Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PEMBUATAN SEDIAAN DALAM VIAL DEXAMETHASON NA PHOSFAT

(SEDIAAN DOSIS GANDA)

Disusun Oleh:

Marta Marlina O. 1041811073

Muhammad Yoga Arighi 1041811079

Muhammad Wachid N. R. 1041811084

Ni Putu Diah S. M. 1041811090

Nikmatul Maulana S. 1041811093

Olga Pramudita 1041921015

Deliana Aprilia Z. 1041711033

KELOMPOK J

SUB KELOMPOK 1

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

YAYASAN PHARMASI SEMARANG

2021
PEMBUATAN SEDIAAN DALAM VIAL DEXAMETHASON NA PHOSFAT

(SEDIAAN DOSIS GANDA)

Tujuan: Dapat membuat dan mengevaluasi sediaan vial dexamethason na phosfat

Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau melalui selaput lendir (Anonim, 1979).

Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas
dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan
secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (Anonim, 1995).

Syarat sediaan injeksi:

1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.


2. Harus jernih, berarti tidak ada partikel padat kecuali yang berbetuk suspensi.
3. Tidak berwarna, kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, dimaksudkan agar bila diinjeksikan kebadan tidak tersa
sakit dan penyerapan obat optimal. Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan
darah dan cairan tubuh lain yaitu 7,4

Sediaan injeksi memliki kelebihan dan kekurangan, yaitu diantaranya:

Kelebihannya:

1. Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu.


2. Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau obat
yang dapat rusak oleh asam lambung.
3. Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi obat secara oral.
4. Dapat memberikan efek lokal seperti pada anetesi.

Kekurangan sediaan injeksi:

1. Pemberian sediaan harus dilakukan oleh personal yang terlatih.


2. Menimbulkan rtasa nyeri pada lokasi penyuntikkan.
3. Sulit untuk menghilangkan natau mengubah efek fisiologis karena obat berada di
sistemik.
4. Harganya relative lebih mahal.
5. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat injeksi seperti septisema, infeksi
jamur, inkompatibilitas, dan interaksi obat (Lachman, 1994).

Sediaan injeksi dapat dikemas dalam dalam berbagai macam wadah salah satunya
adalah vial. Vial adalah botol gelas kecil berleher lebar yang ditutup dengan karet, yang
dilekatkan pada leher botol dengan sebuah kapsul tudung dari logam ringan. Hal yang perlu
diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):

1. Perlu pengawet karena dugunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya


kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya.
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13).
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya.
4. Zat pengawet (FI IV hal. 17) kecuali dinyatakan lain adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah ganda
/ injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida tidak
perlu ditambahkan pengawet.

Deksametason, seperti kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi dan anti
alergi dengan pencegahan pelepasan histamine. Deksametason merupakan salah satu
kortikosteroid sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menaggulangi peradangan dan alergi
kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki prednisone (Katzung, 1998).

Penggunaan deksametason banyak dimanfaatkan pada terapi arthritis rheumatoid,


systemik lupus erithematosus, rhinitis alergika, asma, leukemia, lymphoma, anemia hemolitik
atau auto immune, selain itu deksametason dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
sindroma cushing. Efek samping pemberian deksametason antara lain terjadinya insomnia,
osteoporosis, retensi cairan tubuh, glaukoma dan lain-lain (Suherman, 2007).

Kortikosteroid seperti deksametason bekerja dengan cara mempengaruhi kecepatan


sintesis protein. Molekul 3embran memasuki sel jaringan melalui 3embrane plasma secara
difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam
sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan konformasi, lalu bergerak menuju 4embran dan berikatan dengan kromatin. Ikatan
ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini
merupakan perantara efek fisiologik steroid. Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian
oral diabsorpsi cukup baik. Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva
dan ruang 4embrane. Metabolitnya merupakan senyawa inaktif atau berpotensi rendah. Setelah
penyuntikan IV, sebagian besar dalam waktu 72 jam diekskresi dalam urin, sedangkan di feses
dan empedu hampir tidak ada. Diperkirakan paling sedikit 70% kortisol yang diekskresi
mengalami 4embrane4n di hepar (Suherman, 2007).

Efek terapeutik glukokortikoid seperti deksametason yang paling penting adalah


kemampuannya untuk mengurangi respons peradangan secara dramatis dan untuk menekan
imunitas. Telah diketahui bahwa penurunan dan penghambatan limfosit dan makrofag perifer
memegang peranan. Juga penghambatan fosfolipase A2 secara tidak langsung yang
menghambat pelepasan asam arakidonat, 4embrane4 prostaglandin dan 4embrane4ne, dari
fosfolipid yang terikat pada 4embrane (Mycek, 2001).

