Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN PELATIHAN MODEL READ ALOUD

BERBASIS LITERASI KELUARGA UNTUK MASYARAKAT KOTA


TASIKMALAYA

PROPOSALTESIS

Diajukan untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah


Metodologi Penelitian yang diampu
Dr. andoyo Sastromiharjo, M.Pd

Disusun Oleh
INGGRI DWI RAHESI – NIM 1803175

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
A. Judul : Pengembangan Pelatihan Model Read Aloud Berbasis Literasi
keluarga untuk Masyarakat Kota Tasikmalaya.
B. Latar Belakang
Di abad 21 ini, pendidikan yang sedang digaungkan oleh
pemerintah adalah pendidikan literasi, karena pendidikan literasi akan
menjadi pintu utama untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Hal
itu juga disampaikan oleh pemerintah dalam Gerakan Literasi nasional
(GLN) yang dipatenkan oleh Kemendikbud 2017, bahwa “masyarakat
Indonesia harus menguasai pendidikan Literasi untuk dijadikan bekal
dalam kehidupan mencapai dan menjalani kehidupan yang berkualitas “
Pernyataan ini juga berkolerasi dengan tujuan pendidikan Nasional nomor
20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan itu untuk
Mencerdaskan kehidupan bangsa, memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta berkembangnya potensi peserta didik. Dalam hal ini tentu pendidikan
harus dimiliki oleh semua orang atau masyarakat Indonesia.
Menurut KBBI literasi adalah suatu kemampuan menulis dan membaca.
Sedangkan menurut Sulzby (1986), definisi literasi merupakan kemampuan
berbahasa yang dimiliki oleh seseorang (membaca, berbicara, menyimak, dan
menulis) dalam berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan
tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, literasi yaitu kemampuan menulis
dan membaca.
Adapun untuk menumbuhkan pendidikan literasi dalam masyarakat, tidak akan
pernah lepas dari peran keluarga. Keluarga merupakan sasaran utama yang harus
diberikan pendidikan literasi. Menurut gagasan bapak pendidikan Indonesia,
yaitu Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa Keluarga merupakan pusat
pendidikan pertama dan terpenting, karena keluarga pondasi utama
pembentukan IQ.
Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan yaitu, tentang
pendidikan yang belum bisa dimiliki oleh semua masyarakat Indonesia,
pendidkan lebih memprioritaskan pendidikan formal, belum bisa sampai
untuk pendidikan masyarakat secara umum. Seperti contoh pendidikan
literasi hanya lebih besar digaungkan dalam pendidikan formal saja seperti
adanya gerakan khusus yang digaungkan peemrintah yaitu, Gerakan
Literasi Sekolah (GLS), tetapi belum ada lembaga khusus yang
mempertanggungjawabkan literasi dalam keluarga atau masyarakat.
Padahal Tidak semua orang tua atau masyarakat memiliki pendidikan
literasi untuk diberikan kepada keluarganya. Kemudian, pendidikan literasi
juga masih dipahami sebagai kegiatan membaca buku, padahal lebih dari
itu.
Untuk meningkatkan pendidikan literasi masyarakat atau keluarga
tentu dibutuhkan peran seorang pendidik dan pemerhati literasi yang akan
memberikan kontribusinya dalam praktik literasi. Dari permasalahan yang
ada di lapangan, peneliti akan memberikan kontribusinya pada masyarakat
dengan melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Pelatihan
Model Read Aloud Berbasis Literasi Keluarga untuk Masyarakat Kota
Tasikmalaya.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana profil literasi keluarga pada masyarakat di kota
Tasikmalaya?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan pengembangan model Read
aloud berbasis literasi keluarga pada masyarakat kota
Tasikmalaya?
3. Apakah pelatihan model Read aloud efektif digunakan dalam
meningkatkan literasi keluarga masyarakat kota Tasikmalaya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi tentang.
1. Mendeskripsikan profil literasi keluarga pada masyarakat di kota
Tasikmalaya.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pelatihan pengembangan model
Read aloud berbasis literasi keluarga pada masyarakat kota
Tasikmalaya.
3. Mendeskripsikan keefektifan pelatihan model Read aloud dalam
meningkatkan literasi keluarga masyarakat kota Tasikmalaya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi positif dalam dunia literasi.
2. Manfaat Praktis
Bagi penulis manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan
dalam pendidikan literasi dan pengaplikasiannya saat melaksanakan
kegiatan literasi dalam keluarga dan masyarakat.
Bagi masyarakat dan keluarga penelitian ini dapat menjadi produk
model pembelajaran membaca yang dapat digunakan oleh orang tua di
rumah, juga orang tua dan masyarakat bisa mendapatkan gambaran
tentang pengembangan pembelajaran membaca dan sebagai bahan
alternatif untuk dijadikan model membaca.
F. Struktur Organisasi Penelitian
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah dan batasan
masalah.

