Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI WALKING EXERCISE TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH RINGAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SORAWOLIO KOTA BAUBAU

FIRMANSYAH
P. 2019 020 09

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Terapi Walking Exercise

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Ringan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sorawolio” guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi S1 Keperawatan dan Profesi Ners di Universitas

Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh

dari kata kesempurnaan oleh karena itu saran saran dari semua pihak yang

sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat penulis

harapkan. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa pula menghanturkan rasa terima

kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Dwi Wulandari Ningtias, S.Kep., Ns.,

M.Kep selaku pembimbing I dan kepada Ibu Wa Ode Rahmadania, S.Kep.,

Ns., M.Kep selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan fikiran yang

telah di berikan dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik

sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Kedua Orang Tua saya

2. Rektor Yayasan Mandala Waluya Kendari.

3. Rektor Universitas Mandala Waluya beserta jajarannya.

iii
4. Para Wakil Rektor Universitas Mandala Waluya (Bidang Akademik, Non

Akademik dan Kemahasiswaan.

5. Para Ketua Lembaga Universitas Mandala Waluya (LPPM dan LPM).

6. Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

7. Ketua Program Studi S1 Keperawatan Universitas Mandala Waluya dan

Stafnya.

8. Bapak, ibu dosen Universitas Mandala Waluya yang telah memberi ilmu

pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di

Universitas Mandala Waluya.

9. Teman-Teman Seperjuangan Khususnya Mahasiswa Kelas T3 Keperawatan

Universitas Mandala Waluya yang tiada henti-hentinya memberikan

dukungan dan masukan yang sangat membantu dalam proses penyusunan

proposal penelitian.

Demikian, semoga proposal penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan terutama kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di

Universitas Mandala Waluya.

Kendari, Juni 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6
E. Kebaruan Penelitian............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................12
A. Tinjauan Pustaka Hipertensi...............................................................12
B. Tinjauan Pustaka Walking Exercise...................................................24
C. Kajian Empiris....................................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEP..................................................................36
A. Dasar Pikir Penelitian.........................................................................36
B. Kerangka Konsep...............................................................................37
C. Variabel Penelitian.............................................................................37
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif........................................38
E. Hipotesis Penelitian............................................................................39
BAB IV METODE PENELITIAN................................................................40
A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................40
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................41

v
C. Populasi dan Sampel...........................................................................41
D. Instrumen Penelitian...........................................................................44
E. Pengumpulan Data..............................................................................44
F. Pengolahan Data, Analisis dan Penyajian Data..................................47
G. Etika Penelitian...................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kebaruan Penelitian............................................................................. 8


Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi.......................................................................... 18

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan Kerangka Konsep................................................................. 37


Gambar 2 Desain Non Equeivalent Control Group Design............................. 40

viii
DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzyme


Dirjen Kes : Direktorat Jenderal Kesehatan
Dkk : Dan Kawan Kawan
EDRF : Endothelial Derive Ralaxing Factor
EKG : Elektrokardiogram
ESC : European Society of Cardiology
ESH : European Society of Hypertension
Ha : Hipotesis Alternatif
HDL : High Density Lipoprotein
Ho : Hipotesis Nol
ISH : International Society of Hypertension
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
NO : Nitrit Oksida
RI : Republik Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
WHO : World Health Organization

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lempar Permintaan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lampiran 4 SOP Walking Exercise
Lampiran 5 Lembar Pengambilan Data Awal
Lampiran 6 Lembar Konsul Pembimbing 1
Lampiran 7 Lembar Konsul Pembimbing 2

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di

atas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(mordibitis) dan angka kematian (mortalitas). Hingga saat ini hipertensi

masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar untuk tetap diatasi

(Sumartini, Zulkifli, & Adhitya, 2019). Hipertensi atau yang biasa disebut

tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas

batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg (WHO, 2013).

Organisasi kesehatan dunia (World Health Organisasion/WHO)

mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari

total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari

seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang

dimiliki. Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar

27%. Asia tenggara berada diposisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar

25% dari total penduduk. WHO juga memperkirakan 1 di antara 5 orang

perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih besar

diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 di antara 4 orang (WHO, 2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018,

menunjukkan prevelensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika

dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013, antara lain seperti : kanker,

1
2

stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus dan hipertensi. Angka

prevalensi hipertensi pada penduduk >18 tahun berdasarkan pengukuran

secara nasional sebesar 34,11%. Peningkatan prevalensi hipertensi

berdasarkan cara pengukuran juga terjadi di hampir seluruh provinsi di

Indonesia. Peningkatan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta

sebesar 13,4%, Kalimantan Selatan sebesar 13,3 %, dan Sulawesi Barat

sebesar 12,3%. Kelompok perempuan memiliki proporsi hipertensi lebih

besar dibandingkan laki-laki. Proporsi hipertensi juga meningkat seiring

dengan peningkatan kelompok umur. Pola ini terjadi pada hasil Rikesdas

tahun 2013 dan tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019).

Presentase penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan

sesuai standar Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2019 sebesar 26,8%. Hal

tersebut masih jauh dari target nasional yang ditetapkan yaitu sebesar 100%.

Jika dilihat menurut kabupaten/kota, hanya Kabupaten Konawe Kepulauan

yang hampir mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 88,8%.

Sedangkan Kota Baubau hanya mencapai 21.3% (Profil Dinkes Sultra, 2019).

Penyebab hipertensi hingga saat ini secara pasti belum dapat diketahui,

tetapi gaya hidup berpengaruh besar terhadap kasus ini. Terdapat beberapa

faktor yang menjadi risiko terjadinya hipertensi, seperti usia, jenis kelamin,

merokok, dan gaya hidup kurang aktivitas yang dapat mengarah ke obesitas.

Mengurangi faktor resiko tersebut menjadi dasar pemberian intervensi oleh

tenaga kesehatan (Tirtasari & Kodim, 2019).


3

Secara umum ada dua bagian terapi pasien hipertensi yaitu dengan terapi

dengan menggunakan obat-obatan hipertensi seperti Kaptopril, Lisinopril dan

antagonis kalsium (Diltiazem, Nifedipin). Sedangkan terapi nonfarmakoogis

yaitu dengan melakukan perubahan-perubahan gaya hidup baru. Perubahan-

perubahan gaya hidup baru ini dapat dilakukan dengan cara membatasi

konsumsi garam, penurunan berat badan, berhenti untuk mengkonsumsi

minuman alkohol, berhenti merokok, peningkatan konsumsi potassium serta

melakukan olahraga secara teratur. (Sabar, S, 2014 dalam Fatmawati, 2018).

Olahraga merupakan suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme

dan mempengaruhi fungsi kelenjar didalam tubuh untuk memproduksi sistem

kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit

serta mempertahankan kestabilan tekanan darah. Olahraga yang disarankan

pada lansia dan disesuaikan dengan batasan medis yang sesuai dengan

kemampuan diantaranya berjalan, jogging , bersepeda dan berenang.

Olahraga juga dapat memelihara kesehatan lansia, menghasilkan kualitas dan

kesehatan hidup yang baik, dan dilaksanakan sesuai kemampuan, kesenangan

dan minatnya (Gamya, 2016 dalam Fatmawati, 2018)

Olahraga lainnya yang dapat dilakukan adalah berjalan kaki. Jalan kaki

adalah olahraga yang paling sederhana dan paling aman namun bermanfaat

luar biasa. Olahraga jalan kaki memiliki banyak manfaat dari segi kesehatan

dengan syarat olahraga jalan kaki dilakukan dengan benar (Gamya, 2016

dalam Fatmawati, 2018).


4

Pengaruh berolah raga khususnya jalan kaki terhadap penurunan tekanan

darah dapat mencegah dan mengurangi komplikasi kardiovaskuer, hal ini

disampaikan oleh organisasi The American Heart Association, The American

Colllege of Sports Medicine, The Surgeon General of The Unit-cardiorespied

States telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran aktivitas fisik

atau olahraga sebagai pengobatan non farmakologis paada hipertensi (Anggi,

L., 2107 dalam Fatmawati, 2018)

Telah banyak penelitian sebelumya di daerah lain tentang manfaat

walking exercise terhadap penurunan tekanan darah diantaranya adalah

penelitian Siauta, dkk, 2020 dimana ada pengaruh terapi walking exercise

terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada klien hipertensi

di Desa Kulur Maluku dengan hasil penelitian menunjukan penurunan

tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nilai rata-rata tertinggi pada

kelompok intervensi dan kelompok control, masing-masing dengan nilai

signifikansi p value = 0,001 (α=<0,05).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas

Sorawolio pada 24 Februari 2021. Data yang diperoleh dari buku Profil

Puskesmas Sorawolio menunjukan bahwa penderita hipertensi dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan yakni pada tahun 2018 terdapat 123 orang

dengan sasaran ekstimasi 289 orang (42,56%), tahun 2019 terdapat 275 orang

dengan sasaran ekstimasi 1279 (21.50%), sedangkan pada tahun 2020

terdapat 208 orang dengan estimasi sasaran 445 (60,22%) yang tersebar

dibeberapa kelurahan. Kelurahan Kaisabu Baru merupakan kelurahan dengan


5

penyakit hipertensi tertinggi sebayak 34 orang, disusul Kelurahan Karya Baru

14 orang, Kelurahan Gonda Baru 10 orang dan Kelurahan Bugi 9 orang yang

menempati posisi terakhir. Dengan rentang umur yang paling banyak terjadi

peningkatan tekanan darah 40-50 tahun (Profil Puskesmas Sorawolio, 2020).

