Anda di halaman 1dari 17

FARMAKOLOGI

EKRESI DAN DOSIS OBAT

Disusun Oleh:

NURLINA
NPM : 2007110122

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKUHAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan praktek dan laporan belajar lapangan terintegrasi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat beriringkan salam untuk baginda Rasulullah SAW yang
telah membawa umat manusia dari alam jahiliyah ke alam islamiah. Dari alam kebodohan ke
alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih memerlukan


penyempurnaan maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya

Banda Aceh, 27 Maret 2021

Nurlina
2007110122

i
DAFTAR ISI

Hal :
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................................... 1
C. Manfaat.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
A. Pengertian Ekresi.................................................................................................... 3
B. Proses Ekresi........................................................................................................... 4
C. Pengertian Dosis..................................................................................................... 11
D. Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat................................................................. 12

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 14


KESIMPULAN.................................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran organ dalam tubuh seseorang merupakan hal terpenting dalam proses ekresi
obat. Obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami absorsi, distribus,
metabolisme dan yang terakhir ekresi. Dalam proses tersebut dibutuhkan organ yang
sehat dan kuat jika tidak obat dapat menjadi racun dalam tubuh Peran perawat dalam
pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan cepat dan luas seiring dengan
perkembangan pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan terampil dan tepat saat
melakukan pemberian obal tugas perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum
atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan
efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk
proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsuhasikan
setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan
Keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Keberhasilan promosi
kesehatan sangat tergantung pada cara pandang klien sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan perawatan dan
pengobatan, baik itu berbentuk obat arternative, diresepkan oleh dokter, atau obat bebas
tanpa resep dokter. Sehingga, tenaga kesehatan terutama perawat harus dapat membagi
pengetahuan tentang obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme ekresi obat serta dosis obat yang tepat untuk
terapi pasien
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme ekresi obat secara rinci dan pemberian
dosis yang tepat sesuai rumus dan penyakit pasien.

1
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhKan referensi tentang ekresi dan
dosis obat.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan referensi tentang ekresi dan
dosis obat.
3. Bagi Klien
Agar mereka dapat mengetahui bagaimana ekresi obat serta dosis obat yang sesuai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EKRESI

Dalam proses farmakohinetik obat setelah obat mengalami fase absorpsi. distribusi,
dan biotransformasi, obat akhimya mengalami fase ekresi. Ekresi merupakan
perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke organ ekskresi. Obat mengalami
ekskresi benujuan untuk mendetoksifikasi obal Karena telah diketahui bahwa obat
dianggap racun zat asing oleh tubuh. Organ ekskresi juga bermacam-macam contohnya
yang paling umum adalah ginjal. kemudian paru-paru, saliva, kering.. air susu, empedu,
dll.

Tetapi biasanya yang digunakan untuk menghetahui parameter ekresi obat adalah melalui
(dari ginjal). Hal ini dikarenakan sangat sedikit kadar obat yang terekskresi melalui jalur
selain urin. Sebagai contoh anggap saja kita pakai parasetamol.

Kecepatan obat untuk diekresi dari tubuh dilihat dari waktu paruhnya (T ½ ). Setiap obat
memiliki waktu paro yang berbeda-beda, Obat A mungkin dalam 2 jam sudah bersih dari
tubuh tapi ada juga yang baru 24 jam baru hilang dari tubuh. Waktu paro sendiri adalah
waktu yang dibutuhkan oleh suatu senyawa agar jumlahnya tersisa ½ nya. Jadi semisal
Kalau ada senyawa 100mg, maka waktu paro adalah waktu yang dibutuhKan senyawa
tersebut sehingga senyawanya tinggal 50 mg. diikaitkan dengan ekresi maka waktu paro
berarti waktu yang dibutu.an suatu obat untuk hilang separuhnya dari tubuh.

