Anda di halaman 1dari 30

JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

PERCOBAAN VI
SUSPENSI

HARI/TANGGAL : JUMAT/08 MEI 2020


NAMA : AUDINA PRASTIWI
NIM : 191320011
KELOMPOK : 02
ASISTEN : ERVIANINGSIH,S.Farm.,M.Si.,Apt.

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN, PERTANIAN, DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Farmasi merupakan suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni
dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau
produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit.
Farmasi juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara membuat,
mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat
beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Salah satu cabang
ilmu farmasi, yaitu farmasetika dasar.
Farmasetika dasar membahas tentang cara penyediaan obat meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan,
seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu
hingga siap digunakan sebagai obat, penyampaian informasi obat kepada
pasien, konsultasi obat agar pasien dapat memahami penggunaan obat yang
baik dan benar serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi
pembuatan obat.
Obat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sediaan, diantaranya
sediaan padat, sediaan setengah padat (semi solid), dan sediaan cair, salah
satunya adalah bentuk cair atau larutan. Sediaan yang dibuat pada praktikum
kali ini adalah sediaan cair berupa suspensi.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalamfase cair (Depkes RI, 1995). Suspensi adalah sediaan
cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna
dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk
serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Dirjen POM, 1978).
Suspensi oral yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi untuk ditujukan secara penggunaan oral atau melalui saluran
gastrointestinal. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang cara pembuatan
sediaan suspensi maka dilakukan praktikum ini.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut
dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat
dalam atau untuk pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam
bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain
pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi
diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi
warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada
suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk
menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin
sediaan mudah digojog dan dituang.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang
tidak stabil dalam air. Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah
pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi
(cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan
temperatur.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis
untuk mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk
suspensi yang sesuai dengan persyaratan suspensi yang ideal atau pun stabil
agar selanjutnya dapat diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam
kehidupan masyarakat.
I.2. Maksud dan Tujuan
A. Maksud
1. Untuk mengetahui kandungan, kegunaan, serta efek samping dari suatu
sediaan suspensi
2. Untuk mengetahui cara pembuatan suatu sediaan suspensi.
3. Untuk mengetahui cara perhitungan dosis pada sediaan suspensi.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui kandungan, kegunaan, serta efek samping dari suatu
sediaan suspensi.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan suatu sediaan suspensi.
3. Dapat menghitung bahan dan dosis pada sediaan suspensi.
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Definisi Suspensi


Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok
perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat
tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Adapun defenisi suspensi dari beberapa sumber, yaitu :
1. Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam
cairan pembawa.
2. Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
3. Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
4. Menurut Dirjen POM (2014), suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
5. Menurut Bambang (2007), suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa.
6. Menurut Ansel (1989), suspensi adalah sediaan obat yang terbagi
dengan halus yang ditahan dalam suspensi dengan menggunakan
pembawa yang sesuai.
7. Menurut Syamsuni (2006), suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke
dalam fase cair.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan
sebagaisuspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk
kelompoksuspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi
topikal, dan lainlain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan,
sedangkan yang lain berupa sediaan padat yang harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel
yangterdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada
kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam
golongan ini. (Depkes RI, 1995).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok
perlahanlahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat
ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan
dituang.Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae).
Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka
harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006)

II.2. Jenis-jenis Suspensi


Jenis-jenis suspensi menurut Syamsuni (2006), suspensi berdasarkan
kegunaannya, yaitu :
a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk pemakaian oral.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi
serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat
jarum suntiknya (syringe ability) serta tidak disuntikkan secara
intravena atau ke dalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Jenis-jenis suspensi berdasarkan istilah :
a. Susu, Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia.
b. Magma, Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti
lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan
teragredasi kuat yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan sifat
relogi tiksotropik.
c. Lotio, Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk
pemakaian pada kulit.
Jenis-jenis suspensi berdasarkan sifatnya :
a. Suspensi deflokulasi
1) Ikatan antar partikel terdispersi kuat
2) Partikel dispersi mudah mengendap
3) Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
4) Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
b. Suspensi flokulasi
1) Ikatan antar partikel terdispersi lemah
2) Partikel dispersi mengendap secara perlahan
3) Partikel dispersi susah terdispersi kembali
4) Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

II.3. Metode Pembuatan Susupensi


A. Metode Dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa.
Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi
yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase
cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang
sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi
pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 90 0C disebut
hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat.
Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan
pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil
balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut
kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi
dapat pula menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk
mendispersi parikel padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).