Berdasarkan wawancara terhadap 10 pasien hipertensi yang berobat ke

Puskesmas Sorawolio, terdapat 7 orang (70%) yang kurang melakukan

olahraga seperti jalan kaki selain itu jika mereka berpegian juga sangat jarang

yang berjalan kaki melainkan menggunakan sepeda motor. Berdasarkan

uraian permasalahan di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Terapi Walking Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Ringan di Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh terapi walking exercise terhadap penuruna tekanan

darah ringan di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi

walking exercise terhadap penurunan tekanan darah ringan di wilayah

kerja Puskesmas Sorawolio

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

dilakukan perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio


6

b. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi setelah

dilakukan perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Sorawoli

c. Untuk mengetahui pengaruh terapi walking exercise terhadap

penurunan tekanan darah ringan sebelum dan sesudah dilakukan

perlakuan di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Sebagai bahan kajian/literatur dan informasi tambahan bagi

perkembangan pendidikan keperawatan tentang manfaat terapi

walking exercise, tekanan darah pada penderita hipertensi, serta

keterkaitan antara keduanya.

b. Bagi Universitas Mandala Maluya

Sebagai bahan literatur pada perpustakaan Universitas Mandalaya

Waluya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

penderita hipertensi tentang manfaat terapi walking exercise bagi

stabilitas tekanan darah.


7

b. Bagi Puskesmas Sorawolio

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

bagi tempat penelitian tentang manfaat terapi walking exercise bagi

penderita hipertensi.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan kemampuan untuk berfikir kritis dalam

menghadapi berbagai persoalan secara professional baik yang

berkaitan dengan terapi walking exercise, maupun masalah

keperawatan atau kesehatan pada umumnya.


E. Kebaruan Penelitian

Tabel 1. Kebaruan Penelitian


Nama dan Judul
No Hasil Penelitian Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1. Siauta, M., Embuai, S., Hasil penelitian Penelitian ini 1. Variabel 1. Metode Penelitian
& Tuasikal, H. menunjukan menggunakan desain independent menggunakan
“Efektifitas Terapi penurunan tekanan darah quasi-experiment (terapi walking desain quasi
Walking Exercise sistolik dan diastolik dengan kelompok exercise) experiment dengan
Terhadap Penurunan dengan nilai rata-rata kontrol (the 2. Variabel kelompok kontrol
Tekanan Darah Pada tertinggi pada kelompok nonrandomized Dependent (the
Klien Hipertensi” intervensi dan kelompok control group (penurunan nonrandomized
kontrol, masing-masing pretest-posttest tekanan darah) control group
dengan nilai signifikansi design), dan pretest-posttest
ρ value=0,001 (ɑ= dilakukan di Desa design)
<0,05). Kulur Maluku 2. Teknik
Pengambilan
Sampel
menggunakan
consecutive
sampling
2. Idrus, S. N. A., Gartika, Hasil uji statistik rerata Desain penelitian 1. Variabel 1. metode penelitian
N., & Wilandika, A. nilai tekanan darah yang digunakan independent (quasi experiment
“Pengaruh Jalan Kaki sistolik dan diastolik yaitu kuantitatif (jalan kaki) without control
Dua Puluh Menit setelah perlakuan (p- dengan jenis quasi 2. Variabel group pre-posttest
Terhadap Penurunan value = 0,000). Dapat experiment without dependent design
Tekanan Darah Pada disimpulkan bahwa control group pre- (penurunan 2. Teknik
Penderita Hipertensi” terdapat pengaruh jalan posttest design. tekanan darah) pengambilan

8
kaki 20 menit terhadap sampel
penurunan tekanan darah. menggunakan
consecutive
sampling
3. Jayadi, I., Puspita, S. “ Dari hasil uji statistik Desain penelitian ini 1. Variabel 1. Jumlah populasi
Pengaruh Olahraga menggunakan uji mann adalah pra independent dan sampel
Jalan Kaki Terhadap whitney didapatkan hasil eksperimen one (jalan kaki) (sampel yang
Penurunan Tekanan signifikasi 0,000, yang group pre test post 2. Variabel diambil 33 orang)
Darah Pada Penderita berarti ada pengaruh test design dependent 2. Teknik
Hipertensi Di Desa olahraga jalan kaki (penurunan pengambilan
Mancar Kecamatan terhadap penurunan tekanan darah) sampel
Peterongan Kabupaten tekanan darah pada menggunakan
Jombang” penderita hipertensi di accidental
Desa Mancar Kecamatan sampling
Peterongan Kabupaten
Jombang
4 Savitri, E. W. & Sius, S. Bahwa weight bearing Metode yang 1. Variabel 1. Variabel
“Pengaruh Weight exercise selama 1 dan 2 digunakan adalah dependent independent
Bearing Exercise hari tidak berpengaruh quasi eksperiment (penurunan (weight bearing
Terhadap Penurunan terhadap tekanan darah tekanan darah) exercise)
Tekanan Darah Pasien sistol sedangkan weight 2. Metode penelitian
Hipertensi” bearing exercise selama 3 (quasi
hari berpengaruh eksperiment)
terhadap tekanan darah
sistol
5 Darma, G. S. P, et al. Pada analisis skor BFI Penelitian ini 1. Variabel 1. Variabel dependent
“Pengaruh Aktivitas setelah latihan, merupakan Independent (kanker payudara)
Fisik Walking Exercise ditemukan bahwa skor penelitian ( walking 2. Metode penelitian

9
Program (WEP) BFI pada kelompok eksperimental exercise) (penelitian
Terhadap Cancer intervensi menurun dengan pendekatan eksperimental
Related Fatigue (CRF) secara signifikan open label dengan pendekatan
Pada Pasien Kanker dibandingkan kelompok randomized open label
Payudara di RSUP kontrol (2,8±1,2 vs controlled trial randomized
Sanglah” 0,2±0,7; p<0,001). group pretest- controlled trial
posttest design. group pretest-
posttest design
6 Hidayah, K. N. & et al. Hasil penelitian dapat Jenis penelitian pre 1. variabe 1. variabel dependent
”Pengaruh Walking dapat disumpulkan eksperimen dengan independent (perubahan kadar
Exercise Terhadap pengaruh pada kelompok pendekatan pretest- (walking glukosa darah pada
Perubahan Kadar kontrol kadar glukosa posttest control exercise) penderita diabetes
Glukosa Darah Pada sebelum dan sesudah group design. mellitus tipe II)
Penderita Diabetes tidak signifikan
Mellitus Tipe II dikarenakan nilai p
Diwilayah Kerja =0,317 > (α = 0,05).
Puskesmas Jelakombo Pada kelompok
Kecamatan Jombang perlakuan (walking
Kabupaten Jombang” exercise) kadas glukosa
darah sebelum dan
susudah terdapat
signifikan karenakan
nilai p =0,000 <
(α=0,05), dan terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
kelompok kontrol dan
perlakuan yang

10
signifikan dikarenakan
(p=0,000 < α=0,05)
7 Romadlon, M. A. Hasil penelitian Metode penelitian 1. variabel 2. variabel
Nugraha, E. & Ronal, H. menunjukan adanya ini adalah dependent Independent
“Pengaruh Latihan penurunan tekanan darah eksperimen dengan (penurunan (Latihan Kapha
Kapha Yoga Terhadap dan peningkatan desain penelitian tekanan darah) Yoga)
Penurunan Tekanan kebugaran lansia yang kausal komparatif 3. Desain penelitian
Darah dan Peningkatan signifikan oleh kelompok atau ex-postfacto (kausal komparatif
Kebugaran Lansia”. eksperimen selama 24 yang atau ex-postfacto)
kali pertemuan. membandingkan dua 4. Teknik
kelompok pengambilan
eksperimen dan sampel (sampling
kelompok kontrol. purposive)

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Hipertensi

1. Defenisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/telentang (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

tua maupun muda, baik kaya atau pun miskin. Penyakit hipertensi dikenal

sebagai the sileent killer atau pembunuh yang diam-diam dan tidak

diketahui penyebabnya, karena telah banyaknya kasus yang ditemui

dengan tidak adanya gejala dan tanda yang khas hingga terjadi komplikasi

yang serius kemudian secara tiba-tiba dapat menimbulkan kematian bagi

penderitanya. Ketika seorang terdiagnosa hipertensi maka orang tersebut

dituntut untuk menjalani pengobatan seumur hidup secara rutin dan

dituntut untuk selalu memiliki pola hidup sehat agar hipertensi dapat

terkontrol sehinga tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain (Susilo,

2012) dalam Putri, 2019).

