Anda di halaman 1dari 92

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI 2

DISUSUN OLEH :

Tim Bidang Ilmu Kimia Farmasi

AKADEMI FARMASI SURABAYA


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

PENGANTAR PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 2


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Praktikum Kimia Farmasi 2 merupakan bagian dari pembelajaran kimia


analisis yang secara umum bertujuan untuk memberikan pemahaman dan
ketrampilan di bidang analisis farmasi yang meliputi analisis kuantitatif
senyawa obat dalam sediaan farmasi dengan metode titrasi dan
spektrofotometri. Praktikum Kimia Farmasi 2 berupaya membekali mahasiswa
agar mampu melakukan ketrampilan-ketrampilan seperti menggunakan
instrument analisis farmasi baik yang konvensional seperti titrasi dan modern
seperti spektrofotometer UV. Selain itu, mahasiswa juga dibekali ketrampilan
lain, seperti pengenceran, ekstraksi sampel, preparasi sampel, dan
perhitungan penetapan kadar. Metode instrumental yang digunakan dalam
praktikum Kimia Farmasi 2 ini membahas sebatas pada analisis farmasi
dengan metode titrimetri dan Spektrofotometri UV-Vis. Sedangkan metode
instrumental lainnya dibahas dalam bentuk pemberian kuliah teori.
Pelaksanaan praktikum dilakukan secara terarah dan sistematis guna
meningkatkan pemahaman mahasiswa akan ilmu kimia analisis dengan
metode instrumental.
Desain Pelaksanaan
Praktikum Kimia Farmasi 2 didesain menggunakan pola case based learning,
kegiatan analisis yang dilakukan mahasiswa didasarkan atas kasus tertentu.
Pola ini dimaksudkan agar lebih aplikatif, membentuk pola pikir ilmiah
mahasiswa sebagai calon analytical pharmacist, serta meningkatkan self of
belonging terhadap praktikum itu sendiri. Secara skematis, desain praktikum
dapat digambarkan sebagai berikut:
Alur Praktikum
1. Pre-Analisis
Konsultasi dengan dosen pembimbing -Pembuatan laporan sementara -
PreTest- Persiapan analisis

Praktikum Kimia Farmasi II |1


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

2. Analisis di Laboratorium
Analisis kuantitatif menggunakan metode volumetri dan
spektrofotometri
3. Hasil
Pencatatan dalam lembar kerja - Pengesahan Hasil
4. Pembuatan Laporan Akhir
Penarikan Kesimpulan dan Penilaian

Praktikum Kimia Farmasi II |2


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

DAFTAR ISI

Pengantar Praktikum Kimia Farmasi 2_____________________________ 1


Daftar Isi____________________________________________________ 3
Pendahuluan_________________________________________________ 5
Tata Tertib Praktikum__________________________________________ 7
Materi Praktikum Kimia Farmasi 2________________________________ 9
Ketentuan Penilaian Praktikum Kimia Farmasi 2_____________________ 11
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium____________________ 12
Modul 1. Prinsip Analisis Kuantitatif Spektrofotometri UV-VIS__________ 14
Modul 2. Uji Kuantitatif Ion Ferro Dalam Tablet FeSO4 Menggunakan
Metode Titrasi Permanganometri_________________________________ 23
Modul 3. Uji Kuantitatif Paracetamol Dan Kofein Dalam Tablet
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV – Vis ___________________ 28
Modul 4. Uji Kuantitatif Kadar Asetosal Dalam Tablet Menggunakan
Metode Metode Spektrofotometri UV – Vis_________________________ 32
Modul 5. Uji Kuantitatif Ion Kalium Dalam Infus KCl Menggunakan
Metode Argentometri__________________________________________ 35
Modul 6. Uji Kuantitatif Vitamin C Dalam Sediaan Tablet Dan Injeksi
Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri___________________________ 38
Modul 7. Penentuan Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan
Menggunakan High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)_______ 44
Modul 8. Uji Kuantitatif Bedak Salicyl Menggunakan Metode Alkalimetri__ 54
Modul 9. Uji Kuantitatif Kalsium Laktat Menggunakan Metode Titrasi
Kompleksometri______________________________________________ 58
Modul 10. Uji Kuantitatif Miconazole 2% Dalam Krim Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV – Vis_______________________________ 67
Modul 11. Uji Kuantitatif Senyawa Kalsium Oksalat pada Umbi Porang 69
Menggunakan Metode Titrasi Permanganometri____________________
Modul 12. Uji Kuantitatif Logam Berat Menggunakan AAS____________ 74
Modul 13. Uji Kuantitatif Formalin dengan Metode Spektrofotometri UV – 78
Vis________________________________________________________

Praktikum Kimia Farmasi II |3


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Daftar Pustaka_______________________________________________ 84
Glossarium___________________________________________________ 85
Lembar Kerja Laporan Praktikum Kimia Farmasi 2___________________ 86
Lembar Kerja Jurnal Praktikum Kimia Farmasi 2____________________ 91

Praktikum Kimia Farmasi II |4


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

PENDAHULUAN

1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran mata kuliah praktikum kimia farmasi 2 meliputi :
a. Menginternalisasi nilai, norma dan etika dalam proses belajar
Praktikum Kimia Farmasi 2.
b. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
kefarmasian secara mandiri.
c. Menginternalisasi prinsip – prinsip Praktikum Kimia Farmasi 2 pada saat
implementasi dalam dunia kerja.
d. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun laporan hasil dan proses
kerja secara akurat dan sahih serta mengomunikasikannya secara
efektif kepada pihak lain yang membutuhkan.
e. Membekali pengetahuan mahasiswa dengan mengedepankan
penguasaan topik utama yaitu teknik titrimetri dan spektrofotometri.
f. Mampu untuk memilih beragam metode, teknik penelitian, dan cara
mengumpulkan data penelitian.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran dari mata kuliah praktikum kimia farmasi 2 ini adalah
sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan uji kuantitatif bedak
salicyl, infus KCl, tablet FeSO4, tablet atau injeksi vitamin C, tablet
kalsium laktat menggunakan metode volumetri titrimetri
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan uji kuantitatif
parasetamol dan kofein dalam tablet paten panadol extra, tablet
asetosal, formalin, miconazole 2% dalam sediaan krim menggunakan
spektrofotometri UV – Vis.
c. Mahasiswa mampu menjalaskan dan melakukan uji kuantitatif logam
berat dengan metode SSA serta mampu menjelaskan analisis
kuantitatif kalsium oksalat dari bahan alam

Praktikum Kimia Farmasi II |5


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

3. KRITERIA PENILAIAN (INDIKATOR)


3.1. Volumetri Titrimetri
a. Melakukan perhitungan dan pembuatan larutan baku primer dan
sekunder
b. Menjelaskan prinsip dan teori dasar volumetri
c. Melakukan titrasi pembakuan dan penetapan kadar
d. Menghitung normalitas baku sekunder dari titrasi pembakuan
e. Menghitung kadar senyawa dalam sampel
3.2. Spektrofotometri UV – Vis.
a. Menjelaskan prinsip dasar UV – Vis.
b. Menjelaskan dan melakukan prosedur umum pada analisis UV – Vis.
c. Menghitung kadar sampel menggunakan spektrofotometer UV – Vis.
d. Membuat larutan standard dan mengencerkan larutan
e. Memilih panjang gelombang maksimal
f. Menghitung kadar senyawa dalam sampel

Praktikum Kimia Farmasi II |6


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Mahasiswa yang diperkenankan melakukan praktikum Kimia Farmasi II adalah


mereka yang terdaftar secara akademik, yang selanjutnya disebut sebagai
Praktikan. Berikut tata tertib Praktikum Kimia Farmasi II:
1. Praktikan mengumpulkan laporan sementara berupa ringkasan prosedur
kerja dan lembar pengumpulan data, dan konsultasi dengan dosen
pembimbing 2 hari sebelum hari H praktikum.
2. Pada saat konsultasi, praktikan harus telah mempersiapkan segala sesuatu
terkait materi praktikum.
3. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan
lebih dari 15 menit sejak praktikum dimulai tidak diperkenankan mengikuti
praktikum kecuali dengan alasan yang dapat diterima.
4. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan
tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya.
5. Praktikan seperti no.4 diatas, jika akan mengganti praktikum pada hari
lain, wajib meminta rekomendasi tertulis terlebih dahulu dari koordinator
praktikum
6. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas
praktikum
7. Praktikan wajib membawa: laporan sementara yang sudah disahkan serta
membawa peralatan pendukung antara lain:pipet, stiker label nama,
kertas perkamen, serbet, sarung tangan, dan masker dsb.
8. Laporan akhir praktikum terakhir dikumpulkan maksimum satu hari
sebelum praktikum selanjutnya.
9. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukkan segala sesuatu
sesuai no.7 diatas
10. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, dan atau merokok di dalam
laboratorium selama praktikum berlangsung
11. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan
terganggunya kelancaran praktikum

Praktikum Kimia Farmasi II |7


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

12. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan


meja masing-masing, serta lantai disekitarnya
13. Setelah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali pada
tempatnya semula
14 Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan
membuang sisa praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan
keamanan
15. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta ijin
kepada dosen atau asisten jaga
16. Praktikan melakukan analisis sesuai bagiannya masing-masing, mencatat
hasilnya pada lembar kerja praktikum, serta memintakan ” ACC” pada
dosen atau asisten dosen, yaitu pada waktu:
- setelah selesai penimbangan
- setelah selesai seluruh acara praktikum, termasuk penghitungan kadar
dan penarikan kesimpulan

Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib no.1 – 9 diatas adalah tidak


diperbolehkan mengikuti praktikum pada hari itu.
Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib no.10 - 11 diatas adalah dikeluarkan
dari laboratorium atau tidak diperkenankan melanjutkan praktikum.
Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib no.12 - 16 diatas adalah
pengurangan nilai kedisiplinan

Praktikum Kimia Farmasi II |8


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MATERI PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

No. Modul Materi Keterangan


Kontrak Perkuliahan dan Pengenalan Prinsip Daring
1 1
Analisis Kuantitatif
Uji Kuantitatif Ion Ferro Dalam FeSO4 Luring
2 2
Menggunakan Metode Titrasi Permanganometri
Uji Kuantitatif Paracetamol Dan Kofein Dalam Luring
3 3 Tablet Menggunakan Metode Spektrofotometri UV
– Vis
Uji Kuantitatif Kadar Asetosal Dalam Tablet Luring
4 4 Menggunakan Metode Metode Spektrofotometri UV
– Vis
Uji Kuantitatif Ion Kalium Dalam Infus KCl Daring
5 5
Menggunakan Metode Argentometri
Uji Kuantitatif Vitamin C Dalam Sediaan Tablet Dan Daring
6 6
Injeksi Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri
7 7 Demonstrasi Instrumen HPLC Daring
8 UTS
Uji Kuantitatif Bedak Salicyl Menggunakan Metode Luring
9 8
Alkalimetri
Uji Kuantitatif Kalsium Laktat Menggunakan Metode Luring
10 9
Titrasi Kompleksometri
Uji Kuantitatif Miconazole 2% Dalam Krim Luring
11 10
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV – Vis
Uji Kuantitatif Senyawa Kalsium Oksalat pada Umbi Daring
12 11 Porang Menggunakan Metode Titrasi
Permanganometri
13 12 Uji Kuantitatif Logam Berat Menggunakan AAS Daring
Uji Kuantitatif Formalin dengan Metode Daring
14 13
Spektrofotometri UV – Vis
15 Review Materi Daring
16 UAS

Praktikum Kimia Farmasi II |9


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

JADWAL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 2


A1-20 A2-20 A3-20
KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 5 5 5 2 5 5 5 2 5 5 5
3 3 6 6 6 3 6 6 6 3 6 6 6
4 4 7 7 7 4 7 7 7 4 7 7 7
5 5 2 2 2 5 2 2 2 5 2 2 2
6 6 3 3 3 6 3 3 3 6 3 3 3
7 7 4 4 4 7 4 4 4 7 4 4 4
8 UTS UTS UTS
9 8 8 8 11 8 8 8 11 8 8 8 11
10 9 9 9 12 9 9 9 12 9 9 9 12
11 10 10 10 13 10 10 10 13 10 10 10 13
12 11 11 11 8 11 11 11 8 11 11 11 8
13 12 12 12 9 12 12 12 9 12 12 12 9
14 13 13 13 10 13 13 13 10 13 13 13 10
15
16 UAS UAS UAS

M.A. Hanny Ferry


HFF Fernanda VAD Vika Ayu Devianti
CHY Cicik Herlina Yulianti DA Djamilah Arifiyana
RKW Ratih Kusuma Wardani

Praktikum Kimia Farmasi II | 10


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

KETENTUAN PENILAIAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

A. Untuk menilai bahwa praktikum lulus, maka dilakukan evaluasi


praktikum meliputi:
a. Praktikum Harian 30%
b. UTS 35%
c. UAS 35%
B. Penilaian Praktikum harian meliputi :
a. Jurnal Praktikum 25%
b. Pelaksanaan praktikum 40%
c. Laporan Praktikum 35%
C. Dalam satu kelas, praktikum dibagi dalam 4 kelompok PTM yaitu
kelompok 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing Kelompok PTM akan dibagi
lagi sesuai kesepakatan dengan dosen pengampu.

