Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN RESUME PADA NY.

H DI RUANG PONEK
POLEWALI MANDAR

NAMA : SITTI SUHDA

NIM : PO.76.3.01.18.1.021

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

……………………… ……………………….

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAMUJU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021
1. Pengertian
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dilakukan
secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap
(Elisabeth dkk, 2016).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (JNPK-KR, 2014).

2. Fisiologi
a. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar.Darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran,
ketika serviks mendatar dan membuka. Kala 1 persalinan dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai
pembukaan lengkap (10cm).Persalinan kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu
fase laten dan fase aktif.
1) Fase Laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan kurang dari 4 cm, berlangsung dalam
waktu 7-8 jam.
2) Fase Aktif (pembukaan serviks 4-10 cm)
Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan 3
menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida,ostium uteri internum akan membuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian
ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran seviks terjadi dalam
waktu yang lama.
d) Perubahan fisiologis pada kala I
1) Tekanan Darah
2) Metabolisme
3) Suhu Tubuh
4) Detak Jantung
5) Pernapasan
6) Ginjal
7) Gastrointestinal
8) Hematologi.
9) Kontraksi uterus
10) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
11) Perkembangan retraksi ring
12) Penarikan serviks
13) Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri externa
14) Show
15) Tonjolan kantong ketuban
16) Pemecahan kantong ketubanc.
Perubahan psikologis pada kala I
1) Perasaan tidak enak
2) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi3) Sering
memikirkan apakah persalinan brjalan normal
3) Menganggap persalinan sebagai percobaan
4) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya
5) Apakah bayinya normal atau tidak
6) Apakah ia sanggup merawat bayinya
7) Ibu merasa cemas. (Elisabeth dkk, 2016)
b. Kala II ( kala pengeluaran janin )
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipira berlangsung
selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
1) Tanda dan Gejala Kala II adalah :
a) His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit.
b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
d) Perineum terlihat menonjol.
e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
2) Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukan:
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3) Perubahan fisiologis pada kala II
a) Kontraksi uterus
b) Perubahan – perubahan uterus
c) Perubahan pada serviks
d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
e) Perubahan sistem reproduksi
f) Perubahan tekanan darah
g) Perubahan metabolisme
h) Perubahan suhu
i) Perubahan denyut nadi
j) Perubahan pernapasan
k) Perubahan pada ginjal
l) Perubahan pada saluran cerna
m) Perubahan hematologi
4) Perubahan psikologis persalinan kala II
Perubahan psikologis keseluruhan wanita yang sedang mengalami
persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan
antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadaoi persalinan,
dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain,
keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut
beradadan apakah bayi yang ia kandung merupakan bayi yang ia
inginkan atau tidak. Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh
seseorang wanita di lingkungan tempat melahirkan, termasuk dari
mereka yang mendampinginya, sangat memengaruhi aspek
psikologinya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi
timbul juga pada saaat nyerinya timbul secara berkelanjutan.
c. Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi danberakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung dalam 6 menit - 15 menit setelah bayi lahir.
Tanda–tanda pelepasan plasenta:
1) Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri
2) Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/ vulva
3) Adanya semburan darah secara tiba–tiba
d. Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut.
a) Pemantauan dan evaluasi lanjut pada kala IV
a) Tanda vital
b) Kontraksi uterus
c) Lochea
d) Kandung kemih
e) Perineum
f) Perkiraan darah yang hilang
Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 500 cc. Kala IV
berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi
fundus,kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan
kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau
kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan pasca
persalinan (Elisabeth dkk, 2016).

Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh seseorang wanita di


lingkungan tempat melahirkan, termasuk dari mereka yang
mendampinginya, sangat memengaruhi aspek psikologinya pada saat
kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat
nyerinya timbul secara berkelanjutan.