2. Etiologi

Hipertensi Menurut Sustarni dalam Putri (2019), penyebab hipertensi

dibagi kedalam dua kelompok yaitu hipertensi esensisal dan hipertensi

sekunder, dapat dijelaskan sebagai berikut :

12
13

a. Hipertensi Esensial (primer)

Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan

arteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol

homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan

mencakup 90% dari kasus hipertensi. Pada umunya hipertensi esensial

tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai

faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor yang diduga

berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah faktor

genetik , umur, dan gaya hidup (Jain, 2011). Tipe ini terjadi pada

sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95 %. Penyebabnya

tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Palmer &

Williams, 2007 dalam Santika, 2019).

Hipertensi esensial diklasifikasikan sebagai benigna dan maligna.

Hipertensi benigna bersifat lambat, sedangkan hipertensi maligna

adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah

berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada

berbagai organ (Jain, 2011 dalam Santika 2019).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Suatu

peningkatan tekanan darah yang terjadi sebagai akibat penyakit lain

seperti : akibat gangguan estrogen, kelainan ginjal (hipertensi renal),

gangguan kelenjer tiroid, sumbtan pada arteri ginjal, kelebihan


14

kortisol. Garam dapur akan memperburuk kondisi hipertensi akan

tetapi bukan merupakan faktor penyebab.

3. Faktor Resiko

Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat

seseorang rentan terhadap serangan hipertensin, faktor resiko hipertensi

pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah

1) Riwayat Keluarga

Berbagai studi menunjukan hubungan genetik hingga pada 40%

orang menderita hipertensi primer. Gen yang terlibat pada sistem

reninangiostensin-aldosteron dan gen lain ynag memepengaruhi

tegangan vaskular, transportasi garam dan air pada ginjal,

kegemukan dan resistensi insulin cendrung terlibat dalam

perkembangan hipertensi,meskipun belum ada hubungagn genetik

yang dijumpai (Huether & McCancer, 2008 dalam Putri, 2019)

2) Usia

Angka kejadian hipertensi naik seiring peningkatan usia.

Penuaan mempengaruhi baraseptor yang terliabat dalam pengaturan

tekanan darah serta kelenturan arteri. Ketika arteri menjadi kurang

lentur, tekanan dalam pembuluh meningkat. Ini sering kali tampak

jelas sebagai peningkatan bertahap tekanan sistolik seiring penuaan

(Huether & McCancer, 2008 dalam Putri, 2019).


15

3) Ras

Hipertensi primer lebih sering dan lebih berat pada orang

berkulit hitam dibandikan orang berlatar belakang etnik lain. Selain

itu juga cenderung berkembang pada usia dini dan dikaitkan

dengan lebih banayak kerusakan kardio vaskular dan ginajal. Lebih

banayak orang Afro Amerika penderita hipertensi mempunyai

kadar renin rendah dan perubahan ekskresi natriu ginjal pada

tekanan darah normal. Kecendrungan genetik untuk menghemat

garam ini mengkin telah berkembanag sebagai adaptasi untuk

bekerja dilingkungan yang hanagat, saat konservasi air dan garam

menguntungkan (Huether & McCancer, 2008 dalam Putri, 2019).

4) Jenis Kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki

dibandingkan dengan kaum perempuan, hal ini disebabkan karena

laki-laki banayak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi,

seperti stres, kelelahan dan makan yang tidak terkontrol. Adapun

hipertensi yang terjadi pada perempuan biasanya terjadi setelah

monopause (sekitar 45 tahun) (Darmawan, 2008 dalam Putri,

2019).

b. Faktor Yang Dapat Diubah

1) Asupan Mineral

Asupan natrium tinggi seringkali dikaitkan dengan retensi

cairan. Hipertensi yang terkait dengan asupan natrium melibatkan


16

berbagai mekanisme fisiologis yang berbeda, termasuk sistem renin

angiostenin aldosteron, nitrit oksida, katekolamin, endotelin, dan

peptida natriuterik atrium. Asupan kalium, kalsium dan magnesium

yang rendah juga berperan pada hipertensi yang tidak diketahui

mekanismenya. Perbandingan asupan natrium dan kalium tampak

berperan penting,kemungkinan lewat peningkatan asupan kalium

terhadap ekstensi natrium. Kalium juga meningkatakan vasodilatasi

dengan menurunkan respon terhadap katekolanin dan angiostensin

ll. Kalsium juga mempunyai efek vasodilator. Walaupun

magnesium telah terbukti menurunkan tekanan darah, mekanisme

kerjanaya belum jelas (Huether & McCancer, 2008 dalam Putri,

2019)

2) Kegemukan

Kegemukan sentral (deposit sel lemak di abdomen), ditentukan

oleh peningkatan perbandingan pinggang ke panggul, mempunyai

korelasi lebih kuat dengan hipertensi dibanding indeks masa atau

ketebalan lipatan kulit. Walaupun terdapat hubungan yang jelas

antara kegemukan dan hipertensi, hubungan tersebut mungkin

merupakan salah satu penyebab umum faktor genetik tampak

berperan penting dalam trias umum kegemukan hipertensi dan

resistensi insulin (Burke, dkk, 2015 dalam Putri, 2019).


17

3) Resistensi Insulin

Resistensi insulin dengan hiperinsulinemia akibatnya dikaitkan

dengan hipertensi lewat efeknya pada sistem saraf simpatis, otot

polos vaskular, pengaturan natrium serta air ginjal dan perubahan

transpor ion melewati membran sel. Resistensi insulin dapat

bersifat genetik ataupun dapatan. Walaupun resistensi insulin lebih

umum dijumpai pada individu yang kegemukan, akan tetapi

resistensi juga dijumpai pada orang yang berbobot normal (Burke,

dkk, 2015 dalam Putri, 2019).

4) Konsumsi Alkohol Berlebihan

Konsumsi alkohol teratur tiga kali atau lebih dalam sehari dapat

meningkatkan risiko hipertensi. Penurunan atau penghentian

konsumsi alkohol menurunkan tekanan darah, khsusnya

pengukuran sistolik. Faktor gaya hidup yang terkait dengan asupan

alkohol berlebihan (kegemukan dan kurang latihan fisik) juga dapat

menjadi salah satu faktor hipertensi (Burke, dkk, 2015 dalam Putri,

2019).

5) Stres

Stres fisik dan emosional menyebabkan kenaikan sementara

tekanan darah,akan tetapi peran hipertensi primer kurang jelas.

Tekanan darah normalanya berflukturasi selama siang hari,yang

naik pada aktivitas, ketidaknyamanan, atau respon emosional

seperti marah. Stres yang sering atau terus menerus menyebabkan


18

hipertrofi otot polos vaskular atau mempengaruhi jalur integratif

sentral otak (Burke, dkk, 2015 dalam Putri, 2019)

6) Hiperlipidemia/ hiperkolestrolemia

Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan

peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL atau

dimana terjadinya penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Kolesterol merupakan salah satu faktor penting dalam terjadinya

aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan tahanan perifer

pembuluh darah sehinga terjadinya peningkatan tekanan darah.

4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health

Organization-International Society of Hypertension), dan ESH-ESC

(European Society of Hypertension-European Society of Cardiology),

2014.

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi
Sistolik Diastolik
Tekanan Darah
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi Kelas 1
140-159 140-159 90-99 90-99
(ringan)
Hipertensi Kelas 2
160-179 160-179 100-109 100-109
(sedang)
Hipertensi Kelas 3
≥180 ≥180 ≥180 ≥180
(berat)
19

5. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan

darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I

diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi

kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting

pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari

tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan


20

meningkatkan volume dan tekanan darah (Sumedang, 2009 dalam Santika

2019).

Endotelin merupakan vasokonstriktor kuat dan faktor pertumbuhan

yang berperan penting pada patogenesis hipertensi. Angiotensin II

merupakan vasokonstriktor hasil sintesis dari angiotensin I dengan bantuan

angiotensin-converting enzyme (ACE). Nitric-oxide merupakan vasodilator

kuat yang memengaruhi autoregulasi lokal dan fungsi organ penting lain

(Suling, 2018).

6. Tanda dan Gejala Hipertensi

Hipertensi jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya untuk

mengetahui apakah seseorang tersebut menderita hipertensi yaitu dengan

cara mengukur tekanan darah atau skrining kesehatan. Jika tekanan darah

tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut dengan

tekanan hipertensi berat atau maligna), sehingga dapat menimbulkan

gejala seperti : pusing, pandanggan kabur, sakit kepala, kebinggungan,

mengantuk, sulit bernafas, epistaksis, marah, telingga berdengging

(Palmer, 2007 dalam Putri, 2019). Akan tetapi, sebagian besar nyeri kepala

pada pasien hipertensi ternyata tidak berhubungan dengan tekanan darah.

Fase hipertensi yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan

hilangnya penglihatan (papiledema) (Gray, dkk, 2005 & Davy, 2006 dalam

Putri, 2019).
21

7. Komplikasi

Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul

kemudian. Adapun penyakit yang timbul akaibat hipertensi yaitu :

a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat

terjadinya pengapuaran pada didnding pembuluh darah jantung.

Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan

berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini

menyebabkan timbulnya rasa nyeri di dada dan dapat berakibat

gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya

serangan jantung (Burke, 2015 dalam Putri, 2019).

b. Gagal Jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih

berat untuk memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan

menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Hal ini

lah yang menyebabkan terjadinya kegagalan kerja jantung secara

umum. Dapat ditandai dengan sesak nafas, napas pendek, dan terjadi

pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki (Burke, 2015 dalam

Putri, 2019).

c. Kerusakan Pembuluh Darah Otak

Peneliti diluar negeri mengungkapakan bawha hipertensi menjadi

penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis

kerusakan yang dapat ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah


22

dan rusaknya dinding pembuluh darah. Pada akirnya dapat

menyebabkan stroke bahkan kematian (Burke, 2015 dalam Putri,

2019).

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa diman ginjal tidak dapat

berfungsi sebagai mana semestinya. Ada dua jenis kelainan pada

ginjal yang disebabkan oleh hipertensi yaitu nefrosklerosis.

Nefrosklerosis ada dua yaitu Nefrosklerosis Benigna dan

Nefrosklerosis Maligna. Nefroskleris benigna terjadi pada hipertensi

yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi

plasma pada pembuluh darah akibat proses penuaan. Hal ini akan

menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.

Adapun nefrosklirosis maligna merupakan kelainan ginajal yang

ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang

disebabkan terganggunya fungsi ginjal (Burke, 2015 dalam Putri,

2019).

e. Stroke

Hipertensi dapat menyebabkan stroke, yaitu stroke iskemik dan

stroke hemoragik. Stroke hemoragik hampir sering terjadi yaitu

sekitar 80% (Williasms, 2007 dalam Putri 2019). Stroke iskemik dapat

disebabkan tersumbat pembuluh arteri yang timbul karena tekanan

darah tinggi atau penumpukan lemak. Seorang pria yang menderita

stroke diatas 170/100 mmHg, memiliki resiko stroke 3:1 dibandikan


23

dengan wanita. Jika tekanan darah diastol diatas 100mmHg maka

dapat meningkatkan resiko stroke 2,5 kali (Marliani dan Tantan, 2007

dalam Putri, 2019).

f. Kerusakan Pada Mata

Pembuluh darah pada mata termasuk pembuluh darah yang lunak

dan resisten, jika terjadi tekanan darah yang tinggi mengakibatkan

kerusakan pembuluh darah dan saraf-saraf yang ada pada mata

sehingga penglihatan menjadi terganggu (Jangkaru, 2006 dalam Putri,

2019).

8. Penatalaksanaan Hipertensi

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah

seseorang terkena hipertensi yaitu dengan pemeriksaan labolatorium rutin

yang dilakukan sebelum memulai tropi dimana bertujuan untuk

mementukan kerusakan jaringan dan faktor resiko lain atau mencari

penyebab dari hipertensi, biasanya tindakan yang dilakukan yaitu

pemeriksaan urinasi, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,

kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG

(Mansjoer,dkk, 2001 dalam Putri, 2019).

B. Tinjauan Pustaka Terapi Walking Exercise

1. Pengertian

Walking exercise adalah berjalan dengan kecepatan 1-5 km/jam.

Radikal bebas dalam tubuh dapat diturunkan dengan melakukan jalan

santai yang teratur dan terukur (Fauzi, 2013). Menurunnya radikal bebas
24

dapat memperbaiki fungsi endotel. Sel endotel yang teraktivasi dapat

mensekresi IL (ilterleukin)-1 dan IL-6 dan molekul adesi yang

menginduksi inflamasi di endotel. Latihan fisik teratur dan terukur

dapat meningkatkan enzim antiolsidan sehingga menurunkan

kemungkinan low-density lipoprotein (LDL) untul teroksidasi, yang

tentunya mencegah cedera sel endotel dan inflamasi (Kurniawan, 2007

dalam Munawarah, 2017).

Menurut intensitasnya, walking exercise dibagi menjadi 3 kategori

yaitu: walking exercise intensitas rendah, walking exercise intensitas

sedang dan walking exercise intensitas tinggi. walking exercise intensitas

rendah adalah berjalan dengan kecepatan rata-rata kurang dari 4 km/jam

dengan durasi minimal 30 menit, aktivitas ini dapat membakar kalori

sebanyak 5 kalori/menit. walking exercise intensitas sedang adalah

berjalan dengan kecepatan rata-rata 4-5 km/jam dengan durasi minimal

30 menit, kalori yang dibutuhkan sebesar 5 kalori/menit. Sedangkan

walking exercise intensitas tinggi adalah berjalan dengan kecepatan rata-

rata 5 km/jam dengan durasi minimal 30 menit dapat membakar kalori

sebanyak 8 kalori/menit (Fauzi, 2013 dalam Munawarah, 2017).

Walking exercise yang teratur memiliki beberapa manfaat. Secara

fisiologis manfaat dari jalan santai yang teratur antara lain: memperbaikin

komposisi tubuh (kandungan lemak di dalam tubuh), kesehatan tulang dan

sendi, meningkatkan kekuatan kontraksi otot, fleksibilitas, menurunkan

resiko terserang penyakit kardiovaskular (hipertensi, stroke dan penyakit


25

degeneratif), meningkatkan nafsu makan dan dapat memperbaiki kualitas

tidur (Hasibuan, 2010). Secara psikologis walking exercise dapat

meningkatkan mood dan mencegah depresi. Secara sosial jalan santai

memiliki banyak teman dan meningkatkan produktivitas (Ambardini, 2014

dalam Munawarah 2017).

2. Manfaat Aktifitas Terapi Walking Exercise

Beberapa manfaat olah raga seperti yang tercantum dalam buku

Panduan Kesehatan Olah Raga bagi Petugas Kesehatan (Dirjen Kesehatan

Komunitas, 2006 dalam Fatmawati, 2018), antara lainn :

a. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah

yang ditandai denyut nadi istrahat menurun, isi sekuncup bertambah,

kapasitas bertambah, penumpukan asam laktat berkurang,

meningkatkan pembuluh darah kolateral, meningkatkan HDL,

kolestrol, serta mengurangi alterosklerosis.

b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang sehingga

memperkuat masa tulang, menurunkan nyeri sendi kronis pada

pinggang, punggung dan lutut.

c. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat

mengurangi cedera.

d. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti mengurangi

tekanan darah sistolik dan distolik, menambah HDL-kolestrol dan

mengurangi lemak tubuh, menambah sensitivitas insulin, serta

meningkatkan sistem imunitas


26

e. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitivitas

hormon terhadap jaringan tubuh

f. Meningkatkan aktifitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit

melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

3. Pengaruh Terapi Walking Exercise Terhadap Sistem

Kardiovaskuler/Stabilitas Tekanan Darah

Penentu umum akhir fungsi kardiovaskuler dalam latihan adalah

mengangkut oksigen dan nutrisi lain ke otot. Untuk keperluan itu, aliran

darah otot meningkat secara dramatis selama latihan. Aliran darah otot

dapat meningkat maskimum kira-kira 25 kali lipat selama latihan.

Kenaikan aliran ini merupakan akibat vasodilatasi intramuskuler yang

disebabkan pengaruh langsung kenaikan metabolisme otot, serta akibat

peningkatan tekanan darah arteri. (Guyton, 2007 dalam Fatmawati, 2018)

Curah kerja otot (latihan fisik) mengakibatkan peningkatan konsumsi

oksigen, selanjutkan akan melebarkan pembuluh darah otot sehingga

meningkatkan aliran baik vena dan curah jantung. Pada latihan yang

teratur (atletik, pelari maraton), dapat mencapai curah jantung maksimum

40% lebih besar dari pada yang dicapai orang yang tidak terlatih. Hal ini

menyebabkan massa dan ruang jantung meningkat 40% atau lebih, yang

berarti bukan hanya otot rangka saja yang mengalami hipertrofi selama

latihan atletik, tapi juga otot jantung. Hal ini menyebabkan peningkatan

kapasitas dan kemampuan pompa jantung (Guyton, 2007 dalam

Fatmawati, 2018).
27

Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas

fungsional individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang

diperlukan pada tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun

orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem

kardiovaskuler, yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran

darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah

jantung dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung.

Organ yang sudah lanjut usia mempunyai keterbatasan pada kedua usaha

tersebut. Karena itu pada latihan fisik dengan beban tertentu akan terjadi

hambatan dalam meningkatkan curah jantung. Mekanisme redistribusi juga

mengalami hambatan karena sistem saraf otonom yang kurang sensitif,

sehingga pada beban tertentu atau pada permulaan latihan akan terjadi

gangguan pengaturan tekanan darah. Gangguan juga bisa disebabkan

karena elastisitas dinding pembuluh dara yang menurun. (Nugroho, 2005

dalam Fatmawati, 2018).

Kelemahan tersebut menurut Weisfeld masih mungkin bisa diatasi

pada manula normal kecuali memang ada penyakit lain. Tetapi pada

umumnya akibat proses menua tadi kapasitas maksimal oxygen uptake

memang menurun. Menurut penelitian pada umur 65 s/d 75 tahun masih

bisa mencapai 5-7 mets, sedang pada 75 tahun ke atas hanya 2-4 mets.

