Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
“DISPERSI KASAR - SUSPENSI”

Dosen Pembimbing:
Hanifa Rahma, M.Si., Apt

Disusun oleh:
Kelompok 2
Riska Intania Sofwan P17335116026
Mohamad Marjan M P17335116028
Yolanda Putri A P17335116030
Nurani Hafsyah P17335116032
Siti Robiatul A P17335116034
Intan Aisyah N P17335116036
Kansa Salma H P17335116038
Dita Setiani A P17335116042
Hasna Nur Shifa P17335116044

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
BANDUNG
2017
I. TUJUAN
a. Menentukan dispersibilitas suatu zat dalam pelarut air dengan menggunakan
suspending agent pada berbagai konsentrasi
b. Menentukan stabilitas sistem dispersi

II. DASAR TEORI


Dispersi kasar atau suspensi adalah sistem dua fase yang heterogen, tidak
jernih dan memiliki partikel lebih besar dari 10-5 cm. Partikel-partikel suspensi dapat
dilihat dengan mikroskop biasa, mudah diendapkan, dan tidak dapat melewati kertas
saring biasa maupun membran semipermeabel.

Suspensi farmasetik adalah dispersi kasar yang didalamnya terdispersi


partikel-partikel padat yang tidak larut dalam medium cair. Suspensi yang dapat
diterima memiliki mutu tertentu yang di inginkan, diantaranya bahan tersuspensi
tidak mengendap dengan cepat, partikel-partikel yang turun ke dasar wadah tidak
membentuk gumpalan padat, melainkan harus dapat tersuspensi kembali dengan
mudah dan menjadi campuran homogen bila wadah dikocok, dan suspensi tidak
terlalu kental agar dapat dituang dengan mudah melalui tutup botol atau melalui jarum
alat suntik. (Sinko2011)
Sifat antarmuka partikel tersuspensi
Luas permukaan permukaan partikel yang besar merupakan hasil dari
pengecilan padatan berkaitan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem
menjadi tak stabil secara termodinamik, yang berarti partikel-partikel tersebut
berenergi tinggi dan cenderung untuk mengelompok kembali sedemikian rupa
sehingga mengurangi luas permukaan dan energi bebas permukaan. Oleh sebab itu
partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung berflokulasi, yaitu membentuk
gumpalan yang lunak dan ringan yang tergabung bersama sama karena gaya van der
Waals yang lemah. (Sinko,2011)
Pembentukan setiap tipe aglomerat, baik bentuk flokulat ataupun agregat,
digunakan sebagai ukuran kecenderungan sistem untuk mencapai keadaan yang lebih
stabil secara termodinamik. Untuk mendekati keadaan stabil sistem cenderung
mengurangi energi bebas permukaan. Kondisi ini dapat dicapai dengan mengurangi
tegangan antarmuka atau luas antarmuka. Tegangan antarmuka dapat diturunkan
melalui penambahan surfaktan. (Sinko,2011)
Teori sedimentasi
Kecepatan pengendapan dinyatakan oleh hukum Stokes. Persamaan Stokes
cocok untuk suspensi farmasetik encer yang kasar mengandung kurang dari sekitar 2
gram padatan dalam 100 ml. Dalam suspensi encer, partikel-partikel tidak saling
mengganggu selama sedimentasi dan terjadilah pengendapan bebas. Pada sebagian
besar suspensi yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi partikel-partikel
menunjukkan pengendapan terhalang. Partikel-partikel tersebut saling mengganggu
saat mengendap ke dasar dan hukum Stokes tidak berlaku lagi. Penambahan suatu
pengencer dapat memengaruhi derajat flokulasi atau deflokulasi sistem tersebut
sehingga mengubah distribusi ukuran partikel. (Sinko,2011)
Sedimentasi partikel terflokulasi
Flokulat cenderung jatuh bersamaan dan menghasilkan batasan yang jelas
antara sedimen dan cairan supernatan. Cairan yang berada diatas sedimen jernih
karena partikel-partikel kecil sekalipun yang terdapat didalam sistem tersebut
menyatu dengan flokulat. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada suspensi
terdeflokulasi yang mempunyai suatu kisaran ukuran partikel yaitu sesuai dengan
hukum Stokes, partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel
yang lebih kecil. Batasan yang jelas tidak terbentuk dan supernatan tetap keruh untuk
waktu yang lebih lama. Cairan supernatan yang jernih atau keruh selama tahap awal
pengendapan merupakan indikasi yang baik untuk mengetahui apakah sistem tersebut
terflokulasi atau terdeflokulasi. Sistem terflokulasi memiliki cairan supernatan yang
jernih, sedangkan siste terdeflokulasi sebaliknya. (Sinko,2011)
Pembasahan partikel
Tingkat keterbasahan serbuk dapat ditentukan dengan mudah melalui
pengamatan sudut kontak yang terbentuk antara serbuk dan permukaan cairan. Sudut
kontak kira-kira 90o ketika partikel-partikel mengapung di atas cairan. Serbuk yang
melayang dibawah cairan memiliki sudut yang lebih kecil dan serbuk yang tenggelam
jelas tidak memiliki sudut kontak. Serbuk yang tidak mudah terbasahkan oleh air
memiliki sudut kontak yang besar (hidrofobik). Serbuk yang mudah terbasahkan oleh
air ketika tidak mengandung kontaminan teradsorpsi dikatakan bersifat hidrofilik.
(Sinko, 2011)
Surfaktan cukup berguna dalam pembuatan suspensi, yaitu mengurangi
tegangan antarmuka antara partikel padatan dan pembawa. Pengurangan tegangan
antarmuka menyebabkan sudut kontak berkurang, udara terusir dari permukaan
partikel dan pembasahan serta deflokulasi meningkat. (Sinko,2011)
Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi:

