langsung nifas.
menangis.
2. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, Tidak ada
jenis kelamin masalah
perempuan, BBL selama masa
3,1 kg, nifas.
lahir langsung
3. Hamil sekarang Belum - -
ini mengalami mengalami
perdarahan persalinan.
pervaginam,
placenta
previa totalis.

e. Riwayat kehamilan saat ini:


HPHT : 30-7-2014
HPL : 6-5-2015
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 56 kg
Penambahan BB selama hamil : 8 kg
Lila : 25 cm

Usia Keluhan TFU Letak DJJ Data Lain


Gestasi 30 Perdarahan 28 cm Janin / + Punggung janin
minggu pervaginaan presentasi (12,11,12) di bagian kanan
antepartum kepala (PUKA), kepala
dengan belum masuk
plasenta PAP.
previa

f. Riwayat kesehatan keluarga

Halaman 14 /
4
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit jantung,
paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain yang pernah
mengalami penyakit yang serupa dengan yang diderita oleh klien.

g. Pola kesehatan fungsional (menurut Gordon, Handerson/modifikasi)


a) Pola nutrisi
Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1
porsi makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang
makan tidak teratur yaitu 2x dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi klien
tidak banyak mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari dengan
menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS.
b) Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu
dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien
mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam
BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola
eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam
proses BAB dan BAK klien.
c) Pola aktivitas, istirahat dan tidur
Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien
sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan
mengurus suami saja.
Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat dirumah sudah dikurangi oleh
klien. Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun jam 04.00.
terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak. Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.
d) Pola kebersihan diri
Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan
dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal. Dalam
hal kebersihandiri, klien bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri.
e) Pola reproduksi seksual:
Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan terkadang ada,
dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid,
permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat
reproduksi tidak pernah.
f) Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:
Konsep diri: Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x, melahirkan 2x,
abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun. Kondisi genetalia klien
normal tidak ada masalah.
Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah, klien
juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti arisan
Halaman 15 /
4
PKK, pengajian ibu-ibu, kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan orang lain klien
tidak pernah merasa minder atau malu.
Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara
umum):
Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga selama
hamil klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek yang ada di
kampungnya. Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum
mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan klien belum paham
mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.
Hubungan interpersonal/sosial: hubungan perkawinan, keluarga dan masyarakat:
Dalam beruhungan dengan anggota keluarga yang lain, hungungan dengan
masyarakat klien tidak ada masalah.
Mekanisme koping individu:
Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien berusaha untuk
sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang merasa cemas
dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : CM
b. Status gizi : Tidak ada masalah, gizi tercukupi.
c. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20 x/mnt.
d. Pemeriksaan head to to:
- Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi rambut:
rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor karena selama
masuk RS klien belum pernah keramas.
- Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahayanormal, konjuctiva
normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak ada kemerahan.
- Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada.
- Telinga: bentuk normal , kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi pendengaran
normal.
- Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat bicara
secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak ada.
- Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
- Tengkuk: kaku kuduk tidak ada.
- Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan nafas tidak
ada usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara ronkhi dan wezing tidak
ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung dan paru perkusi paru
sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara paru vesikuler, bunyi
jantung (I, II, III) S 1 > S2 , irama jantung reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Halaman 16 /
4
- Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih, aerola terjadi
peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrumbelum keluar, konsistnsi/massa
tidak ada, putting: menonjol.
- Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik usus
normal yaitu 12 x/mnt.
- Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal. l. Panggul: normal
- Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada, kebersihan bersih,
condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolinitidak ada.
- Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak ada.
- Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edemabagian kedua
kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan refleks
patologis negatif , turgor kulit baik
e. Pemeriksaan Khusus Obstetrik:
Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil:
Tampak janin tunggal hidup intrauteri
Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran hipoekoik
diantaranya.