2. BAB II Landasan Teoritis


Kajian teori yang berisi tentang materi pendidikan literasi, literasi
keluarga, model membaca Read Aloud, parameter membaca, , dan
gambaran umum tentang pengembangan model Read Aloud.
3. BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan metode penelitian seperti lokasi, populasi,
dan sampel penelitian, metode serta desain yang digunakan dalam
penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik
pengumpulan data serta teknik pengolahan data.
4. BAB VI Analisis Data dan Pembahasan
Yang dibahas dalam bab ini adalah metode, desain, teknik
pengumpulan data, instrumen, dan teknik pengolahan data dan
penelitian.
5. BAB V Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan
pembahasan.
G. Landasan Teoritis
1. LITERASI
a. Pengertian Literasi
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya literacy berasal dari bahasa
Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-
sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Namun
demikian, literasi utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana
bahasa itu digunakan. Adapun sistem bahasa tulis itu sifatnya sekunder.
Manakala berbicara mengenai bahasa, tentunya tidak lepas dari
pembicaraan mengenai budaya karena bahasa itu sendiri merupakan
bagian dari budaya. Sehingga, pendefinisian istilah literasi tentunya harus
mencakup unsur yang melingkupi bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial
budayanya. Berkenaan dengan ini Kern (2000) mendefinisikan istilah
literasi secara komprehensif sebagai berikut:
Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis,
serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui
teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap
tentang hubunganhubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks
penggunaanya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis
tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/ tujuan,
literasi itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di antara
dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/ wacana. Literasi
memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis
dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural).
b. Prinsip Pendidikan literasi
Menurut Kern (2000) terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi, yaitu:
a. Literasi melibatkan interpretasi Penulis/ pembicara dan pembaca/
pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni: penulis/
pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman,
gagasan, perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/ pendengar
kemudian mengiterpretasikan interpretasi penulis/ pembicara
dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.
b. Literasi melibatkan kolaborasi Terdapat kerjasama antara dua
pihak yakni penulis/ pembicara dan membaca/ pendengar.
Kerjasama yang dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu
pemahaman bersama. Penulis/ pembicara memutuskan apa yang
harus ditulis/ dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/ dikatakan
berdasarkan pemahaman mereka terhadap pembaca/ pendengarnya.
Sementara pembaca/ pendengar mencurahkan motivasi,
pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks
penulis bermakna.
c. Literasi melibatkan konvensi Orang-orang membaca dan menulis
atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/
kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui
penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan individual.
Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik lisan maupun
tertulis.
d. Literasi melibatkan pengetahuan kultural. Membaca dan menulis
atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem-sistem sikap,
keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang-
orang yang berada di luar suatu sistem budaya itu rentan/
e. Literasi melibatkan pemecahan masalah. Karena kata-kata selalu
melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya,
maka tindak menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu
melibatkan upaya membayangkan hubungan-hubungan di antara
katakata, frase-frase, kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks,
dan duniadunia. Upaya membayangkan/ memikirkan/
mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan
masalah.
f. Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri. Pembaca/ pendengar
dan penulis/ pembicara memikirkan bahasa dan hubungan-
hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah
mereka berada dalam situasi komunikasi mereka memikirkan apa
yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya, dan
mengapa mengatakan hal tersebut.
g. Literasi melibatkan penggunaan bahasa. Literasi tidaklah sebatas
pada sistem-sistem bahasa (lisan/ tertulis) melainkan mensyaratkan
pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam
konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah wacana/
diskursus.
Pemahaman Literal
Tingkatan membaca pemahaman yang pertama adalah pemahaman
literal. Nurhadi (2010: 57), membaca literal adalah kemampuan
mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat
(eksplisit). Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang
tersurat atau tampak jelas dalam bahan bacaan. Pembaca tidak
menangkap informasi yang tersirat dalam bahan bacaan. Unsur-unsur
dalam keterampilan membaca literal menurut Nurhadi (2010: 58),
antara lain sebagai
berikut.
a. Keterampilan mengenal kata.
b. Keterampilan mengenal kalimat.
c. Keterampilan mengenal paragraf.
d. Keterampilan mengenal unsur detail.
e. Keterampilan mengenal unsur perbandingan.
f. Keterampilan mengenal unsur urutan.
g. Keterampilan mengenal unsur hubungan sebab akibat.
h. Keterampilan menjawab pertanyaan: apa, siapa, kapan, dan di
mana.
i. Keterampilan menyatakan kembali unsur perbandingan.
j. Keterampilan menyatakan kembali unsur urutan.
k. Keterampilan menyatakan kembali unsur sebab akibat.
2. Literasi Keluarga
Gerakan Literasi Keluarga bertitik tolak pada keinginan untuk
meningkatkan kemampuan literasi anggota keluarga. Oleh karena itu,
pemahaman literasi sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan informasi, mencari, memperoleh, mengolah, dan
menginformasikan kembali informasi perlu ditingkatkan di ranah
keluarga. Untuk meningkatkan kemampuan literasi tersebut, peran
keluarga sangat penting. Keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat, dalam konteks pendidikan, menjadi lingkungan
pembelajaran pertama dan utama bagi anak-anak. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa literasi keluarga adalah rangkaian
kegiatankegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam keluarga
untuk meningkatkan kemampuan literasi seluruh anggota keluarga.
a. Literasi Baca Tulis dalam Keluarga
Literasi baca-tulis di keluarga dilakukan oleh seluruh anggota
keluarga. Gerakan literasi baca-tulis dalam keluarga dapat
dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis semua
anggota keluarga melalui pembiasaan mengolah hasil bacaan
dan menindaklanjuti hasil bacaan tersebut dalam bentuk
kegiatan nyata yang bermanfaat bagi anggota keluarga. Tujuan
literasi baca-tulis di lingkungan keluarga mencakup: 1.
meningkatnya pandangan dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia yang ditunjukkan melalui keterampilan baca-tulis
disertai ekspresi sesuai dengan budaya Indonesia; 2.
tumbuhnya budaya baca-tulis di keluarga sebagai kebutuhan;
dan 3. meningkatnya partisipasi keluarga dalam kegiatan
literasi baca-tulis. Indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan literasi baca-tulis di keluarga adalah: 1. jumlah dan
variasi bahan bacaan yang dimiliki keluarga; 2. frekuensi
membaca dalam keluarga setiap harinya; 3. jumlah bacaan yang
dibaca oleh anggota keluarga; 4. jumlah tulisan anggota
keluarga (memo, kartu ucapan baik cetak maupun elektronik,
catatan harian di buku atau blog, artikel, cerpen, atau karya
sastra lain); dan 5. jumlah pelatihan literasi baca-tulis yang
aplikatif dan berdampak pada keluarga.
3. Model Read Aloud
membaca nyaring merupakan aktivitas membaca buku yang
dilakukan orang tua bersama anak-anaknya. Seperti yang dikatakan Jim
Trelease (201..) membaca nyaring menjadi aktivitas sederhana, dimana
kita menyisihkan waktu untuk membacakan cerita, secara terus menerus
yang berdampak membuat biasa mendengar, mau membaca dan akhirnya
bisa membaca
a. Pola Read Aloud

