Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM IV

FARMASI FISIKA
DISPERSI KASAR-SUSPENSI

DOSEN PENGAMPU: Djati Wulan Kusumo., M. Farm

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

Bikum Saidah (1902050292)

Bagus Cahyo Roufianto (1902050287)

Ike Putri Istiana (1902050274)

Nikmatul khujanah (1902050247)

Selvia Indah Kurniawati (1902050294)

Silmi Maulidi (1902050285)

Program Studi Diploma-III Farmasi

Universitas Muhammadiyah Lamongan

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, penulisan laporan praktikum IV
dengan judul “Dispersi Kasar-Suspensi” ini dibuat untuk memenuhi tugas
praktikum dari mata kuliah praktikum fisika farmasi.
Atas terbentuknya laporan praktikum ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah praktikum fisika farmasi
yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing kami
dalam proses praktikum fisika farmasi tersebut.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari taraf
kesempurnaan. Olehnya itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak.

Lamongan, Desember 2020

Kelompok 3

ii
PRAKTIKUM IV
DISPERSI KASAR-SUSPENSI

A. Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti percobaan praktikum ini mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menentukan dispersibilitas suatu zat dalam pelarut air
dengan menggunakan suspending agent pada berbagai
konsentrasi.
2. Menentukan stabilitas system dispersi
B. Dasar Teori
Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi
kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam
suatu medium cair, partikel-partikel tersebut kebanyakan
mempunyai diameter lebih basar dari 0,1 mikrometer, dan beberapa
partikel tersebut bila diselidiki dibawah mikroskop menunjukkan
adanya gerak Brown jika dispersi mempunyai viskositas rendah.

Suspensi dalam bidang farmasi dapat digolongkan ke dalam


tiga kelompok : campuran yang diberikan per oral, cairan (lotion)
yang digunakan untuk obat luar, dan sediaan-sediaan yang dapat
disuntikkan (Martin, 2008).

Menurut Ansel (2005), ada beberapa alasan pembuatan


suspensi oral. Salah satunya karena adanya obat-obat tertentu tidak
stabil secara kimia bila ada dalam larutan tetapi stabil apabila
disuspensi. Dalam hal ini, suspensi oral menjamin stabilitas kimia
dan memungkinkan terapi untuk cairan. Pada umumnya, bentuk
cair lebih disukai daripada bentuk padat karena pemberiannya lebih
mudah, aman, dan keluwesan dalam pemberian dosis terutama
untuk anak-anak. Sifat-sifat yang diinginkan dalam sediaan
suspense adalah :

1
 Sediaan suspensi harus mengendap secara lambat dan
mudah rata apabila dikocok.

 Karakteristik suspensi harus stabil dan tersuspensi


kembali ketika penyimpanan dalam waktu lama.

 Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan


homogen.

Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas


tertentu yang diinginkan, termasuk berikut ini. Zat yang tersuspensi
(disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap; partikel-partikel
tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh
membentuk suatu gumpalan padat tapi harus dengan cepat
terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila
wadahnya dikocok, dan suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental
untuk dituang dengan mudah dari botolnya atau untuk mengalir
melalui jarum injeksi. Untuk cairan obat laur, produk tersebut harus
cukup cair sehingga dapat tersebar dengan mudah keseluruh daerah
yang sedang diobati tetapi juga tidak boleh sedemikian mudah
bergerak sehigga mudah hilang dimana obat tersebut digunakan.
Cairan tersebut harus dapat kering denga cepat dan membentuk
suatu lapisan pelindung yang elastis sehingga tidak mudah
terhapus, juga harus mempunyai warna dan bau yang nyaman.

Pengendapan dari Partikel-Partikel yang Terflokulasi

Pada waktu menyelidiki pengendapan dalam system yang


terflokulasi, diselidiki bahwa flokulat cenderung untuk jatuh
bersama-sama, menghasilkan suatu batas yang nyata antara
endapan dan cairan supernatan, cairan di atas endapan adalah jernih
karena hingga partikel-partikel kecil yang ada di dalam system pun
akan bergabung dengan flokulat. Hal ini bukan soal pada suspense
yang mengalami deflokulasi yang mempunyai suatu jarak
ukuranpartikel, sehubungan dengan hokum stokes, partikel yang

2
lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih
kecil. Tidak jelas ada batasan jelas terbentuk (jika tidak hanya satu
ukuran partikel yang ada, dan supernatant tetap keruh untuk satu
produk periode waktu yag cukup lama. Apakah supenatant itu
jernih atau keruh selama tahap awal dari pengendapan adalah
merupakan suatu indikasi (petunjuk) yang baik apakah system
tersebut mengalami flokulasi atau mengalami deflokulasi.

Parameter Pengendapan (Sedimentasi)

Dua parameter yang berguna yang bisa diturunkan dari


penyelidikan sedimentasi (atau lebih tepat, endapan) adalah volume
sedimentasi dan derajat flokulasi.