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, urobilin, bilirubin)
Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan.
2) Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi)
Pemeriksaan darah lengkap :
Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL)
Leukosit = 8.000 / µL (5.000-10.000 / µL)
Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)
Trombosit = 179.000 / µL (150.000-400.000 / µL)
MCV = 77,8 fl (80-97 fl)
MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr)
MCHC = 32,4 % (31-36 %)
3) Pemeriksaan hitung jenis :
Basofil = 0 % (0-1 %)
Eosinofil = 1 % (1-4 %) 3)
Batang = 0 % (2-5 %)
Segmen = 73 % (40-70 %)
Limfosit = 21 % (19-48 %)
Monosit = 5 % (3-9 %)
4) Faal hemostasis
PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk)
APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk)

Halaman 17 /
4
6. Terapi Obat
 Vicillin 1x1 gr
 Konservatif s/d aterm
 Histolan tab 3x1
 Dexametason 2x6 mg (2 hari)
 Diit biasa

7. Persiapan Persalinan
- Senam hamil: Tidak dilakukan.
- Rencana tempat melahirkan : Klien berencana melahirkan di RS.
- Perlengkapan kebutuhan bayi : Sudah dipersiapkan tetapi baru sedikit.
- Kesiapan mental ibu dan keluarga :
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien sudah
pernah melahirkan 2x.
- Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan :
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di bagian
perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat
akan melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh perawat
RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan pengaturan
napas pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara menangani nyeri pada
saat persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi nyeeri saat persalinan yaitu
klien diberikan obat.
- Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan
perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.

B. ANALISA DATA
Nama klien : Ny U Ruang : Flamboyan

No Data (DS/DO) Masalah Etiologi

1. DS : Resiko Hipovolemia
Perdarahan karena
Klien mengatakan
kehilangan darah
mengalami perdarahan
(perdarahan)
sejak tanggal 1 Juni 2009
mulai jam 01.30 WIB.

DO :

Halaman 18 /
4
Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa
menutupi orifisium uteri
interna dengan disertai
gambaran hipoekoik
diantaranya.

Hb 9,1 gr/Dl

Ht 28 %

Eritrosit 3,61 jt/ µL

Konjungtiva klien tampak


pucat

Suhu : 37,1 ⁰C, Nadi : 84


x/m

TD : 100/70 mmHg, RR :
20x/m.

2. DS : Defisit Keterbatasan
pengetahuan informasi
Klien mengatakan kurang
mengenai
mengetahui tentang
plasenta previa.
kelainan kehamilan yang
dialaminya.

DO:

Klien bingung ketika di


tanya mengenai penyebab
kelainan dalam
kehamilannya saat ini.

3. DS : Ansietas Perubahan yang


menyertai
Klien mengatakan
kehamilan
terkadang

merasa kondisi janin yang


ada dalam rahimnya bila
sering terjadi perdarahan.

Klien mengatakan takut


kalu mengalami

Halaman 19 /
4
keguguran.

DO:

Klien gelisah dan lebih


sering diam.

