Anda di halaman 1dari 23

Dosen Pengajar : ANNISA PURNAMASARI, S.Kep.,Ns.,M.

Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 3 (TIGA) TAHUN


DENGAN MENERAPKAN INTERVENSI
PROMOTIF,PREVENTIF,KURATIF DAN REHABILITATIF

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
J1 KEPERAWATAN

KHOFIFAH BALQIS S (P201701129)


SITI MARIATI (P201701005)
RINI (P201701006)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah keperawatan Gerontik ini. Atas dukungan
moral dan material yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
Ucapkan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada dosen dan teman-
teman yang banyak membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia 3 Tahun Dengan Menerapkan Intervensi
Promotif, Preventif, Kuratif, Dan Rehabilitatif”. Kami menyadari di dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal perbuatan.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 02 April 2021

(Kelompok 9)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep 1000 HPK..................................................................................... 3
B. Faktor Resiko Aspek Kesehatan Lingkungan ........................................... 7
C. Faktor Resiko Aspek Sosial Budaya ......................................................... 8
D. Konsep Status Gizi Anak Usia 3 Tahun.................................................... 9
E. Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia 3 (tiga) Tahun Dengan
Menerapkan Intervensi Promotif, Preventif & Rehabilitatif ..................... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran ......................................................................................................... 18
LAMPIRAN DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan periode sensitif


yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Periode
1000 HPK terhitung dari usia 0-24 bulan yang merupakan masa kritis dalam
pertumbuhan otak karena adanya peningkatan yang mencolok untuk
perkembangan sel-sel dalam otak yang sangat rentan terhadap kerusakan. Jika
pada saat ini anak menderita kekurangan gizi maka tidak dapat dijamin
perkembangan selanjutnya akan berjalan dengan normal.

Dampak kekurangan gizi kronik memiliki dampak jangka panjang dan


jangka pendek, jangka pendek menyebabkan anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara, gangguan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan
tubuh, dan gangguan sistem pembakaran, sedangkan dampak jangka panjang
yaitu penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan
pemusatan perhatian, penurunan rasa percaya diri, penyakit degeneratif seperti
diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.

Dampak dari status gizi buruk dan kurang (underweight) pada balita,
membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun mental, yang
selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. Status gizi pendek (stunting)
sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lamanya waktu
pendidikan dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa. Status gizi
kurus merupakan gabungan dari kurus dan sangat kurus (wasting) dapat
menurunkan kecerdasan, produktifitas dan kreatifitas yang sangat berpengaruh
pada kualitas sumber daya manusia.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep 1000 HPK?


2. Bagaimanakah Faktor Resiko Aspek Kesehatan Lingkungan ?

1
3. Bagaimanakah Faktor Resiko Aspek Sosial Budaya ?
4. Bagaimanakah Konsep Status Gizi Anak Usia 3 Tahun ?
5. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia 3 (tiga) Tahun
Dengan Menerapkan Intervensi Promotif, Preventif & Rehabilitatif ?

C. Manfaat
1. Untuk Mengetahui Konsep 1000 HPK
2. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Aspek Kesehatan Lingkungan
3. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Aspek Sosial Budaya
4. Untuk Mengetahui Konsep Status Gizi Anak Usia 3 Tahun
5. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia 3 (Tiga)
Tahun Dengan Menerapkan Intervensi Promotif, Preventif &
Rehabilitatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep 1000 HPK