Praktikum Kimia Farmasi II | 11


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai


praktikum.
2. Sediakanlah alat-alat yang akan dipakai di atas meja. Alat-alat yang tidak
digunakan sebaiknya disimpan di dalam lemari supaya tidak mengganggu
dalam bekerja.
3. Gunakan perlatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk
melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
4. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak kena
kotoran yang mempersulit analisis
5. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
6. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut
dengan tangan ke muka anda
9. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah
khusus.
10. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi
(pedih atau gatal).
11. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya tiga kali untuk menghindari
kesalahan.
12. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan
bahan Kimia secara berlebihan.
13. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk
mencegah kontaminasi.
14. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama
setelah melakukan praktikum.
15. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
16. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
17. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah
segera keringkan dengan lap

Praktikum Kimia Farmasi II | 12


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

18. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter,
kloroform, dsb.
19. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan
luka bakar, misalnya asam-asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa

kuat (KOH, NaOH, dan NH4OH), dan oksidator kuat (air brom, iod,

senyawa klor, permanganat)


20. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan
menghasilkan gas-gas beracun dilakukan di lemari asam
21. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur
22. Menetralkan asam/basa
- asam pada pakaian: dengan amonia encer
- basa pada pakaian : dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer
- asam/basa pada meja/lantai: dicuci dengan air yang banyak
- asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air,
kemudian diberi vaselin
23. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan
segera pada dosen atau asisten jaga.

Praktikum Kimia Farmasi II | 13


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 1
PRINSIP ANALISIS KUANTITATIF SPEKTROFOTOMETRI UV-
VIS

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dan melakukan uji kuantitatif metode spektrofotometri UV –
Vis dan menginterpretasikan data hasil pengukurannya.

Spektrofotometri UV – Vis adalah teknik analisis spektroskopik yang


memakai sumber radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang sinar UV
antara 190 – 380 nm dan sinar tampak (visible) yang mempunyai panjang
gelombang antara 380 – 780 nm. Metode spektrofotometri UV-Vis ini
utamanya digunakan untuk analisis kuantitatif. Bila digunakan untuk analisis
kualitatif sifatnya hanya sebagai data pendukung. Sebab, profil spektrum
UV-Vis suatu senyawa murni adalah karakteristik tetapi tidak spesifik.
Hampir sebagian besar molekul obat merupakan senyawa organik
yang mampu mengabsorb radiasi di spektrum wilayah ultraviolet. Senyawa
– senyawa obat yang berwarna mengabsorb radiasi di spektrum wilayah
visible.
Tabel 2.1. Beberapa transisi elektronik dalam molekul organik
Senyawa Panjang Gelombang (nm)
Ikatan Tunggal
CH4 122
CH3 – CH3 135
CH3 – Cl 173
CH3Br 204
CH3I 258
CH3OH 184
CH3OCH3 184
Ikatan Rangkap Dua
CH2 = CH2 162
-(CH = CH)2- 217
-(CH = CH)3- 258
-(CH = CH)4- 300

Praktikum Kimia Farmasi II | 14


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

-(CH = CH)5- 330


(CH3)2C=O 190,280
CH3CH=CH-CHO 217
CH2=CH-CH=CH-CHO 263
Ikatan Rangkap Tiga
HC≡CH 178
HC≡N 175

Jika zat menyerap cahaya visible dan UV maka akan terjadi


perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi.
Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Transisi elektronik
dalam beberapa molekul organik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Eksitasi pada
senyawa yang memiliki ikatan tunggal memerlukan energi tinggi atau
panjang gelombang pendek. Hal ini disebabkan elektron dalam ikatan
kovalen tunggal erat terikat. Sedangkan elektron dalam ikatan rangkap dua
atau tiga cukup mudah tereksitasi. Dalam molekul terkonjugasi (yaitu
mengandung sederetan ikatan rangkap berselang – seling) absorbsi
tergeser ke panjang gelombang lebih panjang (pergeseran merah atau
batokromik). Oleh karena itu senyawa yang dapat dianalisis menggunakan
UV/Vis adalah senyawa yang memiliki gugus kromofor, gugus fungsi yang
mampu mengabsorb cahaya UV/Vis.
Pelarut dapat mempengaruhi absorbsi radiasi elektromagnetik di
daerah panjang gelombang UV – Vis sehingga mempengaruhi lebar pita
yang tampak pada spektrum. Pelarut yang digunakan tidak boleh
mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang saat melakukan pengukuran
sample analisis. Beberapa jenis pelarut dan besarnya absorpsi cahaya pada
panjang gelombang tertentu dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2. Beberapa jenis pelarut yang umum digunakan dalam analisis menggunakan
spektrofotometri UV-Vis.
Pelarut Batas serapan Pelarut Batas serapan
(nm) (nm)
Asetonitril 190 n – heksan 201
Kloroform 240 Metanol 205
Sikloheksan 195 Isooktan 195
1,4 dioksan 210 Air 190
Etanol 95% 205 Aseton 330

Praktikum Kimia Farmasi II | 15


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Benzen 285 Piridin 205

Pelarut yang digunakan dalam analisis UV-Vis memiliki persyaratan sebagai


berikut:
• Pelarut yang dipakai tidak boleh mengandung sistem ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya.
• Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
• Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.
Pelarut yang sering digunakan adalah air, etanol, methanol, dan n – heksan
karena pelarut – pelarut tersebut transparan pada daerah UV-Vis sehingga
tidak mengganggu dengan tidak mengabsorpsi cahaya saat dianalisis.
Hukum Lambert – Beer
Konsentrasi dari analit di dalam larutan yang dianalisis menggunakan
spektrofotometri dapat ditentukan dengan cara mengukur absorban pada
panjang gelombang tertentu menggunakan hukum Lambert beer. Atas
dasar hukum inilah, spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu senyawa yang ada didalam sampel. Dimana zat yang ada di dalam
sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.
Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan
dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.

Gambar 2.1. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau


cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat
tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah perbandingan cahaya datang
dengan cahaya setelah melewati materi (sampel) (I t/I0 atau I0/It). Proses
penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat dilihat pada gambar 2.1.

Praktikum Kimia Farmasi II | 16


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Berdasarkan hukum Lambert – Beer, cahaya yang diserap diukur


sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang dihamburkan diukur sebagai
transmitansi (T). Rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya
cahaya yang dihamburkan :
It I
T= atau %T = I t x100%
I0 0

Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus :


A = -log T
A = Absorbansi (serapan)
T = transmittansi (transmitan)
Io = Intensitas cahaya datang
It = Intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Pada setiap panjang gelombang, absorbansi (A) suatu senyawa adalah:
A= a.b.c
Dimana,
b = tebal cairan yang mengabsorpsi sinar (≈ tebal kuvet umumnya sama
yaitu 1 cm)
c = konsentrasi dalam praktikum ini dihitung dalam satuan ppm (mg/L atau
µg/mL)
a = absortivitas (absortivity)
Secara eksperimen hukum Lambert – beer akan terpenuhi apabila
peralatan yang digunakan memenuhi kriteria – kriteria berikut :
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampan (tebal
kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya
larutan yang diukur harus benar – benar jernih agar tidak terjadi
hamburan cahaya oleh partikel – partikel koloid atau suspensi yang ada
di dalam larutan.

Praktikum Kimia Farmasi II | 17


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

5. Konsentrasi analit rendah karena apabila konsentrasi tinggi akan


mengganggu kelienaran grafik absorbansi versus konsentrasi.
Faktor – faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit :
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blanko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang
digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Pada panjang gelombang tertentu, pelarut tertentu, absortivitas suatu
senyawa adalah tetap. Hal ini menjadi dasar rumus/perhitungan untuk
penentuan kadar senyawa menggunakan metode spektrofotometri.Pada
penentuan kadar dua senyawa atau lebih dalam campuran secara simultan
berlaku rumus:
Atotal = Aa + Ab + Ac
Aa , Ab , Ac= absorbansi senyawa a, b, c pada panjang gelombang yang
sama, pelarut yang sama.
Dengan mengetahui absortivitas senyawa analit yaitu dengan cara
mengukur absorbansi senyawa analit baku, maka dapat dihitung kadar
senyawa analit dalam sampel tersebut.Jadi spektrofotometri merupakan
metode relatif (bukan metode absolut) artinya perlu senyawa baku sebagai
pembanding.
Cara menghitung konsentrasi analit dalam sampel dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a. Perbandingan absorbansi
Dengan cara ini dibuat larutan analit baku dengan satu konsentrasi mirip
dengan konsentrasi analit yang terdapat dalam sampel. Selanjutnya

Praktikum Kimia Farmasi II | 18


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

dalam kondisi analisis yang sama, masing-masing larutan tersebut diukur


absorbansinya.
Konsentrasi senyawa analit dihitung berdasarkan persamaan berikut:
aanalit sampel = aanalit baku
(A/C) sampel = (A/C) baku
𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑥𝐶 𝑏𝑎𝑘𝑢
𝐴 𝑏𝑎𝑘𝑢

b. Intrapolasi ke dalam kurva baku


Dengan cara ini dibuat larutan baku analait dengan beberapa
konsentrasi (minimum 4
macam) dengan rentang 80%-120% dari konsentrasi analit dalam
sampel. Selanjutnya, dengan kondisi analisis yang sama, masing-masing
larutan tersebut diukur absorbansinya.Setelah dibuat kurva baku antara
konsentrasi analit baku (x) vs absorbansi analit yang bersangkutan (y),
maka akan diperoleh persamaan garis regresi y = bx + a. Dengan
menginterpolasikan absorbansi sampel ke dalam persamaan garis regresi
tersebut akan diperoleh konsentrasi analit dalam sampel.

y = bx + a

ysampel

xsampel
x

Pengukuran absorbansi sampel maupun baku tersebut di atas dapat


dilakukan pada:
a. Panjang gelombang (λ) maksimum analit
Pengukuran pada λ ini umumnya digunakan untuk analisis senyawa
tunggal (single component) yang bebas pengganggu atau kalaupun ada
pengganggu pada λ tersebut, absorban pengganggu ≈ 0)
b. Pada λ tertentu (bukan pada λ maksimum)

Praktikum Kimia Farmasi II | 19


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Cara ini digunakan bila absorban pengganggu pada λ maksimum ≠ 0,


tetapi pada λ terpilih ini absorban pengganggu ≈ 0.
c. Pada 3 panjang gelombang tertentu
Cara ini digunakan bila absorban pengganggu selalu ≠ 0 pada semua λ
yang dapat digunakan untuk penentuan kadar senyawa analit.
d. Dengan cara derivatif
Cara ini digunakan bila absorban pengganggu selalu ≠ 0 pada semua λ
yang dapat digunakan untuk penentuan kadar senyawa analit.
e. Untuk campuran beberapa senyawa (multi component) dapat diukur
pada beberapa λ maksimum masing-masing senyawa. Selanjutnya
konsentrasi masing-masing senyawa dihitung berdasarkan persamaan
simultan sederhana (SSE = Simple Simultan Equation).

Praktikum Kimia Farmasi II | 20


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

RINGKASAN

1. Prinsip dari spektrofotometri UV – Vis ini adalah adanya


interaksi antara materi (berupa larutan sampel) dengan
cahaya yang berada pada panjang gelombang tertentu.
Energi cahaya yang terabsorb ke dalam larutan , maka
elektron – elektron ikatan dalam molekul akan tereksitasi
menempati tingkat energi yang lebih tinggi. Semakin
lemah ikatan electron dalam suatu molekul, semakin
lebar panjang gelombangnya, semakin rendah energi
radiasi yang di absorb.
2. Spektrofotometri UV – Vis merupakan metode yang
banyak digunakan untuk mengetahui kadar senyawa obat
dalam formulasi dimana tidak ada interferensi dari
eksipien; dapat digunakan untuk menentukan nilai pKa
beberapa senyawa obat; untuk menentukan koefisien
partisi dan kelarutan senyawa obat; untuk uji dissolusi;
dan untuk mengamati kinetika reaksi degradai obat.
3. Spektrofotometri UV – Vis tidak dapat digunakan untuk
analisis campuran, keselektifannya hanya bergantung
pada gugus kromofor satu senyawa obat.

LATIHAN
1. Sebutkan prinsip dari spektrofotometri UV – Vis !
2. Apakah fungsi pembuatan larutan standar dalam analisis
menggunakan spektro UV – Vis ?
3. Apakah fungsi penggunaan blanko dalam analisis spektro UV – Vis?
4. Sebutkan syarat larutan yang dapat digunakan sebagai blanko !

Praktikum Kimia Farmasi II | 21


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

5. Senyawa – senyawa obat seperti apa yang dapat dianalisis


menggunakan spektro UV – Vis ?
6. Bagaimana cara menentukan kadar suatu senyawa obat dalam
analisis spektro UV – Vis ini ?

Praktikum Kimia Farmasi II | 22


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 2
UJI KUANTITATIF ION FERRO DALAM TABLET FESO4
MENGGUNAKAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI

Prinsip : Titrasi Permanganometri


Tujuan : Menentukan kadar atau konsentrasi ion Ferro dalam sediaan
Tablet dengan menggunakan metode reaksi redoks.

Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil


oksidasi dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi
oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana
asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih
mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin,
sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu :
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan.
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan

Praktikum Kimia Farmasi II | 23


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan
pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan
lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur
pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO 2
sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari
titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan
permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.
Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari
agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini
biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui
asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan
tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa
bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi
terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan
biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan
untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di
reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones

Praktikum Kimia Farmasi II | 24


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam
yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk.
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi
reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida
ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan
reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.
Prinsip Percobaan :
Penetapan kadar FeSO4 berdasarkan dengan reaksi redoks ion
permanganat, dimana FeSO4 ini bersifat reduktor direaksikan terlebih dahulu
dengan air dan asam sulfat encer, lalu dititrasi dengan KMnO4 yang bersifat
oksidator, dimana titik akhir dititrasi ditandai dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda tetap selama 30 detik.

Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku KMnO4 0,1 N


Pembuatan:
Sejumlah kalium permanganat dilarutkan ke dalam air secukupnya hingga
tiap 1000 ml larutan mengandung 3,161 g KMnO4. Panaskan larutan sampai
mendidih, pelan-pelan selama 15-30 menit, dinginkan pada suhu kamar.
Saring larutan melalui corong yang diberi glasswool, atau melalui Krus
Gooch yang diberi asbes atau dengan penyaringan kaca masir. Tampung
lapisan dalam botol yang telah dicuci dengan campuran asam kromat dan
telah dibilas. Kemudian simpan dalam botol coklat.
Pembakuan:
Lebih kurang 100 mg natrium oksalat yang ditimbang saksama dilarutkan
o
dalam 50 ml air. Tambahkan 7 ml Asam Sulfat P, panaskan sekitar 70 C.
Titrasi pelan-pelan dengan KMnO4 0,1 N dengan diaduk sampai timbul
warna ungu mantap selama 15 detik . Suhu akhir titrasi tidak boleh kurang
o
dari 60 C.
Reaksi:
2- - + 2+
5C2O4 + 2MnO4 + 16H ⇆ 2Mn + 10CO2 + 8H2O
mg Na2C2O4
Perhitungan Normalitas KMnO4 = BE Na C O x V KMnO (ml)
2 2 4 4

Praktikum Kimia Farmasi II | 25


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

1. ALAT
a. Labu takar g. Batang pengaduk
b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia
f. Gelas Ukur
2. BAHAN
a. Tablet FeSO4
b. Aquades
c. H2SO4
d. Larutan KMnO4

Praktikum Kimia Farmasi II | 26


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

A. Pembuatan Larutan Baku


Timbang seksama 3,3 gram KMnO4 lalu masukkan ke dalam labu
ukur 1000 mL dan larutkan dalam air suling. Panaskan larutan
selama 15 menit, tutup dan simpan selang dua hari. Saring dengan
kertas saring lalu pindahkan ke dalam botol, dan beri etiket.
B. Standarisasi Larutan KMnO4
Timbang seksama 200 mg asam okslat yang telah dikeringkan pada
suhu 110°C dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Larutkan
dengan 100 mL air suling kemudian tambahkan asam sulfat dan
panaskan pada suhu 70°C. Titrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N
hingga timbul warna merah muda yang stabil selama 15 menit. Suhu
titrasi tidak boleh lebih redah dari 60°C. Hitung normalitasnya.
C. Penentuan Kadar FeSO4
Timbang seksama 500 mg Serbuk Tablet FeSO4 masukkan ke dalam
erlenmeyer. Tambahkan 25 mL asam sulfat encer dan 25 mL air
suling. Titrasi dengan larutan Kalium permanganat 0,1 N sampai
warna merah muda tetap. Ulangi perlakuan 2 kali lagi, hitung kadar
FeSO4.
Reaksi :

Praktikum Kimia Farmasi II | 27


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 3

UJI KUANTITATIF PARACETAMOL DAN KOFEIN DALAM TABLET


MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

TUJUAN : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu senyawa menggunakan


metode spektrofotometri UV-Vis
TUGAS :Lakukan percobaan analisis kuantitatif spektrofotometer UV – Vis
untuk mengetahui kadar dua bahan obat dalam sediaan tablet
dengan cara simultan. Tentukan panjang gelombang maksimal dari
masing – masing kedua senyawa obat tersebut. Blanko yang
digunakan dalam analisis ini adalah HCl 0,1 N.

A. Alat
- Spektrofotometer UV
- Labu ukur
- Pipet volume
- Beaker glass
- Botol timbang
- Batang pengaduk
B. Bahan
- Bahan aktif Parasetamol dan Kofein
- Tablet paten Panadol Extra.
- HCl 0,1 N.

1. Preparasi sampel
Ditimbang satu persatu 10 tablet sampel. Tentukan keseragaman bobot
tablet. Gerus 10 tablet ad halus dan timbang teliti serbuk tablet 100 mg.
Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan HCl 0,1 N. Kocok

Praktikum Kimia Farmasi II | 28


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

sampai bahan aktif dalam tablet larut semua, kemudian cukupkan larutan ad
garis tanda. Saring larutan ad kuantitatif. Filtrat dipipet 1 mL dan
dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian ke dalam labu ukur tadi
ditambahkan larutan baku kofein 1 mL dari 1.000 ppm dan selanjutnya labu
ukur ditambah HCl 0,1 N ad garis tanda. Ukur serapan (absorbans) larutan
tersebut pada dua λ kerja yang ditentukan.
2. Pembuatan larutan standar
Dibuat larutan standar parasetamol sejumlah 50 mg ditambah HCl 0,1 N ad
50 mL, dan larutan standar kofein sejumlah 50 mg ditambah HCl 0,1 N ad
50 mL.
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Larutan standar yang telah dibuat, diukur panjang gelombang
maksimumnya dan dibuat kurva absorpsi masing – masing larutan standar
tersebut. Hitung harga absortivitas dari parasetamol dan kofein pada λ kerja
yang ditentukan.
4. Perhitungan kadar
Kadar masing-masing parasetamol dan kofein dapat dicari dengan
menyelesaikan dua persamaan yang terjadi dari pengukuran absorbans
pada dua panjang gelombang kerja.
Absorban Pada λ1 = apct1 . cpct1 + akof1 . ckof1……..Persamaan 1
Absorban Pada λ2 = apct2 . cpct2 + akof2 . ckof2……..Persamaan 2
Kadar ditentukan sebagai kandungan parasetamol dan kofein dalam satu
tablet.

Praktikum Kimia Farmasi II | 29


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

CONTOH ANALISIS DATA


a. Setiap kaplet mengandung parasetamol 500 mg dan kofein 65 mg
b. Berat 10 tablet panadol = 6,8040 gram
c. Berat rata-rata 10 tablet panadol = 0,6840 gram ± 5%
d. Penimbangan Baku
Parasetamol Kofein
Botol timbang + isi : 13,0293 g Botol timbang + isi : 13,4322 g
Botol timbang + sisa : 12,9793 g - Botol timbang + sisa : 12,3810 g -
Bobot zat : ……… g Bobot zat : ……… g
Berat Parasetamol = …………+ HCl 0,1 N ad 50 mL
Berat kofein =………….+ HCl 0,1 N ad 50 mL
e. Penimbangan sampel
Parasetamol Kofein
Botol timbang + isi : 13,1185 g Botol timbang + isi : 11,0425 g
Botol timbang + sisa : 13,0162 g - Botol timbang + sisa : 10,9411 g -
Bobot zat : ……… g Bobot zat : ……… g

Larutan baku parasetamol (λ1) = 241,4 nm


A = 0,592
Larutan baku kofein (λ2) = 269,8 nm
A = 0,501
Perhitungan kadar larutan baku
Parasetamol: ……………………..ppm
Kadar pengenceran baku Parasetamol ……………………...ppm
Kofein: ………………………ppm
Kadar pengenceran baku kofein ………………………ppm
f. Perhitungan absortivitas baku
- Parasetamol
Pada λ1 = 241,4 nm pada λ2 = 269,8 nm
A = ap1.b.cp A = ap2.b.cp
0,592 = ap1.1.10 0,147 = ap2.1.10
ap1 = 0,0592 ap2 = 0,0147

Praktikum Kimia Farmasi II | 30


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

- Kofein
ak1= …..
ak2 =……
g. Perhitungan kadar sampel parasetamol dan kofein dalam sampel
241,4 nm → A1 = ap1.cp + ak1.ck misal: cp = x; ck=y
269,8 nm → A2 = ap2.cp + ak2.ck
h. Perhitungan kadar parasetamol dalam tiap tablet
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 (𝑚𝑔) = 𝑥𝐶𝑝
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑓𝑒𝑖𝑛 (𝑚𝑔) = 𝑥𝐶𝑘
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
i. Perhitungan % penyimpangan
𝐶𝑥 − 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
% 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥100%
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

Praktikum Kimia Farmasi II | 31


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 4

UJI KUANTITATIF KADAR ASETOSAL DALAM TABLET


MENGGUNAKAN METODE METODE SPEKTROFOTOMETRI UV –
VIS

TUJUAN : Mengetahui kandungan asetosal dalam tablet dan


membandingkannya dengan standar.
TUGAS : Lakukan percobaan analisis kuantitatif spektrofotometer UV – Vis
untuk mengetahui kadar asetosal dalam tablet dengan cara
intrapolasi kurva baku. Tentukan panjang gelombang maksimal
dari asetosal tersebut.

A. ALAT
- Beaker Glass 500 mL - Erlenmeyer
- Neraca analitik - Pipet tetes
- Spatula - Pipet volume 10 mL
- Hot Plate - Spektrofotometer UV-Vis
- Batang pengaduk - Corong
- Labu ukur 50 mL, 100
mL, 250 mL
B. BAHAN
- Bahan baku pembanding asetosal
- HCl 0,1 N
- Metanol
- Aquadest
- Tablet asetosal

Praktikum Kimia Farmasi II | 32


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

A. Pembuatan larutan standar asetosal


1. Asetosal ditimbang 100 mg kemudian dilarutkan dengan 100 mL HCl 0,1
N : methanol (1:1) etanol dalam labu ukur. Terbentuk larutan induk asam
salisilat 1000 ppm.
2. Larutan induk asetosal 1000 ppm diencerkan menjadi konsentrasi 100
ppm, kemudian larutan 100 ppm diencerkan menjadi 5 variasi
konsentrasi, yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm.
B. Preparasi sampel
1. Timbang berat 10 sampel tablet kemudian hitung berat rata – ratanya,
lalu dihaluskan.
2. Timbang 50 mg sampel asetosal, lalu dilarutkan dengan HCl 0,1 N :
metanol (1:1) dalam beker glass, aduk hingga larut, kemudian masukkan
kedalam labu ukur 50 mL, tambahkan HCl 0,1 N : metanol hingga tanda
batas.
3. Saring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh, diambil 1 mL dan
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL kemudian ke dalam labu ukur
tersebut ditambahkan HCl 0,1 N : methanol (1:1) hingga tanda batas.
Lalu aduk hingga homogen.
C. Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Larutan standar asetosal 6 ppm di-scanning pada panjang gelombang 200
– 400 nm. Blanko yang digunakan adalah HCl 0,1 N : methanol (1:1).
Absorbansi tertinggi yang diperoleh merupakan panjang gelombang
maksimum.
D. Perhitungan kadar
1. Larutan induk 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh. Absorbansi yang diperoleh,
diplotkan pada kurva baku, dimana X merupakan konsentrasi larutan

Praktikum Kimia Farmasi II | 33


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

induk, dan Y merupakan absorbansi. Setelah itu dihitung persamaan


regresi y = bx + a dan koefisien korelasinya.
2. Larutan sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum, kemudian nilai absorbansi yang diperoleh dimasukkan ke
dalam persamaan y = bx + a.
Tugas
1. Hitung persamaan garis regresi dari kurva larutan baku asetosal!
2. Hitung penetapan kadar asetosal yang dianalisis dengan metode
spektrofotmetri UV-Vis dalam ppm!

Praktikum Kimia Farmasi II | 34


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 5

UJI KUANTITATIF ION KALIUM DALAM INFUS KCL


MENGGUNAKAN METODE ARGENTOMETRI

PRINSIP : Titrasi Argentometri (Reaksi Pengendapan).


TUJUAN : Menentukan kadar atau konsentrasi ion Kalium dalam sediaan
infus dengan menggunakan metode reaksi pengendapan.

Argentometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan.


Titrasi ini terbatas pada reaksi antara ion Ag+ dengan anion-anion X- yaitu :
halida, tiosianat dan sianida. Pada titrasi ini AgNO 3 digunakan sebagai larutan
standar.
Ag+ + X- → AgX(p)
Suatu reaksi pengendapan berkesudahan bila endapan yang terbentuk
mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Di dekat titik ekivalennya akan terjadi
perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menentukan
berakhirnya suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indikator yang baru
menghasilkan suatu endapan bila reaksi telah berhasil dengan baik untuk titirasi
pengendapan ini.
Dalam titrasi pengendapan dikenal tiga metode yaitu (1) metode Mohr
yaitu didasarkan pada pembentukan endapan yang berwarna, (2) metode
Volhard yang didasarkan pada pembentukan larutan senyawa kompleks dan (3)
metode Fajans yang didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh
endapan pada titik ekivalen. Metode Fajans menggunakan senyawa organic
yang dapat diserap (adsorpsi) pada permukaan endapan yang terbentuk selama
titrasi argentometri berlangsung.
Prinsip dari ion klorida dititrasi dengan larutan standar AgNO3 dengan
menggunakan indikator K2Cr2O4 5 %. Saat semua ion Cl- mengendap dengan
sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan bereaksi dengan ion kromat

Praktikum Kimia Farmasi II | 35


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah bata yang


menandakan titik akhir titrasi.
Pada analisis Cl- mula-mula akan terjadi reaksi :
Ag+ + Cl- → AgCl (s)putih

Sedangkan pada titik akhir titrasi, titran juga akan bereaksi sebagai
berikut :
2 Ag+ + CrO42- → 2AgCrO4 (s) merah
Kondisi titrasi
1. Larutan yang dititrasi harus bereaksi netral ( pH = 6-8 ).
a. Dalam suasana asam konsentrasi ion CrO42- akan berkurang
karena reaksi :
2CrO42- + 2H+ → 2HCrO4- → Cr2O72- + H 2O
b. Dalam suasana basa akan terbentuk endapan peroksida :
2 Ag+ + OH- → 2AgOH → AgO2 coklat + H 2O
2. Konsentrasi ion Cr2O42- harus tepat (0,01 M).
Bila konsentrasi Cr2O42- > 0,01 M titik akhir titrasi akan terjadi sebelum
titik ekivalensi. Bila konsentrasi ion Cr 2O42- < 0,01 M maka titik akhir
titrasi akan terlambat (melampaui titik ekivalensi).