B. Metode Presipitasi
1) Metode presipitasi dengan bahan organik :
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu
dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang
digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang
perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang
terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
2) Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media :
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
3) Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian :
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa
berstruktur atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah
dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi
terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi
kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan,
dan polimer.

II.4. Sistem Pembentukan Suspensi


A. Sistem flokulasi
1) Partikel merupakan agregat yang bebas
2) Sedimentasi terjadi capat
3) Sedimen terbentuk cepat
4) Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah
terdispersi kembali seperti semula
5) Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat
dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
B. Sistem deflokulasi
1) Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya
2) Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap
terpisah dan partikel berada dalam ukuran yang paling kecil
3) Sedimen terbentuk lambat
4) Sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
kembali
5) Wujud suspense bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut
II.5. Faktor-faktor yang MempengaruhiSuspensi
Menurut Bambang (2007), yaitu:
a) Proses pembasahan.
b) Interaksi antar partikel.
c) Elektrokinetik.
d) Agregasi.
e) Laju sedimentasi.
Menurut Syamsuni (2006), yaitu:
a) Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan ke
atas terdapat hubungan linier. Artinya semakin kecil ukuran partikel
semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas
cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel
untuk mengendap. Sehingga, untuk memperlambat gerakan tersebut
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
b) Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran cairan
tersebut, semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun
atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan
memengaruhi pula gerakan turun partikel yang terdapat di dalamnya.
Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau viskositas cairan,
gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Perlu
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
c) Jumlah partikel (Konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar,
maka partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan
terbentuknya endapan zat tersebut, oleh karena itu semakin besar
konsentrasi partikel, makin besar kemungkinannya terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
d) Sifat atau muatan partikel
Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alam, kita tidak dapat memengaruhinya.

II.6.  Keuntungan  Dan  Kerugian  Sediaan Suspensi


A. Keuntungan  sediaan  suspensi :
1) Baik digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul,
terutama anak-anak.
2) Homogenitas tinggi
3) Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas
permukaan
4) Kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5) Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6) Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
B. Kerugian :
1) Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi
2) Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3) Alirannya menyebabkan sukar dituang
4) Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5) Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system
dispersi terutama jika terjadi perubahan temperatur
6) Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh
dosis yang diinginkan.
II.6.  Syarat-syarat Suspensi
Menurut FI edisi III adalah :
a) Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b) Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
c) Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
d) Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok
atau sedia dituang
e) Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel
dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
Menurut FI edisi IV adalah :
a) Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
b) Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
c) Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.
d) Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat

II.7 Komposisi Sediaan Suspensi


A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
1) Bahan pensuspensi / suspending agent
Fungsinya adalah untuk memperlambat pengendapan, mencegah
penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan bahan
berlemak.
Contoh :
a) Golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat
starc.
b) Golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa, hidroksi
etilselulosa, avicel, dan Na-CMC.
c) Golongan tanah liat misalnya seperti bentonit, aluminium
magnesium silikat, hectocrite, veegum.
d) Golongan sintetik seperti carbomer, carboxypolymethylene,
colloidal silicon dioxide.
2) Bahan pembasah (wetting agent) / humektan
Fungsinya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan bahan
dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang
tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan
lain-lain.
3) Pemanis
fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol
dan sukrosa.
4) Pewarna dan pewangi
Dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili, buah-buahan
berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
5) Pengawet
Sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan
alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan
tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila
sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan
 Metil atau propil paraben
 Asam benzoat
 Chlorbutanol
 Senyawa ammonium.
6) Antioksidan
Jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat aktif yang
mudah terurai karena teroksidasi.
Beberapa antioksidan yang lazim digunakan :
 Golongan kuinol, contoh : hidrokuinon, tokoferol,
hidroksikoman, hidroksi kumeran, BHA, BHT.
 Golongan katekhol contoh : katekhol, piroganol, NDGA, asam
galat
 Senyawa mengandung nitrogen, contoh : ester alkanolamin
turunan amino dan hidroksi dari p-fenilamin diamin,
difenilamin, kasein, edestin.
 Senyawa mengandung belerang, contoh : sisteina hidrokorida
 Fenol monohidrat, contoh : timol.
7) Pendapar
Fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet,
meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat, dapar
asetat, dapar borat dan juga dapar karbonat.
8) Acidifier
Fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspensi,
memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan.
Misalnya asam sitrat.
9) Flocculating agent
Merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel
berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc.
Floculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat
mengendap tetapi mudah didispersi kembali. Floculating agent dapat
dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu :
 Surfaktan
Contoh : natrium lauril sulfat, dokusat natrium, benxalkonium
klorida, cetylpirimidinum klorida, polisorbat 80, sorbitan
monolaurat
 Polimer hidrofilik
Contoh : CMC-Na, xantan gum, tragakan, metil selulosa, PEG
 Clay
Contoh : magnesium aluminium, silikat, attapulgit, bentonit
 Elektrolit
Contoh : kalium dihidrogen fosfat, AlCl3, NaCl
BAB III
METODE PRAKTIKUM

III.1 Resep Praktikum

Dr.Alphian

SIP. 859458/IDI/2001

Jln. Mekar No. 18 Palopo

R/ Chloramphenicol palmitat 2,875

CMC Na 0,5

Polysorbat 80 0,25

Propilengikol 10

Sirup simplex 15

Aqua ad 50

Pro : Putri
III.2 Kelengkapan Resep

Dr. Alphian

SIP. 859458/IDI/2001

Jln. Mekar No. 18 Palopo. Telp : 91408

No : 1 Palopo, 08-05-2020

R/ Chloramphenicol palmitat 2,875

CMC Na 0,5

Polysorbat 80 0,25

Propilengikol 10

Sirup simplex 15

Aqua ad 50

Keterangan :
m.f.d.s.t.dd.C.I

Pro : An. Putri


Umur : 10 tahun
Alamat : Jln. Merdeka

I. R/ (Recipe) : Ambillah
II. m. f (misce fac) : campur dan buat
III. s (signa) : tandai
IV. C (cochlear) : sendok makan 15 ml
V. I (unus) : satu
VI. Pro : Untuk.
VII. Ad : Hingga
VIII. Tdd (ter di die) : Satu kali sehari.
II.3 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI Edisi III: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest, Air Suling
Rumus bangun :-
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa
Kelarutan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Bahan tambahan, pelarut

2. Chloramphenicol palmitat (FI Edisi III : 145)


Nama resmi : CHLORAMPHENICOLI PALMITAS
Sinonim : Kloramfenikol palmitat
Rumus bangun :-
Rumus molekul : C27H42Cl2N2O6
Pemerian : Serbuk hablur halus, licin; putih; bau lemah; rasa
tawar.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 45 bagian
etanol (95%) P, dalam 6 bagian kloroform P dan
dalam 14 bagian eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
K/P : Antibiotikum

3. CMC NA (FI Edisi III: 401)


Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Sinonim : Natrium Karboksimetlselulosa
Rumus bangun :-
Rumus molekul :-
Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading;
tidak berbau atau hampir tidak berbau; higriskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi
koloidal; tidak larut dalam etanol (95%) P,dalam eter
P dan dalam pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Zat tambahan.

