KIMIA FARMASI 2
DISUSUN OLEH :
2. Analisis di Laboratorium
Analisis kuantitatif menggunakan metode volumetri dan
spektrofotometri
3. Hasil
Pencatatan dalam lembar kerja - Pengesahan Hasil
4. Pembuatan Laporan Akhir
Penarikan Kesimpulan dan Penilaian
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka_______________________________________________ 84
Glossarium___________________________________________________ 85
Lembar Kerja Laporan Praktikum Kimia Farmasi 2___________________ 86
Lembar Kerja Jurnal Praktikum Kimia Farmasi 2____________________ 91
PENDAHULUAN
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran mata kuliah praktikum kimia farmasi 2 meliputi :
a. Menginternalisasi nilai, norma dan etika dalam proses belajar
Praktikum Kimia Farmasi 2.
b. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
kefarmasian secara mandiri.
c. Menginternalisasi prinsip – prinsip Praktikum Kimia Farmasi 2 pada saat
implementasi dalam dunia kerja.
d. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun laporan hasil dan proses
kerja secara akurat dan sahih serta mengomunikasikannya secara
efektif kepada pihak lain yang membutuhkan.
e. Membekali pengetahuan mahasiswa dengan mengedepankan
penguasaan topik utama yaitu teknik titrimetri dan spektrofotometri.
f. Mampu untuk memilih beragam metode, teknik penelitian, dan cara
mengumpulkan data penelitian.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran dari mata kuliah praktikum kimia farmasi 2 ini adalah
sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan uji kuantitatif bedak
salicyl, infus KCl, tablet FeSO4, tablet atau injeksi vitamin C, tablet
kalsium laktat menggunakan metode volumetri titrimetri
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan uji kuantitatif
parasetamol dan kofein dalam tablet paten panadol extra, tablet
asetosal, formalin, miconazole 2% dalam sediaan krim menggunakan
spektrofotometri UV – Vis.
c. Mahasiswa mampu menjalaskan dan melakukan uji kuantitatif logam
berat dengan metode SSA serta mampu menjelaskan analisis
kuantitatif kalsium oksalat dari bahan alam
18. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter,
kloroform, dsb.
19. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan
luka bakar, misalnya asam-asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa
kuat (KOH, NaOH, dan NH4OH), dan oksidator kuat (air brom, iod,
MODUL 1
PRINSIP ANALISIS KUANTITATIF SPEKTROFOTOMETRI UV-
VIS
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dan melakukan uji kuantitatif metode spektrofotometri UV –
Vis dan menginterpretasikan data hasil pengukurannya.
Gambar 2.1. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel.
y = bx + a
ysampel
xsampel
x
RINGKASAN
LATIHAN
1. Sebutkan prinsip dari spektrofotometri UV – Vis !
2. Apakah fungsi pembuatan larutan standar dalam analisis
menggunakan spektro UV – Vis ?
3. Apakah fungsi penggunaan blanko dalam analisis spektro UV – Vis?
4. Sebutkan syarat larutan yang dapat digunakan sebagai blanko !
MODUL 2
UJI KUANTITATIF ION FERRO DALAM TABLET FESO4
MENGGUNAKAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan
pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan
lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur
pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO 2
sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari
titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan
permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.
Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari
agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini
biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui
asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan
tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa
bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi
terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan
biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan
untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di
reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones
atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam
yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk.
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi
reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida
ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan
reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.
Prinsip Percobaan :
Penetapan kadar FeSO4 berdasarkan dengan reaksi redoks ion
permanganat, dimana FeSO4 ini bersifat reduktor direaksikan terlebih dahulu
dengan air dan asam sulfat encer, lalu dititrasi dengan KMnO4 yang bersifat
oksidator, dimana titik akhir dititrasi ditandai dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda tetap selama 30 detik.
1. ALAT
a. Labu takar g. Batang pengaduk
b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia
f. Gelas Ukur
2. BAHAN
a. Tablet FeSO4
b. Aquades
c. H2SO4
d. Larutan KMnO4
MODUL 3
A. Alat
- Spektrofotometer UV
- Labu ukur
- Pipet volume
- Beaker glass
- Botol timbang
- Batang pengaduk
B. Bahan
- Bahan aktif Parasetamol dan Kofein
- Tablet paten Panadol Extra.