A. ALAT

a. Labu takar g. Batang pengaduk


b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia
f. Gelas Ukur
B. BAHAN
a. Infus KCl

Praktikum Kimia Farmasi II | 36


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

b. Aquadest
c. Larutan AgNO3
d. Larutan Indikator K2Cr2O4 5%

A. Prosedur Pembuatan Baku Primer


1. Buat larutan baku KCl 0,1N sejumlah 50,0ml.
B. Prosedur Titrasi Pembakuan
2. Ambil larutan baku primer dengan menggunakan pipet volume sejumlah
10,0ml kemudian masukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Tambahkan
indikator Kalium Kromat 5% sebanyak 1ml.
3. Lakukan titrasi untuk membakukan baku sekunder AgNO3 0,1N hingga
terbentuk endapan merah bata dengan latar belakang putih. Catat
jumlah baku sekunder yang dibutuhkan. Ulangi titrasi hingga tiga kali.
C. Prosedur Penetapan Kadar Infus KCl
4. Pipet 5,0 mL larutan sampel Infus KCl. Masukkan kedalam labu ukur
100,0 mL dan tambahkan aquadest hingga tanda batas.
5. Pipet Larutan sejumlah 10,0 mL masukkan dalam erlenmeyer.
6. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N dengan menggunakan indikator

kalium kromat sebanyak 1 mL hingga pertama kali terbentuk endapan


merah dalam latar belakang endapan putih.
7. Catat hasil akhir titrasi kemudian tentukan kadar Kalium dalam infus KCl
dan % recovery, lalu bandingkan dengan FI.

Reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓putih ; S AgCl = 1,56x10-10
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 ↓merah ; S Ag2CrO4 = 9x10-12

Praktikum Kimia Farmasi II | 37


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 6

UJI KUANTITATIF VITAMIN C DALAM SEDIAAN TABLET DAN


INJEKSI MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI

Prinsip : Titrasi Oksidasi-Reduksi (Reaksi Redoks)


Tujuan : Menentukan kadar atau konsentrasi sediaan obat yang
mengandung vitamin C (asam Askorbat) dengan larutan iod yang
sudah diketahui konsentrasinya.

Dalam proses analisis Redoks, iod di gunakan sebagai pengoksid


(iodimetri), dan ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif
sedikit yang bersifat pereduksi yang cukup kuat untuk dapat dititrasi langsung
dengan iod. Jadi penetapan iodimetri sedikit jumlahnya. Tetapi bayak zat
pengoksid yang cukup kuat untuk bereaksi lengkap dengan ion iodida, dan
terdapat banyak penerapan proses iodometri. Ion iod berlebih ditambahkan
pada zat pengoksid yang akan ditetapkan, dibebaskan iod, yang kemudian
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iod dan tiosulfat
berlangsug baik
a. Proses Iodometri atau Tak Langsung
Banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis dengan menambahkan
kalium iodida berlebihan dan menitrasi iod yag dibebaskan. Karena banyak zat
pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium
tiosulfat lazim diguakan sebagi titran.
Iodometri yaitu titrasi yag menggunakan larutan Na 2S2O3 sebagai titran
untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks,
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
oksidator + 2I → I2 + reduktor
Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang
memakan belerang akhirnya masuk kedalam larutan itu, dan proses

Praktikum Kimia Farmasi II | 38


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

metaboliknya akan mengakibatkan pembentukan SO3, SO4 dan belerang koloid.


Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan; bila timbul kekeruhan larutan harus
dibuang.
Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membetuk belerang
sebgai endapan mirip susu
S2O3 + 2H+ → H2S2O3 → H2SO3 + S(s)
Tetapi reaksi itu lambat dan tidak terjadi bila tiosulfit dititrasikan ke
dalam larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara
iod dan tiosulfit jauh lebih cepat daripada reaksi penguraian.
b. Proses Iodimetri atau Iodometri-Langsung
Pada proses ini, larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor
secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Zat-zat yang penting yang
merupakan zat pereduksi yag cukup kuat untuk dititrasi dengan iod adalah
tiosulfit, arsen(III), stibium(III), sulfida, sulfit, timah(III), dan ferosianida. Daya
mereduksi dari beberapa zat ini bergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan
hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat dapatlah reaksi dengan iod itu
dibuat kuantitatif.
Iod hanya sedikit sekali dapat larut dalam air (0,00134 mol/Liter pada
25°C), namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod
membentuk kompleks triiodida dengan iodida,
I2 + I →I3
dengan tetapan kesetimbangan sekitar 710 pada 25°C. Ditambahkan
kalium iodida berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan menurunkan
keatsirian iod. Biasanya ditambahkan 3% sampai 4% bobot KI ke dalam larutan
0,1 N, dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik.
Iod cenderung dihidrolisis, dengan membentuk asam iodida dan
hipoiodit.
I2 + H2O → HIO + H + I
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi
tak dapat dilakukan dalam larutan yang sangat basa, larutan standar iod

Praktikum Kimia Farmasi II | 39


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

haruslah disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh
cahaya matahari,
2HIO → 2H+ + 2I- + O2(g)
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam larutan basa,
3HIO + 3OH → 2I + IO3 + 3H2O
Pada analisis iodium selalu melibatkan garam KI; oleh karenanya garam
ini harus bebas dari iodat. Ion iodat (IO3) dengan ion iodida (I) dalam suasana
asam akan membebaskan iodium (I2) menurut reaksi:
IO3 + 5I + 6H+ → I2 + 3H2O
Oleh karena itu, garam KI harus bebas dari ion iodat; adanya ion iodat
dapat mempengaruhi hasil penetapan.
Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,1 N
Pembuatan:
Sejumlah larutan natrium tiosulfat dilarutkan dalam air secukupnya hingga tiap
1000 ml larutan mengandung 24,82 g Na 2S203.5H2O. Gunakan air yang telah
dididihkan, jika akan digunakan selama beberapa hari, tambahkan 0,1 g
natrium karbonat atau 3 tetes kloroform untuk tiap 1 liter.
Pembakuan:
1. Buatlah larutan Kalium Iodat 0,1 N (tepat kadarnya) sebanyak 50 ml dengan
caratimbang kristal Kalium Iodat dengan botol timbang sebanyak ± 0,1783
gram, masukkan dalam labu takar 50 ml. Tambahkan aqua kocok hingga
larut. Setelah larut, tambahkan aquadest sampai tanda batas 50 ml.
2. Pipet 10 ml larutan KIO3, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 10 ml
larutan KI 10 %, dan 4-5 ml H2SO4 2 N. Titrasi dengan larutan Na2S2O3,
sampai larutan kuning muda, kemudian tambah 1 ml indikator amilum 1 %.
Titrasi dilanjutkan sampai larutan tidak berwarna.
(NxV) Kalium Iodat
Perhitungan normalitas Na2S2O3 =
Volume Na2S203(ml)

Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Iodium 0,1 N


Pembuatan : Larutkan 20 g Kalium Iodida dalam 30 ml air dalam labu
bertutup dengan cara timbang sekitar 12,7 g iodium dalam gelas arloji,

Praktikum Kimia Farmasi II | 40


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan kalium iodida pekat. Tutup
labu dan kocok sampai iodiumnya larut. Diamkan larutan pada suhu kamar dan
tambahkan air hingga 1000 ml.
Pembakuan: Lebih kurang 100 mg arsentrioksida yang ditimbang seksama
dilarutkan dalam 20 ml NaOH 1 N, jika perlu dipanaskan. Encerkan dengan 40
ml air, tambahkan 2 tetes jingga metil dan lanjutkan dengan penambahan asam
klorida encer hingga warna kuning berubah menjadi jingga. Kemudian
tambahkan 2 gram Na. Bicarbonat, 20 ml air, dan 3 ml larutan kanji. Titrasi
larutan dengan baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap.
Reaksi:
As2O3 + 6NaOH → 2Na3AsO3 + 3H2O
I2 + Na3AsO3 + H 2O → Na3AsO4 + 2HI
mg As2O3
Perhitungan normalitas I2 = BE As O x Volume I (ml)
2 3 2
Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Kalium Iodat 0,05 M
Pembuatan : Lebih kurang 10,7000 g Kalium Iodat yang telah dikeringkan pada
o
110-120 C selama 1 jam, ditimbang dengan saksama, larutkan dalam air
hingga 1000 ml.
Pembakuan : Kalium Iodat sangat stabil dan kita peroleh dalam sediaan yang
murni, maka larutan bakunya dapat diperoleh hanya dengan menghitung berat
yang dilarutkan dalam sejumlah air.
g KIO3
Perhitunganmolaritas KIO3 = BE KIO x Vol yg dibuat (liter)
3

A. ALAT
a. Labu takar g. Batang pengaduk
b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia

Praktikum Kimia Farmasi II | 41


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

f. Gelas Ukur
B. BAHAN
a. Tablet Vitamin C dan Injeksi Vitamin C
b. Aquades
c. Larutan Na2S2O3
d. Larutan KI 10%
e. Larutan KIO3
f. Larutan H2SO4 2 N
g. Larutan I2

A. Pembakuan Na2S2O3 (Pembakuan I)


1. Buatlah larutan baku primer KIO3 0,1 N sebanyak 50 mL (FI Edisi III).
2. Pipet larutan baku primer KIO3 sebanyak 10 mL, masukkan ke dalam
Erlenmeyer.
3. Tambahkan ke dalam Erlenmeyer 5 mL H 2SO4 2 N dan 10 mL KI 10%.
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga terbentuk larutan berwarna
kuning.
4. Tambahkan larutan indikator Amilum 1% sebanyak 4 mL. Titrasi kembali
hingga warna biru tepat hilang. Catat volume titrasi.
B. Pembakuan I2 (Pembakuan II)
5. Buatlah Larutan I2 0,1 N sebanyak 100 mL (FI Edisi IV).
6. Pipet larutan baku primer I2 sebanyak 10 mL, masukkan ke dalam
Erlenmeyer. Tambahkan akuades sebanyak 100 mL.
7. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga terbentuk larutan berwarna
kuning.
8. Tambahkan larutan indikator Amilum 1% sebanyak 4 mL. Titrasi kembali
hingga warna biru tepat hilang. Catat volume titrasi.
C. Penetapan Kadar Vitamin C dalam Tablet
1. Timbang 10 tablet Vitamin C satu per satu dan tentukan bobot rata-rata
per tablet

Praktikum Kimia Farmasi II | 42


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

2. Timbang cuplikan lebih kurang 100 mg sampel dengan seksama.


3. Larutkan dalam campuran yang terdiri dari 50 mL air bebas CO2 dan 10
ml asam sulfat encer.
4. Titrasi segera dengan yodium 0,1 N menggunakan indikator kanji 1 mL
hingga terjadi warna biru mantap selama 1 menit.
5. Catat hasil akhir titrasi kemudian tentukan kadar vitamin C per tablet dan
% recovery, lalu bandingkan dengan FI.
𝑚𝑙𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝐵𝐸𝑧𝑎𝑡
Kadar =( 𝑥100) %𝑏/𝑏
𝑚𝑔𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Kadar vit C pertablet = kadar (%b/b) x bobot rata – rata pertablet (mg)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡 𝐶 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
%recovery = 𝑥100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡

D. Penetapan Kadar Vitamin C dalam Sediaan Injeksi


1. Pipet sejumlah sampel injeksi vitamin C setara bobot vitamin C 100 mg.
2. Tambahkan campuran yang terdiri dari 50 mL air bebas CO2 dan 10 ml
asam sulfat encer.
3. Titrasi segera dengan yodium 0,1 N menggunakan indikator kanji 1 mL
hingga terjadi warna biru mantap selama 1 menit.
4. Catat hasil akhir titrasi kemudian tentukan kadar vitamin C dan %
recovery, lalu bandingkan dengan FI.
Reaksi :
C6H8O6 + I2 → C6H6O6

Praktikum Kimia Farmasi II | 43


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 7

PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN DENGAN


MENGGUNAKAN HIGH PERFOMANCE LIQUID
CHROMATOGRAPHY (HPLC)

Tujuan Praktikum:
- Memahami cara kerja instrument HPLC
- Melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti
manual pengoperasian instrument HPLC
- Menentukan / menghitung kadar Parasetamol dan Kafein dengan
menggunakan High Peformance Liquid Chromatography ( HPLC )

HPLC (High Performance Liquid Chromatography) adalah metoda


kromatografi cair bertekanan tinggi. HPLC sangat berguna untuk analisis kimia
secara kualitatif dan kuantitatif senyawa organic atau anorganik yang berkadar
sangat kecil, dalam skala ng/L. juga metoda ini hanya memerlukan jumlah
cuplikan yang sangat kecil(ml). oleh karena itu HPLC, misalnya dapat digunakan
dalam analisis cuplikan Kimia Lingkungan, Farmasi, atau kedokteran.
Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran
luas/area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas/ area
standar. Pada prakteknya teknik perbandingan kurang menghasilkan data yang
akurat bila hanya melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu, lebih
akurat dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas
distribusi differensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian
ini kromatografi selalu melibatkan dua fasa ,yaitu fasa diam (stationary phase)
dan fase gerak (mobile phase). Fasa diam berupa padatan atau cairan yang
terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben) sedangkan fasa

Praktikum Kimia Farmasi II | 44


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

gerak berupa cairan disebut eluen. Fase gerak ini mengakibatkan terjadinya
migrasi differensial komponen-komponen dalam sampel. (budiasih,dkk.199:68)
Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi differensial komponen di
antara dua fasa yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Prinsip kerja alat
instrument HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa, fasa gerak
cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam aliran
fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan
komponen – komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara
solute – solute terhadap fasa diam. Solute – solute yang kurang kuat
interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya,
solute –solute yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solute –solute
tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang
keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram GC, jumlah
peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk
mengontrol kerja sistem HPLC.