Keadaan ini tidak berlaku pada seorang atlit yang tetap mempertahankan

kondisinya sehingga kapasitasnya masih sekitar 10 mets pada umur 75

tahun. Pada manula sedentary (tidak latihan), kapasitas fungsional masih


28

bisa ditingkatkan dengan latihan fisik yang teratur. Disimpulkan juga

bahwa olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah sistolik,

menurunkan kadar katekolamin disirkulasi, menurunkan kadar kolestrol

dan lemak darah, meningkatkan kadar HDL lipoprotein, memperbaiki

sirkulasi koroner dan meningkatkan rasa percaya diri (Nugroho, 2005

dalam Fatmawati, 2018).

Aktifitas fisik terutama aerobik dapat meningkatkan aliran darah yang

bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida

(NO) serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive

ralaxing factor (EDRF), yang merelaksasi dan melebarkan pembulu darah.

Selain itu aktifitas fisik dapat mengakibatkan peningkatan aliran darah ke

seluruh tubuh dengan lancar. Peningkatan aliran darah 4 ml per menit

mampu menghasilkan NO untuk merangsang perbaikan fungsi endotel

(lapisan dinding) pembuluh darah. Karena itu, aktifitas fisik sedang berupa

senam atau jalan kaki yang meningkatkan aliran darah menjadi 350 ml per

menit (naik 150 ml per menit) sudah lebih dari cukup untuk

menghindarkan endotel pembuluh darah dari proses aterosklerosis.

Namun, manfaat itu baru bisa didapat jika peningkatan aliran darah lewat

aktifitas fisik berlangsung secara teratur dalam waktu cukup lama (20

menit sampai satu jam) serta dilakukan secara teratur (Kusuma, 2003

dalam Fatmawati, 2018).

Aliran darah otot dapat meningkat maksimun kira-kira 25 kali lipat

selama latihan. Kenaikan aliran ini umumnya merupakan akibat


29

vasodilatasi intramuskuler yang disebabkan pengaruh langsung kenaikan

metabolisme otot, serta akibat peningkatan konsumsi oksigen yang

selanjutnya akan melebarkan pembuluh darah otot sehingga meningkatkan

aliran balik vena dan curah jantung. Latihan yang teratur dapat

meningkatkan curah jantung sehingga massa dan ruang jantung meningkat

40% atau lebih. Jika latihan fisik ini dilakukan secara teratur, maka

aliran/suplai darah ke seluruh tubuh menjadi lancar, otot-otot jantung

menjadi lebih kuat dan stabil sehingga dapat mengatur dan mengendalikan

tekanan darah dengan baik (Guyton, 2007 dalam Fatmawati, 2018).

4. Persiapan Sebelum Aktifitas Terapi Walking Exercise

Beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan

olahraga antara lain :

a. Sebaiknya gunakan pakaian dan sepatu olahraga yang sesuai dan

nyaman

b. Jangan lakukan olahraga setelah makan kenyang, sebaiknya tunggu

sampai 2 jam setelah istrahat

c. Minum minuman yang sejuk dan sedikit manis

(Dirjen Kes. Komunitas, 2006 dalam Fatmawati, 2018)

C. Kajian Empiris

Siauta, M., Embuai, S. & Tuasikal, H. 2020. Tentang “Efektivitas Terapi

Walking Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Klien

Hipertensi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas

walking exercise terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi.


30

Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment dengan kelompok

kontrol (the nonrandomized control group pretest-posttest design), dan

dilakukan di Desa Kulur Maluku. Populasi penelitian adalah semua klien

hipertensi di Desa Kulur. Jumlah sampel yang digunakan adalah 60 klien

dengan krtiteria inklusinya adalah hipertensi primer, dengan usia 20 sampai

dengan 50 tahun, dan tidak mempunyai cedera pada ekstremitas atas maupun

bawah dengan kekuatan otot klien berada pada batas normal (Skala kekuatan

otot 5). Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling dan dibagi

dalam kelompok intervensi (n=30) dan kelompok kontrol (n=30). Intervensi

walking exercise diberikan pada pasien di kelompok intervensi. Data diambil

melalui pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer air

raksa yang sudah di kalibarasi sehingga hasil yang didapatkan valid sesuai

dengan fungsinya. Analisis data yang digunakan adalah wilcoxon. Hasil

penelitian menunjukan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan

nilai rata-rata tertinggi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol,

masing-masing dengan nilai signifikansi Pvalue=0,001 (ɑ= <0,05). Walking

exercise berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik

pada klien hipertensi.

Idrus, S. N. A., Gartika, N. & Wilandika, A. 2020. Tentang “Pengaruh

Jalan Kaki Dua Puluh Menit Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

pengaruh jalan kaki 20 menit terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif


31

dengan jenis quasi experiment without control group pre-posttest design.

Sampel yang terlibat sebanyak 15 orang penderita hipertensi yang diambil

secara consecutive sampling. Analisis inferensial yang digunakan adalah uji

statistik t-test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (73,3%),

berpendidikan SD (46,7%), bekerja sebagai IRT (60,0%), dan memiliki

kategori IMT overweight (53,3%). Hasil uji statistik rerata nilai tekanan darah

sistolik dan diastolik setelah perlakuan (p-value = 0,000). Dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh jalan kaki 20 menit terhadap penurunan tekanan

darah

Jayadi, I. & Puspita, S, 2019. Tentang “pengaruh olahraga jalan kaki

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa

Mancar Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang”. Penelitian ini

bertujuan untuk Mengetahui pengaruh olahraga jalan kaki terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Mancar

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Desain penelitian ini adalah pra

eksperimen one group pre test post test design. Populasi dari penelitian ini

adalah semua penderita hipertensi di Desa Mancar Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang berjumlah 165 orang. Sampel dalam penelitian ini, 33

orang. Pemilihan sampel dilakukan accidental sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Data di analisis menggunakan uji statistik uji

wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh sesudah

olahraga jalan kaki adalah ringan sejumlah 30 responden (90,9%). Dari hasil
32

uji statistik menggunakan uji mann whitney didapatkan hasil signifikasi

0,000, yang berarti ada pengaruh olahraga jalan kaki terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Mancar Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang.

Savitri, E. W. & Sius, U. 2020. Tentang “Pengaruh Weight Bearing

Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Weight Bearing Exercise

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Metode penelitian

adalah quasi eksperiment dengan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa

weight bearing exercise selama 1 dan 2 hari tidak berpengaruh terhadap

tekanan darah sistol sedangkan weight bearing exercise selama 3 hari

berpengaruh terhadap tekanan darah sistol. Hasil ini lain menunjukkan bahwa

weight bearing exercise selama 1, 2, dan 3 hari berpengaruh menurunkan

tekanan darah diastole pada pasien hipertensi.

Darma, G. S. P., Setiawan, I. G. B. & Widiana, I. G. R. 2021. Tentang

“Pengaruh Aktivitas Fisik Walking Exercise Program (WEP) Terhadap

Cancer Related Fatigue (CRF) Pada Pasien Kanker Payudara Di RSUP

Sanglah”. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh antara walking exercise

programme (WEP) terhadap cancer related fatigue (CRF) pada pasien kanker

payudara di RSUP Sanglah Denpasar. Metode: Penelitian randomized

controlled trial group pretest-posttest design ini dilakukan pada seluruh

pasien kanker payudara yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun

2018, untuk dibedakan dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan


33

(yang menjalani WEP). Pengambil data dan pengolah data disamarkan

mengenai kondisi randomisasi dan perlakuan. WEP dilaksanakan selama tiga

minggu yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 30 menit.

Pada kedua kelompok dilakukan penilaian skor brief fatigue inventory (BFI)

sebelum dan sesudah perlakuan. Data kemudian dikumpulkan dan dilakukan

analisis statistik dengan SPSS 25.0. Hasil: Penelitian awalnya terdiri dari 41

peserta di kelompok intervensi dan 41 di kelompok kontrol. Dua peserta dari

kelompok kontrol mengundurkan diri dari penelitian. Pada analisis skor BFI

setelah latihan, ditemukan bahwa skor BFI pada kelompok intervensi

menurun secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol (2,8±1,2 vs.

0,2±0,7; p<0,001). Dengan uji multivariat ANCOVA ditemukan bahwa

setelah mengendalikan variabel perancu, aktivitas fisik WEP tetap dapat

memberikan efek 2,5 kali lebih besar dibanding kontrol (p=0,001).

Hidayah, K. N., Puspita, S. & Farida, S. N. 2020. Tentang “Pengaruh

Walking Exercise Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelakombo

Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Tujuan penelitian untuk

mengetahui pengaruh walking exercise terhadap perubahan kadar glukosa

darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas

Jelakombo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Jenis penelitian pre-

eksperimen dengan pendekatan pretest-posttest control group design.