I. Praformulasi
1. Tinjauan farmakologi bahan obat
Dexamethason natrium fosfat merupakan anti-inflamasi glukokortikoid.
Sebuah steroid adrenokortikal sintetik dengan sedikit retensi natrium. Sangat
larut dalam air. Tujuh kali lebih poten dari prednisolon dan 20 sampai 30 kali
lebih poten dari hidrokortison. Memiliki aktivitas mineralokortikoid yang
minimal. Khususnya digunakan sebagai anti-inflamasi dan efek imunosupresif.
Metabolisme utama di hati dan diekskresikan sebagai metabolit tidak aktif
dalam urin. Diekskresikan dalam urin dan air susu ibu (Gahart dan Nazareno,
2014).
Dosis: penggunaan untuk injeksi intramuscular atau injeksi intravena
lambat atau infus, awal 0,5 - 24 mg; anak 200 – 400 mcg/kg bb/hari (PIO Nas).

2. Tinjauan sifat fisika kimia bahan obat


Bahan Obat Sifat Fisika Kimia
Dexamethason  Pemerian: serbuk hablur, putih atau agak kuning; tidak
Sodium Phospat berbau atau bau lemah etanol; sangat higroskopis.
 Kelarutan: mudah larut dalam air; sukar larut dalam
etanol; sangat sukar larut dalam dioksan; tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
 pH: 7,5 dan 10 (Depkes RI, 2020. hal. 354).
Natrium Sitrat  Pemerian: hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih
 Kelarutan: dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air;
sangat mudah larut dalam air mendidih; tidak larut
dalam etanol (Depkes RI, 2020. hal. 1238).
Natrium  Pemerian: hablur putih atau hablur putih kekuningan,
Metabisulfite berbau belerang dioksida.
 Kelarutan: mudah larut dalam air dan dalam gliserin;
sukar larut dalam etanol (Depkes RI, 2020. hal. 1233).
Benzyl Alcohol  Pemerian: cairan tidak berwarna; bau aromatik lemah;
rasa membakar tajam. Mendidih pada suhu 206° tanpa
peruraian. Netral terhadap lakmus.
 Kelarutan: Agak sukar larut dalam air; mudah larut
dalam etanol 50%; bercampur dengan etanol, dengan
eter dan dengan kloroform (Depkes RI, 2020. hal. 274).
Air Steril untuk  Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Injeksi  Tiktik didih: 100℃ (Depkes RI, 2020. Hal. 1435).

3. Cara sterilisasi masing-masing bahan


 Dexamethason natrium phospat: sterilisasi filtrasi.
 Sodium citrat: sterilisasi panas basah dengan autoklaf.
 Sodium metabisulfite: sterilisasi filtrasi atau sterilisasi panas basah
dengan autoklaf.
 Benzyl alcohol: sterilisasi panas basah dengan autoklaf.
 Air steril pro injeksi: sterilisasi panas basah dengan autoklaf.

4. OTT
Bahan Obat OTT
Dexamethason Inkompatible dengan natrium sepazolin, fosfat
natrium phospat klindamisin (HPE, 2009).
Sodium Citrat Inkompatibel dengan larutan alkali dan larutan asam kuat,
dengan kalsium dan strontium dari larutan hidroalkohol
(HPE, 2009).
Sodium Inkompatible dengan simpatomimetik dan golongan
Metabisulfite derivate orto atau para hidroksibenzil alkohol. Dengan
epineprin dan derivatnya, dengan kloramfenikol, dengan
cisplatin dan dengan fenil merkuri asetat (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 2009, halaman 654).
Benzyl Alcohol Inkompatible dengan agen pengoksidasi dan asam kuat
(HPE, 2009).

5. Cara Penggunaan
Injeksi dexamethasone dalam bentuk vial digunakan secara intravena dan
intramuscular (PIO Nas).

II. Formulasi
1. Permasalahan dan Penyelesaian
No. Permasalahan Penyelesaian
1. Deksametason sukar larut Digunakan dexamethason natrium
dalam air, syarat untuk injeksi fosfat yang merupakan bentuk garam
larut sempurna. dari dexamethason, sehingga bersifat
mudah larut dalam air.
2. Deksametason natrium fosfat Dipilih cara sterilisasi filtrasi.
bersifat labil terhadap panas.
3. Deksametason natrium fosfat Ditambah anti oksidan yaitu sodium
labil terhadap paparan cahaya metabisulfit dan disimpan dalam vial
terlalu lama. terlindung dari cahaya.
4. Deksametason injeksi dalam Ditambah pengawet yaitu sodium
bentuk vial, digunakan dosis benzoat untuk mencegah
ganda (berulang kali) sehingga kontaminan.
rentang terhadap kontaminan.
5. Setiap sediaan injeksi sedapat Diperhitungkan tonisitasnya, jika
mungkin isotonis. belum isotonis atau mendekati
hipertonis maka perlu penambahan
zat pengisotonis (NaCl).
6. pH dari injeksi dexamethason Perlu penambahan buffer yaitu
natrii fosfat harus 7-8.5. pH sodium benzoat agar larutan injeksi
dari semua komponen yang dibuat memiliki pH antara 7-8.5
mendekati pH cairan tubuh (isohidris).
(isohidris) kecuali natrium
benzoat memiliki pH 5.