Gambar skema instrument HPLC


Sumber:https://www.google.com/search?q=skema+instrument+hplc&ie=utf-8&oe=utf-8

Terdapat dua perbedaan dalam HPLC berdasarkan polaritas dari pelarut


dan interaksi terhadap fasa diamnya.

Praktikum Kimia Farmasi II | 45


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

1. Fasa normal HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat lebih polar
daripada pelarutnya.
2. Fasa balik HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat non-polar
dibandingkan dengan pelarutnya.

Parasetamol dan kafein umumnya terdapat bersama-sama dalam satu


tablet obat yang memiliki sifat kepolaran berbeda. Gugus kromofor yang
dimilikinya menyebabkan dapat menyerap sinar UV.
Parasetamol berwujud serbuk hablur berwarna putih tidak berbau dan
sedikit pahit. Mengenai kelarutannya parasetamol larut dalam air mendidih dan
dalam NaOH 1N, mudah larut dalam etanol, memiliki rumus empiris C8H9NO2
Adapun struktur kimia parasetamol adalah:

Gambar: struktur parasetamol

Kafein dengan rumus empiris C8H10N4O2 adalah senyawa alkaloid


xantina berbentuk Kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat
perangsang psikoaktif dan diuretic ringan. Adapun struktur kimia dari kafein
adalah :

Gambar: Struktur Kafein

Praktikum Kimia Farmasi II | 46


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

A. Alat dan Bahan Praktikum :


o Alat yang digunakan :
Nama Alat Ukuran Jumlah
Perangkat HPLC 1 set
Labu Ukur 10 mL 6 buah
Labu Ukur 50 mL 1 buah
Corong pendek 6 buah
Penyangga corong 1 buah
Pipet tetes 3 buah
Botol vial 2 buah
Pipet volum 10 mL 1 buah
Pipet volum 7 mL 1 buah
Pipet volum 2 mL 1 buah
Pipet volum 3 mL 1 buah
Pipet volum 4 mL 1 buah
Pipet volum 5 mL 1 buah
Syringe membrane selulosa nitrate 1 buah
Ultrasonic Vibrator 1 set
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Kertas saring 6 lembar

o Bahan yang digunakan :


Nama Bahan Jumlah
Parasetamol p.a 25 mg
Kafein 12,7 mg
Asetonitril, KH2PO4, Isopropil Alkohol 500 mL
Sampel obat 6,00 mg
Aquabides secukupnya
Methanol secukupnya

Praktikum Kimia Farmasi II | 47


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

B. Bagan Alir

Langkah Kerja
1) Pembuatan fasa gerak
KH2PO4 0,1 M
• Diambil sebanyak 420 mL
• Ditambahkan 20,00 mL methanol
• Ditambahkan 30,00 mL asetonitril
• Ditambahakan 30,00 mL isopropil alcohol
• Disaring menggunakan membrane whatman filter PTFE 0,2
µm
• Disonikasi selama 30 menit

2) Pembuatan larutan Induk parasetamol


Parasetamol p.a
• Ditimbang 25 mg
Kafein p.a
• Ditimbang 12,5 mg
Parasetamol 25 mg dan kafein 12,5 mg
• Dimasukkan ke dalam labu 50 mL
• Ditambahkan pelarut sebanyak 20 mL
• Disonikasi selama 15 menit
• Diencerkan dengan pelarut hingga tanda batas
• Disaring dengan membran
• Disonikasi
• Dihitung konsentrasi larutan induk untuk parasetamol dan
kafein

3) Pembuatan deret larutan standar parasetamol


Larutan induk parasetamol dan kafein
• Dipipet masing-masing sebanyak 1,2,3,4,5 dan 6 mL ke
dalam labu ukur 10 mL
• Ditambahkan pelarut hingga tanda batas
• Disaring masing-masing dengan membrane whatman PTFE
0,2 µm
• Dipindahlan ke botol vial
Larutan dalam botol vial
• Disonikasi selama 5 menit
• Diinjeksikan ke system HPLC dengan volume penyuntikan
20 µL
• Dibuat kurva kalibrasi

Praktikum Kimia Farmasi II | 48


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

4) Pembuatan larutan sampel parasetamol


Tablet obat
• Ditimbang 20 tablet dan ditentukan berat rata-rata tablet
• Digerus tablet dengan lumping dan alu
Serbuk obat
• Diambil sejumlah 25 mg
• Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
• Ditambahakn 1 mL pelarut
• Disonikasi selama 10 menit
Serbuk obat yang telah disonikasi
• Diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda
• Dikocok dan disaring melalui penyaringan kering ( 1 mL
filtrat pertama dibuang dan filtrate selanjutnya ditampung)
Sampel obat yang telah disaring
• Dipipet 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
• Ditambahakn pelarut hingga garis tanda
• Disaring dengan membrane whatman PTFE 0,2 µm
• Disonikasi selama 5 menit
• Diinjeksikan ke dalam sistem HPLC

5) Penyiapan instrument HPLC


Instrumen HPLC
• Dipastikan kabel penghubung listrik tersambung dengan
benar
• Ditekan tombol ON pada sakelar listrik
• Botol fasa gerak diisi dengan volume yang memadai, dan
botol penampung dikosongkan
• Tombol ON pada alat ditekan berturut-turut untuk power,
detector dan pompa
• Dilakukan pemprograman oleh alat computer, diikuti
langkahnya sesuai intruksi
• Dipilih mode yang sesuai dengan parameter kondisi
instrument
• Dialirkan fasa gerak
(instrument siap digunakan bila respon kromatogram tidak muncul lagi
(baseline mendatar)
• Larutan standar diinjeksikan berturut-turut (mulai dari
konsentrasi terendah) kemudian larutan sampel)
• Dicetak hasil pengukuran, kondisi percobaan dicatat
• Pompa dimatikan dengan menyoroti tanda pompa dalam
computer setelah selesai
• File ditutup sesuai petunjuk, computer dimatikan
• Tekan tombol off pada pompa,detector dan power secara
berurutan
• Sambungan listrik diputuskan

Praktikum Kimia Farmasi II | 49


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Keterangan :
Fasa Gerak : KH2PO4 0,01 M, 20 mL methanol, 30 mL
asetonitril dan 30 mL isopropil alcohol
Kolom (fasa diam) : C-18 (15 cm)
Panjang gelombang : 215 nm
Laju alir : 1 mL/menit
Volume injeksi : 20 µL

C. PERHITUNGAN DATA
1) Menentukan Konsentrasi Larutan Induk
a. Parasetamol
Massa parasetamol standar = 25 mg (Hitung dari penimbangan sebenarnya)
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 25 𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = = 500 𝑝𝑝𝑚
𝐿 0,05 𝐿
b. Kafein
Massa Kafein standar = 12,5 mg (Hitung dari penimbangan sebenarnya)
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 12,5 𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = = 250 𝑝𝑝𝑚
𝐿 0,05 𝐿

2) Pembuatan Deret Larutan Standar Parasetamol


• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 2 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
2 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 100 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 3 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
3 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 150 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿

Praktikum Kimia Farmasi II | 50


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 4 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
4 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 200 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
5 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 250 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 6 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
6 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 300 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 7 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
7 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 350 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
3) Pembuatan Deret Larutan Standar Kafein
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 2 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
2 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 50,8 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿

Praktikum Kimia Farmasi II | 51


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 3 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
3 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 76,2 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 4 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
4 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 101,6 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
5 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 127 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 6 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
6 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 152,4 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 7 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
7 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 177,8 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿

Praktikum Kimia Farmasi II | 52


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

D. HASIL PENGAMATAN
1) Data Penimbangan Sampel Obat ( Panadol Extra )
m1 = 0,6899 mg m6 = 0,6918 mg
m2 = 0,6989 mg m7 = 0,6985 mg
m3 = 0,7041 mg m8 = 0,7006 mg
m4 = 0,6935 mg m9 = 0,6947 mg
m5 = 0,6948 mg m10 = 0,6984 mg
Massa rerata sampel obat ( panadol extra ) = 0,6952 mg
2) Tabel Deret Larutan Standar Parasetamol

No Konsentrasi (ppm) Luas Area


1 100 4250914
2 150 6308666
3 200 8440476
4 250 10128325
5 300 12296071
6 350 14466379

3) Tabel deret Larutan Standar Kafein


No Konsentrasi ( ppm ) Luas Area
1 50,8 4635278
2 76,2 6938088
3 101,6 9285885
4 127 11087295
5 152,4 13272908
6 177,8 15430555

4) Kadar Parasetamol dan Kafein dalam sampel :


Massa Sampel Panadol = 6,00 mg
Luas Area Parasetamol = 12755224
Luas Area Kafein = 3948526

Praktikum Kimia Farmasi II | 53


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 8

UJI KUANTITATIF BEDAK SALICYL MENGGUNAKAN METODE


ALKALIMETRI

Prinsip : Titrasi Asidi-Alkalimetri (Reaksi Asam-Basa)


Tujuan : Menentukan kadar atau konsentrasi bedak salicyl yang bersifat
asam dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya.

Tujuan cara volumetri adalah menentukan kadar atau konsentrasi


larutan asam dari sediaan obat dengan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Maka dasar reaksi asam + basa → garam+air.
Contoh : HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H3O+ + OH- → 2H2O
CH3COOH + NaOH → H2O + CH3COOH
CH3COOH + OH- → H2O + CH3COO-
Dari contoh diatas ternyata : basa dapat dititrasi dengan larutan baku
asam. Proses ini disebut asidimetri. Sebaliknya, asam yang dititrasi dengan
larutan baku basa disebut alkalimetri.
Dalam asidi- alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak
senyawa ini dapat melepaskan 1 mol ion H + (H3O+). Proses untuk menentukan
banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa
atau sebaliknya disebut titrasi, seharusnya :
Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa
Saat persamaan ini tercapai, disebut titik ekivalen. Bila kita mengerjakan
titrasinya, titik ekivalen tersebut dinamakan titik akhir titrasi sehingga kita harus
segera menghentikan titrasinya. Tanda-tanda apa yang memberi petunjuk,
yang kita harus menghentikan titrasinya ? dalam titrasi asidi-alkalimetri
perubahan warna indikator yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi.

Praktikum Kimia Farmasi II | 54


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Suatu indikator berubah warnanya pada rentang pH tertentu. Rentang


pH ini ditampilkan pada Tabel 1.
Penentuan konsentrasi larutan suatu asam maupun basa diperlukan
suatu larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu
melarutkan sampai volime tertentu, secara langsung konsentrasinya langsung
diketahui. Larutan semacam ini disebut larutan baku primer. Contohnya larutan
asam oksalat, sedangkan larutan baku yang ditentukan melalui tirasi dengan
larutan baku primer dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya : NaOH yang
konsentrasinya didapatkan dengan menitrasinya dengan larutan baku primer
asam oksalat. Pada analisis volemetri, volume pada jumlah reagen yang
ditambahkan tepat sama dengan diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat
yang dianalisa disebut sebagai titik ekivalen.
Tabel 1. Perubahan warna pada beberapa indikator
Indicator Colour Change pH range
Picrat acid Colourless to yellow 0,1-0,8
Thymol blue Red to yellow 1,2-2,8
2,6-Dinitrofenol Colourless to yellow 2,0-4,0
Methyl yellow Red to yellow 2,9-4,0
Bromphenol blue Yellow to blue 3,0-4,6
Jingga metil Red to yellow 3,1-4,4
Hijau bromkresol Yellow to blue 3,8-5,4
Methyl orange Red to yellow 4,2-6,2
Litmus Red to blue 5,0-8,0
Methyl purple Ungu to green 4,8-5,4
p-Nitrofenol Colourless to yellow 5,6-7,6
Bromheksol purple Yellow to purple 5,2-6,8
Bromthymol blue Yellow to blue 6,0-7,6
Neutral red Red to yellow 6,8-8,0
Phenol red Yellow to red 6,8-8,4
p-a Naftolftalein Yellow to red 7,0-9,0
Phenolftalein Colourless to red 8,0-9,6
Thymolftalein Colourless to blue 9,3-10,6
Alizarin yellow R Yellow to purple 10,1-12,0
1, 3, 5-Trinitrobenzena Colourless to orange 12,0-14,0

Praktikum Kimia Farmasi II | 55


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

A. ALAT
a. Labu takar f. Batang pengaduk
b. Statif dan klem g. Pipet tetes
c. Buret h. Spatula
d. Corong i. Erlenmeyer
e. Neraca analitik j. Gelas kimia dan Gelas Ukur
B. BAHAN
a. Bedak salicyl d. Alkohol 96%
b. Indikator fenolptalein e. Aquadest
c. NaOH

A. Prosedur Pembuatan Baku Primer


1. Buat larutan baku asam oksalat 0,1 N sejumlah 50,0 mL akuades.
B. Prosedur Titrasi Pembakuan
2. Ambil larutan baku primer dengan menggunakan pipet volume sejumlah
10,0ml kemudian masukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Tambahkan
indikator phenolftalein sebanyak 3 tetes.
3. Lakukan titrasi untuk membakukan baku sekunder NaOH 0,1N hingga
larutan berubah menjadi merah muda. Catat jumlah baku sekunder yang
dibutuhkan. Ulangi titrasi hingga tiga kali.
C. Prosedur Penetapan Kadar Bedak Salicyl
1. Timbang saksama sampel uji (bedak salicyl) setara dengan 300 mg asam
salisilat. Lakukan penimbangan sebanyak tiga kali.
0,3
Sampel uji yang ditimbang = x100(g)
kadar pada etiket(%)

2. Larutkan dengan 25 mL etanol 95% netral.

Praktikum Kimia Farmasi II | 56


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

(Pembuatan etanol netral : Ke dalam 25 mL etanol 95% tambahkan 1


tetes merah fenol kemudian tambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1 N
hingga larutan berwarna merah.)
3. Tambahkan campuran dengan 25 mL akuades dan 10 tetes indikator PP.
4. Titrasi dengan NaOH 0,1 N, hingga larutan berubah menjadi merah
muda.
5. Catat hasil akhir titrasi kemudian tentukan kadar asam salisilat dalam
sampel dan % recovery, lalu bandingkan dengan FI.