Eliminasi obat dari tubuh bisa benambah panjang jika ada kerusakan pada ginjal dan hepar
kita Dengan bertambahnya waktu paro eliminasi maka durasi obat akan jadi makin
panjang, dan juga obat yang harusnya sudah keluar dari tubuh, temyata belum keluar.
Maka dari itu, pada kebanyakan obat akan dikurangi dosisnya untuk mengurangi
toksisitas. Dalam proses ekskresi terdapat parameter Kliren (Clearance). Kliren adalah
Parameter eliminasi obat yang meliputi metabolisme/ biotransformasi dan ekskresi untuk
dikeluarkan dari tubuh melalui organ ekskresi.

B. PROSES EKRESI OBAT

3
Penyerapan dan diffisi di dalam tubuh memunghinKan zat aktif mencapai titik ikatan,
secara simuhan hal irti berperan dalam proses eliminasi yang merupakan proses akhir
nasib obat dalam tubuh. Seperti apa fase penyerapan dan penyebaran, fase eliminasi
berperan pada aktivitas toksitifitas obat.

Aturan umum perlintasan membran juga berlaku pada eliminasi, namun perlinta,an
eliminasi terjadi dengan arah berbeda dengan arah penyerapan dan penyebaran yaitu dari
jaringan menuju darah, kemudian dari darah menuju ke luar tubuh. molekul obat
dikeluarkan dari tubuh tanpa atau setelah mengalami perubahan hayati. Pada umumnya
molekul-molekul yang lebih larut air lebih mudah di eGminasi . sebaliknya senyawa larut
lemak diubah menjadi bentuk yang kurang larut lemak. Metabolit yang larut lemak ini
lebih mudah dikeluarkan melalui ginjal yang merupakan jalur eliminasi obat-obat yang
tementing. Fenomena pasif dari difusi transmembran merupakan proses penting dalam
eliminasi obat, tergantung jalur pengeluaran dan gradien konsentrasi. Proses eliminasi
tergantung pada penyebaran senyawa. yang dipengaruhi oleh cara pembenan dan
fenomena penyerapan. Misalnya bentuk bebas yang berdifusi, peran gadien konsentrasi
serta ikatan pada protein plasma. adanya fiksasi pada temp. penimbunan (jaringan
lemak) akan memperlambat eliminasi total.

1. Ekresi melalui ginjal

Pada jalur ekskresi melalui ginjal. metabolit-metabolit obat diekskresikan melalu i


urine melalui mekanisme fihrasi gbmerulus. sekresi tubular aktif. dan reabsomsi tubular.
Ginjal merupakan organ utama dalam prcues ekskresi. Organ ini mengekskresdcan
senyawa dari sirkulasi sistemik atau dari darah guna mempertahankan miliu intemal.
Dalam ginjal terdapat unit fungsional terkecil yang disebut dengan Nefron. Nefron terdiri
atas pembuluh proksimal, lengkung Henle, dan pembuluh distaL sedangkan bagian Kapi
ler terdiri dari gbmerulus yang terdapat dalam kapsula Bowmann.

Proses ekresi obat dalam ginjal ada tiga tahap. yaitu fdtrasi glomelurus. reabsomsi
tubulus, dan sekresi tubulus. I Fase Fihrasi Pada fase fihrasi obat yang tidal< terikat
protein plasma akan mengalami fihrasi atau penyaringan di glomelurus sebelum menuju

4
tubulus. Pada bagian ini yang bemengaruh pada kecepatan f dtrasi adalah ukuran partikel.
bentuk partikel. dan jumlah pori glomelurus.
Dari hal diatas kita dapat simpulkan jika obat yang terikat dengan protein plasma tidak
akan ikut terekskresi karena ukuran protein yang besar. Dan jika bta temukan protein
pada urin bta. maka glomelurus yang bta memang sudah rusak. Karena sejatinya tidak
mungkin protein bisa menembus glomerulus. 2> Fase reabsorsi tubulus tahapan ini
dilakukan penyerapan kembalisenyawa obat yang mash non polar dan masih dalam
bentuk tak terion.Hal ini bisa dimanipulasi dengan membentuk pH urin. Dengan memberi
suasana basa pada ufin paka obat-obat asam akan terion sehingga tidak direabsorpsi dan
menuju tahap selanjutnya. Begitu juga sebaliknya untuk obat basa. Fase sekresi. Yaitu
proses pengeluaran senyawa obat dari tubuh melalui urin.