Buku

Yang yang
membacakan dibacakan

Buku menjadi media utama yang digunakan dalam kegiatan membaca


nyaring oleh orang tua kepada anaknya.
Posisi buku berada di antara orang tua dan anak, orang tua
membacakan buku cerita tersebut untuk anaknya.buku cerita dibacakan
dengan sangat ekspresif sehingga si anak bisa melihat juga isi buku
seperti kata-kata-warna dan gambar pada cerita tersebut.
b. Tahap tahap Membacakan Nyaring
Tahap Persiapan Read Aloud
 Rencanakan tujuan membaca
 Tahu tahapan membaca anak
 Pra-baca dan baca ulang dengan tujuan
 Siapkan pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan diskusi
 Melatih diri agar ketika membacakan nyaring intonasi suara
maenarik dan menggunakan gerak tubuh
Sebelum persiapan Read alaoud
 Mulailah dengan percakapan pembuka
 Tunjukan sampul buku atau bacaan yang akan dibacakan
dan menyebutkan gambaran singkat cerita/melatih anak
melakukan prediksi
 Sebut judulnya, sebut pengarang dan ilustratornya.
 Gali pengetahuan latar atau pengetahuan umum anak-anak
 Mulai menyusuri ilustrasi terdapat dalam buku
 Buat kegiatan membaca semenarik mungkin
Saat Read Aloud
 Bacakan dengan suara yang dapat didengar anak-anak
 Jaga interaksi dengan anak-anak
 Tetap tanggap dengan berkomunikasi dengan anak
 Bantu anak-anak untuk mendengar dan merasakan adanya
cerita yang mengalir
 Minta anak-anak bertanya dan diskusi
 Ajak anak-anak mengungkapkan secara lisan apa yang
didengar dan dibacakan dalam buku tersebut
Setelah Read Aloud
 Minta anak-anak mengajukan pertanyaan
 Ajukan pertanyaan seandainya anak-anak tidak bertanya
 Minta anak-anak menceritakan
 Letakan buku atau materi bacaan di tempat yang mudah di
jangkau anak-anak.
4. Taksonomi Membaca
Ada beberapa taksonomi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran membaca pemahaman. Salah satu taksonomi pembelajaran
membaca pemahaman adalah taksonomi Ruddell. Ruddell
mengklasifikasikan tujuh subketerampilan utama dari keterampilan
komprehensi yang dapat digolongkan dalam tingkat komprehensi faktual,
interpretif, dan aplikatif (Zuchdi, 2008: 100). Tingkatan faktual berkaitan
dengan kemampuan pembaca dalam memahami informasi yang tersurat
dalam wacana. Tingkatan interpretif berkaitan dengan kemampuan
pembaca dalam memahami informasi yang tersirat, sedangkan tingkatan
aplikatif berkaitan dengan kemampuan pembaca dalam menerapkan isi
bacaan untuk menemukan apa yang dikatakan dan dimaksudkan oleh
pengarang, dan bagaimana menggunakan ide-ide yang disampaikan
pengarang dalam wacana. Ketujuh subketerampilan yang dikategorikan
oleh Ruddell adalah sebagai berikut.
 Kompetensi keterampilan ide-ide penjelas yang ada dalam bacaan,
yaitu dengan melakukan identifikasi terhadap sejumlah ide,
membandingkan ide yang satu dengan ide yang lain dalam bacaan
atau menggolongkan ide-ide yang sama dan ide-ide yang berbeda
yang ditemukan dalam bacaan.
 Kompetensi keterampilan menemukan ide-ide pokok berkaitan
dengan kemampuan pembaca menentukan ide utama yang ditulis
oleh penulis dalam teks yang dibaca.
 Kompetensi memprediksi berkaitan dengan kemampuan pembaca
untuk memprediksi atau mencoba mencari informasi yang
mungkin merupakan hal utama, jawaban, atau permasalahan yang
dikemukakan oleh penulis.
 Kompetensi keterampilan menilai berkaitan dengan kemampuan
pembaca untuk memberikan penilaian terhadap pribadi, identifikasi
perwatakan, dan identifikasi motif pengarang.
 Kompetensi keterampilan pemecahan masalah berkaitan dengan