Reaksi Pembakuan :

Reaksi Penetapan Kadar:

Praktikum Kimia Farmasi II | 57


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 9
UJI KUANTITATIF KALSIUM LAKTAT MENGGUNAKAN METODE
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Prinsip : Titrasi Kompleksometri (Reaksi Pembentukan Seny. Kompleks)


Tujuan : Mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu
menetapkan kadarnya menggunakan prinsip reaksi pembentukan
kompleks.

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa


kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa
ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1,
beberapa valensinya:
M2+ + (H2Y)2- → (MY)2- + 2H+
M3+ + (H2Y)2- → (MY)- + 2H+
M4+ + (H2Y)2- → (MY) + 2H+
M adalah kation (logam) dan (H2Y)2- adalah garam dinatrium edetat.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
sebuah anion atau molekul netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,

Praktikum Kimia Farmasi II | 58


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion


pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan :
M(H2O)n + L → M(H2O)(n-1) L + H2O
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiamina tetraasetat,
EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom
oksigen penyumbang dalam molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti
CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut
maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang
ada dalam larutan tersebut.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg,
Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang
berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T;
pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN,
zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator
ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua

Praktikum Kimia Farmasi II | 59


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup,
kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.
Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion
logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan
cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator
logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka
terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi
sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator
eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari
dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam
membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam
keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan
kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya
EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan
kadmium.
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat
kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu.
Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan
mengendapnya logam hidroksida.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks
antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks
antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna

Praktikum Kimia Farmasi II | 60


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak


digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam Eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada
pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah
anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir
sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator
ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga Xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah
dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah,
karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah
pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam
yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat
membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron
membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk
senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron
logam merupakan akseptor pasangan elektron.
Mn+ + : L → (M : L)n+
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) merupakan ligan yang mempunyai
lebih dari satu tempat untuk berikatan. Rumus molekul zat tersebut dinyatakan
sebagai berikut:

Praktikum Kimia Farmasi II | 61


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

EDTA dapat membentuk lingkaran yang menjepit ion logam dan


senyawa yang dihasilkan disebut sepit (chelate). Jika asam ini dapat direaksikan
dengan basa, misalnya NaOH, akan di netralkan dalam berbagai tingkatan
menjadi H3Y-, H2Y2-, HY3-,dan akhirnya Y4-.
Asam yang bebas H4Y dan garam NaH3Y tidak cukup larut dalam air,
sedangkan NaH2Y melarut dengan baik dalam air. Selama titrasi ion logam
dengan Na2H2Y selalu terjadi ion hidrogen.
Mg2+ + H2Y2- → MgY2- + 2H+
Ca2+ + H2Y2- → CaY2- + 2H+
Al3+ + H2Y2- → AlY- + 2H+
Secara umum dapat ditulis:
Mn+ + H2Y2+ → MY(n-m)+ 2H+
Oleh karena terbentuknya ion H+ selama titrasi, maka untuk mencegah
perubahan pH harus dipergunakan larutan penyangga. Dari reaksi diatas
terlihat bahwa ion logam bereaksi dengan EDTA denagan perbandingan molar
1: 1. Suatu hal penting dalam perkembangan titrasi EDTA, yaitu penemuan
indikator logam, yang memungkinkan titrasi ini dilakukan dalam larutan untuk
konsentrasi yang sangat encer.
Saat ini dikenal berbagai macam indikator logam antara lain Erichrome
Black T (Selechrome Black/ EBT/ Erio T). Struktur indikator ini adalah sebagai
berikut:

Indikator ini dapat membentuk kompleks bewarna hampir semua logam. Ion
logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron

Praktikum Kimia Farmasi II | 62


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam
kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk
seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, dan gugus yang terikat
pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.
Contoh:
Ag+ + 2 CN → Ag(CN)2+

Dalam kompleks Ag(CN) ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan
koordinasi dua sianida adalah ligannya.
Beberapa contoh kompleks yang khas dapat dilihat pada tabel:
Ion Bilangan koordinasi
Ligan Kompleks Nama kompleks
logam logam
Ag+ NH3 Ag (NH3)2+ Diamin Argentat (I) 2
Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ Tetrami Kuprat (II) 4
Fe3+ CN- Fe(CN)63- Heksasiano Ferat (III) 6
Ni2+ CN- Ni(CN)4 Tetra siano nikelat (II) 4
Cr3+ CN- Cr(CN)63- Heksa Siano Kromat (III) 6

Titrasi dengan ligan polidentat


Ion logam dengan beberapa ligan polidentat dapat membentuk kompleks
yang larut dalam air. Berbeda dengan ligan monodentat yang dapat bereaksi
hanya dalam beberapa tahap, ligan polidentat ini bereaksi hanya dalam satu
tahap pada pembentukan kompleks. Selain itu reaksinya pun sederhana yaitu
membentuk komplek 1:1 telah dikenal berbagai ligan polidentat tetapi yang
akan dibicarakan adalah titrasi ion logam dengan ligan asam etilendiamin tetra
asetat (EDTA).
Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Dinatrium Edetat 0,05 M
Pembuatan : Sejumlah Dinatrium Edetat larutkan dalam air secukupnya hingga
tiap 1000 ml mengandung 18,61 gram C10H14 N2.Na2O8.2H2O
mg Asam Sulfanilat
Molaritas NaNO2 =
V NaNO2 (ml)x BE Asam Sulfanilat

Praktikum Kimia Farmasi II | 63


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Pembakuan:
Timbang saksama lebih kurang 100 mg Kalsium Karbonat yang telah
o
dikeringkan pada suhu 200 C selama 4 jam. Larutkan dalam 50 ml air dan
sejumlah Asam Klorida encer hingga larut . Tambahkan 15 ml Natrium
Hidroksida 2 N. Titrasi dengan Dinatrium Edetat 0,05 M menggunakan indikator
biru hidoksi naftol, hingga larutan berwarna biru tua. (BM CaCO3 = 100,09).
2+ 2- 2- +
Reaksi:Ca + (H2Y) → (CaY) + 2H
mg CaCO3
Perhitungan molaritas EDTA = BE CaCO x V EDTA (ml)
3

Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Magnesium Sulfat 0,05 M


Pembuatan Dapar ammonia pH 10: Larutkan 6,75 g amonium klorida dalam 57
ml amonia pekat dan encerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml.
Pembuatan : Sejumlah magnesium sulfat larutkan dalam air secukupnya hingga
tiap 1000 ml larutan mengandung 12,324 g MgSO4.7H2O
Pembakuan : Encerkan 10,0 ml larutan Dinatrium Edetat dengan 50 ml air,
tambahkan 10 ml Dengan amonia. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M
dengan menggunakan indikator hitam eriokrom. Reaksi:
2+ 2- - +
Mg + Hin → Mgin + H
2+ 2- 2- +
Mg + H 2Y → MgY + 2H
- 2- 2- 2- +
Mgin + H 2Y → MgY + Hin + H
ml EDTA x M EDTA
Perhitungan molaritas MgSO4 : ml MgSO4

1. ALAT
a. Labu takar g. Batang pengaduk
b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia
f. Gelas Ukur

Praktikum Kimia Farmasi II | 64


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

2. BAHAN
a. Sampel tablet kalsium laktat
b. Aquades
c. Na2EDTA
d. Indikator EBT
e. ZnSO4 0,1 N
f. Larutan Buffer Salmiak

A. Prosedur Pembuatan Baku Primer ZnSO4


1. Buat larutan baku ZnSO4 0,1N sejumlah 50,0 ml.
B. Prosedur Titrasi Pembakuan
1. Ambil larutan baku primer dengan menggunakan pipet volume sejumlah
10,0ml kemudian masukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Tambahkan
30ml Aquades, 5ml Buffer Salmiak, indikator EBT seukuran ujung
spatula.
2. Buffer Salmiak dibuat dengan menambahkan 17,6g NH4CL dengan 142ml
NH4OH pekat, lalu ditambah aqua ad 250ml.
3. Lakukan titrasi untuk membakukan baku sekunder Na 2EDTA 0,1N hingga
terjadi perubahan warna dari merah ungu menjadi biru terang. Catat
jumlah baku sekunder yang dibutuhkan. Ulangi titrasi hingga tiga kali.

C. Prosedur Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat


1. Timbang 10 sampel tablet kalsium laktat, kemudian hitung berat rata –
ratanya, lalu dihaluskan menggunakan mortar.
2. Timbang saksama serbuk tablet setara dengan 300 mg kalsium laktat.
Replikasi tiga kali.
300 mg
Serbuk tablet yang ditimbang = kadar pada etiket (mg)
xberat rata − rata (g)

3. Tambahkan 30 mL aquades dan 3 mL HCl 2N, kocok kuat.


4. Tambahkan 15 mL Larutan buffer NH4Cl pH 10 ke dalam erlenmeyer.

Praktikum Kimia Farmasi II | 65


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

5. Tambahkan ±100 mg indikator EBT ke dalam erlenmeyer dan


homogenkan larutan.
6. Titrasi larutan dengan Na2EDTA yang telah dibakukan dengan ZnSO4
sampai larutan berubah warna dari ungu menjadi biru.
7. Catat hasil titrasi dan hitung kadar kalsium laktat dalam sampel dan
kadar kalsium laktat mg/tablet, lalu hitung %recovery kemudian
cocokkan dengan persyaratan yang tertera pada FI III/IV.
𝑚𝑙𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥𝐵𝐸𝑧𝑎𝑡
Kadar =( 𝑥100) %𝑏/𝑏
𝑚𝑔𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Kadar vit C pertablet = kadar (%b/b) x bobot rata – rata pertablet (mg)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡 𝐶 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
%recovery = 𝑥100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡

Reaksi :
Ca2+ + (H2Y)2- → (CaY)2- + 2H+

Praktikum Kimia Farmasi II | 66


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 10

UJI KUANTITATIF MICONAZOLE 2% DALAM KRIM


MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

TUJUAN : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu senyawa menggunakan


metode spektrofotometri UV-Vis
TUGAS : Lakukan percobaan analisis kuantitatif spektrofotometer UV – Vis
untuk mengetahui kadar kadar miconazole 2% dalam sediaan krim
dengan cara perbandingan absorbansi. Tentukan panjang
gelombang maksimal dari miconazole tersebut. Blanko yang
digunakan dalam analisis ini adalah etanol 95%.

A. Alat
- Timbangan analitik
- Alat gelas
- Spektrofotometri UV-Vis
B. Bahan
- Etanol 95 %
- Aquabides

❖ Persiapan larutan standar


1. Timbang standar Miconazole nitrat 20,0 mg, Larutkan dengan etanol 95 %
sebanyak 40 ml biarkan beberapa saat sampai larut, kemudian masukkan
dalam labu ukur 100,0 ml.
2. Bilas beaker glass dengan etanol 95 % 2 – 3 kali, masukkan dalam labu ukur
100 ml dan add-kan sampai tanda batas.
3. Kocok, pipet 10,0 ml, masukkan dalam labu ukur 25 ml, add-kan dengan
etanol 95 % sampai tanda batas.

Praktikum Kimia Farmasi II | 67


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

4. Baca pada spektrofotometer pada λ ±259 nm.


❖ Persiapan larutan uji
1. Timbang dengan teliti 1 gram sampel, masukkan beaker glass, aduk, campur
dan ratakan pada beaker glass untuk mempercepat kelarutan dengan batang
pengaduk.
2. Tambahkan etanol 95 %, biarkan beberapa saat sampai larut, masukkan
dalam labu ukur 100 ml.
3. Bilas beaker glass dengan etanol 95 % 2 – 3 kali, masukkan dalam labu ukur
100 ml dan add-kan sampai tanda batas.
4. Kocok, pipet 10,0 ml, masukkan dalam labu ukur 25 ml, add-kan dengan
etanol 95 % sampai tanda batas.
5. Baca terhadap standar.
Perhitungan :
Absorbansi sampel
𝑥100%
Absorbansi standar
Syarat : 90,0 % - 110,0 %
1. Hitung persamaan garis regresi dari kurva larutan baku Miconazole Nitrat!
2. Hitung penetapan kadar Miconazole Nitrat yang dianalisis dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dalam ppm!