2. Ekresi lewat urin

Mekanisme yang menjamin eliminasi obat sama dengan mekanisme yang menjamin
pembentukan urin. Peran yang diawali pada nefron yang merupakan kesatuan anatomi-
fisiologi dari ginjal.
Setiap nefron (l juta tiap ginjal) merupakan tubulus yang panjang dengan epitel
monoseluler, dan terdiri dari dua bagian dengan fungsi yang berbeda yaitu bagian
glomerulus dan bagian tubulus.
Bagian glomerulus terletak pada daerah perifer ginjal di dalam korteks ginjal. Glomerulus
tersebut terbentuk dari Kapsul Browman dan tubuli nefron yang melekuk, terdiri dari
jaringan kapiler anterial. Glomeruli ginjal merupakan keseluruhan kapul Bowman dan
glomerulus vaskuler yang membentuk badan Malphigi yang dapat dilihat dengan mata
telanjang (berukuran 200-300 Mm ).

Bagian tubulus atau tubulus renalis, diawali dengan tubulus contortus proksimalis yang
terletak dalam koneks dan kemudian membentuk ka,u1 Bowman. Selanjutnya adalah loop
Henle yang mengikuti nefron, tertanam cukup dalam di medula, ini didahului oleh tubulus
kontortus distalis yang terletak di dalam korteks. Tubulus distalis menyebar kedalam
tubulus colengentes yang dialdfiri oleh pori uniferes dalam Kantong. thin dikumpulkan
melalui ureter dan dialirkan ke dalam veska urinaria

5
Ginjal mempunyai per.i yang sangat besar yaitu 20. dari debit jantung atau lebih kurang I
liter darah yang lewat tiap menit didalam aneri renalis. Pada setiap nefron terdapat 2
anyaman Kapiler yaitu glomerulus yang terdiri atas pembuluh darah arteri serta darah
aneri kapiler yang dialirkan menuju jaringan tubuler arteria-renalis. Darah vena thalidcan
melalui vena renalis . dan selanjutnya kembali pada sirkulasi umum( menuju vena cava
anterior)

Pentingnya permukaan kontak dan tepi yang tipis dari endotelium vaskuler dan epitel
nefron memberikan peluang pertukaran antara darah kapi ler ginjal dan cairan tubuler.
Semua nefron bemeran pada prc6es peniadaan obat juga pada pembentukan air kemih.
Mekanisme yang sama juga terjadi pada fihrasi glomerulus dan penyerapan kembali sena
sekresi tubuler.

Fitrasi glomerulus merupakan fenomena pasif yang emt hubungannya dengan parameter
kardiovaskuler Ithususnya tentang debit jantung dan tekanan aneri. Semua pengurangan
aktivitas jantung akan mengurangi debit jantung dan debit ginjal sedangkan pengurangan
tekanan arteri akan menurunKan tekanan perfusi dalam arteri renalis akan menurunKan
tekanan pethisi dalam aneri renalis dan menurunKan jumlah fdtrat dan aldbatnya terjadi
diuresis.