Klien lebih sering


melamun erasa cemas
dengan

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko perdarahan b.d. hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan).
2. Deficit pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.
3. Ansietas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Keperawatan Tujuan & KH Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
1. Resiko perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
(D.0149) (L.02017) (I.02067)
Factor resiko : Menurun dengan Observasi :
1. Komplikasi KH : 1. Monitor tanda dan
kehamilan (mis. 1. Kelembapan gejala perdarahan
ketuban pecah mukosa 2. Monitor nilai
sebelum membran hematocrit/hemoglobin
waktunya, meningkat sebelum dan setelah
plasenta 2. Kelembapan kehilangan darah
previa/abrupsio, kulit 3. Monitor tanda – tanda
kehamilan meningkat vital ortostatik
kembar) 3. Perdarahan Terapeutik :
2. Komplikasi pasca vagina 1. Pertahankan bed rest
partum (mis. menurun selama perdarahan
atoni uterus, 4. Hemoglobin 2. Batasi tindakan
retensi plasenta) meningkat invasive, jika perlu
3. Tindakan 5. Hematocrit Edukasi :
pembedahan meningkat 1. Jelaskan tanda dan
4. Kurang terpapar 6. Tekanan darah gejala perdarahan
informasi tentang meningkat 2. Anjurkan meningkatkan
pencegahan 7. Suhu tubuh asupan makanan dan
perdarahan. meningkat vitamin K
Halaman 20 /
4
3. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
2. Deficit pengetahuan Tingkat Edukasi Kesehatan (I.12383)
(D.0111) Pengetahuan Observasi :
Gejala dan Tanda (L.12111) 1. Identifikasi kesiapan
Mayor Menurun dengan dan kemampuan
Subjektif : KH : menerima informasi
1. Menanyakan 1. Nafsu makan 2. Identifikasi factor –
setiap masalah meningkat factor yang dapat
yang dihadapi 2. Keluhan mual meningkatkan dan
Objektif : menurun menurunkan motivasi
1. Menunjukkan 3. Pucat perilaku hidup bersih
perilaku tidak membaik dan sehat
sesuai anjuran 4. Takikardia Terapeutik :
2. Menunjukkan membaik 1. Berikan kesempatan
persepsi yang untuk bertanya
keliru terhadap Edukasi :
masalah 1. Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

3. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi (I.09326)


Gejala dan Tanda (L.09093) Observasi :
Mayor Menurun dengan 1. Identifikasi penurunan
Subjektif : KH : tingkat energy,
1. Merasa khawatir 1. Verbalisasi ketidakmampuan
dengan akibat khawatir berkonsentrasi, atau
dari kondisi yang akibat kondisi gejala lain yang
dihadapi yang dihadapi menganggu
2. Sulit menurun kemampuan kognitif
berkonsentrasi 2. Perilaku 2. Monitor respon tubuh
Objektif : gelisah terhadap relaksasi
1. Tampak gelisah menurun Terapeutik :
2. Tampak tegang 3. Perilaku 1. Ciptakan lingkungan

Halaman 21 /
4
3. Sulit tidur tegang yang tenang dan tanpa
Gejala dan Tanda menurun gangguan dengan
Minor 4. Keluhan pencahayaan dan suhu
Subjektif : pusing ruang yang nyaman,
1. Mengeluh pusing menurun jika memungkinkan
2. Anoreksia 5. Anoreksia 2. Gunakan pakaian
Objektif : menurun longgar
1. Frekuensi napas 6. Frekuensi Edukasi :
meningkat pernapasan 1. Anjurkan mengambil
2. Frekuensi nadi menurun posisi yang nyaman
meningkat 7. Frekuensi nadi anjurkan rileks dan
3. Tekanan darah menurun merasakan sensasi
meningkat 8. Tekanan darah relaksasi
4. Muka tampak menurun
pucat 9. Pucat menurun
10. Pola tidur
membaik

E. IMPLEMENTASI EVALUASI

No Diagnose IMPLEMENTASI EVALUASI


Keperawatan
(SDKI)
1. Resiko Pencegahan Perdarahan S : Klien mengeluh lemah dan
perdarahan (I.02067) perdarahan masih keluar dari
(D.0149) Observasi : pagi sampai sekarang sudah
1. Memonitor tanda ganti pembalut 2x
dan gejala perdarahan O:
2. Memonitor nilai - KU : Lemah
hematocrit/hemoglobin - Hb 9,1 gr/Dl
sebelum dan setelah - Ht 28 %
kehilangan darah - Eritrosit 3,61 jt/ µL
3. Memonitor tanda – - Konjungtiva klien
tanda vital ortostatik tampak pucat
Terapeutik : - Suhu : 36,9⁰C, Nadi :
1. Mempertahankan 96 x/m
bed rest selama perdarahan - TD : 90/70 mmHg,
2. Membatasi tindakan RR : 20x/m.
invasive, jika perlu A : Masalah belum teratasi
Edukasi : P : Intervensi dilanjutkan
1. Menjelaskan tanda
Halaman 22 /
4
dan gejala perdarahan
2. Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
3. Menganjurkan
segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi
pemberian obat pengontrol
perdarahan
2. Berkolaborasi
pemberian produk darah
2. Deficit Edukasi Kesehatan S : Klien mengatakan mau
pengetahuan (I.12383) mengikuti saran yang diberikan
(D.0111) Observasi : oleh perawat
1. Mengidentifikasi O:
kesiapan dan kemampuan - Klien mau
menerima informasi mendengarkan dan
2. Mengidentifikasi menyimak informasi
factor – factor yang dapat yang diberikan.
meningkatkan dan - Klien lebih banyak
menurunkan motivasi tiduran saat diberikan
perilaku hidup bersih dan informasi.
sehat A : Masalah teratasi
Terapeutik : P : Pertahankan intervensi
1. Memberikan
kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Menjelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
3. Ansietas Terapi Relaksasi (I.09326) S : Klien mengatakan mera
(D.0080) Observasi : khawatir dengan kondisi
1. Mengidentifikasi kehamilan saat ini
penurunan tingkat energy, O :
ketidakmampuan - Teknik relaksasi
berkonsentrasi, atau gejala distraksi dan napas
lain yang menganggu dalam telah diajarkan.
kemampuan kognitif - Klien tampak tenang dn
2. Memonitor respon rileks
tubuh terhadap relaksasi

Halaman 23 /
4
Terapeutik : A : Masalah teratasi sebagian
1. Menciptakan P : Pertahankan intervensi
lingkungan yang tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang yang nyaman, jika
memungkinkan
2. Mengunakan
pakaian longgar
Edukasi :
1. Menganjurkan
mengambil posisi yang
nyaman anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi

Halaman 24 /
4
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS

 Data di ambil tanggal : Jam :


 Ruang Rawat / Kls : Dx. Medis :
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Nama Suami :
2. Umur : Umur :
3. Suku : Suku :
4. Agama : Agama :
5. Pendidikan : Pendidikan :
6. Pekerjaan : Pekerjaan :
7. Alamat : Alamat :
8. Status Perkawinan :

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Riwayat Keperawatan Sekarang :
a) Keluhan Utama :
b) Riwayat Penyakit saat ini :
c) Riwayat Keperawatan Sebelumnya :
2. Riwayat Kesehatan yang Lalu :
3. Penyakit yang pernah diderita :
 Operasi :
 Ya Tahun: Jenis Operasi:
 Tidak
 Alergi :
 Ya
 Tidak Jenis :

III. RIWAYAT OBSTETRI


IBU HAMIL:
1. Riwayat Menstruasi :
a) Menarche :
 Umur :
 Siklus : teratur (.) tidak ( )
 Banyaknya : /hari
 Lamanya :

2. HPHT (Hari Pertama Haid Terkahir) :


Halaman 25 /
4
a) Keluhan :
b) Taksira Partus :
c) Usia Kehamilan :

3. Pemeriksaan Kehamilan :
a) Leopold I :
b) Leopold II :
c) Leopold IV :

4. Perdarahan : ( ) Ada ( ) Tidak

IBU PRANATAL

5. Pembukaan Jalan Lahir : cm


6. HIS (kontraksi Uterus) : x/ menit Jam :
7. Perdarahan
a) Kala I :
b) Kala II :
c) Kala III :
d) Kala IV :

IBU POSTNATAL

8. Perdarahan : Banyaknya ganti pembalut x/ hari


9. Lochia : : ( ) Rubra ( ) Serusa ( ) ( ) Alba
10. Afterpain (nyeri alihan) : Skala Nyeri :
11. Luka perineum : ( ) Basah ( ) Kering ( ) Kotor ( ) Bersih
12. Payudara :
a) Pengeluaran ASI : Ada ( ) Tidak ( )
b) Pengeluaran Clostrum : Ada ( ) Tidak ( )
c) Putting : ( ) Datar Normal ( ) ( ) Masuk Kedalam
( ) Lecet ( ) Bengkak ( ) Abces

13. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :

Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak


No. Thn Umur Penyulit Jenis Penolong Penyakit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB PB
kelumin Kelamin

Halaman 26 /
4
14. Riwayat Keluarga Berencana
a) Melaksanakan KB : ( ) Ya ( ) Tidak
b) Bila ya, jenis kotrasepsi apa yang digunakan :
c) Sejk apan menggunakan kontrasepsi :
d) Masalah yang terjadi :
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :
 Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :
 ( ) Ada Jenis : (-) Tidak
 Lingkungan rumah dan komunitas :
 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
 Merokok Jenis : tidak jumlah / hari :
 Minuman keras jenis : tidak
 Lain- lain :

V. STATUS CAIRAN DAN NUTRISI


a) Nafsu Makan :
( ) Baik
( ) Mual
(-) Menurun
( ) Muntah

b) Pola Makan / Minum :


( ) 2 x / hari
( ) ˃ 3 x / hari
(-) 3 x / hari

c) Minum Jenis :
Jumalh : 1500 ml/hari

d) Pantangan makanan :
( ) Ya, Jenis :
(-) Tidak

e) Kesulitan menelan : ( ) Ya (-) Tidak

f) Menu makanan / diet sekarang : tidak ada

g) Keluhan Lain : tidak ada

Halaman 27 /
4
VI. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum : ( ) Tampak Sehat
(-) Lemah
( ) Bersih
( ) Kotor
b) Tanda Vital :
 Tensi : 150/110 mmHg
 Suhu : 37 C
 Nadi : 120x/menit
 Respirasi : 26x/menit

c) System Respirasi / Pernafasan


 Bentuk dada :
(-) Normal
( ) Tidak
Jenis :
 Pola Nafas
 Irama : (-) Teratur ( ) Tidak Teratur
 Jenis : ( ) Dispneu
( ) Kuszmaul
( ) Cheyne Stokes
( ) Tachipnea
( ) Lain- lain
 Alat bantu nafas : ( ) Ya : ltr/m Tidak :
 Jenis: (-) Nasal ( ) Masker ( ) Respirator
 Keluhan :
 Batuk : ( ) Produktif ( ) Non-Produktif
Warna :
Konsistensi :
Jumlah :
 Sesak : ( ) Dispneu
 Nyeri :
 Pada saat :
 Sifat :
 Kualitas Nyeri :
 Reffred :

 Suara pernafasan : (-) Vesikuler ( ) Ronchi ( ) Weezing


Halaman 28 /
4
Lain-lain :

d) System Kardiovaskuler
 Nyeri dada : ( ) Ya (-) Tidak
 Irama jantung : (-) teratur ( ) ireguler
 Cyanosis : ( ) Ya (-) Tidak
 Clubbing finger : ) Ada (-) Tidak
 Lain-lain : -

e) System Persyarafan
 Keasadaran :
 GCS : Eyes :
Verbal :
Motoric :
 Nyeri kepala : ( ) Ada ( ) Tidak
 Istirahat/tidur : siang jam/ hari malam jam/hari
 Gangguan tidur : ( ) Ada tidak ( )
 Jenis gangguan: ( ) somnambulisme ( ) insomnia
( ) sleep apnea ( ) nocturnal

f) System genitourinaria/ perkemihan


 Bentuk alat kelamin :
 Libido : kemauan :
Kemampuan :
 Kebersihan :
 Keputihan :
 Frekuensi berkemih :
 Jumlah :
 Bau :
 Warna :
 Tempat yang biasa di gunakan :

g) Pencernaan
 Mulut :
 Mukosa:
 Bibir :
 Lidah :

Halaman 29 /
4
 Gigi :
 Kebiasaan gosok gigi:
 Tenggorokkan:
 Tidak ada kesulitan
 Kemerahan
 Pembesaran tonsil
 Kesulitan menelan
 Abdomen
 Asites
 Peristaltic / menit
 Nyeri tekan
 Tegang kembung
 Kebiasaan BAB
 Teratur x/ hari tidak teratur x/ hari
 Masalah eliminasi
 Obstipasi
 Konstipasi
 Diare
 Fecal impanction
 Pemakaian obat pencahar : ( ) Ya ( ) Tidak
 Mual/ muntah : ( ) Ya ( ) Tidak

h) Musculoskeletal dan integument


 Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai
ROM : ( ) Bebas ( ) terbatas
 Fraktur :
 Disklokasi :

 Kulit : Ikterik
Pucat
Basah
Hyperpikmentasi
Kering
Vitilingo
 Turgor : ( ) Baik ( ) kurang ( ) jelek
 Kelembaban : ( ) kering \9 0 kurang ( ) jelek
 Oedema: ( ) Ada, Lokasi
 Kebersihan kulit : ( ) bersih ( ) kotor
Halaman 30 /
4
 Lain –lain : ( ) nyeri sendi ( ) nyri pinggang ( ) kaku sendi

i) Penginderaan
 Mata :
 Reflek cahaya: ( ) positif ( ) negative
 Konjungtiva: ( ) pucat ( ) merah ( ) merah muda
 Sclera : ( ) putih ( ) ikterik
 Palpebral : ( ) oedema ( ) tidak
 Pergerakkan bola mata : ( ) normal ( ) tidak normal
 Strabismus: ( ) ada ( ) tidak
 Ketajaman penglihatan : ( ) normal ( ) diplopia
 Alat bantu: ( ) kacamata ( ) kontak lens
 Lain-lain: ( ) katarak ( ) glaucoma

j) Hidung
 ( ) normal ( ) epistakis ( ) beringus
 Mukosa : ( ) pucat ( ) oedema
 Secret : ( ) jernih ( ) purulent
 Ketajaman penciuman : ( ) normal ( ) tidak
 Kelainan lain:
 Telinga :
 Bentuk:
 Keluhan:
 Ketajaman pendengaran
 Alat bantu:
 Kelainan lain:

k) Endokrin
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Pembesaran kelenjar parotis
 Penurunan BB:
 Polidipsi:
 Polifagia:
 Poliuri:
 Luka gangrene:
o Pus:
o Bau:
o Lokasi:

VII. DATA PSIKOSOSIAL


Halaman 31 /
4
a) Gambaran diri/ citra diri:
o Bagian tubuh yang disukai:
o Bagian tubuh yang kurang disukai:
o Persepsi ibu tentang keadaannya:

b) Identtias:
o Kepuasan pasien terhadap jenis kelaminnya:
o Kepuasan pasien dengan jenis kelamin bayinya:

c) Peran:
o Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari—hari?
o Tnggapan pasien terhadap perannya:
o Kemampuan/kesanggupan pasien melaksanakan perannya sebagai ibu/istri:
o Keputusan pasien dalam melaksanakan perannya:

d) Ideal diri
o Harapan pasien terhadap:
 Tubuhnya:
 Posisi (dalam pekerjaan):
 Status (dalam keluarga):
 Tugas/ pekerjaan:
 Harapan pasien terhadap suaminya:
 Harapan pasien terhadap bayinya:
 Harapan pasien dari tenaga kesehatan terhadap keadaan yang sementara:

e) Ideal diri:
o Tanggapan pasien terhadap harga diirnya:

f) Data sosial
o Hubungan pasien dengan keluarga:
o Hubungan dengan pasien lain:
o Dukungan kelurga terhadap pasien:
Halaman 32 /
4
Manado, 12 Februari 2021

Mahasiswa

Shera Amalia Sausabung

NIM: 7114 30117039

SOP PERDARAHAN ANTE-PARTUM

1. Pengertian Perdarahan Ante-partum adalah pendarahan pervaginam


pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih dengan diagnosis
banding seperti solusio plasenta, plasenta previa dan vasa
previa.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah


untuk penanganan perdarahan ante-partum

3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala UPT Puskesmas No 2017

Tentang

4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.

2. Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.

3. Buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Halaman 33 /
4
Kesehatan Dasar dan Rujukan.

5. Prosedur 1. ALAT dan BAHAN :

1. Stetoskop

2. Tensimeter

3. termometer

4. Doppler

5. Kapas DTT

6. Spekulum vagina

7. SarungTangansteril

8. Rekammedis

9. Alattulis

6. Langkah-Langkah 1. Pasien dating diterima oleh Dokter / Bidan di kamar


bersalin.

2. Dokter / Bidan melakukan inform consent.

3. Dokter / Bidan melakuan anamnesis riwayat penyakit


sekarang, seperti :

 Perdarahan per vaginam pada usia 20 minggu atau


lebih.

 Perdarahan spontan tanpa aktivitas atau trauma


padadaerah abdomen.

 Nyeri atau tanpa nyeri akibat kontraksi uterus.

 Beberapa faktor predisposisi :

- Riwayat solusio plasenta.

- Perokok.

- Hipertensi.

- Multiparitas.

4. Dokter / Bidan melakukan pemeriksaan fisik meliputi


pemeriksaan generalis serta pemeriksaan obstetric,
seperti :

 PemeriksaanGeneralis :

Halaman 34 /
4
- Pemeriksaan Tanda – tanda vital meliputi
kesadaran, suhu, nadi, tekanan darah dan
frekuensi napas

- Pemeriksaan menyeluruh dari kepala hingga


kaki secara cepat

 PemeriksaanObstetri :

- Periksa luar

Menentukan bagian terbawah janin,

Halaman 35 /
4
menentukan letak janin ada kelainan atau tidak dan
mengukur DJJ dengan doppler.

- Periksa dalam (inspekulo)

Menentukan sumber perdarahan, apakah perdarahan berasal


dari dalam ostium uteri atau hanya perdarahan yang berasal
dari servix atau dinding vagina, serta menentukan jumlah
perdarahannya.

5. Dokter/ Bidan melakukan penegakkan diagnosis


dengan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

6. Dokter / Bidan melakukan penatalaksanaan, antara lain


:

 Bila didapatkan ada tanda – tanda syok seperti


akral dingin dan pucat, nadi> 100x/menit teraba
lemah dan tekanan darah sistolik< 90 mmhg maka
hendaknya segera dilakukan stabilisasi keadaan
umum sebelum pasien di rujuk kerumah sakit,
dengan cara :

- Pemberian oksigen nasal kanul 2 – 3 Liter /


menit.

- Lakukan pemasangan infus 2 jalur intravena


dengan menggunakan ringer laktat atau NaCl
0,9% dengan dosis loading secepatnya
(kecepatan 1 L dalam 15 – 20 menit), dapat
diulang kembali sampai maksimal 3 L dalam

2 – 3 jam apabila keadaan pasien tidak membaik.

- Lakukan pemasangan kateter untuk memantau


urine output.

 Bila didapatkan tanda – tanda inpartu seperti


cairan lender bercampur darah dan kontraksi
uterus minimal terjadi 2 kali dalam 10 menit serta
kehamilan lebih dari 37 minggu, lanjutkan dengan
tatalaksana persalinan normal, kecuali pada pasien
plasenta previa dan vasa previa. Jika kehamilan
kurang dari 37 minggu sebaiknya pasien dirujukke
rumah sakit.

 Bila tidak didapatkan tanda – tanda inpartu


pikirkan perdarahan ante-partum dan segera
lakukan pemasangan infuse intravena lalu
kemudian rujuk pasien kerumah sakit. Pada
plasenta previa tidak disarankan untuk periksa
dalam.

7. Dokter / Bidan mendokumentasikan identitas pasien,


hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, dan terapi
yang diberikan kepada Pasien di dalam rekam medis.

8. Pasien di rujuk kerumah saki tuntuk penanganan lebih


lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.


Jakarta: DPP PPNI (2018)

https://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-pada-pasien-
perdarahan-antepartum/ (diakses 12 Maret 2015)

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk.Pendidikan Bidan


Edisi 2. Jakarta: EGC.
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan

Anda mungkin juga menyukai