Populasi semua penderita diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Jelakombo

Kabupaten Jombang, dengan teknik sampling total sampling didapatkan


34

sampel sebanyak 32 responden. Walking exercise dilakukan durasi 30 menit 3

kali seminggu selama 1 bulan. Alat ukur yang digunakan observasi

berdasarkan pengukuran GDA berdasarkan alat ukur kadar glukosa (easy

test), analisa dengan uji statistik Wilcoxon dan Mann Whitney dengan taraf

signifikan 5% (α = 0,05). Hasil penelitian dapat disimpulkan pengaruh pada

kelompok kontrol kadar glukosa darah sebelum dan sesudah tidak signifikan

dikarenakan nilai p=0,317 > (α = 0,05). Pada kelompok perlakuan (walking

exercise) kadar glukosa darah sebelum dan sesudah terdapat signifikan

dikarenakan nilai p=0,000 < (α=0,05), dan terdapat perbedaan yang signifikan

antara kelompok kontrol dan perlakuan yang signifikan dikarenakan (p=0,000

< α=0,05).

Romadlon, M. A. Nugraha, E. & Ronal, H. 2019. Tentang “Pengaruh

Latihan Kapha Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Peningkatan

Kebugaran Lansia”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan

kapha yoga terhadap penurunan tekanan darah dan peningkatan kebugaran

lansia. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian

kausal komparatif atau ex-postfacto yang membandingkan dua kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampling yaitu

sampling purposive. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang

sudah didiagnosa oleh dokter positif menderita hipertensi adalah kelompok

eksperimen 15 orang lansia dengan rentan usia 60-74 tahun di Apotek Izzatul

Komplek Puri Cipageran Indah 1 Blok B 42 Cimahi dan kelompok kontrol 15

orang lansia dengan rentang usia 60-74 tahun di Lapangan Primarobic


35

Jatihandap gg.3 Rt 04/Rw 04 Cicaheum, Kota Bandung. Instrument penelitian

ini adalah mengadopsi dari journal C. Jessie Jones dan Roberta E. Rikli pada

tahun 2002 yang menggunakan The Seniors Fitness Test. Hasil Penelitian

menunjukan adanya penurunan tekanan darah dan peningkatan kebugaran

lansia yang signifikan oleh kelompok eksperimen selama 24 kali pertemuan.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik itu muda

maupun tua, yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik diatas

140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi tidak diketahui

penyebabnya, karena telah banyak kasus yang ditemui tidak adanya gejala

dan tanda yang khas serius kemudian secara tiba-tiba dapat menimbulkan

kematian bagi penderitanya.

Olahraga adalah salah satu tindakan yang dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun

distolik pada orang yang mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan.

Olahraga juga dapat menurunkan jumlah keluaran noradrenalin dan hormon-

hormon lain yang menyebabkan stres, yaitu yang menyebabkan pembuluh

darah menciut dan menaikkan tekanan darah. Olahraga ringan yang dapat

diberikan pada penderita hipertensi adalah therapeutic walking exercise.

Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah walking exercise

disebabkan karena terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu

penurunan aktivitas system saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer

vascular, dan penuruna curah jantung. Setelah melakukan latihan berjalan

kaki dengan waktu ± 20-30 menit pasien hipertensi akan mengalami

penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jantung.

36
37

B. Kerangka Konsep

Penurunan Tekanan
Therapi Walking Exercise
Darah Ringan

Gambar 1 Bagan Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel independent (yang diteliti)

: Variabel dependent (terikat)

: Pengaruh

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel independent (bebas) adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependent (terikat) (Sugyono, 2016). Variabel independent dalam

penelitian ini adalah terapi walking execirse.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karenan adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016).

Pada penelitian ini variabel dependenntnya adalah penurunan tekanan

darah ringan.
38

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Penurunan Tekanan Darah Ringan

Yang dimaksud dengan penurunan tekanan darah ringan dalam

penelitian ini adalah penurunan tekanan darah systole 140-159 mmHg dan

diastole 90-99 mmHg pada penderita hipertensi setelah melakukan terapi

walking exercise 3 kali dalam seminggu selama 2 minggu dengan waktu

20-30 menit di pagi hari (08.00) atau berjalan kaki sejauh ± 3 Km dalam

setiap kali pertemuan.

Kriteria Objektif :

Turun : Jika tekanan darah systole 140-159 mmHg dan diastol

90-99 mmHg mengalami penurunan menjadi sistol

120-129 mmHg dan diastol 80-84 mmHg dari tekanan

darah awal saat pertama kali dilakukan pengukuran.

Tidak turun : Jika tekanan darah sistol ≥140-159 mmHg dan diastol

≥90-99 mmHg tetap atau tidak mengalami penurunan

dari tekanan darah awal saat pertama kali dilakukan

pengukuran.

(WHO, 2014)

2. Terapi Walking Exercise

Yang dimaksud dengan terapi walking exercise adalah salah satu

bentuk latihan aktivitas yang paling sederhana pada pasien hipertensi

dengan frekwensi 3 kali seminggu selama 2 minggu dengan waktu 20-30


39

menit dipagi hari (08.00) atau berjalan kaki sejauh ± 3 Km dalam setiap

pertemuan.

Kriteria Objektif :

Dilakukan : Melakukan terapi walking exercise 3 kali dalam

seminggu selama 2 minggu.

Tidak dilakukan : Tidak melakukan terapi walking exercise 3 kali

dalam seminggu selama 2 minggu

E. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada pengaruh terapi walking execirse terhadap penurunan

tekanan darah ringan di wilayah kerja Puskesmas Sorawolio Kota

Baubau

Ha : Ada pengaruh terapi walking execirse terhadap penurunan tekanan

darah ringan di Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasy

eksperiment yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok

eksperimental. Sedangkan jenis rancangan yang digunakan non equaivalent

control group design yaitu memberikan perlakuan kepada kelompok

eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol sebagai pembanding.

Adapun rancangan penelitian non equaivalent control group design

sebagai berikut :

Subjek Pre-test Perlakuan Post-test

K-I O I O2-E

K-K O - O2-K

Gambar 2. Desain non equaivalent control group design

40
41

Keterangan :

K-E : Kelompok intervensi (perlakuan)

K-K : Kelompok kontrol

O : Dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan perlakuan

(pre test)

O2 : Dilakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakukan perlakuan

(post test)

I : Perlakuan walking exercise

(Nursalam, 2013)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencana akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sorawolio Kota Baubau

2. Waktu Penelitian

Penelian ini rencana akan dilaksanakan pada bulan Juni 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni,

2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi

yang tercatat dibuku rekam medis Puskesmas Sorawolio tahun 2020 yaitu

sebanyak 208 penderita.


42

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang di miliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling

dengan pendekatan purposive sampling yaitu pengambilan sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2013).

Adapun besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus (Nursalam, 2013) :

n=

Keterangan :

n = perkiraan besar sampel

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1 – p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,1)

=
43

= 65,91 di bulatkan menjadi 66

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh besar sampel minimal 66

responden, dengan 33 responden yang diberikan perlakuan (intervensi)

dan 33 responden yang tidak diberikan perlakuan (kontrol)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian klien hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Sorawolio Kota Baubau tahun 2020 dengan :

a. Kriteria Inklusi

1) Penderita hipertensi ringan

2) Berusia 20 - 40 tahun

3) Penderita yang tidak disertai penyakit komplikasi

4) Penderita yang bersedia menjadi responden

5) Penderita yang berjenis kelamin laki-laki

6) Penderita yang tidak sedang mengkonsumsi obat antihipertensi

b. Kriteria Eksklusi

1) Penderita yang menolak menjadi responden

2) Penderita yang tidak koperatif

3) Penderita yang sedang mengkonsumsi obat antihipertensi

4) Penderita yang tidak menjalani latihan fisik walking exercise

5) Atlet
44

6) Penderita yang bukan bekerja sebagai petani

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur terapi walking execirse

adalah jam tangan sedangkan untuk mengukur tekanan darah dengan lembar

observasi menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Lembar

kuesioner untuk mengukur data demografi.

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner, kelompok fokus, dan panel atau juga data hasil wawancara

peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2014).

Sebelum dilakukan terapi walking exercise pada pasien hipertensi,

pasien terlebih dahulu diukur tekanan darahnya untuk mengetahui hasil

tekanan darah pasien hipertensi dan keluarga mengisi checklist yang

sudah diberikan (pre-test) yang dilakukan satu hari sebelum melakukan

walking exercise kepada klien. Tekanan darah pasien diukur

menggunakan spignomanometer dan stetoskop. Intervensi (walking

exercise) di lakukan selama 1 (satu) minggu dengan 3 (Tiga) kali

pertemuan. Dalam satu kali pertemuan walking exercise dilakukan

selama 20-30 menit. Post test pengukuran tekanan darah pada pasien

hipertensi dilakukan setelah Satu minggu (tiga kali pertemuan)


45

melakukan walking exercise untuk menurunkan tekanan darah dan

keluarga menyerahkan checklist yang sudah diisi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lingkungan penelitian

berupa data dari puskesmas, keluarga dan sumber lain yang dapat

menunjang penelitian.

