Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perilaku konsumsi konsumen masyarakat menunjukkan perilaku masyarakat dalam jangka panjang terhadap alokasi pendapatannya untuk melakukan konsumsi yang di dalamnya meliputi berapa besar pendapatan mereka yang dialokasikan untuk konsumsi dan pola hasrat untuk mengkonsumsi. Dalam usaha mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi tersebut, konsumen akan dihadapkan pada proses membuat keputusan terhadap produk atau jasa yang akan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mencapai kepuasan. Pada kondisi inilah sebenarnya perilaku konsumen sudah mulai berjalan. Sehingga perilaku beli konsumen atau disebut perilaku konsumen, bukanlah suatu perkara kecil karena setiap anggota masyarakat merupakan konsumen. Pola konsumsi sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumsi konsumen dalam jangka panjang. Perilaku konsumsi konsumen ini yang akan dijadikan dasar dalam mencari pola konsumsi saat ini. Para peneliti kesehatan mengatakan bahwa status kesehatan perorangan dan perilaku dalam pola makan, di pengaruhi oleh beberapa factor, yaitu dari segi intrapersonal, social budaya, serta dari lingkugan fisik atau ekosistem dimana masyarakat itu tinggal. Para peniliti melakukan program atau cara-cara dalam merubah pola makan masyarakat dengan melakukan program pendekatan ekologis Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Sedangkan pendekatan ekologi dikembangkan oleh para ilmuan social dan diadaptasi oleh priset serta praktisi di bidang promosi kesehatan untuk membantu memahami dan mempengaruhhi perilaku kesehatan. Dalam pendekatan ekologis diyakini bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh banyak tingkat pengaruh yang meliputi faktor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan
1

ini, meliputi ketersediaan berbagai jenis makanan dan tuntutan lingkungan social serta fisik mereka terhadap aktifitas fisik yang harus dikerjakan oleh seseorang. Dalam pendekatan ekologis diyakini pula bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh banyak tingkatan pengaruh yang meliputi factor-faktor intrapersonal dan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud dengan pendekatan ekologis ? 2. Apa saja prinsip-prinsip dari pendekatan ekologis ? 3. Apa saja program-program dalam pendekatan ekologis ? 4. Bagaimana dalam mengatasi pola makan masyarakat ? 5. Bagaiman prespektif pola makan masyarakat di masa mendatang ? 1.3 Tujuan 1. Memahami pengertian dari pendekatan ekologis 2. Memahami prinsip-prinsip dari pendekatan ekologis 3. Memahami program-program dalam pendekatan ekologis 4. Memahami dalam mengatasi pola makan masyarakat 5. Memahami prespektif pola makan masyarakat di masa mendatang

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pendekatan Ekologis Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Arnest Haekcel, seorang ilmuan biologi dari jerman pada tahun 1866. Kata ekologi berasal dari bahasa yunani oekos berarti rumah dan logos berarti ilmu. Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup dan rumahnya atau rumah tangga makhluk hidup. Sedangkan pendekatan ekologi dikembangkan oleh para ilmuan social dan diadaptasi oleh priset serta praktisi di bidang promosi kesehatan untuk membantu memahami dan mempengaruhhi perilaku kesehatan, yang dapat diartikan suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Green et al menyatakan Model ekologi promosi kesehatan mempresentasikan kesehatan sebagai suatu produk interpendensi antara perorangan dan berbagai subsistem ekosistem (misalnya, keluarga, komunitas, lingkungan fisik dan sosial ) . Dengan kata lain, kesehatan tidak semata-mata di tentukan oleh seorang individu, serta karakteristik pribadinya. Sebaliknya, kesehatan ditentukan oleh : Tindakan dan karakteristik perorangan Factor-faktor diluar perorangan Interaksi antar keduanya Dalam pendekatan ekologis diyakini bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh banyak tingkat pengaruh yang meliputi faktor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan ini, meliputi ketersediaan berbagai jenis makanan dan tuntutan lingkungan social serta fisik mereka terhadap aktifitas fisik yang harus dikerjakan oleh seseorang. Dalam pendekatan ekologis diyakini pula

bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh banyak tingkatan pengaruh yang meliputi factor-faktor intrapersonal dan lingkungan. 2.2 Pendekatan Perorangan Versus Ekologis Pendekatan tingkat perorangan Pendekatan tingkat perorangan memfokuskan perhatiannya hanya pada factor-faktor di dalam diri seseorang atau pada presepsi orang tersebut terhadap lingkungannya untuk menjelaskan perilaku gizi. Factor-faktor di dalam diri seseorang seperti pengetahuan, sikap yang positif atau negative, dan kepercayaan personal tentang norma-norma social digunakan dalam pendekatan perorangan untuk menerangkan perilaku gizi. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai sikap yang positif atau negative, orang tersebut akan memiliki kecenderungan untuk membatasi kosumsi makanan tinggi lemak, memasaknya dengan tidak begitu banyak lemak/minyak dan memilih jenis-jenis makanan yang kandugan lemaknya sedikit ketika dia makan di kafetaria atau restoran. Pendekatan tingkat ekologis Pendekatan tingkat ekologis mengakui pentingnya factor-faktor individual/perorangan dalam menetukan perilaku gizi kendati juga memperhitungkan factor-faktor di luar perorangan (yaitu factor lingkungan ) serta interaksi antara factor perorangan dan lingkungan. Khususnya interaksi antara pengaruh perorangan dan lingkungan menjadi factor yang membuat pendekatan ekologis berbeda dengan factor pendekatan perorangan. Interaksi tersebut berarti bahwa berbagai orang dapat dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan yang berbeda atau dengan berbagai factor lingkungan yang sama. Sebagai contoh, seseorang dengan tingkat pendapatannya yang stabil, maka akan tetap membeli sayuran dan buah tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi, sedangkan dengan orang-orang yang pendapatannya rendah maka akan terpengaruh oleh fluktuasi, kemungkinan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran akan lebih sedikit ketika harganya melambung tinggi.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa, factor perorangan yang menimbulkan perilaku gizi diakui dalam pendekatan ekologis sedangkan factor lingkungan yang menimbulkan perilaku juga sangat penting. Interaksi antara factor-faktor perorangan dan lingkungan yang menimbulkan perilaku sangat penting dalam model ekologis.

2.3 Prinsip Penting Dalam Pendekatan Ekologis Tingkat perorganisasian dalam pendekatan ekologis Ekosistem bersifat sangat kompleks. Model pendekatan ekologis berupaya untuk menentukan karakteristik ekosistem dengan membaginya menjadi berbagi tingkatan. Tingkatan ini meliputi : 1. Tingkat intrapersonal Di tingkat intrapersonal terdapat sikap, kepercayaan, dan presepsi dalam diri seseorang yang menentukan perilaku makannya. Sikap, kepercayaan, dan presepsi ini ada dalam diri seseorang, dan presepsi ini terdapat dalam diri seseorang dan orang lain. Factor-faktor yang terdapat dalam intrapersonal : a) Rintangan yang disadari terhadap perubahan pola makan b) Manfaat yang disadari dari perubahan pola makan c) Norma-norma social yang disadari untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan d) Efikasi yang disadari untuk perubahan pola makan e) Pengetahuan yang berhubungan dengan gizi f) Kenginan untuk mengonsumsi makan makan tertentu g) Kesukaan/pilihan bedasarkan cita rasa tertentu (taste preference) h) Keterampilan dalam memasak menyiapkan makanan 2. Tingkat social dan budaya Tingkatan ekologis ini meliputi interaksi yang di perlihatkan seseorang dengan keluarga, sahabat, lembaga( tempat ibadah, sekolah, tempat kerja) dan kebijakan pemerintah atau hukum. Pengaruh budaya yang luas juga sering dianggap sebagai bagian dari lingkungan social dan budaya.
5

Dalam pendekatan ekologis, berbagai faktor yang berbeda ini (keluarga, tempat kerja, pemerintah) dapat saling mempengaruhi. Jadi, pemahaman yang lengkap tentang perilaku gizi memerlukan analisis hubungan yang beragam antara factor-faktor ini perorangan. 3. Tingkat fisik Keberadaan berbagai tipe makanan dan karakteristik infrastruktur fisik lainnya yang membantu menentukan apa yang akan dimakan. dan keterkaitan yang utama dengan perilaku