Praktikum Kimia Farmasi II | 68


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 11
UJI KUANTITATIF SENYAWA KALSIUM OKSALAT PADA UMBI
PORANG MENGGUNAKAN METODE TITRASI
PERMANGANOMETRI

Prinsip Dasar : Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)


Tujuan : Menentukan kadar kalsium oksalat pada umbi porang
menggunakan metode titrasi permanganometri

Umbi porang termasuk ke dalam umbi family Araceae, dimana umbi


family Araceae mempunyai ciri-ciri yang khas yakni kandungan kalsium
oksalatnya yang cukup tinggi. Adanya kandungan kalsium oksalat yang cukup
tinggi ini menyebabkan umbi porang kurang populer di masyarakat dan tidak
dapat dikonsumsi secara langsung. Jika mengkonsumsi umbi porang secara
langsung, tanpa perlakuan pendahuluan seperti pencucian dan perendaman,
akan mengakibatkan rasa gatal pada telapak tangan saat mengupasnya dan
rasa gatal pada lidah, rongga mulut dan tenggorokan saat mengkonsumsinya.
Kalsium oksalat merupakan senyawa anorganik yang tidak larut dalam
air. Kalsium oksalat dapat larut dalam asam encer dan/atau asam organik. Jika
kalsium oksalat direaksikan dengan asam klorida encer maka akan membentuk
senyawa kalsium klorida dan asam oksalat yang larut air, sesuai dengan
persamaan berikut.
CaC2O4 + 2HCl → CaCl2 + H2C2O4

Kalsium oksalat pada umbi porang dapat dianalisis dengan metode titrasi
permanganometri. Dikarenakan sifat kalsium oksalat yang tidak larut air, maka
perlu dilakukan preparasi sampel untuk mengubah kalsium oksalat yang semula
tidak larut air menjadi asam oksalat yang dapat larut dalam air. Larutan hasil
preparasi itulah yang akan digunakan sebagai larutan sampel dalam titrasi
permanganometri.

Praktikum Kimia Farmasi II | 69


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Titrasi permanganometri merupakan Titrasi permanganometri


merupakan suatu metode analisis kuantitatif dengan prinsip reaksi reduksi-
oksidasi (redoks). Reaksi reduksi merupakan reaksi kimia yang disertai
penurunan bilangan oksidasi (biloks) suatu atom dalam molekul atau ion.
Reaksi reduksi juga dapat didefinisikan sebagai reaksi kimia dari suatu molekul
atau ion yang disertai dengan penangkapan elektron. Sebaliknya, reaksi
oksidasi merupakan reaksi kimia yang disertai kenaikan biloks atau pelepasan
elektron suatu atom dalam molekul atau ion. Dalam titrasi permanganometri,
larutan baku sekunder yang digunakan adalah kalium permanganat yang dapat
dibakukan dengan asam oksalat atau natrium oksalat. Kalium permanganat
(KMnO4) merupakan oksidator kuat karena atom Mn dalam KMnO4 memiliki
bilangan oksidasi tertinggi yakni +7, dimana senyawa tersebut tidak dapat
mengalami oksidasi lagi dan hanya dapat mengalami reaksi reduksi.
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat
diketahui melalui proses pembakuan. Proses pembakuan membutuhkan larutan
baku primer yang telah diketahui konsentrasinya melalui proses penimbangan
zat dengan teliti. Suatu zat dapat digunakan sebagai baku primer bila mudah
didapatkan, murni atau mudah dimurnikan, dimana memiliki kemurnian
mendekati 100%. Syarat zat baku primer yang kedua yakni tidak bersifat
higroskopis atau dipengaruhi oleh udara. Reaksi yang terjadi antara larutan
baku primer dan sekunder harus stoikiometrik sehingga dapat dicapai dasar
perhitungannya. Zat baku primer sebaiknya dipilih dalam bentuk anhidrat dan
memiliki berat molekul (BM) yang tinggi, sehingga dapat menghindari
kesalahan penimbangan. Zat baku primer yang dapat digunakan untuk
membakukan senyawa KMnO4 antara lain asam oksalat atau natrium oksalat.

Reaksi yang terjadi pada proses titrasi :


2KMnO4 + 5H2C2O4 + 6H+→ 2Mn2+ + 2K+ + 5CO2 + 8H2O

Praktikum Kimia Farmasi II | 70


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

A. ALAT
- Statif dan klem
- Buret
- Erlenmeyer
- Labu ukur 50 mL
- Gelas beaker
- Pipet volume
- Batang pengaduk
- Kaca arloji
- Pipet tetes
- Hotplate
- Magnetic stirrer
- Corong
B. BAHAN

- Umbi porang
- Akuades
- Natrium oksalat
- Kalium permanganat
- Asam klorida
- Asam sulfat
- Kertas saring

A. Pembuatan larutan baku primer Na2C2O4 0,1 N (BM = 134)


1. Timbang dengan teliti serbuk natrium oksalat sebanyak 0,335 gram
2. Larutkan natrium oksalat dengan akuades secukupnya hingga larut
sempurna

Praktikum Kimia Farmasi II | 71


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

3. Pindahkan larutan natrium oksalat ke dalam labu ukur 50 ml secara


kuantitatif dan ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas pada
labu ukur
4. Tutup dan kocok labu ukur hingga larutan homogen.
B. Pembuatan larutan baku sekunder KMnO4 0,1 N (BM = 158,034)
1. Timbang dengan teliti serbuk KMnO4 sebanyak 3,1608 gram
2. Larutkan KMnO4 dengan akuades secukupnya hingga ad larut
3. Larutan KMnO4 yang sudah larut dimasukan kedalam labu ukur 1 liter
(1000ml) dengan corong, kemudian ditambah dengan aquades sampai
tanda batas pada labu ukur
4. Tutup dan kocok labu ukur hingga larutan homogen.
5. Panaskan larutan KMnO4 selama ± 15-30 menit menggunakan gelas
beaker
6. Dinginkan dan diamkan selama 1 hari kemudian larutan tersebut disaring
sebelum digunakan.
C. Titrasi pembakuan larutan baku sekunder
1. Larutan baku primer dipipet 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
2. Tambahkan 20 mL larutan H2SO4 7 N
3. Panaskan hingga mencapai suhu 80°C
4. Titrasi segera dengan baku sekunder KMnO4 0,1 N
5. Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda
selama ±15 detik
D. Preparasi sampel
1. Timbang tepung porang, berasal dari umbi porang yang telah
dikeringkan dan dihaluskan, sebanyak 2 gram
2. Tepung porang disuspensikan ke dalam 190 ml aquadest dan
ditambahkan larutan HCl 6M (menggunakan gelas beaker)
3. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 100°C selama 1 jam
kemudian disaring

Praktikum Kimia Farmasi II | 72


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

4. Filtrat yang dihasilkan kemudian diambil sebanyak 125ml dan diencerkan


dengan akuades hingga ad 250 ml.
E. Analisis kadar senyawa kalsium oksalat pada umbi porang
1. Filtrat yang telah diencerkan, dipipet sebanyak 50 mL dan masukkan ke
dalam erlenmeyer
2. Ke dalam erlenmeyer tersebut dtambahkan dengan 10 ml H 2SO4 4 N
3. Panaskan campuran larutan sampai suhu 70°C.
4. Titrasi segera dengan baku sekunder KMnO4 0,1 N.
5. Hentikan titrasi saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda
selama ± 5 detik.

Contoh Tabel Data Pengamatan


Tabel 1. Data volume titran

No Volume Baku Primer (ml) Volume Titran (mL)


1
2
3
Rata-rata Volume Titran =

Tabel 2. Volume titran penetapan kadar

No Massa sampel (mg) Volume Titran (mL)


1

Praktikum Kimia Farmasi II | 73


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 12
ANALISIS KUANTITATIF LOGAM BERAT MENGGUNAKAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

Prinsip Dasar : Analisis kuantitatif dengan metode Spektrofotometri


Serapan Atom (SSA)
Tujuan : Mengetahui kadar logam berat Pb dalam sampel air
dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang


pengukurannya berdasarkan banyak radiasi/cahaya yang dihasilkan oleh atom
atau molekul. Salah satu jenis dari spektrofotometri adalah Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA). Prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu
interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel yang akan digunakan.
Cara kerja Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu didasarkan pada
penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya
diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengadsorpsi radiasi dari sumber
cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur yang
akan ditentukan. Besar penyerapan radiasi diukur pada panjang gelombang
tertentu berdasarkan jenis logamnya. Cara analisis ini memberikan kadar total
unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul
logam dalam sampel.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah yang sangat kecil karena
memiliki batas kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm),
pelaksanaannya relative sederhana dan interfensinya sedikit.
Spektrofotometri Serapan Atom memiliki banyak kegunaan dalam
berbagai bidang.
Analisis klinis. Menganalisis logam dalam biologi cairan seperti darah dan
urin.

Praktikum Kimia Farmasi II | 74


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Analisis lingkungan. Memantau lingkungan – misalnya mencari tahu tingkat


berbagai unsur yang ada di sungai, air laut, air minum, udara, bensin dan
minuman seperti anggur, bir dan minuman buah.
Obat-obatan. Pada beberapa proses manufaktur farmasi, jumlah katalis yang
digunakan dalam proses (biasanya logam) terkadang hadir dalam produk akhir
reaksi. Dengan menggunakan AAS jumlah katalis yang ada dapat ditentukan
jumlahnya.
Industri. Banyak bahan mentah yang dianalisis dengan AAS, dan AAS
digunakan secara luas untuk memeriksa keberadaan produk utama yang
diinginkan dan memeriksa keberadaan produk samping yang tidak diinginkan
yang jumlahnya harus lebih rendah dari ketentuan – misalnya dalam beton,
dimana kalsium adalah bahan utama konstituen, sedangkan tingkat timbal
harus rendah karena sifatnya beracun.
Pertambangan. Dengan menggunakan AAS, jumlah logam seperti emas
dalam batu dapat ditentukan, dengan demikian hasil ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan untuk menentukan apakah layak untuk menambang batu
untuk mengekstrak emas.
Logam dapat digolongkan kedalam dua kategori yaitu logam berat dan
logam ringan. Logam berat merupakan zat yang beracun dan umumnya bersifat
karsinogenik. Logam berat adalah unsur kimia yang memiliki densitas atau
berat jenis lebih dari 5 g/cm3. Logam berat dibagi menjadi 2 yaitu logam berat
esensial dan non esensial. Logam berat esensial sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup dalam jumlah tertentu, sedangkan logam berat non esensial
merupakan logam beracun yang belum diketahui manfaatnya dalam tubuh.
Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya adalah
karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan (nondegradable) atau terurai
secara alamai oleh organisme hidup yang ada di lingkungan. Logam berat
memiliki sifat terakumulatif sehingga akan selalu bertambah dan dapat
mengurangi jumlah air bersih, dan keberadaan logam berat dapat merusak
ekosistem pada lingkungan dan menimbulkan penyakit yang resikonya sangat
berbahaya. Logam berat yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan

Praktikum Kimia Farmasi II | 75


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

toksisitas pada makhluk hidup diantaranya yaitu nikel (Ni), timbal (Pb),
kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan
seng (Zn). Logam berat dapat masuk ke lingkungan melalui limbah industri,
seperti industri pembuatan baterai, tabung televisi, percetakan, cat, pigmen,
bahan fotografi, aditif bensin, korek api dan bahan peledak. Selain itu
kontaminasi logam berat dapat disebabkan oleh asap kendaraan bermotor,
penggunaan logam sebagai pembasmi hama (pestisida).

A. ALAT
- Botol timbang
- Beaker gelas
- Corong
- Labu ukur
- Batang pengaduk
- Pipet volume
B. BAHAN
- Sampel air yang diduga mengandung cemaran logam
- Kertas saring
- Pb(NO3)2
- Aquadest
- HNO3

A. Pembuatan larutan baku induk timbal (Pb) 1000 ppm


Larutan baku induk timbal dibuat dari senyawa Timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2)
ditimbang secara seksama kemudian dimasukkan kedalam beaker glass.
Serbuk dilarutkan dalam 7 ml HNO3 pekat dan aquadest. Setelah semuanya
larut kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas labu ukur

Praktikum Kimia Farmasi II | 76


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

100 ml dan dikocok hingga homogen, sehingga didapatkan larutan standar


timbal 1000 ppm.
Penimbangan standar Timbal dihitung dengan rumus berikut :
Lonsentrasi logam x Volume larutan x Mr Pb(NO3 )2
Massa Pb(NO3)2 = Ar Pb

Mr Pb(NO3)2 = 331,2 g/mol; Ar Pb = 207,19 g/mol


B. Pembuatan larutan baku kerja timbal (Pb)
Dari larutan 1000 ppm dipipet 5 ml dimasukkan dalam labu ukur 50 ml (100
ppm). Dari larutan 100 ppm lalu dipipet 5 ml ke dalam labu ukur 100 ml dan
dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 100 ml (5 ppm). Lalu dari
larutan 5 ppm dipipet masing-masing sebanyak 1 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml,
dan 20 ml dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml sehingga diperoleh
konsentrasi larutan 0,1 ppm, 0,5 ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, dan 2 ppm.
C. Pembuatan Kurva Baku Timbal (Pb)
5 seri konsentrasi larutan baku kerja yang telah dibuat diaspirasikan pada
AAS sehingga diperoleh data serapannya. Data tersebut selanjutnya
digunakan membuat persamaan kurva baku y=bx+a.
D. Pengukuran Kadar Timbal dalam Sampel Air
Larutan sampel yang telah disaring dan dipisahkan dari partikel pengotor
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan lampu
katoda Timbal. Nilai serapan larutan sampel dicatat, kemudian diplotkan ke
kurva baku sehingga diperoleh konsentrasi logam Timbal yang dianalisis.