1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan
harus rata kembali bila dikocok.
2. Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.
3. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh
membentuk suatu gumpalan padat tapi harus dengan cepat terdispersi kembali
menjadi suatu campuran homogen bila wadahnya dikocok.
4. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
5. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
(Ansel, 2005)

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat b. Bahan
- Mortar dan stamper - Aquadest
- Gelas ukur 100 ml - Na-CMC
- Beaker glass - Paracetamol
- Pipet tetes
- Pemanas listrik
- Spatel logam

IV. PROSEDUR KERJA


1. Dibuat 60 ml suspensi dari 1,5 gram parasetamol dan digunakan Na-CMC
sebagai suspending agent pada berbagai konsentrasi ( 0,1%, 0,5%, 1% dan 1,5%
).
2. Suspensi yang telah dibuat dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml.
3. Stabilitas masing-masing suspensi ditentukan dengan nilai volume sedimentasi
(F) pada waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, 1 jam, 24 jam dan 48 jam.
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜
Ket : Vu adalah volume akhir dari endapan
Vo adalah volume awal dari suspensi
4. Dibuat kurva antara nilai F terhadap waktu untuk masing-masing suspensi.

V. HASIL PRAKTIKUM
Perhitungan CMC-Na
0,1
- CMC-Na 0,1% 𝑥 60 𝑚𝑙 = 60 𝑚𝑔
100

Air untuk CMC-Na 20 bagian x 60 = 1200 mg = 1,2 ml


0,5
- CMC-Na 0,5% 𝑥 60 𝑚𝑙 = 300 𝑚𝑔
100

Air untuk CMC-Na 20 bagian x 300 = 6000 mg = 6 ml


1
- CMC-Na 1% 𝑥 60 𝑚𝑙 = 600 𝑚𝑔
100

Air untuk CMC-Na 20 bagian x 600 = 12000 mg = 12 ml


1,5
- CMC-Na 1,5% 𝑥 60 𝑚𝑙 = 900 𝑚𝑔
100

Air untuk CMC-Na 20 bagian x 900 = 18000 mg = 18 ml

Waktu CMC-Na 0,1 % CMC-Na 0,5 %


Vu Vo F Vu Vo F
0’ 60 ml 60 ml 1 60 ml 60 ml 1
15’ 60 ml 60 ml 1 60 ml 60 ml 1
30’ 60 ml 60 ml 1 59,5 ml 60 ml 0,99
60’ 59,5 ml 60 ml 0,99 59,5 ml 60 ml 0,99
24 jam 59 ml 60 ml 0,98 59 ml 60 ml 0,98
48 jam 58 ml 60 ml 0,96 59 ml 60 ml 0,98