- HCl 0,1 N.
1. Preparasi sampel
Ditimbang satu persatu 10 tablet sampel. Tentukan keseragaman bobot
tablet. Gerus 10 tablet ad halus dan timbang teliti serbuk tablet 100 mg.
Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan HCl 0,1 N. Kocok
sampai bahan aktif dalam tablet larut semua, kemudian cukupkan larutan ad
garis tanda. Saring larutan ad kuantitatif. Filtrat dipipet 1 mL dan
dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, kemudian ke dalam labu ukur tadi
ditambahkan larutan baku kofein 1 mL dari 1.000 ppm dan selanjutnya labu
ukur ditambah HCl 0,1 N ad garis tanda. Ukur serapan (absorbans) larutan
tersebut pada dua λ kerja yang ditentukan.
2. Pembuatan larutan standar
Dibuat larutan standar parasetamol sejumlah 50 mg ditambah HCl 0,1 N ad
50 mL, dan larutan standar kofein sejumlah 50 mg ditambah HCl 0,1 N ad
50 mL.
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Larutan standar yang telah dibuat, diukur panjang gelombang
maksimumnya dan dibuat kurva absorpsi masing – masing larutan standar
tersebut. Hitung harga absortivitas dari parasetamol dan kofein pada λ kerja
yang ditentukan.
4. Perhitungan kadar
Kadar masing-masing parasetamol dan kofein dapat dicari dengan
menyelesaikan dua persamaan yang terjadi dari pengukuran absorbans
pada dua panjang gelombang kerja.
Absorban Pada λ1 = apct1 . cpct1 + akof1 . ckof1……..Persamaan 1
Absorban Pada λ2 = apct2 . cpct2 + akof2 . ckof2……..Persamaan 2
Kadar ditentukan sebagai kandungan parasetamol dan kofein dalam satu
tablet.
- Kofein
ak1= …..
ak2 =……
g. Perhitungan kadar sampel parasetamol dan kofein dalam sampel
241,4 nm → A1 = ap1.cp + ak1.ck misal: cp = x; ck=y
269,8 nm → A2 = ap2.cp + ak2.ck
h. Perhitungan kadar parasetamol dalam tiap tablet
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 (𝑚𝑔) = 𝑥𝐶𝑝
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
MODUL 4
A. ALAT
- Beaker Glass 500 mL - Erlenmeyer
- Neraca analitik - Pipet tetes
- Spatula - Pipet volume 10 mL
- Hot Plate - Spektrofotometer UV-Vis
- Batang pengaduk - Corong
- Labu ukur 50 mL, 100
mL, 250 mL
B. BAHAN
- Bahan baku pembanding asetosal
- HCl 0,1 N
- Metanol
- Aquadest
- Tablet asetosal
MODUL 5
Sedangkan pada titik akhir titrasi, titran juga akan bereaksi sebagai
berikut :
2 Ag+ + CrO42- → 2AgCrO4 (s) merah
Kondisi titrasi
1. Larutan yang dititrasi harus bereaksi netral ( pH = 6-8 ).
a. Dalam suasana asam konsentrasi ion CrO42- akan berkurang
karena reaksi :
2CrO42- + 2H+ → 2HCrO4- → Cr2O72- + H 2O
b. Dalam suasana basa akan terbentuk endapan peroksida :
2 Ag+ + OH- → 2AgOH → AgO2 coklat + H 2O
2. Konsentrasi ion Cr2O42- harus tepat (0,01 M).
Bila konsentrasi Cr2O42- > 0,01 M titik akhir titrasi akan terjadi sebelum
titik ekivalensi. Bila konsentrasi ion Cr 2O42- < 0,01 M maka titik akhir
titrasi akan terlambat (melampaui titik ekivalensi).
A. ALAT
b. Aquadest
c. Larutan AgNO3
d. Larutan Indikator K2Cr2O4 5%
Reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓putih ; S AgCl = 1,56x10-10
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 ↓merah ; S Ag2CrO4 = 9x10-12
MODUL 6
haruslah disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh
cahaya matahari,
2HIO → 2H+ + 2I- + O2(g)
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam larutan basa,
3HIO + 3OH → 2I + IO3 + 3H2O
Pada analisis iodium selalu melibatkan garam KI; oleh karenanya garam
ini harus bebas dari iodat. Ion iodat (IO3) dengan ion iodida (I) dalam suasana
asam akan membebaskan iodium (I2) menurut reaksi:
IO3 + 5I + 6H+ → I2 + 3H2O
Oleh karena itu, garam KI harus bebas dari ion iodat; adanya ion iodat
dapat mempengaruhi hasil penetapan.
Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,1 N
Pembuatan:
Sejumlah larutan natrium tiosulfat dilarutkan dalam air secukupnya hingga tiap
1000 ml larutan mengandung 24,82 g Na 2S203.5H2O. Gunakan air yang telah
dididihkan, jika akan digunakan selama beberapa hari, tambahkan 0,1 g
natrium karbonat atau 3 tetes kloroform untuk tiap 1 liter.
Pembakuan:
1. Buatlah larutan Kalium Iodat 0,1 N (tepat kadarnya) sebanyak 50 ml dengan
caratimbang kristal Kalium Iodat dengan botol timbang sebanyak ± 0,1783
gram, masukkan dalam labu takar 50 ml. Tambahkan aqua kocok hingga
larut. Setelah larut, tambahkan aquadest sampai tanda batas 50 ml.
2. Pipet 10 ml larutan KIO3, masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 10 ml
larutan KI 10 %, dan 4-5 ml H2SO4 2 N. Titrasi dengan larutan Na2S2O3,
sampai larutan kuning muda, kemudian tambah 1 ml indikator amilum 1 %.
Titrasi dilanjutkan sampai larutan tidak berwarna.
(NxV) Kalium Iodat
Perhitungan normalitas Na2S2O3 =
Volume Na2S203(ml)
tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan kalium iodida pekat. Tutup
labu dan kocok sampai iodiumnya larut. Diamkan larutan pada suhu kamar dan
tambahkan air hingga 1000 ml.
Pembakuan: Lebih kurang 100 mg arsentrioksida yang ditimbang seksama
dilarutkan dalam 20 ml NaOH 1 N, jika perlu dipanaskan. Encerkan dengan 40
ml air, tambahkan 2 tetes jingga metil dan lanjutkan dengan penambahan asam
klorida encer hingga warna kuning berubah menjadi jingga. Kemudian
tambahkan 2 gram Na. Bicarbonat, 20 ml air, dan 3 ml larutan kanji. Titrasi
larutan dengan baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna biru tetap.
Reaksi:
As2O3 + 6NaOH → 2Na3AsO3 + 3H2O
I2 + Na3AsO3 + H 2O → Na3AsO4 + 2HI
mg As2O3
Perhitungan normalitas I2 = BE As O x Volume I (ml)
2 3 2
Pembuatan dan Pembakuan Larutan Baku Kalium Iodat 0,05 M
Pembuatan : Lebih kurang 10,7000 g Kalium Iodat yang telah dikeringkan pada
o
110-120 C selama 1 jam, ditimbang dengan saksama, larutkan dalam air
hingga 1000 ml.
Pembakuan : Kalium Iodat sangat stabil dan kita peroleh dalam sediaan yang
murni, maka larutan bakunya dapat diperoleh hanya dengan menghitung berat
yang dilarutkan dalam sejumlah air.
g KIO3
Perhitunganmolaritas KIO3 = BE KIO x Vol yg dibuat (liter)
3
A. ALAT
a. Labu takar g. Batang pengaduk
b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia
f. Gelas Ukur
B. BAHAN
a. Tablet Vitamin C dan Injeksi Vitamin C
b. Aquades
c. Larutan Na2S2O3
d. Larutan KI 10%
e. Larutan KIO3
f. Larutan H2SO4 2 N
g. Larutan I2
Kadar vit C pertablet = kadar (%b/b) x bobot rata – rata pertablet (mg)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡 𝐶 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
%recovery = 𝑥100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
MODUL 7
Tujuan Praktikum:
- Memahami cara kerja instrument HPLC
- Melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti
manual pengoperasian instrument HPLC
- Menentukan / menghitung kadar Parasetamol dan Kafein dengan
menggunakan High Peformance Liquid Chromatography ( HPLC )
gerak berupa cairan disebut eluen. Fase gerak ini mengakibatkan terjadinya
migrasi differensial komponen-komponen dalam sampel. (budiasih,dkk.199:68)
Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi differensial komponen di
antara dua fasa yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Prinsip kerja alat
instrument HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa, fasa gerak
cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam aliran
fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan
komponen – komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara
solute – solute terhadap fasa diam. Solute – solute yang kurang kuat
interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya,
solute –solute yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solute –solute
tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang
keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram GC, jumlah
peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk
mengontrol kerja sistem HPLC.