Fihrasi glomerulus sangat efe. Karena jumlah dan besamya pori-pori endothelium
glomerulus . Glomerulus dapar menyaring hingga 1/5 volume plasma yang melalui lumen
Kapsul volume dari uhrafihrat glomerulus mencapai 120-130 ml tiap menit. Besamya
pori-pori dapat menyebabkan lok6nya sejumlah panikel dalam plasma, kecuali mole.-
molekul besar dengan berar molekul diatas 68.000. jath uhrafihrat dari protein plasma
komposisinya sama dengan plasma. hal ini menunjuldcan bahwa proses uhrafihrasi
glomerulus terjadi secaradifusi. Hampir pada semua obal konsentrasi zat aktif yang
terdapat dalam fihrat sama dengan konsentrasi dalam plasma. Hal itu juga berarti bahwa
berKaitan dengan ikatan plasmatik hanya satu fraksi bebas yang terdapat dalam uhrafihrat
dan seimbang dengan fraksi dalam plasma. Beberapa molekul obat tidak dapat berth.si
melalui membran glomerulus, Karena berat molekuhlya yang b.ar sehingga molekul-
molekul tersebut tetap tinggal dalam lumen vaskuler dan digunakan untuk ekspansi
vaskuler ( misalnya dekstran, dan sebagainya ).

6
Laju uhrafihrasi gbmerulus (180 liter /7A jam)dan jumlah uhrafihratnya berbeda secara
bermakna dibandingkan dengan urin (1,51iter /24 jam), di satu sisi keduanya berbeda
secara bermakna dan di sisi lain perbedaan komposisinya berKaitan erat dengan aktivitas
intensif tubfflus renalis, sesuai dengan fenomena penyerapan kembali dan pengeluaran.
Dengan adanya prases ini, konsentrasi molekubmolekul yang terdapat di dalam uhrafihrat
glomerulus sama dengan konsentrasi dalam plasma, dan selanjutnya dikeluarkan dari
tubuh dengan laju yang berbeda.
Jika molekul yang tersaring di sepanjang tubulus renalis tidak mengalami perubahan,
maka jumlah obat yang keluar dari tubuh dalam 1 menit dalam urin (= U x adalah sama
dengan jumlah obat yang melalui darah /menit dalam uhrafihrat glomerulus (= P x F).

Keterangan:
U = konsentrasi dalam urin

V = volume urin /menit

P = konsentrasi dalm plasma


F = volume fdtrat gbmerulus

Klirens dari suatu molekul obat atau jumlah plasma yang terinci hnenit sama dengan
volume uhrafihrat glomerulus :
Klirens = u,Pv

Bila Idirens molekul di atas 120.130 m/menit, maka selama melalui tubulus, mekanisme
aktif sekresi telah membantu prc6es eliminasi. Sebaliblya, bila klirens lebih rendah dari
volum uhraf ihrat maka fenomena reabsolpsi memperlambat eliminasi.

Dari perhitungan yang mengabaikan pengaruh-pengaruh luar, temyata waktu paruh


biologik (waktu yang diperlukan agar konsentrasi zat aktif dalam darah menurun
separuhnya) adalah :

• 70 menit jika hanya terjadi proses fdtrasi


• 7 menit jika terjadi sekresi melalui tubulus renalis
• 7 hari jika terjadi penyerapan kembali tubulus, dalam hal ini konsentrasi dalam urin
tidak melampaui konsentrasi plasma

7
Perhitungan ini menggambarkan secara nyata bahwa peran eliminasi obat melalui ginjal
berkaitan erat dengan aktivitas obat.
Fenomena penyerapan kembali tubulus berperan nyata dalam pembentukan urin :
pengurangan volum dari 180 liter fihrat menjadi 1, liter urin menunjuld<an fenomena
tersebut. Pentingnya proses penyerapan kembali air (99%) menyangkut kepentingan
reabsorpsi Natrium yang sebagian terjadi karena pengaruh mekanisme hormonal (ADH).
Pengurangan volum urin yang terbentuk pada tubulns renalis yang menyebabkan adanya
gmdien konsentrasi yang mendorong difusi obat dari cairan tubulus menuju plasma.
Dengan demikian konsentrasi intratubulns menjadi lebih besar dan konsentrasi plasma.
Perlintasan membran ginjal terjadi seperti halnya membran yang lain yaitu senyawa yang
paling larut lemak dan fraksi tak terionasasi dari asarrdbasa lemah yang lebih mudah
diserap kembali. Derajat ionwasi merupakan fungsi dari pH cairan seldtar dan pH plasma
relatif tetap, sedangkan pH win dapat bervariasi walaupun dalam keadaan normal bersifat
asam. Sebanamya ginjal bukan hanya berperan untiuk mengeluarKan sisa-sisa kotoran
tetapi juga berpartisipasi mempertahanKan homeostasis sebagian melalui
fungsinyadengan sekresi ion ir pada tubulus distalis. Keragaman pH pada lu men tubulus
mempengaruhi keseimbangan antara bentul< yang terionkan dan yang tak terionkan,
sehingga penyerapan kembali elektrolit lemah mengalami perubahan.

Untuk asam lemah penurunan pH mengurangi ionosasi molekuL sedangkan bentuk tidak
terionkan yang larut lemak konsentrasinya di dalam saluran cema lebih besar dari
konsentrasi dalam plasma Hal ini menguntungkan proses penyerapan kembali. Pada
keadaan fisiobgis normal, asam asetil salisilat mudah diserap kembali pada tubulus
renalis. Maka, alkalinisasi air kemih melalui per.i Natrium bikarbonat merupakan cara
yang sering dilakukan pada overdosis obat untuk pengeluaran senyawa-senyawa sepeni
asam asetil salisilat atau barbiturat. Sebaliknya juga berlaku untuk basa lemah
eliminasinya dipengaruhi ohh keasaman urin.

Sifat-sifat fisiko-kimia dari molekul zat aktif dan pH larutan menentukan terjadinya
penyerapan kembali. Namun perlu juga diperhatiakan bahwa adanya ikatan plasmatik dan
gradien di.i hanya tergantung pada bentuk yang tidak terikat.
pH iog

8
Sekresi tubuler merupakan suatu mekanisme aktif yang ikut bemeran dalam pengeluaran
senyawa asing dari tubuh bersama urin. Sekresi tubu ler akan membantu pengeluaran
obat-obat tenentu secara cepat. Ada 2 sistem tran.sport pada tubulu¢ contoruis priximal
sebagian untuk asam-asam organik penisilin, metabolit glukoronat atau sulfat, yang lain
untuk basa-basa organik : kinina, amonium kuartemer dan sebagainya.

Kedua sistem tersebut merupakan kriteria transpor aktif transmembran. Tidak ada tipe
transpor yang spesifik untuk suatu molekul. adnya persainagn untuk tran.sporer yang
sama dapat terjadi antara beberapa molekul. Contoh klasik adalah penisilin dan
probenesid. Penisilin merupakan senyawa yang larut air dan mencapai tubulus proximal
untuk disekresi filarga Idirens penisilina lebih besar dari penyaringan glomerulus yaitu
500 ml/menit, laju eliminasi tidak begitu penting Karena obat tersebut mempunyai batas
efek terapetik dan mengharuskan penderita disuntik ulang. Untuk mempelpanjang efek
terapetik maka penisilin diber ikan bersama dengan probenesid. Sistem eliminasi
probenesid sama dengan sistem eliminasi penisilin. dengan adanya persaingan pada
transporter yang sama, maka probenesid akan memperlambat eliminasi Karena ionisasi
probenesid yang kuat akan mencegah penyerapan kembali penisilin.

Asam para.aminohipurat merupakan tipe yang sama dengan senyawa yang dikeluarkan
oleh ginjal. Pengeluarannya relatif terjadi sejak awal pengaliran darah dalam ginjal dan
hal itu menguntungkan untuk penentuan aliran darah glomerulus

3. Ekresi lewat Empedu

Pengaliran darah hati menuju canalkuli serta zat aktif dan metabolitnya yang terbentuk di
dalam hati mengikuti hukum umum perlintasan membran. Difusi pasif molekul-molekul
tergantung pada ukurannya, sifat fisiko-kimia serta perbedaan konsentrasi. Mekanisme
transpor aktif berperan penting pada eliminasi obat Ithususnya pada metabolit yang lebih
polar dibandingkan senyawa induknya sepeni tnirunan gbkoronat. Sepeni pada ginjal.
pada empedu juga terdapat 2 sistem transpor aktif transmembran. Mekanisme transpor a.
ini pentrng untuk beberapa molekul antrbiotika terutama tetrasiklin.hal ini karena obat
dapat menembus saluran empedu sampai konsentrasi yang cukup untuk pengobatan
infeksi.