Contoh Tabel Data Pengamatan


Larutan Baku Konsentrasi Absorbansi
Kerja (ppm)
1
2
3
4
5

Praktikum Kimia Farmasi II | 77


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

MODUL 13
ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA FORMALIN PADA DAGING
AYAM MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV VIS

Prinsip Dasar : Pembentukan warna hasil reaksi antara formalin


dengan pereaksi nash
Tujuan : Menentukan kadar formalin pada sampel daging
ayam menggunakan metode spektrofotometer Uv Vis

Penggunaan formalin sebagai zat aditif atau bahan tambahan untuk


pengawetan makanan masih marak dilakukan oleh oknum penjual makanan.
Berdasarkan survei pengawasan pangan, makanan yang mengandung
formalin banyak ditemukan di pasar tradisional maupun supermarket. Makanan
yang ditambahkan formalin memiliki ciri-ciri tidak mudah busuk, menunjukkan
warna yang lebih cerah, tekstur yang lebih kenyal dan tidak dihinggapi lalat.
Hal tersebut menjadi daya tarik bagi konsumen untuk membelinya. Jenis
makanan yang sering ditambahkan formalin diantaranya adalah tahu, bakso,
mie basah, ikan segar, ikan asin, dan daging ayam.
Daging ayam merupakan sumber protein yang digemari masyarakat
Indonesia karena rasanya yang lezat serta gizinya tinggi. Sayangnya, daging
ayam memiliki daya simpan yang singkat sedangkan harganya relatif mahal.
Daging ayam mudah mengalami pembusukan setelah pemotongan apabila tidak
segera diolah. Oleh sebab itu, untuk menghindari kerugian besar produsen
sering menambahkan bahan pengawet berupa formalin.
Formalin adalah nama dagang dari formaldehid dalam air dengan kadar 35-
40%. Formalin biasanya mengandung metanol sebanyak 10–15%, yang
berfungsi sebagai stabilisator agar formaldehid tidak mengalami polimerasi.
Dalam industri non pangan, zat yang memiliki rumus kimia CH 2O ini biasa
dimanfaatkan sebagai pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai

Praktikum Kimia Farmasi II | 78


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

desinfektan/pembersih, bahan pembentuk pupuk urea, bahan perekat untuk


produk kayu lapis, dan juga pengawet mayat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012
telah melarang penggunaan formalin pada makanan dan minuman. Formalin
juga sangat berbahaya apabila terhirup, tertelan atau mengenai kulit karena
dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan. Meskipun kadar formalin
yang biasa ditambahkan dalam makanan cenderung rendah, namun apabila
dikonsumsi terus menerus, tanpa disadari manusia telah menumpuk zat
karsinogenik di dalam tubuhnya yang dapat menjadi bibit pencetus berbagai
macam penyakit seperti infeksi ginjal, kanker, kecerdasan anak dan penyakit
degeneratif lainnya.
Kontaminasi formaldehid pada bahan makanan sangat membahayakan
tubuh. Oleh karena itu diperlukan metode untuk menganalisis formalin pada
sampel makanan, salah satunya bisa menggunakan spektrofotometri dengan
pereaksi Nash. Spektrofotometri adalah metode analisis yang sederhana, cepat,
ekonomis, dan sensitif sehingga cocok untuk diterapkan dalam analisis rutin.
Pereaksi nash merupakan pereaksi yang spesifik untuk formalin dan dapat
digunakan baik untuk anaisis kualitatif maupun kuantitatif. Pada percobaan ini
pereaksi nash digunakan dalam analisis kuantitatif. Reaksi dilakukan dengan
cara mencampurkan pereaksi nash dengan larutan yang mengandung formalin
dimana jumlah keduanya sebanding, untuk membentuk kompleks 3,5-deasetil-
1,4-dihidrolutidin (DDL) yang berwarna kuning, sehingga dapat diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 412 nm.

A. Alat
- Peralatan gelas (erlenmeyer, beaker glass, pipet ukur, labu ukur, corong
kaca, kaca arloji, termometer)
- Timbangan analitik

Praktikum Kimia Farmasi II | 79


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

- Penangas air
- sumbat karet
- Spektrofotometer UV-Vis

B. Bahan
- Aquades
- Ammonium asetat
- Asetil aseton
- Asam asetat glasial
- Larutan baku formalin 37%
- Daging ayam

A. Pembuatan pereaksi nash


a. Timbang ammonium asetat 150 gram menggunakan neraca analitik
b. Larutkan dalam ± 700 mL aquades
c. Masukkan dalam labu ukur 1000 mL
d. Pipet 2 mL asetil aseton, masukkan dalam labu ukur
e. Pipet 3 mL asam asetat glasial, masukkan dalam labu ukur
f. Tambahkan aquades pada labu ukur hingga tepat tanda batas.
g. Simpan dahulu dalam botol gelap selama 12 jam sebelum digunakan
B. Standarisasi larutan baku formalin
a. Timbang 1,5 gram larutan baku formalin 37%
b. Masukkan dalam erlenmeyer
c. Tambahkan 12,5 mL H2O2 6%
d. Tambahkan 25 mL NaOH 1 N
e. Hangatkan di atas penangas air hingga pembuihan berhenti
f. Titrasi dengan HCl 1 N menggunakan indikator fenoftalein

Praktikum Kimia Farmasi II | 80


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

C. Pembuatan larutan baku kerja


a. Buat larutan standar formalin 100 ppm dengan cara memipet 10 mL
larutan standar formalin 1000 ppm
b. Masukkan dalam labu ukur 100 mL
c. Tambahkan aquades hingga tanda batas
d. Buat larutan baku kerja dengan variasi konsentrasi (ppm) : 2, 4, 6, 8, 10
D. Penentuan  maksimal
a. Pipet 5 ml larutan baku kerja konsentrasi 6 ppm
b. Masukkan dalam labu ukur 10 ml
c. Tambahkan pereaksi nash hingga tanda batas
d. Panaskan pada suhu 40°C selama 30 menit
e. Dinginkan larutan hingga suhu kamar
f. Ukur absorbansinya pada spektrofotometer ( = 400 – 600 nm)
E. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Pipet 5 mL larutan baku kerja konsentrasi 2, 4, 8, 10 ppm
b. Masukkan dalam labu ukur 10 ml
c. Tambahkan pereaksi hingga tanda batas
d. Panaskan pada suhu 40°C selama 30 menit
e. Dinginkan larutan hingga suhu kamar
f. Ukur absorbansinya pada spektrofotometer pada  maksimal
g. Buat kurva kalibrasi
F. Ekstraksi formalin pada sampel daging ayam
a. Potong sampel daging ayam dengan ukuran ± 0,5 cm x 0,5 cm x 0,5
cm
b. Timbang sebanyak ± 5 gram menggunakan neraca analitik
c. Masukkan dalam Erlenmeyer, Tambahkan aquades 50 mL,Tutup
erlenmeyer dengan sumbat karet. Panaskan di atas hot plate dengan
suhu 40 °C selama 30 menit. Dinginkan hingga suhu kamar.
d. Saring untuk memisahkan daging ayam dengan aquades

Praktikum Kimia Farmasi II | 81


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

G. Analisis kuantitatif formalin dengan spektrofotometer UV-Vis


a. Pipet filtrat sampel daging ayam sebanyak 5,0 mL
b. Masukkan dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan pereaksi nash hingga
tanda batas. Panaskan pada suhu 40°C selama 30 menit. Dinginkan
larutan hingga suhu kamar
c. Ukur absorbansinya pada spektrofotometer pada  maksimal
d. Hitung kadar formalin pada sampel daging ayam

Tabel pengamatan:

Tabel 1. Data pembakuan larutan baku formalin 37% dengan titrasi asam basa:
Berat formalin (gram) Volume HCl (mL)

Tabel 2. Data kurva kalibrasi formalin dengan pereaksi nash


Konsentrasi larutan baku kerja formalin Absorbansi pada 
(ppm) maksimal

Praktikum Kimia Farmasi II | 82


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

Tabel 3. Data hasil pengujian formalin pada sampel

Kode Massa Replikasi Absorbansi Kadar Rata-rata kadar


Sampel sampel (Kg) formalin formalin (ppm)
(ppm)
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Perhitungan:
Kadar formalin pada masing-masing sampel uji, dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:

Wf
Kadar formalin pada daging ayam (ppm) = Wsampel

dimana: Wf = V x C

Keterangan:
- V = volume larutan yang digunakan untuk ekstrasi formalin pada daging
ayam (L)
- C = konsentrasi formalin pada sampel yang diperoleh dari persamaan
kurva kalibrasi (mg/L)
- Wsampel = massa sampel daging ayam (Kg)

Praktikum Kimia Farmasi II | 83


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

DAFTAR PUSTAKA
Agustina T. Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan dan Dampaknya Pada
Kesehatan. Teknobuga. 2014;1(1):53–65.
Cartika, Harpolia. 2017. Kimia Farmasi II. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Darmono. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. Jakarta: UI-Press;
1995.
Firmansyah MA, Sabikis, Utami PI. Analisis Kadar Logam Berat Timbal di Mata
Air Pegunungan Guci dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.
PHARMACY. Desember 2012, Vol. 09, No. 03, 100-110.
Gandjar IG, Rohman A. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press, 2007.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry.USA : The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Herman. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Air yang Melalui Saluran Pipa Penyalur
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jurnal Media Analis
Kesehatan. November 2017, Vol. 8, No.2, 91-99.
Kuntari, Aprianto, T., Noor, R. H., dan Baruji. 2017. Verifikasi Metode
Penentuan Asetosal dalam Obat Sakit Kepala dengan Metode
Spektrofotometri UV. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 6. No. 1
Halaman : 31 – 40.
Mukti, Kusnanto. 2012. Analisis Spektroskopi UV Vis : Penentuan
Konsentrasi Permanganat (KMnO4). Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta : Surakarta.
Ogunleye OO, Ajala MA, Agarry SE. Evaluation of Biosorptive Capacity of
Banana (Musa paradisiaca) Stalk for Lead (II) Removal from Aqueous
Solution. J Environ Prot (Irvine, Calif). 2014;05(15):1451–65.
Robinson, James W., Frame, Eileen M. Skelly, dan Fram II, George M. 2005.
Undergraduate Instrumental Analysis. New York : Marcel Dekker.
Rouessac, Francis, dan Rouessac, Annick. 2007. Chemical Analysis : Modern
Instrumentation Methods and Technoques. England “ John Willer &
Sons, Ltd.
Skoog DA, West DM, Crouch SR, Holler FJ. Fundamentals of Analytical
Chemistry. Brooks Cole; 2000.
Watson, David G. 2012. Pharmaceutical Analysis. Elsevier Ltd.

Praktikum Kimia Farmasi II | 84


MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II 2021-2022

GLOSSARIUM

Kromatografi : Metode pemisahan kimia yang didasarkan pada


perbedaan partisi zat pada fasa diam dan fasa
gerak.
Fasa diam : Fasa yang tetap pada tempatnya.
Fasa gerak : Fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
Waktu Retensi : Waktu yang diperlukan untuk melewati sistem.
Eluen : Pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit
Analit : Zat yang dipisahkan
Kromatogram : Output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.
Adanya puncak karakteristik yang berbeda
menunjukkan senyawa yang berbeda.
Spektrofotometer : Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet.
Absorbansi : Banyaknya cahaya atau energi yang diserap oleh
partikel – partikel dalam larutan.
Transmitan : Bagian dari cahaya yang diteruskan melalui
larutan.
Spektrofotmetri Spektrofotometri sinar tampak, yang dapat dilihat
visible : oleh mata manusia, memiliki panjang gelombang
400 – 800 nm.
Eksitasi : Perpindahan elektron dari tingkat energi rendah
ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan
menyerap energi.
Ikatan kovalen : Ikatan kimia yang terjadi karena penggunaan
pasangan elektron secara bersama – sama.
Transisi elektron : Perpindahan elektron dari orbit yang satu ke orbit
yang lain dengan memancarkan gelombang
elektromagnetik.
Larutan blanko : Larutan yang tidak berisi analit.

Praktikum Kimia Farmasi II | 85


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

Nama / NIM :
Kelas / Kelompok :
Hari/Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :

Dosen Pembimbing :

I. TUJUAN PRAKTIKUM

II. PRINSIP DASAR/TEORI

III. PROSEDUR KERJA


IV. ANALISIS DATA

ACC DOSEN PEMBIMBING :

V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN

Surabaya,…………………………..
Praktikan,

(……………………………………..)
Dosen Pembimbing :
Hari / Tanggal :

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

Kelompok/ Kelas :
Anggota Kelompok / NIM :

Judul Praktikum :

I. TUJUAN PRAKTIKUM

II. PRINSIP DASAR/TEORI

III. ALAT – BAHAN DAN PROSEDUR KERJA


ACC DOSEN PEMBIMBING :

Anda mungkin juga menyukai