kemampuan pembaca menemukan alternatif pemecahan masalah
setelah membaca teks.
Taksonomi pertanyaan Norris Sanders memiliki tujuh tingkatan :
1) Memori
2) Penerjemahan
3) Interpretas
4) Penerapan
5) Analisis
6) Sintesi
7) Evaluasi
 Memori
- Mengingat semua apa yang ada di dalam teks
- Setiap aktivitas mengingat memberikan tindakan terhadap fakta
 Penerjemahan
- Menuliskan kembali semua yang diperoleh dengan
menggunakan perkataan sendiri tanpa menghilangkan teks asli.
- Setiap aktivitas menulis kembali dengan menggunakan bahasa
sendiri.
 Interpretasi
- Mengingat semua pengalaman untuk menjelaskan kembali
dengan konteks berlainan
- Setiap aktivitas membuat perbandingan
 Penerapan
 Analisis
- Menganalisis bagian bagian tertentu pada komponen teks
- Setiap aktivitas menganalisis ciri-ciri, menentukan objek.
 Senitesis
- Merumuskan kembali teks
- Menciptakan sesuatu yang baru
 Evaluasi
- Penilaian
Setiap aktivitas memberikan penilaian berupa mengkritik dan
mencari kelebihan dan kekurangan pada teks
5. Pengembangan Model Read Aloud
a. Tahap Persiapan Read Aloud
 Rencanakan tujuan membaca
 Tahu tahapan membaca anak
 Pra-baca dan baca ulang dengan tujuan
 Siapkan pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan diskusi
 Melatih diri agar ketika membacakan nyaring intonasi suara
maenarik dan menggunakan gerak tubuh
b. Sebelum persiapan Read alaoud
 Mulailah dengan percakapan pembuka
 Tunjukan sampul buku atau bacaan yang akan dibacakan
dan menyebutkan gambaran singkat cerita/melatih anak
melakukan prediksi
 Sebut judulnya, sebut pengarang dan ilustratornya.
 Gali pengetahuan latar atau pengetahuan umum anak-anak
 Mulai menyusuri ilustrasi terdapat dalam buku
 Buat kegiatan membaca semenarik mungkin
c. Saat Read Aloud
 Bacakan dengan suara yang dapat didengar anak-anak
 Jaga interaksi dengan anak-anak
 Tetap tanggap dengan berkomunikasi dengan anak
 Bantu anak-anak untuk mendengar dan merasakan adanya
cerita yang mengalir
 Minta anak-anak bertanya dan diskusi
 Ajak anak-anak mengungkapkan secara lisan apa yang
didengar dan dibacakan dalam buku tersebut
d. Setelah Read Aloud
 Minta anak-anak mengajukan pertanyaan
 Ajukan pertanyaan seandainya anak-anak tidak bertanya
 Minta anak-anak menceritakan
 Letakan buku atau materi bacaan di tempat yang mudah di
jangkau anak-anak.
e. Interpretasi
 Mengingat semua pengalaman untuk menjelaskan
kembali dengan konteks berlainan.
 Setiap aktivitas membuat perbandingan
f. Evaluasi
 Penilaian
 Setiap aktivitas memberikan penilaian berupa
mengkritik dan mencari kelebihan dan kekurangan pada
teks.
H. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini,
penulis akan menjelaskan pengertian secara operasional istilah yang
terdapat di dalam judul penelitian, yaitu sebagai berikut:
1) Pendidikan Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial,
dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan
makna melalui teks.
2) Model membaca Read Aloud disebut juga model membaca nyaring
merupakan aktivitas membaca buku yang dilakukan orang tua bersama
anak-anaknya.
3) Pembelajaran membaca adalah proses menjadikan pembelajaran dalam
membaca dengan mengembangkan model Read Aloud.
I. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar dari penelitian ini yakni:
1. Pendidikan literasi dapat menjadi pintu utama untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat
2. Pemanfaatan model Read Aloud dapat membantu proses
menumbuhkan kebiasaan membaca di lingkungan masyarakat.
3. Pengembangan model Read Aloud mampu menjadi stimulus untuk
meningkatkan minat masyarakat dalam menumbuhkan minat baca
J. Hipotesis
HA : Pengembangan Pelatihan Model Read Aloud Berbasis Literasi
Keluarga efektif digunakan untuk masyarakat kota Tasikmalaya.
HO : Pengembangan Pelatihan Model Read Aloud Berbasis Literasi
Keluarga tidak efektif digunakan untuk masyarakat kota
Tasikmalaya.
K. Metode Penelitian
Sugiyono (2016, hlm. 3) menyatakan bahwa metode penelitian
pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu, terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Data yang
diperoleh melalui penelitian adalah data empiris. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini akan menjelaskan
atau menggambarkan hasil pengembangan model pembelajaran membaca
yang sudah dilatihkan kepada masyarakat.
Penggunaan metode Four De ini untuk mengetahui keefektifan
penggunaan model Read Aloud yang sudah dikembangkan sebagai model
yang digunakan untuk pelatihan membaca kepada masyarakat. Penelitian
ini dilakukan kepada masyarakat kota Tasikmalaya. Adapun hasil yang
akan ditampilkan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang proses,
hasil dan keefektifan mpengembangan model Read Aloud sebagai model
pembelajaran yang dilatihkan kepada masyarakat
L. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukam pada penelitian ini dengan bentuk Four-D
model.
Langkah-langkah Four-D model.
1. Define (Definisi)
 Analisis ujung depan
 Analisis masyarakat
 Analisis konsep
 Analisis tugas
 Perumusan tujuan pembelajaran
2. Perancangan
 Penyusunan standard isi
 Pemilihan media
 Pemilihan format
 Membuat rancangan awal
3. Develop (pengembangan)
 Penilaian ahli
 Uji coba pengembangan
4. Disseminate (penyebaran)
 Analisis penggunaan
 Menentukan strategi
 Pemilihan waku
 Pemilihan media
M. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan
Partisipan merupakan pihak-pihak yang ikut berperan atau
membantu jalannya penelitian. Pihak-pihak yang telah membantu
peneliti dalam melakukan penelitian. Yaitu observer dan penilai.
kriteria partisipan dalam penelitian ini sebagai berikut.
2. Observer
Peran observer dalam penelitian ini adalah mengamati jalannya
kegiatan pelatihan Read Aloud penelitian, menilai perlakuan yang
dilakukan oleh peneliti. Observer dalam penelitian ini berjumlah dua
orang. Pemilihan observer didasari atas pengetahuan mengenai
pembelajaran dan keobyektifan dalam penelitian.
3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tasikmlaya. Penelitian ini
dilakukan pada masyarakat yang sudah berkeluarga ataupun yang belum.
Tujuan dari prapenelitian tersebut untuk memberikan pelatihan Read
Aloud kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa engaplikasikannya
hasil dari pelatiha tersebut.
N. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner dan wawancara. wawancara biasanya digunakan
untuk mengetahui profil keadaan literasi masyarakat.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 199).

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya:Bandung

Dimyanti & Mudjini. 2006. Belajar dan Pembelajaran. CV Alfabeta: Bandung

Jim Trelease. 2017. The Read-Aloud Handbook. Noura Book Publishing

Setiawan Roosie. 2017.Membacakan Nyaring. Noura Publishing

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: AlfaBeta.

GLS. 2017. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai