Dosen Pembimbing :
Dian Agnesia, S. Gz., MPH
Disusun Oleh :
Arin Widi Kustantri (201601003)
Ekologi pangan adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek lingkungan yang
terkait dengan pangan dan gizi untuk kesehatan masyarakat.
Tujuan dari ekologi pangan dan gizi adalah agar dapat mengetahui berbagai
hubungan dan masalah antar variabel yang berkaitan dengan penyediaan pangan, sosio
ekonomi dan budaya pangan, konsumsi gizi, penggunaan zat gizi dalam tubuh, status gizi
dan status kesehatan masyarakat, serta upaya peningkatan gizi masyarakat.
3. Pengetahuan gizi.
Contoh kasus :
Krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997 membawa dampak yang sangat
besar bagi kehidupan rakyat Indonesia, terutama bagi kalangan menengah kebawah.
Akibat krisis moneter, harga berbagai kebutuhan pokok terus melonjak. Hal tersebut
menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat tajam. Dampak beruntun
dari krisis moneter, meningkatnya harga kebutuhan pokok serta kemiskinan yang kian
merajalela berimbas pada perubahan pola konsumsi masyarakat (dalam hal ini mengarah
pada penurunan). Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan ketahanan pangan masyarakat
anjlok.
Dengan ini, harga sembako seperti beras, kedelai dan minyak goreng semakin
hari semakin tidak terjangkau oleh daya beli rakyat Indonesia. Akibatnya, rakyat
kekurangan pangan dan gizi buruk merebak di berbagai daerah. Berita tentang adanya
sejumlah rakyat yang kelaparan, makan nasi aking, lumpuh layu dan bunuh diri lantaran
tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok menghiasi media massa hampir setiap hari.
Penderita gizi buruk semakin bertambah. Jika pada tahun 2005 anak balita yang
menderita gizi buruk sebanyak 1,8 juta jiwa, pada tahun 2007 menjadi 5 juta jiwa
(prakarsa-rakyat.org).
Sumber lain memaparkan hal yang lebih memprihatinkan lagi, tercatat 2 sampai 4
dari 10 anak balita di 72 kabupaten terkena busung lapar, sekitar 11 juta dari 13 juta anak
usia sekolah di seluruh Indonesia kini mengalami anemia gizi (republika.co.id).
Fenomena tersebut sungguh ironi yang memilukan, karena terjadi di negara agraris dan
maritim terbesar di dunia, memiliki kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Indonesia
dikenal sebagai negara agraris dan maritim terbesar, namun pada kenyataanya masih
sangat banyak rakyatnya yang kelaparan dan terkena gizi buruk.
Tragedi kerawanan pangan dan gizi memang sungguh ironis terjadi di Negara
sesubur Indonesia. Padahal pemerintah terus berupaya meningkatkan dari APBN untuk
bantuan bagi rakyat miskin diantaranya melalui asuransi lesehatan rakyat miskin
(Askeskin). Jika pada tahun 2005 a ggaran yang disiapkan untuk rakyat miskin
(Askeskin) adalah sebesar 2,3 triliun, tahun 2006 sebesar 3,6 triliun, tahun 2007, 2,2
triliun dan untuk 2008 dianggarkan 4,6 triliun (lampungnews.com).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini, adalah untuk dapat mengetahui :
Kebijakan pemerintah dalam bidang pangan dan gizi
Gizi seimbang dan sistem ketahanan pangan
Penerapan sistem dalam bidang pangan dan gizi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Sistem adalah : rangkaian komponen yang saling terkait menuju suatu tujuan yang
sama.
Contoh :
Tubuh manusia merupakan suatu system dengan komponen jaringan, organ, syaraf,
pembuluh darah dan sebagainya dengan tujuan menjaga keseimbangan fungsi tubuh.
c. Subsistem Konsumsi
Subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan
secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan
kehalalan, Di samping juga efisiensi untuk mencegah pemborosan.