3. Cara/Tahap Pengumpulan Data

a. Peneliti mengajukan surat pengambilan data awal yang dikeluarkan

oleh Program Studi S1 Keperawatan Universitas Mandala Waluya

yang di tujukan kepada Kepala Puskesmas Sorawolio

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang

dikeluarkan oleh Program Studi S1 Keperawatan Universitas

Mandala Waluya yang di tujukan kepada Kepala Puskesmas

Sorawolio.

c. Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas

Sorawolio, peneliti menyiapkan diri untuk melakukan Terapi

walking exercise

d. Peneliti datang ke Wilayah Kerja Puskesmas Sorawolio. Peneliti

juga meminta kerjasama dari petugas puskesmas dan memberikan

penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian,

serta meminta ijin untuk mengadakan terapi walking exercise.


46

e. Peneliti menentukan jumlah dan nama responden yang termasuk

kriteria inklusi.

f. Peneliti menemui responden ke rumah responden, sesuai dengan

data dan alamat yang didapatkan dari puskesmas.

g. Peneliti menjelaskan tujuan prosedur penelitian dan teknik

penelitian pada responden.

h. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diberikan

kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk

menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan

bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden

diminta untuk menanda tangani lembar informed consent yang

telah disiapkan peneliti.

i. Setelah responden mengisi lembar informed consent, kemudian

responden diminta untuk mengisi data demografi meliputi usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

j. Peneliti memberikan penjelasan mengenai terapi walking excercise

dan lama waktu yang dibutuhkan untuk terapi walking excercise

yang akan dijalani responden.

k. Peneliti menginformasikan bahwa terapi walking excercise yang

dilakukan oleh responden akan dilakukan bersama dan akan di

observasi oleh peneliti.


47

l. Peneliti membagikan pedoman SOP terapi walking excercise dan

melakukan kontrak waktu untuk melakukan latihan. Peneliti

melakukan penelitian selama 2 minggu dalam 20-30 menit untuk 1

kali sesi latihan pada jam sesuai dengan kontrak waktu dengan

responden. Peneliti melakukan terapi walking exercise selama 3

kali dalam seminggu. Penelitian ini dilakukan di rumah responden

yang telah disepakati bersama.

m. Pada saat sebelum latihan pertama tekanan darah responden akan

diukur, peneliti dan responden akan bersama-sama melakukan

latihan dan hasil akan diobservasi dan selanjutnya peneliti akan

melakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakukan intervensi

pada hari ke 14, dan mencatat di lembar observasi di kegiatan

didokumentasikan.

n. Setelah penelitian selesai peneliti memberikan reinforcement

positif pada semua responden atas keterlibatannya dalam

penelitian.

o. Setelah prosedur pengumpulan data selesai dilakukan maka hasil

pencatatan data selanjutnya diolah ke dalam program pengolahan

data SPSS ( Statistical Product and Service Solution )

F. Pengolahan Data, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a. Editing
48

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh pasien hipertensi. Pada penelitian ini peneliti

memeriksa data yang diperoleh, baik mengenai identitas pasien

hipertensi maupun jawaban checklist.

b. Koding

Koding atau pengkodean pada lembar observasi. Pada tahap ini

kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan

pada lembaran observasi sesuai pengamatan yang dilakukan.

c. Skoring

Skoring dilakukan untuk mengetahui total skor dari hasil

checklist dan pengukuran tekanan darah sesudah melakukan terapi

walking exercise sebagai berikut :

Jawaban “di lakukan” diberikan skor 1

Jawaban “tidak di lakukan” diberikan skor 0

d. Tabulasi

Data yang dikumpulkan dalam bentuk table dan dianalisis

dalam bentuk daftar statistic dengan menggunakan alat analisis.

e. Entry

Kegiatan memasukkan data kedalam program computer untuk

selanjutnya dilakukan pengelompokkan data atau analisis data

menggunakan SPPS
49

2. Analisis Data

a. Analisi Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis

tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005). Analisa

univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data tersebut

berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengolahan datanya

hanya satu variabel (Sujarweni, 2014). Analisa univariat

menggunakan rumus :

X=

Keterangan :

X = presentase hasil penelitian

f = frekuensi variabel yang diteliti

n = jumlah sampel penelitian

k = konstanta (100%)

Analisa univariat dalam penelitian ini berdasarkan macam data

yang dimiliki tersebuut, dalam penelitian ini dipakai perhitungan :

1) Distribusi frekuensi

Variabel distribusi frekuensi yang digunakan untuk

menganalisis ini adalah pengaruh terapi walking exercise. Data

yang dianalisis adalah jenis kelamin, pendidikan dan

perkerjaan.

2) Perhitungan Tendensi sentral


50

Perhitungan tendensi sentral adalah ukuran pemusatan

sebuah distribusi data. Ukuran atau nilai tunggal yang

mewakili keseluruhan data. Jenis tedensi sentral adalah mean

(raata-rata), median, modus. Data yang dianalisis merupakan

data numerik yang berskala rasio dan interval. Didalam

penelitian data yang dianalisis menggunakan tedensi sentral

adalah usia.

(Notoatmodjo, 2012)

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat adanya pengaruh

terapi walking exercise terhadap penurunan tekanan darah pada

pasiew hipertensi sebelum dan sesudah melakukan intervensi.

Sebelum uji pengaruh, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-

Smirnov dengan taraf 0,05 (ɑ = 0,05) karena sampel dalam

penelitian ini diatas 50 sampel.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh sebelum dan

sesudah di lakukan intervensi di gunakan uji sebagai berikut:

1) Jika data berdistribusi normal dan skala data interval atau rasio

maka di gunakan statistik parametrik, yakni uji t berpasangan

(paired t test) pada tingkat kemaknaan (ɑ) = 5% (0,05), dengan

interprestasi sebagai berikut:


51

a) Apabila thitung>ttabel maka HO di tolak atau Ha di terimah

yang berarti ada pengaruh terapi walking exercise terhadap

penurunan tekanan darah ringan pada pasien hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Sorawolio

b) Apabila thitung≤ttabel maka H0 di terimah atau Ha di tolak yang

berarti tidak ada pengaruh terapi walking exercise terhadap

penurunan tekanan darah ringan pada pasien hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Sorawolio.

Rumus uji t berpasangan (paired t test ) :

thit =

Keterangan :

thit = nilai pengujian

sd = standar deviasi

n = jumlah sampel

Apabila Thit> Ttabel maka terdapat hipotesis alternatife

diterima artinya ada pengaruh antara dua variabel penelitian

yang signifikan dan apabila kebalikan Thit< Ttabel maka

hipotesis alternatife ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara kedua variabel penelitian.

2) Jika data tidak berdistribusi normal maka di gunakan statistik

non parametik, yakni uji Wilcoxon signed rank test, pada


52

tingkat kemaknaan (ɑ) = 5% (0,05), dengan interprestasi

sebagai berikut:

a) Apabila p≤ɑ berarti hipotesis nol di tolak yang bermakna

ada pengaruh terapi walking exercise terhadap penurunan

tekanan darah ringan pada pasien hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Sorawolio.

b) Apabila p>ɑ berarti hipotesis alternatif di tolak dan

hipotesis nol di terimah yang bermakna tidak ada pengaruh

terapi walking exercise terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Sorawolio.

3. Penyajian Data

Data akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi

berdasarkan variabel yang diteliti.

G. Etika Dalam Penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam penelitian

keperawatan antara lain (Dharma, 2011) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti menghormati hak partisipan untuk menentukan sendiri

keikutsertaannya dalam penelitian serta hak dalam memberikan informasi.

Peneliti menghormati jika partisipan menolak memberikan informasi

atau mengundurkan diri dalam penelitian. Informed consent diberikan

sebelum partisipan terlibat dalam penelitian berupa penjelasan mengenai


53

penelitian, gambaran tentang berapa lama penelitian, resiko yang

mungkin timbul, serta keuntungan dan kerugian bagi partisipan jika

berpartisipasi dalam penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Peneliti menjaga privacy dan kerahasian informasi yang diberikan

oleh responden. Data pribadi dari responden ditulis dalam bentuk kode

tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjaga privacy dan memenuhi aspek

anonymity.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Peneliti dalam memilih partisipan penelitian sesuai kebutuhan

penelitian bukan berdasarkan kelompok-kelompok rentan atau tertentu.

Peneliti menghargai keyakinan, kebiasaan dan gaya hidup partisipan yang

berasal dari latar belakang dan budaya yang berbeda-beda.

4. Memperhintungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits)

Peneliti meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan atau

manfaat bagi partisipan. Partisipan berhak untuk bebas dari kerugian,

ketidaknyamanan serta eksploitasi. Peneliti melindungi, mencegah dan

atau meminimalkan hal-hal yang dapat merugikan partisipan selama

penelitian dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Al Idrus, S. N., Gartika, N. & Wilandika, A., 2020. Pengaruh Jalan Kaki Dua
Puluh Menit Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi. Jurnal Keperawatan ‘Aisyisyah, 7 (2), hal. 69-76

Darma, G. S. P., Setiawan. I. G. B. & Widiana, I. G. R. 2021. Pengaruh Aktivitas


Fisik Walking Exercise Program (WEP) Terhadap Cancer Related Fatigue
(CRF) Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Sanglah. Jurnal Bedah
Nasional, Volume 5 (1), hal. 9-15.

Divine, J.G. 2012. Program Olah Raga Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : PT
Intan Sejati.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2019. Profil Kesehatan Provinsi


Sulawesi Tenggara. Kendari

Fatmawati, K. 2018. Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Anggaberi Kabupaten Konawe. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari.