Waktu CMC-Na 1 % CMC-Na 1,5 %


Vu Vo F Vu Vo F
0’ 60 ml 60 ml 1 60 ml 60 ml 1
15’ 60 ml 60 ml 1 60 ml 60 ml 1
30’ 60 ml 60 ml 1 60 ml 60 ml 1
60’ 60 ml 60 ml 1 60 ml 60 ml 1
24 jam 59 ml 60 ml 0,98 60 ml 60 ml 1
48 jam 58 ml 60 ml 0,96 59 ml 60 ml 0,98
Kurva antara Volume Sedimentasi terhadap Waktu pada Setiap Konsentrasi

1.03

1.02
Volume sedimentasi ( F )

1.01

0.99

0.98

0.97

0.96

0.95 Waktu
0 menit 15 menit 30 menit 1 jam 24 jam 48 jam
CMC-Na 0,1% CMC-Na 0,5% CMC-Na 1% CMC-Na 1,5%

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, sediaan suspensi yang dibuat adalah suspensi parasetamol
menggunakan CMC-Na sebagai suspending agent yang berbeda dalam berbagai
konsentrasi yaitu 0,1%, 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Suspending agent bertujuan untuk
menstabilkan suatu suspensi itu sendiri, dan kestabilan suatu suspensi dapat dinilai
salah satunya dengan volume sedimentasi. Volume sedimentasi didefinisikan
sebagai perbandingan volume akhir sedimen dengan volume awal suspensi sebelum
mengendap. Rumus F = Vu/Vo. Bila F = 1 atau mendekati 1, maka sediaan baik
karena tidak adanya supernatant jernih pada pendiaman dan suspensi mengalami
keseimbangan flokulasi. Bila F > 1 terjadi “floc” sangat longgar dan halus sehingga
volume akhir lebih besar dari volume awal. (Sinko,2011)
Formulasi lebih baik jika dihasilkan kurva garis horizontal. Dari kurva
dapat dilihat bahwa CMC-Na merupakan salah satu zat pensuspensi yang baik,
karena nilai volume sedimentasi dari semua konsentrasi mendekati angka sama
dengan 1. Dari semua variasi konsentrasi CMC-Na suspensi yang paling stabil
terlihat pada CMC-Na konsentrasi 1,5%. Dimana setelah pengamatan sampai 48 jam
volume sedimentasi relatif stabil bernilai 1.
Berdasarkan data pengamatan, konsentrasi 0,1% mulai terbentuk endapan
pada menit ke 60 dengan volume sedimentasi (F) 0,99. Pada konsentrasi 0,5%
endapan terbentuk pada menit ke 30 dengan volume sedimentasi 0,99. Konsentrasi
1,0% terbentuk endapan pada hari ke satu (24 jam) sebesar 0,98 dan konsentrasi
1,5%
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta
daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara
luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya. (dalam volume
yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas
cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga
untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel. (Syamsuni, 2006)
Kekentalan (viskositas) mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas
cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi
perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang. (Syamsuni,2006)
Jumlah partikel (konsentrasi) apabila didalam suatu ruangan berisi partikel
dalam jumlah besar , maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang
bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan
menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar
konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam
waktu yang singkat.

VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa suspensi yang bisa
dikatakan stabil dan ideal adalah suspensi dengan konsentrasi CMC-Na 1,5%,
dimana pada konsentrasi tersebut endapan mulai terbentuk pada hari ke empat
dengan nilai F mendekati 1.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.


Sinko, patrick j.2011.MARTIN Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika.Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Sumardjo, D.2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Sastra 1 Fakultas Bioeksakta. Cet ke-1. Jakarta : EGC.
Syamsuni, H.A.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

Suspensi CMC-Na 0,1% setelah 30 menit Suspensi CMC-Na 0,5% setelah 30 menit

Suspensi CMC-Na 1,0% setelah 48 jam Suspensi CMC-Na 1,5% setelah 60 menit

Suspensi CMC-Na setelah 48 jam

Anda mungkin juga menyukai