2.4 Intervensi 1. Sasaran intervensi Sebagian intervensi akan menargetkan pada factor-faktor di tingkat intrapersonal, sebagian lainnya menjadikan tingkat social serta budaya sebagai target atau sasarannya, dan sebagian lainnya berupaya untuk mempengaruhi lingkungan fisik. Meskipun setiap intervensi ini berupaya untuk memperbaiki pola kosumsi makan perorangan, namun pengaruhnya dapat ditimbulkan melalui perubahan di tingkat social budaya dan lingkugan fisik. 2. Setting untuk intervensi Setting merupakan organisasi, komunitas, atau kelompok masyarakat tertentu yang didalamnya terdapat klien yang akan di intervensi. 3. Strategi intervensi Defenisi dari strategi intervensi yaitu bagaimana proses perencanaan sasaran intervensi berinteraksi dalam setting tertentu untuk meghasilkan perubahan dalam diri seseorang yang dapat memaksimalkan efesiensi dan efeksifitas intervensi tersebut.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Ekologis Pentingnya pendekatan ekologis Pendekatan ekologis sangat penting karena beberapa alasann: Pertama, intervensi yang mempertimbangkan beberapa tingkat pengaruh pada perilaku gizi mungkin lebih efektif. Kedua, pendekatan ekologis dapat pula memperbaiki perilaku gizi tanpa harus mengubah pengetahuan, sikap, kepercayaan, atau keterampilan seseorang secara langsung. Keterbatasan pendekatan ekologis

Meskupiun memiliki banyak kelebihan, pendekatan ekologis juga mempunyai keterbatasan. Keterbatasan pada pendekatan ekologis yaitu : a. Kesulitan memahami semua tingkat pengaruh ekologis pada pola makan b. Interaksi tingkat pengaruh ekologis yang membuat model semakin kompleks c. Intervensi pada lebih dari satu tingkat ekosistem sulit dilakukan dan memerlukan biaya yang tinggi 2.6 Pendoman Menggunakan Pedeketan Ekologis Untuk Merancang Intervensi Gizi Beberapa pedoman telah dikemukakan oleh para periset untuk membantu

mengembangkan intervensi dengan menggunakan pendekatan ekologis. Pedoman tersebut berisi tentang berbagai hal yaitu : 1) Bagaimana tingkat intrapersonal, social, serta budaya dan fisk pada ekosistem dapat dipengaruhi perilaku gizi manusia. Upaya ini di membutuhkan pertimbangan yang cermat terhadap setiap tingkatan itu dalam menentukan makanan yang di kosumsi oleh manusia. 2) Mempertimbangkan hubungan antara factor intrapersonal dengan tingkat social, budaya, serta fisik dari lingkungan dalam merancang intervensi gizi juga penting untuk dilakukan.

3) Intervensi gizi sebaiknya dapat meningkatkan keselarasan antara manusia dengan lingkuga hidupnya, dan membuay manusia lebih dapat mengontrol sendiri lingkungannya. 4) Intervensi harus di fokuskan pada leverage points yang berdampak tinggi. Sejumlaha besar factor dapat ditangani dalam pelaksanaan intervensi gizi ekologis. 5) Beberapa tingkatan ekosistem harus dipertimbangkan ketika ingin menentukan penyebab perilaku dan merancang intervensi untuk

memodifikasi perilaku tersebut. Cara-cara lingkungan fisik dan social berinteraksi sangat penting khususnya dalam mempertimbangkan persoalan gzi 6) Intervensi meliputi beberapa tingkatan (level) lebih cenderung efektif.

2.7 Persoalan Etika yang Harus di Pertimbangkan Ada beberapa persoalan etika yang seharusnya di pertimbangkan yaitu : 1) Pendekatan edukasi perorangan dapat meningkat kan victim blaming 2) Pendekatan ekologis mengurangi victim blaming dengan menyoroti factor-faktor lain yang menyebabkan perilaku makan 3) Pendekatan ekologis dapat mengurangi kontorl perorangan 4) Para educator gizi harus mempertimbangkan semua persoalan ini dan mengenali keseimbangan yang benar antara berbagai pendekatan edukasi gizi yang menghasilkan perubahan di luar kontorl perorangan. 2.8 Intervensi Ekologis Untuk Mengubah Kebiasaan Makan Intervensi ekologis untuk mengubah kebiasaan makan, telah di lakukan oleh tiga benua yaitu, Afrika, Eropa, AS, menguraikan berbagai intervensi dan strategi-starateginya dengan menggunakan pendekatan ekologis. Program intervensi tersebut beragam, tetapi semuanya sama-sama menggunakan pendekatan ekologis sebagai suatu prinsip. Dengan cara yang berbeda dan dengan program yang berbeda yang di berikan kepada masyarakat dalam
8