9
Dengan adanya cairan empedu di dalam duodenum maka zat a.dan metabolitnya dapat
dikeluarkan melalui pembentukan garam. atau zat aktif diserap kembali cti usus, jika sifat-
sifat fisiko-kimianya dapat melewati sawar usus dan masuk kembali dalm sirkulasi (siklus
entero-hepatik>. Fenomena menyebabkan obat lebih lama berada di dalam tubuh dan
pengeluaran secara definitif baru terjadi melalui ginjal.
4. Ekresi lewat Feses

Seperti .ketahui zat aktif atau metabolit yang ditiadakan melalui empedu tidak
mengalamisiklus entero-hepatik. Didalam feses terdapat pula senyawa yang disekresi oleh
getah saluran cema seperti sekresi ludah (saliva). Feses dapat pula mengandung sejumlah
molekul yang dikeluarkan oleh saluran cema dan tidal< diserap kembali oleh mukosa
usus. Obat-obat tenentu dapat digunakan untuk memerlukan efek terapi setempat pada
sistem pencemaan misalnya sulfaguani.n. bismuth.

5. Ekresi Lewat Paru

Sistem pernafasan berperan untuk pengeluaran beberapa senyawa yang berbentuk gas atau
zat yang mudah menguap pada suhu tubuh. Gradien tekanan parsul capillo-alveolaire yang
positif dapat mendorong terjadinya difusi pasif sehingga terjadi pengeluaran gas tersebut.
Intensitas pengeluaran melalui membran berhubungan erat dengan fenomena ventilasi
yang menjamin pembaharuan udara alveoli dan aliran darandi paru. Secara umum pada
prases difusi akan terjadi keseimbangan antara tel.nan parsiil udara di dalam alveoli dan
darah kapiler paru. Penerapan fenomena difusi alveolo-kapiler misalnya pada pengujian
alkohol melalui napas, terutama bagi pengendara mobil.

6. Ekresi Lainya

Pengeluaran obat dari tubuh dapat mempengaruhi kerja obat meskipun secara umum dapat
dikatal.n bahwa hal itu tidak terlalu berank kecuali pada Kasus khusus misalnya eliminasi
tanpa perubahan bentuk melalui ludah. Oleh sebab itu spiramisin sering diberikan pada
stomatologi. Eliminasi yang terbatas ini kadang-kadang dapat digunakan untuk diagnosis
adanya alkaloid dalam air ludah. Pengambilan cuplikan ludah pada saat perlombaan

10
pacuan kuda dapat mengontrol adanya -doping" kuda dengan morfin. Selain itu wama
merah dari sekresi lakrimalis juga disebabkan oleh rifampisin. Walaupun pengeluaran ob.
melalui keringat telah lama dikenal sepeni jodium, brom, kinin dan sebagainya. Namun
mekanisme yang terkait belum diketahui dengan jelas, mungkin bersamaan dengan
pembentukan keringat.
Bentuk yang lain dari eliminasi adalah pengeluaran zat aktif melalui air susu ibu (ASI).
Dengan mekanisme difusi dan fenomena transpor aktif maka konsentrasi obat tenentu
dalam air susu lebih tinggi dibandingkan konsentrasi plasmatik. ASI lebih asam dibanding
plasma, sehingga senyaa basa (alkaloid) dapat berdifusi dengan mudah. Molekul-molekul
berukuran kecil seperti halnya alkohol dapat segera keluar dan membuar keseimbangan
dengan plasm. Meskipun jumlah yang ditemukan kembali dalam ASI jarang yang
melebihi 1q6 dari dosis yang diberikan. Namun hal ini tidak dapat diabaikan
Karenasistem enzimatik pad bayi belum matang benar, terutamaenzim konjugasi.
Demikian pula sisitem saraf pada bayi lebih pekadibandingkan pada orang dewasa.
Orang dewasa juga dapat mengalami masalah berkaitan dengan pengeluaran obat melalui
air susu ternak pemakaian penisilin untuk pengobatan mastitis pada sapi perah merupakan
awal dari reaksi kepekaan terhadap antibiotika pada manusia. Masalahnya tidak terbatas
pada hal di atas, sediaan-sediaan tenentu yang secara luas digunakan pada penanian
terutama yamg daya larut lemaknya besar, seperti pestisida dan herbisida, dapat
dikeluarkan melalui susu temak.

Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan toksisitas obat maka eliminasi
melalui perubahan hayati mempunyai peran yang cukup penting. Karena ginjal berperan
dalam proses eliminasi, maka mengingat Itinetika obat yang dapat mencapai organ
tersebut perli diperhatikan aturan penggimaan untuk semua obat pada penderita dengan
kegagalan ginjal. Hal yang sama terjadi pada penderita keggalan hati dimana terjadi
gangguan fungsi perubahan hayati dan pengeluaran empedu.

C. PENGERTIAN DOSIS

Dengan dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligammikrogram) atau satuan isi mililiter) atau unit-unit lainnya (Unit
Intemasional, Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu

11
sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut dosis
lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi
dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemunghinan terjadi keracunan,
dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai mengakibatKan kematian,
disebut sebagai dosis letal. Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose)
atau dosis awal (loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance
dose). Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dc6is pemeliharaan
(misalnya dua Kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dkapai lebih awal. Hal ini
dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole.Trisulfa
pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan 1
gram tiap 6 jam.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARHHI DOSIS OBAT

Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
obat, cara pemberian obat tersebut dan penderi.. Terutama faktor-faktor penderita
seringkali kompleks sekali. Karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu
dapat diperldrakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati
sekaligus.

1.Faktor Obat:
a) Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak. Kristaliamorf, clsb.
b) Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c) Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya

2.Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:

a Oral : dimakan atau diminum


a) Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
b) Rektal vaginal uretral
c) LokaL topikal
d) : implantasi sublingual, intrabukal. Dsb

3.Faktor Penderita:

a Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik


a) Berat badan : bialpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar

12
b) lenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
c) Ras : “sbw & fast acetylators"
d) Toleransi
e) Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan

h. Keadaan pato-fisiologi :
kelainan pada saluran cerna mempengaruhi atuortsi obat, penyakit hati
mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

1. Peran organ dalam tubuh seseorang merupakan hal terpenting dalam proses
ekresi obat. Obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami
absorshdistribusLmetabolisme dan yang terakhir ekresi. Dalam proses tersebut
dibutuhkan organ yang sehat dan kuat jika tidak obat dapat menjadi racun
dalam tubuh Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah
berkembang dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan
kesehatan. Perawat diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian
obal ugas perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi
obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut.
2. Kecepatan obat untuk diekresi dari tubuh dilihat dari waktu paruhnya (T ½ ).
Setiap obat memiliki waktu paro yang berbeda-beda, Obat A mungkin dalam 2
jam sudah bersih dari tubuh tapi ada juga yang baru 24 jam baru hilang dari
tubuh. Waktu paro sendiri adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu senyawa
agar jumlahnya tersisa ½ nya. Jadi semisal Kalau ada senyawa 100mg, maka
waktu paro adalah waktu yang dibutuhKan senyawa tersebut sehingga
senyawanya tinggal 50 mg. diikaitkan dengan ekresi maka waktu paro berarti
waktu yang dibutu.an suatu obat untuk hilang separuhnya dari tubuh.

14

Anda mungkin juga menyukai