4. Etil paraben (FI Edisi IV: 372)


Nama resmi : ETYLIS PARABENUM
Sinonim : Etil paraben
Rumus bangun

:
Rumus molekul : C9H10O3
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam gliserol, mudah larut
dalam aseton, dalam metanol, dalam eter dan dalam
propilen glikol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat tambahan

5. Metil Paraben (FI Edisi III: 378)


Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Sinonim : Nipagin M
Rumus bangun

:
Rumus molekul : C8H8O3
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih; hampir tidak berbau;
tidak mempunyai rasa; kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam
3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan
dalam larutanalkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat tambahan (zat pengawet).

6. Polysorbat 80 (FI Edisi III: 509)


Nama resmi : POLYSORBATUM-80
Sinonim : Polisorbat-80
Rumus bangun :-
Rumus molekul :-
Pemerian : Cairan kental seperti minyak; jernih; kuning; bau
asam lemak, khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam
etil asetat P dan dalam metanol P, sukar larut dalam
parafin cair P dan dalam minyak biji kapas P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
K/P : Zat tambahan

7. Propilengikol (FI Edii III: 534)


Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim : Propilenglikol
Rumus bangun

:
Rumus molekul : C3H8O2
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
rasa agak manis; hidroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)P dan
dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak
dapat campur dengan eter minyaktanah P dan dengan
minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
K/P : Zat tambahan, pelarut.

8. Sirup Simplex (FI Edisi III: 567)


Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX
Sinonim : Sirop Gula
Rumus bangun :-
Rumus molekul :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan :-
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
K/P :

III.4 Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Erlenmayer
b. Gelas kimia
c. Batang pengaduk
d. Hot plate
e. Timbangan
f. Cawan petri
g. Gelas ukur
h. Botol coklat
i. Lap halus dan kasar
j. Kertas saring
k. Corong
2. Bahan :
a. CMC Na
b. Chloramphenicol palmitat
c. Sirup simplex
d. Aqua destillata
e. Polysorbat 80
f. Propilengikol
g. Metil paraben
h. Etil paraben
III.5 Perhitungan Bahan
- Kloramfenikol Palmitat = 2,875 g
- Propilengikol = 10 g
- Polisorbat-80 = 0,25 g
- Sirup simplex = 15 g
- Na CMC = 0,5 g
 Aqua panas = 20 bagian x 0.5 g = 10 g  10 ml
 Aqua dingin = 10 bagian x 0,5 g = 5 g  5 ml
- Metil paraben = 0,1 % x 50
= 0,1/100 x 50 = 0,05 g = 50 mg
- Etil paraben = 0,1 % x 50
= 0,1/100 x 50 = 0,05 g = 50 mg
- Aquadest = 50 g – (2,875+10+0.25+15+0,5+10+5)
=6,375 ml

III.6 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditara botol 50 gram
3. Dibuat mucilago Na CMC :
a. Ditimbang Na CMC 0,5 gram, diatas kertas perkamen
b. Diukur aqua panas 10 ml, masukkan ke dalam lumpang.
c. Taburkan Na CMC diatas aqua panas
d. Diamkan 10-15 menit hingga mengembang, lalu gerus
e. Ditambahkan aqua dingin 5 ml, gerus ad homogen
4. Ditimbang kloramfenikol palmitat 2,875 gram diatas kertas perkamen.
5. Ditimbang propilenikol 10 gram, dalam cawan yang sudah ditara
6. Ditimbang pilisorbat-80 0,25 gram dalam cawan yang sudah ditara.
7. Dicampurkan propilengikol dan polisorbat dalam satu cawan, kemudian
panaskan diatas hote plate, tambahkan kloramfenikol palamitat sambol
diaduk sampai larut.
8. Dituang campuran tersebut ke dalam mucilago Na CMC, sedikit demi
sedikit sambil digerus cepat.
9. Ditimbang sirup simplex 15 gram, dalam cawan yang sudah ditara .
tambahkan kedalam lumpang sedikit demi sedikit sambil digerus.
10. Dimasukkan kedalam botol coklat sediaan dan ditambahkan aquadest
hingga 50 ml