mengubah kebiasaan makan mereka tetapi penggunaan pendekatan ekologis sebagain prinsip mencakup semua dari program tersebut. Sehingga upaya-upaya tersebut dapat berjalan dan mencakup seluruh lingkupan masyarakat. 2.9. Prespektif Di Masa Datang Seperti yang di perlihatkan oleh pendekatan ekologis, maka status kesehatan perorangan dan perilaku kesehatannya di kendalikan oleh tingkat pengaruh yang multiple. Tingkat-tingkat pengaruh ini meliputi tingkat intrapersonal, tingkat social, serta budaya, dan tingkat lingkuangn fisik pada ekosistem. Untuk memperbaiki kebiasaan makan manusia, harus memahami bagaimana ketiga tingkat ekosistem tersebut bekerja untuk menentukan perilaku gizi. Dalam program tersebut perlu memaksimalkan keselarasan manusia dengan lingkugan untuk memberikan kepada manusia control yang lebih besar atas lingkungannya dan perlunya menjadikan tingkat ekosistem yang multiple sebagai sasaran dalam intervensi gizi dan focus pada leverage points berdampak tinggi yang kemungkinan akan menghasilkan sebagian besar perubahan pada perilaku. Para professional kesehatan yang mengembangkan program intervensi dengan menggunakan pendekatan ekologis harus memperhintungkan pula keseimbangan antara pilihan perorangan dan control lingkungan dalam menyusun program intervensi. Sementara pendekatan lingkungan memberikan sebuah kerangka kerja yang kuat untuk memahami perilaku gizi dan menyusun rancangan program intervensi yang akan mengubah perilaku, riset lebuh lanjut harus menentukan cara-cara mengenali leverage points berdampak tinggi yang akan menghasilkan perubahan perilaku yang paling besar. Riset juga diperlukan untuk menentukan seberapa besar variasi sasaran intervensi yang bergantung pada persoalan kesehatan masyarakat yang akan ditangani.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan 1. Pendekatan ekologis adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. 2. Untuk memperbaiki kebiasaan makan manusia, harus memahami bagaimana ketiga tingkat ekosistem tersebut bekerja untuk menentukan perilaku gizi. Dalam program tersebut perlu memaksimalkan keselarasan manusia dengan lingkugan untuk memberikan kepada manusia control yang lebih besar atas lingkungannya dan perlunya menjadikan tingkat ekosistem yang multiple sebagai sasaran dalam intervensi gizi dan focus pada leverage points berdampak tinggi yang kemungkinan akan menghasilkan sebagian besar perubahan pada perilaku.

3.2 Saran Dari pembahasan tentang pendekatan ekologis kita dapat mengetahui prinsip-prisip dari ekologi, program-progam yang dilkaukan untung mengubah pola makan masyarakat. Dengan pengetahuan tentan pendekatan ekologis kita dapat mengetahui informasi tentang aspek-aspek yang terkait dengan pola makan masyarak.

10

Daftar Pustaka
Gizi kesehatan Masyarakat Oleh Michael J. Gibney, dkk, hal 128 http://ekonkop.blogspot.com/2011/11/pola-konsumsi-masyarakat.html id.wikipedia.org/wiki/Ekologi gizi scribd etika gizi dan hukum kesehatan http://www.frozpedia.com/2013/07/pengertian-pendekatan-ekologi.html http://books.google.co.id/books?id=1ki_JWJb9wC&pg=PA128&lpg=PA128&dq=pendekatan+ekologis+dalam+gizi+masyarakat&source =bl&ots=V7mEuJKgGH&sig=xhV04lvmoTtzmawoImaOgKZT0c&hl=id&sa=X&ei=M21FUtfGA43NrQeLkIGgCQ&redir_esc=y#v= onepage&q=pendekatan%20ekologis%20dalam%20gizi%20masyarakat&f=false

11

12

Anda mungkin juga menyukai