Subsistem konsumsi juga mengarahkan agar pemanfaatan pangan dalam tubuh
(food utility) dapat optimal, dengan peningkatan kesadaran atas pentingnya pola
konsumsi beragam dengan gizi seimbang mencakup energi, protein, vitamin dan
mineral, pemeliharaan sanitasi dan higiene serta pencegahan penyakit infeksi dalam
lingkungan rumah tangga. Hal ini dilakukan melalui pendidikan dan penyadaran
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan menerapkan
kaidah –kaidah tersebut dalam pengelolaan konsumsi.
Kinerja subsistem konsumsi tercermin dalam pola konsumsi masyarakat di
tingkat rumah tangga. Pola konsumsi dalam rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain kondisi ekonomi, sosial dan budaya setempat. Untuk itu,
penanaman kesadaran pola konsumsi yang sehat perlu dilakukan sejak dini melalui
pendidikan formal dan non-formal. Dengan kesadaran gizi yang baik, masyarakat
dapat menentukan pilihan pangan sesuai kemampuannya dengan tetap
memperhatikan kuantitas, kualitas, keragaman dan keseimbangan gizi. Dengan
kesadaran gizi yang baik, masyarakat dapat meninggalkan kebiasaan serta budaya
konsumsi yang kurang sesuai dengan kaidah gizi dan kesehatan. Kesadaran yang baik
ini lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi masing-masing anggota keluarga
sesuai dengan tingkatan usia dan aktivitasnya.
Acuan kuantitatif untuk konsumsi pangan adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG)
rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ke-VIII tahun 2004,
dalam satuan rata-rata per kapita perhari, untuk energi 2.000 Kilo kalori dan protein
52 gram. Acuan untuk menilai tingkat keragaman konsusi pangan adalah Pola Pangan
Harapan (PPH) dengan skor 100 sebagai pola yang ideal. Kinerja keragaman
konsumsi pangan pada suatu waktu untuk komunitas tertentu dapat dinilai dengan
metoda PPH (suaramerdeka.com).
Dalam kondisi kegagalan berfungsinya salah satu subsistem di atas, maka
pemerintah perlu melakukan tindakan intervensi. Berbagai macam intervensi yang
dapat dilakukan adalah: (a) pada subsistem ketersediaan berupa bantuan/subsidi
saprodi, kebijakan harga pangan, kebijakan impor/ekspor, kebijakan cadangan pangan
pemerintah; (b) pada subsistem distribusi berupa penyaluran pangan bersubsidi,
penyaluran pangan untuk keadaan darurat dan operasi pasar untuk pengendalian harga
pangan; dan (c) pada subsistem konsumsi dapat dilakukan pemberian makanan
tambahan untuk kelompok rawan pangan/gizi buruk, pemberian bantuan tunai untuk
meningkatkan kemampuan mengakses pangan.
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Banyak kebijakan yang telah di buat pemerintah terkait pemenuhan kebutuhan gizi
masyarakat, diantaranya yang paling banyak diperbincangkan adalah UUd Republik
Indonesia 10945 sebagai sumber dari segala sumber hukum. Atau secara umum UU
tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat wajib mewujudkan
ketahanan pangan.
2. Aplikasi kebijakan pemerintah terkait masalah pemenuhan kebutuhan gizi masih
belum sesuai harapan, masih banyak warna Negara yang kekurangan bahan pangan
yang belum tersentuh aparat pemerintah.
B. Saran
hendaknya pemerintah lebih serius lagi dalam menangani kasus kurang gizi yang
terjadi di masyarakat karena masalah kurang gizi ini adalah permasalahan yang paling
mendasar bagi keberlangsungan suatu bangsa.
hendaknya masyarakat senantiasa menambah pengetahuannya mengenai pentingnya
gizi cukup serta merubah pandangan bahwa yang bergizi adalah yang mahal dan
menghilangkan budaya Mc Donaldisasi dan menumbuh kembangkan budaya kerja
keras demi peningkatan kesejahteraan hidup bersama.
hendaknya mahasiswa senantiasa meningkatkan kepekaannya terhadap masalah-
masalah yang berkembang dimasyarakat dan senantiasa berupaya menemukan solusi
untuk menyelesaikan masalah tersebut.