1. Pengertian 1000 HPK

1000 HPK dimulai ketika janin masih berada dalam kandungan dan
berlanjut hingga anak berusia dua tahun. Mulai dari 270 hari dalam
kandungan ditambah dengan 730 hari pada usia 0-2 tahun.
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan suatu gerakan
percepatan perbaikan gizi yang diadopsi dari gerakan Scaling Up-
Nutrition (SUN) Movement. Gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN)
Movement merupakan suatu gerakan global di bawah koordinasi
Sekretaris Jenderal PBB. Tujuan global dari SUN Movement adalah
untuk menurunkan masalah gizi pada 1000 HPK yakni dari awal
kehamilan sampai usia 2 tahun. Di Indonesia, Gerakan scaling up
nutrition dikenal dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK)
dengan landasan berupa Peraturan Presiden (Perpres) nomor 42 tahun
2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Periode 1000
hari pertama sering disebut window of opportunities atau sering juga
disebut periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan bahwa
pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh
kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.
Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting. Jika pada
rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang optimal maka
penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal.
Status gizi pada 1000 HPK akan berpengaruh terhadap kualitas
kesehatan, intelektual, dan produktivitas pada masa yang akan datang.
Ibu dan bayi memerlukan gizi yang cukup dan berkualitas untuk
menjamin status gizi dan status kesehatan; kemampuan motorik, sosial,
dan kognitif; kemampuan belajar dan produktivitasnya pada masa yang

3
akan datang. Anak yang mengalami kekurangan gizi pada masa 1000
HPK akan mengalami masalah neurologis, penurunan kemampuan
belajar, peningkatan risiko drop out dari sekolah, penurunan
produktivitas dan kemampuan bekerja, penurunan pendapatan,
penurunan kemampuan menyediakan makananan yang bergizi dan
penurunan kemampuan mengasuh anak. Selanjutnya akan menghasilkan
penularan kurang gizi dan kemiskinan pada generasi selanjutnya
(USAID, 2014). Mempertimbangkan pentingnya gizi bagi 1000 HPK,
maka intervensi gizi pada 1000 HPK merupakan prioritas utama untuk
meningkatkan kualitas kehidupan generasi yang akan datang
(BAPPENAS,2012).
2. Faktor 1000 HPK
Seribu hari pertama kehidupan ( sejak masa konsepsi hingga seorang
berusia 2 tahun) merupakan momentum kritis yang akan menentukan
kualitas generasi masa depan suatu bangsa seribu hari terdiri dari 270 hari
selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan.
Adapun titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000 HPK
adalah sebagai berikut:
a. Periode dalam kandungan (280 hari)
Wanita hamil merupakan kelompok yang rawan gizi. Oleh sebab itu
penting untuk menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama kehamilan
agar ibu hamil dapat memperoleh dan mempertahankan status gizi yang
optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan
melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, serta
memperoleh energi yang cukup untuk menyusui kelak (Arisman, 2004).
Ibu hamil dengan status gizi kurang akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin, Kondisi status gizi kurang pada awal kehamilan dan
risiko KEK pada masa kehamilan, diikuti oleh penambahan berat badan
yang kurang selama kehamilan dapat menyebabkan ibu hamil tersebut
dapat menyebabkan peningkatan risiko keguguran, bayi lahir mati,

4
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, serta bayi lahir
dengan BBLR.
Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam
tubuh ibunya. Selama hamil atau menyusui seorang ibu harus menambah
jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan
pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayinya
serta untuk memproduksi ASI. Seorang ibu hamil harus berjuang
menjaga asupan nutrisinya agar pembentukan, pertumbuhan dan
perkembangan janinnya optimal. Idealnya, berat badan bayi saat
dilahirkan adalah tidak kurang dari 2500 gram, dan panjang badan bayi
tidak kurang dari 48 cm. Inilah alasan mengapa setiap bayi yang baru
saja lahir akan diukur berat dan panjang tubuhnya, dan dipantau terus
menerus terutama di periode emas pertumbuhannya, yaitu 0 sampai 2
tahun.
b. Periode 0-6 bulan (180 hari)
Ada dua hal pentting dalam periode ini yaitu melakukan inisiasi
menyusui dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusiif.
Inisiasi menyusui dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi baru
lahir untuk menyusu sendiri pada ibunya dalam satu jam pertama
kelahirannya. Dalam 1 jam kehidupan pertamanya setelah dilahirkan ke
dunia,pastikan mendapatkan kesempatan untuk melakukan inisiasi dini
(IMD). IMD adalah proses meletakkan bayi baaru lahir pada dada atau
perut sang ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri sumber air
susu ibu (ASI) dan menyusu sangat bermanfaat karena bayi akan
mendapatka kolostrum yang terdapat pada tetes ASI tidak hanya bagi
bayi, IMD juga sangat bermanfaat bagi ibu karena membantu
mempercepat proses pemulihan pasca persalinan, meskipun manfaatnya
begitu besar banyak ibu yang tidaak berhasil mendapatkan kesempatan
IMD,karena kurangnya pengetahuan dan dukungan dari lingkungan
(Kemenkes RI,2017)

5
Pemberian ASI setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa
pemberian makanan lain beberapa faktor yang menyebabkan terjadiinya
kegagalan pemberian ASI ekslusif antara lain karena kondisi bayi yaitu
berat badan lahir rendah (BBLR), kelainan kongenital, sedangkan faktor
dari kondisi ibu yaitu pembengkakan/abses payudara, cemas dan kurang
percaya diri, ibu kurang gizi, dan ibu ingin bekerja selain itu kegagalan
menyusui dapat disebabkan oleh ibu yang belum berpengalaman.
c. Periode 6-24 bulan (540 hari)
Mulai usia 6 bulan keatas, anak mulai diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) karena sejak usia ini, ASI saja tidak
mencukupi kebutuhan anak pengetahuan dalam pemberian MP-ASI
menjadi sangat penting mengingat banyak terjadi kesalahan dalam
praktek pemberiannya, seperti pemberian MPASI yang terlalu dini pada
bayi yang usianya kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan pencernaan atau diaare, sebaliknya penundaan pemberian MP-
ASI akan menghambat pertumbuhan bayi karena alergi dan zat-zat gizi
yang dihasilkan dari ASI tidak mencukupi kebutuhan lagi sehinggaa akan
menyebabkan kurang gizi.
Pada usia ini anak berada pada periode perumbuhan dan
perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi secara fisik mulai
aktif sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan
memperhitungkan aktivitas bayi/anak.
Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan secara
seimbang pada usia dini akan berpengeruh terhadap selera makan anak
selanjutnya, sehingga pengenalan kepada maakanan yang beranekaragam
pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi
makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakiin dtingkatkan, bayi mulai
diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk-pauk sumber protein hewani
dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber kalori. Demikian pula
juumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam jumlaah yang tidak

6
berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang (Kemenkes RI,
2014).
B. Faktor Resiko Aspek Kesehatan Lingkungan

Arah kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan adalah untuk


mempertinggi derajat kesehatan termasuk di dalamnya keadaan gizi. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita adalah diantaranya
kesehatan dan sanitasi lingkungan yang termasuk faktor tidak langsung, tetapi
juga ada faktor lain yang mempengaruhi status gizi. Sanitasi lingkungan
adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya.
Gangguan pertumbuhan linier atau stunting terjadi terutama dalam 2
sampai 3 tahun pertama kehidupan dan merupakan cerminan dari efek
interaksi antara kurangnya asupan energi dan asupan gizi dan infeksi. Hal ini
karena pada usia tersebut efek berat badan lahir terhadap stunting terbesar
pada usia 6 bulan awal, kemudian menurun hingga usia 2 tahun. Kebutuhan
gizi lebih besar dalam kaitannya dengan berat badan dibandingkan remaja
atau dewasa. Kebutuhan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan yang pesat
termasuk pertumbuhan pada masa remaja dengan demikian kesempatan untuk
terjadi pertumbuhan yang gagal lebih besar pada balita, karena pertumbuhan
lebih banyak terjadi.
Sanitasi lingkungan merupakan usaha pengendalian diri semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tubuh manusia. Oleh
sebab itu, masalah kesehatan lingkungan juga sangat perlu untuk
diperhatikan, karena lingkungan dapat menyebabkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya
serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah. Selain itu penyakit
berbasis lingkungan tersebut juga dapat timbul karena sanitasi dasar yang
tidak memenuhi syarat, sanitasi tempat-tempat umum dan pengelolahan
makanan yang tidak bersih. (Depkes RI,2010)

7
Penyebab timbulnya gizi kurang pada anak balita dapat dilihat beberapa
faktor penyebab diantaranya penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit infeksi
yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung diantaranya ketahanan
pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan serta
kesehatan lingkungan. Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan
dalam kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit karena,
pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga
kesehatannya.
Kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah salah satunya
ketersediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau
oleh setiap keluarga. Keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih
dan pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, penimbangan anak,
pendidikan kesehatan anak dan gizi, serta sarana kesehatan seperti posyandu,
puskesmas untuk memperkecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan
gizi selain kemampuan dalam menyerap makanan.

C. Faktor Resiko Aspek Sosial Budaya

Lingkungan sosial adalah lingkungan yang mencakup hubungan


kompleks antara faktor-faktor dan kondisi-kondisi budaya, faktor nilai, adat
istiadat, kepercayaan, agama, pendidikan, pekerjaan, kepadatan penduduk,
mobilitas dan sebagainya. Aspek faktor budaya pangan adalah fungsi pangan
dalam masyarakat yang berkembang seesuai dengan keadaan lingkungan,
agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat tersebut. Konsumsi
makanan adalah makanan yang dimakan seseorang kecuali peranan faktor
yaitu untuk memenuhi rasa lapar, makanan mempunyai perananan sosial
kultural.
Mencermati akan adanya budaya, kebiasaan dan actor actor masyarakat
terhadap makanan seperti pola makan, tabu atau pantangan, gaya hidup,
gengsi dalam mengonsumsi jenis bahan makanan tertentu, ataupun prestise
dari bahan makanan tersebut yang sering terjadi di kalangan masyarakat.

8
Apabila keadaan tersebut berlangsung lama dan mereka juga belum
memahami secara baik tentang pentingnya actor gizi dalam mengonsumsi
makanan, maka mungkin dapat berakibat timbulnya masalah gizi atau gizi
salah (malnutrition). Sosial budaya berpengaruh sebagai faktor resiko
terjadinya stunting.

D. Konsep Status Gizi Anak Usia 3 Tahun

1. Pengertian Status Gizi

Menurut Ida (2017) status gizi adalah keadaaan tubuh sebagai akibat

dari konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaaan zat-zat gizi. Status

gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi yang dampak fisiknya dapat diukur secara

antropometri.

2. Penilaian Status Gizi

Menurut Yohanes (2016), ada dua macam cara untuk menilai status

gizi yaitu secara langsung dan tidak langsung. Berikut adalah penilaian

secara langsung yaitu :

a. Athopometri

Dalam penilaian ini dilakukan dengan cara mengukur tinggi

badan (TB), berat badan (BB), dan lingkar lengan atas (LLA).

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui status gizi berdasarkan

satu ukuran lainnya seperti berat badan dan tinggi badan menurut

umur (BB dan TB/U), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U),

dan lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB).

9
b. Biokimia

Pemeriksaan biokimia atau pemeriksaan laboratorium dilakukan

dengan pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (darah,urine,tinja,hati

dan otot) secara laboratoris untuk mengetahui kadar hemoglobin,

feritin, glukosa, dan kolesterol diaman tujuan pemeriksaan ini untuk

mengetahui kekurangan gizi secara spesifik.

c. Klinis

Pemeriksaan ini dilakukan pada jaringan epitel seperti kulit,

mata,rambut, dan mukosa mulut. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui status gizi melalui tanda-tanda khusus yang tampak secara

fisik.

d. Biofisika

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan fungsi

dan perubahan struktur jaringan.

Sedangkan penilaian tidak langsung menurut Ida (2017) antara lain :

a. Survei konsumsi

Survei konsumsi dilakukan dengan melakukan wawancara tentang

kebiasaan makan dan penghitungan konsumsi makan setiap hari yang

bertujuan untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan gizi pada

seseorang.

b. Statistik viral

Untuk mengetahui gambaran keadaan gizi disuatu wilayah. Kita

bisa membacanya dengan cara menganalisis statistik kesehatan.

10
Dengan menggunakan statistik kesehatan, kita dapat melihat indikator

tidak langsung pengukuran gizi masyarakat. Beberapa statistik yang

berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain angka

kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan, dan penyakit infeksi

yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor Ekologi

Pengukuran status gizi didasarkan pada ketersediaan makanan yang

dipengaruhi oleh faktor ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-

lain untuk mengetahui faktor penyebab malnutrisi masyarakat. Faktor

ekologi yang berhubungan dengan malnutrisi ada enam kelompok,

yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial

ekonomi, produksi pangan, serta kesehatan dan pendidikan.

3. Pemeliharaan status gizi

Usia 3-5 tahun yang disebut golden age merupakan periode kritis dan

penting, tetapi dalam usia ini juga rawan terjadi gangguan gizi dan

gangguan penyakit. Gizi pada anak balita sangat penting karena

merupakan dasar kesehatan sepanjang hidup. Selain itu gizi pada balita

juga berperan dalam kekuatan dan kemampuan intelektual. Jika

dirangsang dengan tepat oleh lingkungan hidupnya, periode ini

merupakan waktu yang tepat bagi seorang individu untuk memperoleh

pengalaman, keterampilan maupun kemampuan secara optimal.

Masalah status gizi indeks TB/U atau stunting sering dihubungkan

dengan kualitas hidup anak dan perkembangan anak terutama pada

11
perkembangan motorik, kognitif dan bahasa. semakin baik indeks TB/U

maka perkembangan motorik kasar, komunikasi aktif dan kognitif anak

akan semakin baik.

Status gizi BB/TB sensitif terhadap perubahan berat badan dan

memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari

peristiwa yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat terjadi semisal

infeksi penyakit tertentu atau kondisi kelaparan. Perubahan berat badan

secara akut tersebut akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

fisik. Perkembangan fisik saling berpengaruh dengan perkembangan

motorik pada anak usia prasekolah.

E. Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia 3 (Tiga) Tahun Dengan


Menerapkan Intervensi Promotif, Preventif & Rehabilitatif

1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama Pasien : An. S
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Belum kawin
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Desa Lawoila
Diagnosis Medis : Gizi Kurang
2) Identitas Penanggung Jawab/Keluarga
Nama : Ny. S

12
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Lawoila
Hubungan dengan pasien : Ibu Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien tampak lemah
3) Riwayat Kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan anaknya semenjak dilahirkan tidak pernah
masuk rumah sakit.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita
hipertensi, diabetes dan penyakit menular lainnya.
c. Pemeriksaan Fisik:
1) Pemeriksaan Persistem
a) System Kardiovaskuler
• Wajah
Inspeski : sianosis (-)
Palpasi : Tidak teraba benjolan
• Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : Arteri carotis comunis (kekuatan adekuat, irama reguler)
• Dada
Inspeksi : Kesimetrisan dada (dada simetris)
Palpasi : tidak teraba benjolan
Auskultasi : tidak terdengar weezing
b) Sistem pernafasan
• Hidung

13
Inspeksi : pernapasan cuping hidung (-), secret (-),
pemberian O2 (-).
Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji)
• Mulut
Inspeksi : sianosis (-)
• Dada
Inspeksi : Penggunaan otot bantu pernapasan (-).
Benjolan pada payudara kiri (-)
Perkusi : Sonor. Pekak pada IC 4-6.
Palpasi : oedema (-)
Auskultasi : suara napas vesikuler
c) Sistem Pencernaan
• Abdomen
Inspeksi : pembesaran abnormal (-)
Auskultasi : bising usus ( 10x/menit), borbogymi (-),
hiperperistaltik (-), hipoaktif (-)
• Sistem Perkemihan
BAK : > 1500 ml/24 jam, penggunaaan kateter (-), Ginjal
Inspeksi : pembesaran daerah pinggang (-)
Perkusi : nyeri ketok (tidak terkaji)
d) Sistem Muskuluskeletal
Inspeksi : Pembengkakan (+)
Palpasi : kekakuan sendi (-) & nyeri (tidak terkaji)
e) Sistem Endokrin dan Eksokrin
• Kepala
Inspeksi : distribusi rambut merata, ketebalan cukup,
kerontokan tidak ada
• Leher
Inspeksi : pembesaran kelenjar thyroid (-), perubahan warna
(-) Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji)
f) Sistem Neurologi