1. Fasa normal HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat lebih polar
daripada pelarutnya.
2. Fasa balik HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat non-polar
dibandingkan dengan pelarutnya.
B. Bagan Alir
Langkah Kerja
1) Pembuatan fasa gerak
KH2PO4 0,1 M
• Diambil sebanyak 420 mL
• Ditambahkan 20,00 mL methanol
• Ditambahkan 30,00 mL asetonitril
• Ditambahakan 30,00 mL isopropil alcohol
• Disaring menggunakan membrane whatman filter PTFE 0,2
µm
• Disonikasi selama 30 menit
Keterangan :
Fasa Gerak : KH2PO4 0,01 M, 20 mL methanol, 30 mL
asetonitril dan 30 mL isopropil alcohol
Kolom (fasa diam) : C-18 (15 cm)
Panjang gelombang : 215 nm
Laju alir : 1 mL/menit
Volume injeksi : 20 µL
C. PERHITUNGAN DATA
1) Menentukan Konsentrasi Larutan Induk
a. Parasetamol
Massa parasetamol standar = 25 mg (Hitung dari penimbangan sebenarnya)
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 25 𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = = 500 𝑝𝑝𝑚
𝐿 0,05 𝐿
b. Kafein
Massa Kafein standar = 12,5 mg (Hitung dari penimbangan sebenarnya)
Volume larutan = 50 mL = 0,05 L
𝑚𝑔 12,5 𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = = 250 𝑝𝑝𝑚
𝐿 0,05 𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 4 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
4 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 200 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
5 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 250 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 6 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
6 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 300 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 500 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 7 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
7 𝑚𝐿
𝐶2 = × 500 𝑝𝑝𝑚 = 350 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
3) Pembuatan Deret Larutan Standar Kafein
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 2 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
2 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 50,8 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 3 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
3 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 76,2 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 4 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
4 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 101,6 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 5 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
5 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 127 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 6 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
6 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 152,4 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
• 𝐶1 = 254 𝑝𝑝𝑚 𝐶2 = ?
𝑉1 = 7 𝑚𝐿 𝑉2 = 10 𝑚𝐿
𝐶1 × 𝑉1 = 𝐶2 × 𝑉2
𝑉1
𝐶2 = × 𝐶1
𝑉2
7 𝑚𝐿
𝐶2 = × 254 𝑝𝑝𝑚 = 177,8 𝑝𝑝𝑚
10 𝑚𝐿
D. HASIL PENGAMATAN
1) Data Penimbangan Sampel Obat ( Panadol Extra )
m1 = 0,6899 mg m6 = 0,6918 mg
m2 = 0,6989 mg m7 = 0,6985 mg
m3 = 0,7041 mg m8 = 0,7006 mg
m4 = 0,6935 mg m9 = 0,6947 mg
m5 = 0,6948 mg m10 = 0,6984 mg
Massa rerata sampel obat ( panadol extra ) = 0,6952 mg
2) Tabel Deret Larutan Standar Parasetamol
MODUL 8
A. ALAT
a. Labu takar f. Batang pengaduk
b. Statif dan klem g. Pipet tetes
c. Buret h. Spatula
d. Corong i. Erlenmeyer
e. Neraca analitik j. Gelas kimia dan Gelas Ukur
B. BAHAN
a. Bedak salicyl d. Alkohol 96%
b. Indikator fenolptalein e. Aquadest
c. NaOH
Reaksi Pembakuan :
MODUL 9
UJI KUANTITATIF KALSIUM LAKTAT MENGGUNAKAN METODE
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup,
kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.
Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion
logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan
cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator
logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka
terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi
sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator
eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari
dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam
membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam
keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan
kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya
EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan
kadmium.
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat
kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu.
Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan
mengendapnya logam hidroksida.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks
antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks
antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna
Indikator ini dapat membentuk kompleks bewarna hampir semua logam. Ion
logam dapat menerima pasangan elektron dari gugus donor elektron
membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Ion dalam logam dalam
kompleks tersebut dinamakan atom pusat sedangkan zat yang dapat membetuk
seyawa kompleks dengan atom pusat ini disebut ligan, dan gugus yang terikat
pada atom pusat disebut bilangan koordinasi.
Contoh:
Ag+ + 2 CN → Ag(CN)2+
Dalam kompleks Ag(CN) ini, perak merupakan atom pusat dengan bilangan
koordinasi dua sianida adalah ligannya.
Beberapa contoh kompleks yang khas dapat dilihat pada tabel:
Ion Bilangan koordinasi
Ligan Kompleks Nama kompleks
logam logam
Ag+ NH3 Ag (NH3)2+ Diamin Argentat (I) 2
Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ Tetrami Kuprat (II) 4
Fe3+ CN- Fe(CN)63- Heksasiano Ferat (III) 6
Ni2+ CN- Ni(CN)4 Tetra siano nikelat (II) 4
Cr3+ CN- Cr(CN)63- Heksa Siano Kromat (III) 6
Pembakuan:
Timbang saksama lebih kurang 100 mg Kalsium Karbonat yang telah
o
dikeringkan pada suhu 200 C selama 4 jam. Larutkan dalam 50 ml air dan
sejumlah Asam Klorida encer hingga larut . Tambahkan 15 ml Natrium
Hidroksida 2 N. Titrasi dengan Dinatrium Edetat 0,05 M menggunakan indikator
biru hidoksi naftol, hingga larutan berwarna biru tua. (BM CaCO3 = 100,09).
2+ 2- 2- +
Reaksi:Ca + (H2Y) → (CaY) + 2H
mg CaCO3
Perhitungan molaritas EDTA = BE CaCO x V EDTA (ml)
3
1. ALAT
a. Labu takar g. Batang pengaduk
b. Statif dan klem h. Pipet tetes
c. Buret i. Spatula
d. Corong j. Erlenmeyer
e. Neraca analitik k. Gelas kimia
f. Gelas Ukur
2. BAHAN
a. Sampel tablet kalsium laktat
b. Aquades
c. Na2EDTA
d. Indikator EBT
e. ZnSO4 0,1 N
f. Larutan Buffer Salmiak
Kadar vit C pertablet = kadar (%b/b) x bobot rata – rata pertablet (mg)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡 𝐶 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
%recovery = 𝑥100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
Reaksi :
Ca2+ + (H2Y)2- → (CaY)2- + 2H+
MODUL 10
A. Alat
- Timbangan analitik
- Alat gelas
- Spektrofotometri UV-Vis
B. Bahan
- Etanol 95 %
- Aquabides
MODUL 11
UJI KUANTITATIF SENYAWA KALSIUM OKSALAT PADA UMBI
PORANG MENGGUNAKAN METODE TITRASI
PERMANGANOMETRI
Kalsium oksalat pada umbi porang dapat dianalisis dengan metode titrasi
permanganometri. Dikarenakan sifat kalsium oksalat yang tidak larut air, maka
perlu dilakukan preparasi sampel untuk mengubah kalsium oksalat yang semula
tidak larut air menjadi asam oksalat yang dapat larut dalam air. Larutan hasil
preparasi itulah yang akan digunakan sebagai larutan sampel dalam titrasi
permanganometri.
A. ALAT
- Statif dan klem
- Buret
- Erlenmeyer
- Labu ukur 50 mL
- Gelas beaker
- Pipet volume
- Batang pengaduk
- Kaca arloji
- Pipet tetes
- Hotplate
- Magnetic stirrer
- Corong
B. BAHAN
- Umbi porang
- Akuades
- Natrium oksalat
- Kalium permanganat
- Asam klorida
- Asam sulfat
- Kertas saring
MODUL 12
ANALISIS KUANTITATIF LOGAM BERAT MENGGUNAKAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)
toksisitas pada makhluk hidup diantaranya yaitu nikel (Ni), timbal (Pb),
kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan
seng (Zn). Logam berat dapat masuk ke lingkungan melalui limbah industri,
seperti industri pembuatan baterai, tabung televisi, percetakan, cat, pigmen,
bahan fotografi, aditif bensin, korek api dan bahan peledak. Selain itu
kontaminasi logam berat dapat disebabkan oleh asap kendaraan bermotor,
penggunaan logam sebagai pembasmi hama (pestisida).
