Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)”

OLEH :

SITI MARIATI

N202101138

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

DI RUANG MAWAR RSUD KOTA KENDARI

Laporan ini telah disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

……………………… ……………………….

NIP NIP
LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran
kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/mikroorganisme lain
(Agus Tessy, 2001).
B. Etiologi
Salah satu penyebab infeksi saluran kemih / ISK merupakan bakteri, adapun Jenis-jenis
mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
- Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
- Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Prevalensi penyebab ISK antara lain:

- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif.
- Mobilitas menurun.
- Nutrisi yang sering kurang baik.
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
- Adanya hambatan pada aliran urin.
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan
gejala apapun. 
Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup:
1. Nyeri yang sering
2. Rasa panas ketika berkemih
3. Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
4. Hematuria
5. Nyeri punggung
6. Peningkatan frekuensi berkemih
7. Perasaan ingin berkemih
8. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
9. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. 
1. Secara asending yaitu: 
- Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga
insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2. Secara hematogen yaitu: 
Sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif  jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
c. Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis
atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
F. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap
flora fekal dan vagina. 
Terapi  Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas:
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis  rendah untuk supresi
Pemakaian  obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya:
1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
2. Interansi obat
3. Efek samping obat
4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan
hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan.


2. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan.
3. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan.
4. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan.
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
- Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
- Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
- Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
- Imobilisasi dalam waktu yang lama.
- Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
- Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)  
- Adakah disuria?
- Adakah urgensi?
- Adakah bau urine yang menyengat?
- Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
- Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
- Adakah nyeri pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas?
- Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pasien menunjukkan penurunan tingkat nyeri dengan kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Keluhan nyeri menurun
Intervensi :
1) Monitor vital sign
2) Pemantauan nyeri
3) Edukasi tekhnik napas
4) Kolaborasi pemberian terapi
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
pasien menunjukkan perubahan suhu dengan kriteria hasil :
- Suhu tubuh dengan rentang normal
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
1) Monitor vital sign
2) Selimuti pasien
3) Tingkatkan sirkulasi udara
4) Ajarkan indikasi hipertermia dan penanganan yang diperlukan
5) Kolaborasi pemberian teraphy
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
eliminasi urin membaik.
Kriteria Hasil :
Distensi kandung kemih menurun
Intervensi :
1) Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
2) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
3) Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan
warna)
4) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5) Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif.
Setelah dilakukan tindakan peratan selama 1x24 jam diharapkan tingkat
infeksi menurun.
Kriteria hasil:
- Tidak ada demam
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada bengkak
- Tidak ada kemerahan
Intervensi :
1) Pencegahan infeksi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi
b) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
c) Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi
6) Perawatan selang
a) Identifikasi indikasi dilakukannya pemasangan selang
b) Monitor kepatenan selang
c) Monitor jumlah, warna, dan konsistensi drainase selang
d) Monitor kulit disekitar selang
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati.
Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:


pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4.
Jakarta: EGC

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
OLEH : MIRA YULIA A

KELAS : XI PERAWAT 1

Anda mungkin juga menyukai