III.7 Copy Resep

APOTEK APRA FARMA


Jln. BTN Hartaco Blok 1 A.No 25. Telp : 081241517086
Apoteker : Audina Prastiwi, S.Farm., Apt
SIPA : 191320011
No : 01
Nama Pasien : An. Putri
Dokter : Dr. Alphian
Tanggal R/ : 08/05/2020
Tanggal Pembuatan R/ : 08/05/2020
COPY RESEP

R/ Chloramphenicol palmitat 2,875

CMC Na 0,5

Polysorbat 80 0,25

Propilengikol 10

Sirup simplex 15

Aqua ad 50

m.f.d.s.tdd.C.I detur

-pcc
III.8 Etiket
APOTEK APRA FARMA
Jln. BTN Hartaco Blok 1 A.No 25. Telp : 081241517086
Apoteker : Audina Prastiwi, S.Farm., Apt
SIPA : 191320011
No : 1 Tanggal 8/5/2020
Nama : An. Putri
Tablet
1 x sehari 1 Kapsul
Bungkus

sendok

Sebelum/Sesudah Makan
KOCOK DAHULU
Nama Obat :

III.9 Wadah
Botol coklat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak


melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat
yang terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus dengan atau tanpa zat tambahan
yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan
(Formularium Nasional Edisi II).
Permbuatan suspensi ini bertujuan untuk memudahkan dalam dalam
mengonsumsi obat khususnya untuk anak-anak karena rasanya yang manis dan
pemberiannya yang lebih mudah,selain itu baik digunakan untuk yang sulit
mengonsumsi tablet, pil, kapsul.
Pada praktikm kali ini, dilakukan pembuatan sediaan suspensi. Bahan-bahan
yang digunakan, antara lain kloramfenikol, Na CMC, polisorbat 80,
propilenglikol,metil paraben, etil paraben, dan aqua destilata. Zat aktif dalam
sediaan yang telah dibuat pada praktikum ini adalah kloramfenikol.
Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan sediaan ini adalah disiapkan
alat dan bahan serta dibersihkan alat yang digunakan dengan alkohol 70 %.
Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70 % dapat mempercepat proses pembersihan
alat dari mikroorganisme. Kemudian ditimbang semua bahan yaitu, kloramfenikol
2,875 gr, Na CMC 0,5 gr, Polisorbat 80 0,25 gr, propilenglikol 10 gr, metil
paraben 0.05 gr, etil paraben 0.05 gr. Kemudian menimbang Na CMC 0,5 gram
lalu dibuat mucilago dengan cara memasukkan 10 ml aquadest panas ke dalam
lumpang lalu ditaburkan Na CMC diatas air panas tersebut dan didiamkan selama
10-15 menit hingga mengembang lalu digerus, lalu ditambahkan aqua dingin 5 ml
gerus hingga homogen.
Kemudian dibuat suspensi, pertama dikalibrasi botol 50 ml, kemudian
dimasukkan 2,875 gr kloramfenikol ke dalam lumpang, sebelum propilengikol
dimasukkan ke dalam lumpang terlebih dahulu propilengikol dicampur dengan
polisorbat 80 didalam satu cawan kemudian dipanaskan diatas hot plate,
dimasukkan propilenglikol sebanyak 10 gr dan polisorbat 80 0,25 gr yg sudah
dipanaskan tadi ke dalam lumpang sambil diaduk sampai larut, dengan cara
meneteskan secara merata pada kloramfenikol hingga tidak ada udara lagi pada
kloramfenikol, diaduk sampai homogen. Menurut Anief (1994), penambahan
propilenglikol ini sebagai humektan atau zat pembasah untuk menggantikan
lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah tebasahi.
Sedangkan menurut Dirjen POM (1979), polisorbat 80 digunakan sebagai
meningkatkan kekentalan dari suspensi.
Setelah itu, dimasukkan mucilago Na CMC tadi sedikit demi sedikit dan
diaduk sampai homogen. Menurut Aulton (1988), suspending agent (mucilago Na
CMC) digunakan untuk meningkatkan viskositas dari suspensi sehingga dapat
memperlambat pengendapan.
Kemudian ditambahkan sirup simplex 15 ml, diaduk sampai homogen.
Menurut Patel (1994), sirup simplex digunakan sebagai pemanis untuk menutupi
sensasi rasa secara efektif. Sirup simplex juga digunakan sebagai pengawet karena
terdapat metil paraben yang berguna sebagai pengawet antimikroba dalam
formulasi sirup simplek. Selain itu sirup simplex juga berguna untuk menurunkan