3. Penyebab Terjadinya Persalinan


Terjadinya persalinan disebabkan oleh beberapa teori sebagai berikut:
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot
polos polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun
b. Teori penuan plasenta
Tuannya plasenta menyebabkan menurunnya kadar entrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang servik terletak ganglion servikal (fleksus frankenhauser) bila
ganglion ini geser dan ditekan akan timbul kontraksi (Widia, 2015).
4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Faktor passege (jalan lahir)
merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut
harus normal. Passege terdiri dari:
1) Bagian keras (tulang-tulang panggul)Tulang panggul tersusun atas
empat tulang, yakni 2 tulang pangkal paha (os coxae), 1 tulang
kelangkang (os sacrum) dan 1 tulang tungging (os cocygis) yang
dihubungkan oleh tiga sendi. Os coxae dibagi menjadi os. illium, os.
ischium, dan os. Pubis.
2) Bagian lunak (otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen pintu panggul)
Bidang-bidang hodge
Hodge 1 : Dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis
dan promontorium
Hodge 2 : Sejajar hodge 1 setinggi pinggir bawah simfisis
Hodge 3 : Sejajar hodge 1 dan 2 setinggi spina isdiadika kanan dan kiri
Hodge 4 : Sejajar hodge 1,2,3 setinggi os coccygis
b. Faktor Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar
(power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
His adalah kontraksi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempuna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih
kecil serta mendorong janin dan kantung amneon kearah segmen
bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
c. Faktor Passenger
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi
dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Postur janin dalam rahim:
1) Sikap (habitus)
Menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,
biasanya terhadap tulangpunggungnya. Janin umumnya dalam sikap
fleksi dimana kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi,
serta lengan bersilang didada.
2) Letak janin
Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap
sumbu ibu, misalnya letak lintang dimana sumbu janin sejajar dengan
sumbu panjang ibu ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
3) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi bokong, presentasi bahu dan
lain-lain.
4) Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu
ibu. Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK)
kiri depan, UUK kanan belakang(Widia, 2015).
5. Kemungkinan data fokus hasil wawacancara
a. Pengkajian
KALA I
a) Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.
b) Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji
riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan
lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah
melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi.
KALA II
a) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
b) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke
rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
c) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
d) respon perilaku (tingkat kecemasa
e) n, skala nyeri, kelelahan, keinginan mengedan, sikap ibu saat masuk
kala II, intensitas nyeri).
KALA III
a) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
b) kaji waktu pengeluaran plasenta,
c) kondisi selaput amnion,
d) Kotiledon lengkap atau tidak.
e) Kaji kontraksi/HIS,
f) kaji perilaku terhadap nyeri,
g) skala nyeri,
h) tingkat kelelahan,
i) keinginan untuk bonding attachment,
j) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
KALA IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan
darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per
vagina, intake cairan.

6. Kemungkinan data fokus hasil pemeriksaan fisik


KALA I
1) Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi tekanan
darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2) Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak kapan
dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat,
waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan
jumlahnya.
3) Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau pedoman
praktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
4) Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui
derajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput
ketuban masih utuh atau tidak, posisi bagian terendah janin.
5) Auskultasi DJJ.
KALA II
1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
2) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks, status
selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke rongga
panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi, relaksasi).
3) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
4) respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada
menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan. Interpretasi hasil yang
diperoleh:
a) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap normal.
b) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas.
KALA III
1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
2) Kaji waktu pengeluaran plasenta,
3) Kondisi selaput amnion,
4) Kotiledon lengkap atau tidak.
5) Kaji kontraksi/HIS,
6) Kaji perilaku terhadap nyeri,
7) Skala nyeri,
8) Tingkat kelelahan,
9) Keinginan untuk bonding attachment,
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
KALA IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu jam
pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan
darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per vagina,
intake cairan.

7. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada ibu bersalin dibagi ke dalam empat kala.
Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan (Manurung, 2011).
Berikut uraiannya satu per satu.
a. Pengkajian
KALA I
a) Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.
b) Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji
riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan
lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah
melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi.
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi
tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2) Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak
kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang
meningkat, waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh,
warna, dan jumlahnya.
3) Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau pedoman
praktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
4) Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks,
apakah selaput ketuban masih utuh atau tidak, posisi bagian
terendah janin.
5) Auskultasi DJJ.
KALA II
1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka). Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan
serviks, status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi
ke rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
2) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
3) respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).Nilai skor
APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit
kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan. Interpretasi hasil yang
diperoleh:
a) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
b) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction
atau pemberian oksigen untuk membantu bernafas.
KALA III
1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
2) Kaji waktu pengeluaran plasenta,
3) Kondisi selaput amnion,
4) Kotiledon lengkap atau tidak.
5) Kaji kontraksi/HIS,
6) Kaji perilaku terhadap nyeri,
7) Skala nyeri,
8) Tingkat kelelahan,
9) Keinginan untuk bonding attachment,
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
KALA IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan
darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per
vagina, intake cairan.

b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


KALA I
Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a) Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, penurunan kepala ke rongga
panggul, ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan
kesakitan, frekuensi HIS terus meningkat.
b) Defisit volume cairan b.d penurunan intake cairan, ditandai dengan:
balans yang tidak seimbang antara intake dan output, berkeringat,
mengeluh haus, pengeluaran cairan pervaginam (air ketuban, lendir dan
darah, mual muntah).
KALA II
Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, mekanisme pengeluaran janin,
ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan.
KALA III
Gangguan bonding attachment b.d. kurangnya fasilitasi dari petugas
kesehatan selama kala III, ditandai dengan: ibu menolak IMD, ibu lebih
terfokus pada nyeri yang dialami, kurangnya support dari petugas
kesehatan dan keluarga.
KALA IV
Risiko tinggi infeksi post partum b.d. luka perineum, ditandai dengan ibu
takut BAK, vesika urinaria penuh