A. ALAT
- Botol timbang
- Beaker gelas
- Corong
- Labu ukur
- Batang pengaduk
- Pipet volume
B. BAHAN
- Sampel air yang diduga mengandung cemaran logam
- Kertas saring
- Pb(NO3)2
- Aquadest
- HNO3
MODUL 13
ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA FORMALIN PADA DAGING
AYAM MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV VIS
A. Alat
- Peralatan gelas (erlenmeyer, beaker glass, pipet ukur, labu ukur, corong
kaca, kaca arloji, termometer)
- Timbangan analitik
- Penangas air
- sumbat karet
- Spektrofotometer UV-Vis
B. Bahan
- Aquades
- Ammonium asetat
- Asetil aseton
- Asam asetat glasial
- Larutan baku formalin 37%
- Daging ayam
Tabel pengamatan:
Tabel 1. Data pembakuan larutan baku formalin 37% dengan titrasi asam basa:
Berat formalin (gram) Volume HCl (mL)
Wf
Kadar formalin pada daging ayam (ppm) = Wsampel
dimana: Wf = V x C
Keterangan:
- V = volume larutan yang digunakan untuk ekstrasi formalin pada daging
ayam (L)
- C = konsentrasi formalin pada sampel yang diperoleh dari persamaan
kurva kalibrasi (mg/L)
- Wsampel = massa sampel daging ayam (Kg)
DAFTAR PUSTAKA
Agustina T. Kontaminasi Logam Berat Pada Makanan dan Dampaknya Pada
Kesehatan. Teknobuga. 2014;1(1):53–65.
Cartika, Harpolia. 2017. Kimia Farmasi II. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Darmono. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. Jakarta: UI-Press;
1995.
Firmansyah MA, Sabikis, Utami PI. Analisis Kadar Logam Berat Timbal di Mata
Air Pegunungan Guci dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.
PHARMACY. Desember 2012, Vol. 09, No. 03, 100-110.
Gandjar IG, Rohman A. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press, 2007.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry.USA : The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Herman. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Air yang Melalui Saluran Pipa Penyalur
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jurnal Media Analis
Kesehatan. November 2017, Vol. 8, No.2, 91-99.
Kuntari, Aprianto, T., Noor, R. H., dan Baruji. 2017. Verifikasi Metode
Penentuan Asetosal dalam Obat Sakit Kepala dengan Metode
Spektrofotometri UV. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 6. No. 1
Halaman : 31 – 40.
Mukti, Kusnanto. 2012. Analisis Spektroskopi UV Vis : Penentuan
Konsentrasi Permanganat (KMnO4). Universitas Negeri Sebelas
Maret Surakarta : Surakarta.
Ogunleye OO, Ajala MA, Agarry SE. Evaluation of Biosorptive Capacity of
Banana (Musa paradisiaca) Stalk for Lead (II) Removal from Aqueous
Solution. J Environ Prot (Irvine, Calif). 2014;05(15):1451–65.
Robinson, James W., Frame, Eileen M. Skelly, dan Fram II, George M. 2005.
Undergraduate Instrumental Analysis. New York : Marcel Dekker.
Rouessac, Francis, dan Rouessac, Annick. 2007. Chemical Analysis : Modern
Instrumentation Methods and Technoques. England “ John Willer &
Sons, Ltd.
Skoog DA, West DM, Crouch SR, Holler FJ. Fundamentals of Analytical
Chemistry. Brooks Cole; 2000.
Watson, David G. 2012. Pharmaceutical Analysis. Elsevier Ltd.
GLOSSARIUM
Nama / NIM :
Kelas / Kelompok :
Hari/Tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Dosen Pembimbing :
I. TUJUAN PRAKTIKUM
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
Surabaya,…………………………..
Praktikan,
(……………………………………..)
Dosen Pembimbing :
Hari / Tanggal :
Kelompok/ Kelas :
Anggota Kelompok / NIM :
Judul Praktikum :
I. TUJUAN PRAKTIKUM