Hidayah, K. N., Puspita, S. & Farida, S. N. 2020. Pengaruh Walking Exercise


Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Jelakombo Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang. Literasi Kesehatan Husada. Volume 4 (3),
hal. 36-48.

Jayadi, I. & Puspita, S. 2019. Pengaruh Olahraga Jalan Kaki Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Desa Mancar Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jomabgn. Jurnal Akademi Husada, Volume I (1),
hal. 1-9.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta : Badan


Litbangkes, Kemenkes

Kementrian Kesehatan RI. 2019. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta : Badan


Litbangkes, Kemenkes.

Notoatmodjo, S. (editor), 2012. VMetodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Munawarah, S. 2017. Pengaruh Jalan Santai Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Warga RW 005 Pisangan Barat Ciputat. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Puskesmas Sorawolio. 2018. Profil Puskesmas Sorawolio Tahun 2018. Sorawolio

Puskesmas Sorawolio. 2019. Profil Puskesmas Sorawolio Tahun 2019. Sorawolio

Puskesmas Sorawolio. 2020. Profil Puskesmas Sorawolio Tahun 2020. Sorawolio

Putri, I. 2019. Pengaruh Buerger Alien Exercise Terhadap Tekanan Darah dan
Saturasi Oksigen (SpO2) Pada Pasien Hipertensi Primer di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019. Skripsi. Program Studi Sarjana
Keperawatan. Stikes Perintis Padang, Bukittinggi.

Romadlon, M. A., Nugraha, E. & Ronald, H. 2019. Pengaruh Latihan Kapha


Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Peningkatan Kebugaran
Lansia. Jurnal Penelitian Pendidikan, hal. 68-73.

Santika, L. 2019. Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Lansia Umur 50-70 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Pasaman Timur Tahun 2019.
Skripsi. Program Studi Sarjana Gizi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis Padang.

Savitri, E. W. & Sius, U. 2020. Pengaruh Weight Bearing Exercise Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Pencerah, 09 (2), hal. 89-91.

Siauta, M., Embuai, S., & Tuasikal, H., 2020. Efektifitas Terapi Walking
Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan, Volume 12 No 4, Hal 735-742.

Sujarweni, W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit


Gava Media

Universitas Mandala Waluya. 2021. Pedoman Penulisan Proposal Penelitian Dan


Skripsi. Universitas Mandala Waluya, Kendari.
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Bapak/Ibu/Saudara (i)
di-
Tempat

Sehubung dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi S1


Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Univesitas Mandala Waluya Kendari,
maka saya:

Nama : Firmansyah

Nim : P.2019.02.009

Status : Mahasiswa S1 Keperawatan

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Walking


Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Ringan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sorawoli”, untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesedian
Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk berkenan menjadi subjek penelitian (dijadikan
sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan dengan Bapak/Ibu/Saudara (i)
dirahasakan oleh peneliti.

Atas partisipasi dan dukunganya, saya ucapkan terima kasih.

Sorawolio,………2021

Peneliti

(.................................)
Lampiran 2

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yan bertanda tangan di bawah ini :

Inisial :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari :

Nama : Firmansyah

Nim : P.2019.02.009

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Pengaruh Terapi Walking Exercise Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Ringan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sorawolio

Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan

dampak dan resiko apapun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk

kepentingan peneliti. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-

hal yang belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas.

Dengan demikian saya menyatakan dengan sukarela untuk ikut sebagai

sunjek dalam penelitian ini.

Sorawolio, ....................2020

Rspondent

(..............................)
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

Inisial Jenis Tekanan Darah


No. Umur
Nama Kelamin Pre Post
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL AKTIVITAS FISIK
WALKING EXERCISE
Aktivitas fisik jalan kaki adalah suatu aktivitas fisik
Pengertian ringan dengan risiko cedera yang rendah, dan mampu
memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.
Dapat menyehatkan jantung, otot dan persendian,
kekompakan tulang, kelancaran metabolisme tubuh,
Tujuan
kestabilan otot tubuh, memperlancar sirkulasi darah serta
dapat menurunkan tekanan darah.
Penderita hipertensi dengan tekanan darah berkisar
Indikasi
antara 140- 169 mmHg.
Kontra Indikasi Penderita hipertensi dengan tekanan darah ≥170 mmHg.
Prosedur 1. Persiapan awal
Pelaksanaan a. Perlengkapan yang digunakan :
Gunakan sepatu dan pakaian olahraga yang
nyaman dan melindungi tubuh, menggunakan pakaian
yang longgar, hindari pakaian yang berasal dari karet
karena pakaian berbahan karet akan menghalangi
proses penguapan keringat dari kulit.
b. Lakukan pemanasan :
Pemanasan dilakukan dengan cara berjalan kaki
secara perlahan selama kira-kira 5 menit sampai tubuh
berasa cukup hangat.
c. Peregangan :
Peregangan yang dilakukan meliputi bagian otot
leher, tangan, pinggul, bawah kaki termasuk hamstring
(otot yang berada di bagian belakang paha), serta
pergelangan kaki.
2. Saat Berjalan
a. Posisi kaki

1) Jejakkan tumit ke tanah terlebih dahulu


2) Ganti langkah dari tumit ke ujung jari kaki

3) Dorong kaki dengan ujung jari kaki

4) Angkat kaki belakang untuk menapak dengan


tumit.
b. Posisi lutut
Langkahkan kaki dengan santai (relax) saat
berjalan kaki. Tekuk lutut sedikit saat melangkah dan
jangan kaku. Kaki yang lurus dan kaku saat
melangkah dapat menimbulkan tekanan atau
ketegangan pada sendi lutut.
c. Posisi otot perut
Saat berjalan kaki, gunakan otot-otot perut untuk
membantu menyangga postur tubuh dan tulang
belakang. Caranya adalah dengan menarik sedikit otot
perut (mengempiskan perut) sambil posisi tubuh
benar-benar tegak saat berjalan. Sikap tubuh yang
benar saat berjalan kaki akan membantu
mempermudah pernapasan dan mencegah sakit
punggung.
Berikut ini sikap tubuh yang benar saat berjalan
kaki :

1) Berdiri tegak dengan relax dan punggung


jangan membungkuk

2) Posisi tubuh jangan terlalu condong ke dedpan


(dagu sejajar dengan tanah) untuk mengurangi
ketegangan leher dan punggung.

3) Tarik perut kearah dalam.

4) Kepala ditegakkan
5) Gerakan bahu secara relax dan bebaskan dari
ketegangan

6) Posisi tangan relax dengan telapak


tangan menggenggam ringan

7) Posisi kepala tetap tegak dan berada di tengah


bahu atau tidak miring, mata fokus menatap
lurus kedepan

8) Menarik sedikit otot perut (mengempiskan


perut) sambil posisi tubuh benar-benar tegak
saat berjalan

9) Tekuk lutut saat melangkah dan jangan kaku

10) Jejakkan tumit ke tanah terlebih dahulu

11) Angkat kaki belakang untuk menapak


d. Posisi tangan dan bahu
Gerakan tangan dapat memberikan keseimbangan
pada gerakan kaki saat berjalan.
a) Teknik gerakan dan posisi membentuk sudut
90 derajat dan ayunan tangan saat berjalan
tidak lebih tinggi dari dada
b) Ayunkan tangan dekat tubuh serentak
dengan langkah kaki dan posisinya berlawanan

c) Pastikan kedua tangan berayun ke depan dan


ke belakang, bukan ke samping
d) Posisi tangan relaks dengan posisi telapak
tangan menggenggam ringan
e. Posisi kepala dan leher
Jaga posisi kepala agar tetap tegak dan berada di
tengah bahu atau tidak miring dengan mata fokus
menatap lurus kedepan. Posisi bahu relaks, tetapi tetap
tegak dan jangan membungkuk. Jangan menggerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan atau memandang ke arah
kaki karena dapat mebuat leher tegang. Dagu sejajar
tanah seolah-olah mata memandang titik yang berjarak
sekitar 5 meter di depan. Boleh melihat kebawah
sekali-sekali tetapi posisi kepala tetap tidak berubah.
f. Pernapasan
Caranya adalah dengan melakukan pernapasan
perut. Gembungkanlah perut saat mengambil napas.
Boleh mengambil napas melalui hidung ataupun
mulut. Hal tersebut tidak menjadi masalah kerena
yang terpenting adalah memperlapang paru- paru agar
dapat menampung banyak udara.

g. Lama Intensitas jalan Kaki


Ambang minimum respons terkait dosis olahraga
pada tekanan darah biasanya sekitar 30 menit dan
dilakukan beberapa kali per minggu (minimal 3x
seminggu) dan dilakukan minimal selama 2 – 6
minggu.
h. Pendinginan
Caranya adalah dengan mengurangi intensitas
kegiatan dan melakukan peregangan pada otot-otot
tubuh. Mengurangi intensitas kegiatan dengan cara
berjalan lebih lambat 5-10 menit, kemudian dapat
melakukan peregangan selama 5-10 menit.
Sumber : Divine (2012)

Anda mungkin juga menyukai