14
Anamnesa : (tidak terkaji) Tingkat kesadaran (kualitas)
: Compos Mentis
Tingkat kesadaran (kuantitas) : E (4), M (6), V (tidak terkaji)
g) Sistem Reproduksi
Anamnesa : (-) Genetalia
Inspeksi : kebersihan (bersih), odema (-), benjolan (-)
Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji)
h) Sistem Persepsi Sensori
• Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata (-)
Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji), pembengkakanmkantong mata : (-) ANALISA

DATA

Data Masalah Penyebab


DS : Ketidakefektifan Pilihan makanan tidak
✓ Ibu klien
dinamika makan anak adekuat dan pola makan
mengatakan
tidak dapat diprediksi
anaknya sering
untuk menolak
makan
✓ Ibu klien
mengatakan
anaknya kurang
nafsu makan
DO :
✓ Klien tampak
lemah

DS : Kurang pengetahuan Ketidakpahaman ibu


✓ Ibu klien keluarga tentang teknik pemberian
mengatakan makanan, serta perawatan
kurang mengerti dirumah
dengan pola
makan anak
DO : -

15
2. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan dinamika makan anak b/d Pilihan makanan tidak

adekuat dan pola makan tidak dapat diprediksi. Ditandai dengan :

✓ DS :

- Ibu klien mengatakan anaknya sering untuk menolak makan


- Ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan
✓ DO :
-Klien tampak lemah
b. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian
makan, dan perawatan dirumah, ditandai dengan:
✓ DS:
- Ibu klien mengatakan kurang mengerti dengan pola makan anak

✓ DO:-
3. Intervensi Keperawatan
DX NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Monitor Nutrisi :
dinamika makan anak tindakan selama 1. Identifikasi
b/d Pilihan makanan 2x24 jam, pasien perubahan nafsu
tidak adekuat dan pola menunjukkan makan dan
makan tidak dapat gangguan makan aktifitas akhir-
diprediksi mulai berkurang akhir ini
2. Kaji adanya
alergi makanan
3. Monitor asupa
diet dan asupan
kalori
4. Monitor intake

16
nutrisi
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi
mengenai
makanan
kesukaan
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan a. Jelaskan pada
keluarga b/d teknik tindakan keluarga teknik
pemberian makan, dan keperawatan pemberian
perawatan dirumah selama 2x24 jam makanan yang
keluarga tepat
memahami teknik b. Minta ibu
pemberian memperagakan
makanan yang tepat kembali apa
pada anak. yang sudah di
ajarkan oleh
perawat
c. Observasi
ketepatan ibu
dalam
mengaplikasikan
yang telah
diajarkan

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau


sering juga disebut periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan
bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh
kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.
Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting. Jika pada
rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang optimal maka
penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal. Status gizi pada 1000
HPK akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan, intelektual, dan
produktivitas pada masa yang akan datang. Ibu dan bayi memerlukan gizi
yang cukup dan berkualitas untuk menjamin status gizi dan status kesehatan;
kemampuan motorik, sosial, dan kognitif; kemampuan belajar dan
produktivitasnya pada masa yang akan datang.

B. Saran

Setelah menyimpulkan apa yang telah dijabarkan, maka sekiranya ada


kesalahan ataupun kekeliruan dari makalah ini, baik dalam penulisan maupun
dalam penyusunan, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan demi
kelangsungan penulisan selanjutnya.

18
LAMPIRAN DOKUMENTASI

19
Daftar Pustaka

Rahayu A, dkk (2018). Buku Ajar Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan

Yogyakarta: CV Mine

Citrakesumasari.(2013).Scaling Up Nutrition (SUN) Movement.Makassar:

Universitas Hasanuddin Makassar

Davidson MS, dkk (2020). Status Gizi Dan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

Di Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi Indonesia.Vol.8, No.2 Hh 143-148

20

Anda mungkin juga menyukai