viskositas dari suspensi agar mudah dituang pada sendok. Setelah itu, dimasukkan
kedalam botol coklat dan ditambahkan aquadest sampai tanda kalibrasi,
digunakan botol coklat karena zat aktif dari sediaan ini harus disimpan dalam
wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya. Terakhir diberi etiket dan dibuat
salinan resep.
Resep ini ditujukan untuk pasien bernama Putri yang berumur 10 tahun. Obat
ini diberikan kepada pasien tersebut karena dia menderita penyakit demam tifoid
(tifus dan paratifus), sehingga pemakaian obat ini diminum sebelum makan 3 x 1
sehari satu sendok makan 15 ml. Obat ini diberi etiket putih dan didalam etiket ini
diberi penandaan “Kocok Dahulu” agar sediaan oabat ini tercampur dengan rata.
Dalam pembuatan suspensi, sediaan yang dibuat harus tetap terjaga
stabilitasnya agar bahan-bahan formulasi dari suspensi tersebut tetap homogen.
Dalam sediaan farmasi, homogenitas sangat perlu untuk kesesuaian dosis yang
diminum, maka dari itu dalam pembuatan sediaan suspensi semua bahan harus
tercampur secara sempurna atau homogen. Sehingga dalam pembuatan suspensi
ini menggunakan metode campuran antara flokulasi dan deflokulasi, yaitu
sedimentasi terjadi lambat dan mudah terdispersi kembali. Karena pada sediaan
suspensi rentan terjadi endapan atau caking yang apabila dikocok kembali sudah
tidak dapat terdispersi kembali. Untuk itu, kestabilan dalam sediaan suspensi
sangat diperlukan.
BAB 5
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing –
masing fase apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau
digabungkan, sediaan suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi
oral, suspensi topical dan suspensi otic. Cara pembuatan suspensi ada dua,
yaitu metode dispersi dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan
suspending agent dalam prosesnya, baik suspending agent yang berasal dari
alam maupun sintetik.
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan dengan
menggunakan metode campuran antara flokulasi dan defllokulasi. Dan kami
membuat suspending agent (mucilago Na CMC) terlebih dahulu (10-15 menit
sebelum praktikum) agar suspending agent tersebut mengembang. Untuk
pembuatan suspensi, bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam lumpang
memiliki urutan masing-masing yaitu chloramphenicol, propilenglikol dan
polisorbat-80, Na CMC yang telah di mucilago, sirup simplex, dan
ditambahkan aqua destilata hingga mencapai tanda kalibrasi.
Dilihat dari zat aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi
diindikasikan untuk pasien yang mengidap penyakit demam tifoid (tifus dan
paratifus). Adapun efek samping penggunaan zat aktif tersebut adalah pusing,
sakit kepala, mual atau muntah, diare, atau reaksi alergi obat seperti merasa
sangat lemas atau lelah dan sulir bernafas.

V.2. Saran
Dalam melakukan sebuah praktikum, sebaiknya praktikan bekerja
dengan teliti, tepat, dan bersih. Serta meracik sediaan sesuai dengan aturan
atau prosedur peracikan obat.
Pada saat praktikum, tetaplah menjaga kebersihan Laboratorium dan
setelah praktikum, pastikan semua alat sudah bersih dan dikembalikan ke
tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. A. 1994.  Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.

Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics, The Science of Dosage From Design.


London: Churcill Livingstone.

Bambang, P. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Jakarta: Departemen Kesehatan


RI.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen


Kesehatan RI.
Dirjen POM. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Depkes RI : Jakarta.

Pratiwi, Sylvia, T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai