Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GAWATDARURAT PERDARAHAN ANTEPARTUM

KELOMPOK 4
ADITIO EKAPUTRA SUDJIATMORO
JUANDA PRISILYA PESIK
KEYSE JONATHAN OROH
TIAAFIKA GONIBALA
TRIVENA DEBORA
VENIDORA AGAPA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


2021
Perdarahan Antepartum
 Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba,
2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada akhir usia kehamilan

 Jenis-jenis Perdarahan Antepartum


1. Plasenta Previa
 Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).

 Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-ari
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta atau ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat
pada pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
 Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu jelas.
Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum menerima
implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari
untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau belum
jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne menekankan
bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
1) Umur dan Paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di
bawah 25 tahun.
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas
kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda
dimana endometrium masih belum matang.
2) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).

 Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga,
akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka.
Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah
rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)

 Tanda dan Gejala


Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan
tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya
tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering
terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu
karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna
merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari
dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan
pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005).

2. Solusio Plasenta
 Pengertian Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat perlekatannya
yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2006).

 Klasifikasi Solusio Plasenta


Menurut derajat lepasnya plasenta
1) Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat perletakannya.
2) Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatannya
3) Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.

 Etiologi Solusio Plasenta


Penyebab Solusio Plasenta adalah
1) Trauma langsung terhadap Ibu hamil
a) Terjatuh trauma tertelungkup
b) Tendangan anak yang sedang digendong
c) Atau trauma langsung lainnya
2) Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan :
a) Setelah versi luar
b) Setelah memecahkan air ketuban
c) Persalinan anak kedua hamil kembar
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil tua
b) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
c) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
d) Tekanan vena kava inferior yang tinggi
e) Kekurangan asam folik
(Manuaba, 2010).
  Patofisiologi Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.

Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi
diantara serabut otot rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding rahim. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan
darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin
hebat terjadinya komplikasi (Manuaba, 2010).

 Frekuensi Solusio Plasenta


Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan (Winkjosastro, 2005).

 Tanda dan Gejala Solusio Plasenta


Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-
tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan
akhirnya berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.

 Diagnosis Solusio Plasenta


Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan perdarahan
disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim.

 Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan
lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.

 Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio plasenta,
pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi, pemeriksaan dalam serta
ditunjang dengan pemeriksaan ultrasonogravi.

 Komplikasi Solusio Plasenta


1) Komplikasi langsung.
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik.
2) Komplikasi tidak langsung
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang
menyebabkan tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan organ seperti
hati, hipofisis dan lain-lain (Mochtar, 2003).

 Prognosis Solusio Plasenta


1) Terhadap Ibu
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, toksemia
gravidarum, kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.
2) Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
solusio plasenta. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari pelepasan plasenta, bila yang
terlepas lebih dari sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak 100% selain itu juga
tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.
3) Terhadap Kehamilan Berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta yang lebih
hebat dengan persalinan prematur (Mochtar, 2011).

 Penanganan Solusio Plasenta


1) Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian persalinan berlangsung
spontan. Sambil menunggu berhentinya perdarahan kita berikan suntikan morfin
subkutan, stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta
transfusi darah.
2) Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera
dilahirkan dan pedarahan berhenti.
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat
bersalin secara normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan pembukaan belum
lengkap, gawat janin tetapi persalinan normal tidak dapat dilaksanakan dengan segera,
persiapan untuk seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi
rahim dan observasi ketat kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembukaan
lengkap dan bagian terendah didasar panggul, janin telah meninggal dan pembukaan >
2 cm (Saifuddin, 2006).
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA Ny.U DENGAN PERDARAHAN
ANTEPARTUM, PLASENTA PREVIA TOTALIS

I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama  : Ny U
2. Tempat/tgl lahir/umur : Bumiayu/ 24 Januari 1968/ 41 tahun
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan   : Menikah
5. Pendidikan terakhir  : SMA
6. Pekerjaan  : Ibu rumah tangga
7. Alamat  : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu
8. Suku Bangsa  : Jawa
9. Diagnosa Medis  : Perdarahan antepartum, plasenta previa totalis.
10. Nomor RM/CM  : 772552
11. Tanggal Masuk RS  : 1 Maret 2015
12. Tanggal/jam pengkajian  : 2 Maret 2015/ 10.00 WIB

II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama:
Perdarahan saat kehamilan
2. Riwayat kesehatan sekarang:
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1 Maret
2015, G3P2A0 dengan plasena previa totalis. rembesan air tidak ada, perdarahan
pervaginam bergumpal sejak tanggal 1 Maret 2015 jam 01.30 .
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, DM.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi tercukupi.
2. TTV: suhu 37,1  0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20 x/mnt.
3. Pemeriksaan head to to:
a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi
rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor
karena selama masuk RS klien belum pernah keramas.
b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahayanormal,
konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak
ada kemerahan.
c. Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada.
d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi
pendengaran normal.
e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat
bicara secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak
ada.
f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
g. Tengkuk: kaku kuduk tidak ada.
h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan
nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara
ronkhi dan wezing tidak ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas
jantung dan paru  perkusi paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas,
auskultasi suara paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1  > S2, irama jantung
reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih,
aerola terjadi peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrumbelum keluar,
konsistnsi/massa tidak ada, putting: menonjol.
j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik
usus normal yaitu 12 x/mnt.
k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal.
l. Panggul: normal
m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada,
kebersihan bersih, condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolinitidak ada.
n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak
ada.
o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edemabagian
kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan
refleks patologis negatif, turgor kulit baik (<>
4. Pemeriksaan khusus obstetrik:
Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil:
a. Tampak janin tunggal hidup intrauteri
b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran
hipoekoik diantaranya.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, urobilin, bilirubin)
Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan.
2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi)
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL)
2) Leukosit = 8.000 / µL (5.000-10.000 / µL)
3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
4) Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)
5) Trombosit = 179.000 / µL (150.000-400.000 / µL)
6) MCV = 77,8 fl (80-97 fl)
7) MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr)
8) MCHC = 32,4 % (31-36 %)
b. Pemeriksaan hitung jenis
1) Basofil = 0 % (0-1 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)
3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
1) PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk)
2) APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk)
V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
2. Konservatif s/d aterm
3. Histolan tab 3x1
4. Dexametason 2x6 mg (2 hari)
5. Diit biasa
VI. PERSIAPAN PERSALINAN
 Senam hamil:
Tidak dilakukan.
 Rencana tempat melahirkan:
Klien berencana melahirkan di RS.
 Perlengkapan kebutuhan bayi:
Sudah dipersiapkan tetapi baru sedikit.
 Kesiapan mental ibu dan keluarga:
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien
sudah pernah melahirkan 2x.
 Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan:
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di
bagian perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat
akan melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh
perawat RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan
pengaturan napas pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara
menangani nyeri pada saat persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi
nyeeri saat persalinan yaitu klien diberikan obat.
 Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan
perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.
Analisa data :
No DATA ETIOLOGI MASLAH
1. DS : klien mengangatakan sering Plasenta Previa Resiko cedera pada
terjadi pendarahan pada saat janin
masa kehamilannnya sekarang
ini Lasersi plasenta
DO : -

Kelainana letak plasenta dan


janin

Pendarhan terus menrus

Berisiko melahirkan

Terminasi kehamilan

Kelahiran premature

Resiko cedera pada janin


2. DS : klien mengatakan takut Plasenta previa Ansietas
akan penyakitnya tersebut
DO : - klien tampak gelisah
Adanya perdarahan yang
cukup pasiv secara berkala

Munculnya ketauan /
kecemasn akibat perdarahn

Ansietas
Diagnose Keperawatan :
1. klien mengangatakan sering terjadi pendarahan pada saat masa kehamilannnya
sekarang ini
2. klien mengatakan takut akan penyakitnya tersebut b.d klien tampak gelisah
INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 (D.0138)Resiko Cedera (L.14136) Tingkat Cedera Menurun (I.14537) Pencegahan Cedera
Pada Janin Kriteria hasil: Observasi :
1. Ketegangan otot menurun - Identifikasi area lingkungan
Resiko cedera pada janin
2. Perdarahan menurun yang berpotensi
berhubungan dengan
3. Tekanan darah membaik menyebabkan cedera
dihubungkan dengan
4. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi obat yang
5. Pola tidur membaik berpotensi menyebabkan
cedera
- Identifikasi kesesuaian alas
kaki atau stoking elastis pada
ekstermitas bawah
Teraupetik :
- Sediakan pencahayaan yang
memadai
- Gunakan lampu tidur selama
jam tidur
- Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis.penggunaan
telepon, tampat tidur,
penerangan ruangan dan
lokasi kamar mandi)
- Gunakan alas lantai jika
berisiko mengalami cedera
serius
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan pispot atau urinal
untuk eliminasi di tempat
tidur, jika perlu
- Pastikan bel panggilan atau
telepon mudah di jangkau
- Pastikan barang-barang
pribadi mudah di jangkau
- Pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saat
digunakan
- Pastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam kondisi
terkunci
- Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan kesehatan
- Pertimbangkan penggunaan
alam elektronik pribadi atau
dalam sensor pada tempat
tidur atau kursi
- Diskusikan mengenai latihan
dan terapi fisik yang
diperlukan
- Diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesuai
(mis. Tongkat atau alat bantu
jalan)
- Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jauh ke pasien
dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit
sebelum berdiri

2 (D.0056) Ansietas (L.09093)Tingkat Ansietas Menurun (I.09326)Terapi Relaksaksi


berhubungan dengan Kriteria hasil : Observasi :
dihubungkan dengan 1. Verbalisasi kebingungan  Identifikasi penurunan tingkat
Menurun energi, ketidakmampuan
2. Perilaku gelisah Menurun berkonsentrasi atau gejala
3. Keluhan pusing Menurun lain yang menggangu
4. Pola tidur Membaik kemampuan kognitif
5. Frekuensi Pernapasan Membaik  Identifikasi teknik relaksaksi
yang pernah efektif
digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
 Monitor respons terhadap
terapi relaksasi

Terapeutik :
 Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksaksi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
 Gunakan relaksaksi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai

Edukasi :
 Jelaskan tujuan , manfaat
batasan, dan jenis relaksaksi
yang tersedia(mis. Musik,
meditasi, napas dalam,
relaksaksi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksaksi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil posisi
nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksaksi
 Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
 Demostrasikan dan latih
teknik relaksaksi (mis. Napas
dalam, pergangan, atau
imajinasi terbimbing)
Implementasi :

No Diagnose Tanggal/ Implementasi Evaluasi


keperawatan Jam
1. klien Observasi : S : klien
mengangatakan mengangatakan sering
- Identifikasi area
sering terjadi terjadi pendarahan pada
pendarahan pada lingkungan yang saat masa
saat masa kehamilannnya
berpotensi
kehamilannnya sekarang ini
sekarang ini menyebabkan cedera O : nyeri sering hilang
dan timbul
- Identifikasi obat yang
A : masalah belum
berpotensi teratasi
P : lanjutkan interfensi
menyebabkan cedera
- Identifikasi kesesuaian
alas kaki atau stoking
elastis pada ekstermitas
bawah
Teraupetik :
- Sediakan pencahayaan
yang memadai
- Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang
rawat (mis.penggunaan
telepon, tampat tidur,
penerangan ruangan
dan lokasi kamar
mandi)
- Gunakan alas lantai
jika berisiko
mengalami cedera
serius
- Sediakan alas kaki
antislip
- Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi
di tempat tidur, jika
perlu
- Pastikan bel panggilan
atau telepon mudah di
jangkau
- Pastikan barang-barang
pribadi mudah di
jangkau
- Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat
digunakan
- Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
- Pertimbangkan
penggunaan alam
elektronik pribadi atau
dalam sensor pada
tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas
yang sesuai (mis.
Tongkat atau alat bantu
jalan)
- Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jauh ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
dan duduk selama
beberapa menit
sebelum berdiri
2. klien mengatakan Observasi : S : klien mengatakan
takut akan masih sulit beraktivitas
 Identifikasi penurunan
penyakitnya O : melakukan relakasi
tersebut tingkat energi, napsa dalam
berhubudan A : masalah belem
ketidakmampuan
dengan klien teratasi
tampak gelisah berkonsentrasi atau P : lanjutkan interfensi
gejala lain yang
menggangu
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik
relaksaksi yang pernah
efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
 Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
 Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksaksi
 Gunakan pakaian
longgar
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksaksi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi :
 Jelaskan tujuan ,
manfaat batasan, dan
jenis relaksaksi yang
tersedia(mis. Musik,
meditasi, napas dalam,
relaksaksi otot
progresif)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksaksi
yang dipilih
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksaksi
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
- Demostrasikan dan
latih teknik relaksaksi
(mis. Napas dalam,
pergangan, atau
imajinasi terbimbing)
No Diagnose Tanggal/ Implementasi Evaluasi
keperawatan Jam
1. klien Observasi : S:-
mengangatakan O : masih terasa nyeri
- Identifikasi area
sering terjadi A : maslsh belum
pendarahan pada lingkungan yang teratasi
saat masa P : lanjutkan interfensi
berpotensi
kehamilannnya
sekarang ini menyebabkan cedera
- Identifikasi obat yang
berpotensi
menyebabkan cedera
- Identifikasi kesesuaian
alas kaki atau stoking
elastis pada ekstermitas
bawah
Teraupetik :
- Sediakan pencahayaan
yang memadai
- Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien
dan keluarga dengan
lingkungan ruang
rawat (mis.penggunaan
telepon, tampat tidur,
penerangan ruangan
dan lokasi kamar
mandi)
- Gunakan alas lantai
jika berisiko
mengalami cedera
serius
- Sediakan alas kaki
antislip
- Sediakan pispot atau
urinal untuk eliminasi
di tempat tidur, jika
perlu
- Pastikan bel panggilan
atau telepon mudah di
jangkau
- Pastikan barang-barang
pribadi mudah di
jangkau
- Pertahankan posisi
tempat tidur di posisi
terendah saat
digunakan
- Pastikan roda tempat
tidur atau kursi roda
dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai
dengan kebijakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
- Pertimbangkan
penggunaan alam
elektronik pribadi atau
dalam sensor pada
tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- Diskusikan mengenai
alat bantu mobilitas
yang sesuai (mis.
Tongkat atau alat bantu
jalan)
- Diskusikan bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jauh ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
dan duduk selama
beberapa menit
sebelum berdiri
2. klien mengatakan Observasi : S:-
takut akan O : melakukan aktivitas
 Identifikasi penurunan
penyakitnya secara bertahap
tersebut tingkat energi, A : masalah belum
berhubudan teratasi
ketidakmampuan
dengan klien P : lanjutkan interfensi
tampak gelisah berkonsentrasi atau
gejala lain yang
menggangu
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik
relaksaksi yang pernah
efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
 Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
 Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
 Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksaksi
 Gunakan pakaian
longgar
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
 Gunakan relaksaksi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi :
 Jelaskan tujuan ,
manfaat batasan, dan
jenis relaksaksi yang
tersedia(mis. Musik,
meditasi, napas dalam,
relaksaksi otot
progresif)
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksaksi
yang dipilih
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksaksi
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
- Demostrasikan dan
latih teknik relaksaksi
(mis. Napas dalam,
pergangan, atau
imajinasi terbimbing)

Anda mungkin juga menyukai