Volume sedimentasi F, didefenisikan sebagai perbandingan


dari volume akhir dari endapan V u terhadap volume awal dari
suspensi V o , sebelum mengendap jadi :

Vu
F=
Vo

C. Alat dan Bahan


Alat :
 Mortir dan stamper
 Gelas ukur 100 ml
 Beaker glass
 Pipet tetes
 Pemanas listrik
 Spatel logam
 Labu takar

Bahan:

 Aquadest
 Na-CMC
 Paracetamol

3
D. Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan

Dibuat 60 ml suspensi dari 1,5 gam paracetamol dengan


menggunakan Na-CMC dengan konsentrasi 1%

Paracetamol dan Na-CMC digerus secara bersamaan

Setelah larut di ad sampai 60ml mengunakan aquadest, dengan


labu takar

Suspense yang telah dibuat dimasukkan kedalam gelas ukur


100ml

Ditentukan stabilitas sistem disperse dengan menentukan nilai


volume sedimentasi (F) dari masing-masing suspense pada
waktu 0 menit, 15 menit, 30 menit, dan 24 jam

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


a) Tabel hasil pengamatan (Konsentrasi Na-CMC 1%)

WAKTU
O MENIT 15 MENIT 30 MENIT
Vo Vu F Vo Vu F Vo Vu F
60mL 60mL 1 60mL 58mL 0,96 60mL 57mL 0,95

WAKTU
60 MENIT 24 JAM
Vo Vu F Vo Vu F
60mL 56mL 0,93 60mL 4mL 0.067

4
b) Perhitungan
1. Diketahui : Vo : 60mL
Vu : 60 Ml
Ditanya : Volume sedimentasi ( 0 MENIT )
Vu
Dijawab : F=
Vo
6 0 ml
F=
60 ml
= 1 mL
2. Diketahui : Vo : 60mL
Vu : 58mL
Ditanya : Volume sedimentasi ( 15 MENIT )
Vu
Dijawab : F=
Vo
58 ml
F=
60 ml
= 0.96 mL
3. Diketahui : Vo : 60mL
Vu : 57mL
Ditanya : Volume sedimentasi ( 30 MENIT )
Vu
Dijawab : F=
Vo
57 ml
F=
60 ml
= 0.95 mL
4. Diketahui : Vo : 60mL
Vu : 56 Ml
Ditanya : Volume sedimentasi ( 60 MENIT )
Vu
Dijawab : F=
Vo
56 ml
F=
60 ml
= 0.93 mL

5
5. Diketahui : Vo : 60mL
Vu : 4 mL
Ditanya : Volume sedimentasi ( 0 MENIT )
Vu
Dijawab : F=
Vo
4 ml
F=
60 ml
= 0.067 mL
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan dispersibilitas
suatu zat dalam pelarut air dengan menggunakan suspending agent
pada berbagai konsentrasi dan dapat menentukan stabilitas system
dispersi.

Pada praktikum ini, sediaan suspensi dibuat dengan bahan


aktif parasetamol. Parasetamol adalah paraaminofenol yang
merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun
1893 (Wilmana, 1995). Pemerian parasetamol yaitu serbuk hablur,
putih, tidak berbau serta rasa sedikit pahit dan kelarutan
parasetamol adalah larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N
serta mudah larut dalam etanol. Parasetamol (asetaminofen)
mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai
daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung (Sartono,1993).

Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat


peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang
melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak
bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan
lain (Katzung, 2011).

Dalam praktikum ini, kami menggunakan CMC Na sebagai


suspending agent dengan berbagai konsentrasi yaitu 1%. Zat

6
pensuspensi ini ditambahkan ke medium dispersi untuk
menghasilkan struktur yang membantu terdispersinya fase dalam
suspensi. CMC Na banyak digunakan untuk pemakaian oral dan
topikal dalam formulasi farmasi, terutama untuk meningkatkan
sifat viskositas. Konsentrasi yang lebih tinggi, biasanya 3-6% dari
media viskositas ini digunakan untuk menghasilkan gel yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk aplikasi dan pasta. Glikol seringkali
dimasukkan dalam gel tersebut untuk mencegah pengeringan. CMC
Na juga digunakan dalam perawatan luka.

CMC Na dengan konsentrasi 1% di larutkan dalam sisa air


dari formulasi. Serbuk CMC Na ditaburkan di atas aquadest lalu
diamkan hingga semua permukaan serbuk terbasahi. Gerus hingga
homogen, lalu ditambahkan Parasetamol dan gerus hingga
homogen.Masukan hasil campuran CMC Na dan Parasetamol ke
dalam beaker glass yang sudah di kalibrasi sampai 60 mL.
Tambahkan aquadest sampai batas kalibrasi, aduk sampai
homogen. Pindahkan ke dalam gelas ukur, lalu catat volume awal
suspensi. Setelah itu dilakukan pengocokan suspensi. Lalu,
pengamatan sedimentasi dengan lama waktu 0 menit, 15 menit, 30
menit, 1 jam, 24 jam. Kemudian dicatat hasil sedimentasi suspensi
tiap waktunya.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan suspensi dengan


suspending agent CMC Na dengan konsentrasi 1% menunjukan
volume sebesar 1 mL pada menit ke 0, volume sedimentasi berubah
menjadi 0,96 pada menit ke 15, pada pengamatan ke tiga volume
sedimentasi berubah menjadi 0, 95 pada menit ke 30, selanjutnya
pada menit ke 60, volume sedimentas berubah menjadi 0,93, yang
terakhir pada 1 hari berikutnya (24 jam) volume sedimentasi berubah
menjadi 0.0067.

Dari hasil tersebut dinyatakan bahwa suspensi paracetamol


yang ditambahkan dengan Na-CMC mempunyai derajat flokulasi

7
yang baik. Volume ini sedimentasi mempertimbangkan rasio akhir
dari endapan terhadap tinggi awal dari suspensi mengendap dalam
suatu kondisi di bawah standart.

Semakin mendekati angka 1 volume sendimentasinya,


semakin baik suspensinya. Kecepatan volume sedimentasi dapat
bertambah dengan adanya flokulan.

Anda mungkin juga menyukai