c. Perencaaan Tujuan dan Kriteria Tujuan


KALA I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan
kala I, dengan kriteria: ibu tampak tenang diantara kontraksi, ekspresi
wajah rileks, ibu mampu mengontrol nyeri, kemajuan persalinan sesuai
dengan tahapan persalinan.
Intervensi:
1) Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan
teknik relaksasi (teknik pernafasan dalam), massage bokong 
rasional: teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat memblok
impuls nyeri dalam korteks serebral.
2) Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu
perubahan perubahan posisi, memenuhi kbutuhan dasar, perawatan
perineal)  rasional: pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan
hygiene menciptakan perasaan sejahtera.
3) Fasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin 
rasional: kehadiran suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi
stress dan meminimal intensitas nyeri HIS.
4) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam  rasional: kandung kemih
bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan mempengaruhi
penurunan janin.
Tujuan: klien menunjukkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi,
dengan kriteria: mukosa bibir tidak kering, klien tidak haus, tidak ada mual
muntah.
Intervensi:
1) Berikan cairan oral yang dapat ditoleransi oleh klien untuk memenuhi
hidrasi yang adekuat  rasional: kebutuhan cairan dapat terpenuhi
2) Pantau suhu, tiap 2 jam, observasi TTV ibu dan DJJ  rasional:
dehidrasi dapat meningkatkan suhu, TD, pernafasan, dan DJJ
3) Berikan cairan parenteral, sesuai indikasi  rasional: membantu
meningkatkan hidrasi dan dapat menyediakan kebutuhan elektrolit.
KALA II
Tujuan: ibu dapat beradaptasi dengan nyeri pada kala II, dengan
kriteria:ibu dapat mengedan dengan benar, ibu lebih tenang, ibu dapat
beristirahat diantara kontraksi.
Intervensi:
1) Berikan tindakan kenyamanan seperti massage daerah punggung 
rasional: meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
2) Ajarkan klien/ pasangan untuk mengatur upaya mengedan dengan
spontan, selama adanya kontraksi  rasional: kemampuan klien untuk
merasakan sensasi kontraksi, mengakibatkan proses mengejan efektif.
3) Bantu klien dalam memilih posisi optimal (seperti jongkok atau sim) 
rasional: posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal
mengoptimalkan upaya mengejan.
4) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam  rasional: kandung kemih
bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan mempengaruhi
penurunan janin.
KALA III
Tujuan: klien menunjukkan proses bonding attachment dapat berlangsung
dengan baik, dengan criteria: IMD berlangsung minimal 1 jam, ibu
berespon terhadap bayinya, adanya support dari keluarga dan petugas
kesehatan.
Intervensi:
1) Berikan informed consent terhadap keluarga dan ibu tentang
kesediaan penerapan IMD  rasional: informed consent sebagai unsur
legalitas, ibu menyetujui penerapan IMD.
2) Beri reinforcement pada ibu yang dapat menerapkan IMD sebagai awal
bonding attachment.
3) Kaji kondisi fisik BBL untuk pelaksanaan bonding attachment  rasional
bayi sehat sebagai salah satu indikasi pelaksanaan IMD.
KALA IV
Tujuan: klien dapat terhindar dari risiko puerperium, dengan criteria: lochea
berubah sesuai waktunya, TFU mengalami involusi secara progresif, cairan
pervaginam tidak berbau, suhu antara 36–37.
Intervensi:
1) Lakukan pinsip aseptis dan antiseptis setiap melaksanakan intervensi
keperawatan  rasional: infeksi dapat disebabkan infeksi nosokomial
dari petugas kesehatan.
2) Anjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut setiap basah 
rasional: untuk mengurangi kondisi lingkungan lembab dan basah
karena media baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kuman.
3) Berikan nutrisi tinggi kalori tinggi protein  rasional: penyembuhan luka
plasental bed di endometrium dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang baik.
4) Evaluasi/ukur TFU tiap hari  rasional: proses involusi uterus normal
jika terjadi penurunan 1 cm/ hari dan hari ke–7 uterus sudah tidak
teraba.
d. Perencanaan tindakan untuk masing-masing tujuan
KALA I
1) Membantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti
penggunaan teknik relaksasi (teknik pernafasan dalam), massage
bokong  rasional: teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat
memblok impuls nyeri dalam korteks serebral.
2) Memberikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu
perubahan perubahan posisi, memenuhi kbutuhan dasar, perawatan
perineal)  rasional: pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan
hygiene menciptakan perasaan sejahtera.
3) Memfasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin 
rasional: kehadiran suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi
stress dan meminimal intensitas nyeri HIS.
4) Menganjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam  rasional: kandung
kemih bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan
mempengaruhi penurunan janin.
KALA II
1) Memberikan cairan oral yang dapat ditoleransi oleh klien untuk
memenuhi hidrasi yang adekuat  rasional: kebutuhan cairan dapat
terpenuhi
2) Memantau suhu, tiap 2 jam, observasi TTV ibu dan DJJ  rasional:
dehidrasi dapat meningkatkan suhu, TD, pernafasan, dan DJJ
3) Memberikan cairan parenteral, sesuai indikasi  rasional: membantu
meningkatkan hidrasi dan dapat menyediakan kebutuhan elektrolit.
KALA III
1) Memberikan informed consent terhadap keluarga dan ibu tentang
kesediaan penerapan IMD  rasional: informed consent sebagai unsur
legalitas, ibu menyetujui penerapan IMD.
2) Memberi reinforcement pada ibu yang dapat menerapkan IMD sebagai
awal bonding attachment.
3) Mengkaji kondisi fisik BBL untuk pelaksanaan bonding attachment 
rasional bayi sehat sebagai salah satu indikasi pelaksanaan IMD.
KALA IV
1) Melakukan pinsip aseptis dan antiseptis setiap melaksanakan intervensi
keperawatan  rasional: infeksi dapat disebabkan infeksi nosokomial
dari petugas kesehatan.
2) Menganjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut setiap basah 
rasional: untuk mengurangi kondisi lingkungan lembab dan basah
karena media baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kuman.
3) Memberikan nutrisi tinggi kalori tinggi protein  rasional: penyembuhan
luka plasental bed di endometrium dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang
baik.
4) Mengevaluasi/ukur TFU tiap hari  rasional: proses involusi uterus
normal jika terjadi penurunan 1 cm/ hari dan hari ke–7 uterus sudah
tidak teraba.
DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR. 2014.Pelatihan klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Shofa, widia, 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal.Nuha medika

Tarelluan, J, dkk. 2013. Analisis Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal. Jurnal Ilmiah Bidan,

volume 1 nomer 1. ISSN : 2339-1731

Anda mungkin juga menyukai