2. Formula
Tiap ml mengandung:
Dexamethason Natrii phospat setara dengan dexamethason phospat 4 mg
Zat tambahan yang cocok secukupnya
Aqua pro injeksi hingga 1 ml

1,1 gram dexamethason natrii phospat ~ 1 gram dexamethason fosfat


4,4 mg dexamethason natrii phospat ~ 4 mg dexamethason fosfat
Catatan:
1. pH 7.0 sampai 8.5
2. Disterilkan dengan cara sterilisasi C
3. Pada etiket tertera kesetaraan dexmethason phospat
4. 1,1 gram dexamethason natrium phospat setara dengan 1 gram
dexamethason fosfat (Fornas, 1978. Halaman 94).

 Penambahan Volume untuk sediaan injeksi dalam wadah (FI ed.IV hal.1044)

Untuk volume 5,0 ml ~ kelebihan volume encer 0,3 ml

Maka V’ 5,0ml + 0,3ml = 5,3ml

Total volume = V = (2 + n) V’

V = (2 + 10).(5,0 + 0,3)

V = 63,6 ml ~ 65 ml
FORMULA:

R/ Dexamethasone Na. Phospat 4.4 mg/mL


Sodium Benzoat 0,5%
Sodium Citrate 1%
Sodium Metabisulfit 1%
Aqua PI ad 65ml

Konsentrasi yang boleh ditambahkan dalam sedian parenteral menurut literature


(Handbook Pharmaceutical Exipien tahun 2009):
1. Na. Benzoat 0,5%
2. Sodium Citrate 0,3-2%
3. Na. Metabisulfit 0,01-1%

PERHITUNGAN TONISITAS

Data PTB (FI IV hal1236):

Dexamethasone Na. Phospat 0,44% 0,09

Na. Benzoat 0.5% 0,23

Sodium Citrate 1% 0,17

Na. Metabisulfit 1% 0,38

0,52− ({0,44x0,09}+{0,5x0,23}+{1x0,17}+{1x0,38})
C%= 0,576

C % = - 0,03205 (hypertonis, tidakperlu penambahan NaCl sbg pengisotonis)

PERHITUNGAN EKIVALENSI NaCl

Data ekivalensi NaCl (FI IV halaman 1236)

Dexamethasone Na. Phospat 0,132 gram 0,17

Na. Benzoat 0,025 gram 0,4


Sodium Citrate 0,05 gram 0,32

Na. Metabisulfit 0,05 gram 0,67

V = 111,1 ({0,132 x 0,17} + {0,025 x 0,4} + {0,05 x 0,32} + {0,05 x 0,67}


+ {1. W}

30 mL = 111,1 x {0.08194 + W}

30 mL = 9.1035 + 111,1 W

20.8965 = 111,1 W

W = 0.1880

3. Perhitungan Berat dan Volume Bahan Yang Dipakai


Penimbangan Bahan
No. Nama Bahan Perhitungan Penimbangan
1. Dexamethasoni Natrii 4,4 𝑚𝑔⁄𝑚𝑙 × 65 𝑚𝑙 286 mg
Phosphas
2. Sodium citrat 1 650 mg
× 65 𝑚𝑙
100
3. Benzyl alcohol 2 1,3 g
× 65 𝑚𝑙
100
4. sodium metabisulfite 1 650 mg
× 65 𝑚𝑙
100
5. Aqua Pro Injection ad Ad 65 ml Ad 65 mL
4. Cara Pembuatan dan Sterilisasi Sediaan Yang Dibuat
a. Cara Pembuatan Sediaan Vial Dexamethason Na. Phospat

Di timbang semua bahan

Dilarutkan semua bahan dengan air steril untuk injeksi

Larutan tersebut dicek ph menggunakan indikator universal

Bila ph belum memenuhi maka ditambah NaOH/HCl sedikit demi sedikit


sampai ph 7 (isohidris) dan ditambahkan aqua pro injeksi sampai 120 ml

Hasil campuran disaring kemudian dispuit 5,3 mL sekalian difiltrasi dg


membran filtrat 2µm dg spuit 10 mL

Dimasukkan ke vial yg dilapisi aluminium voil

Dilakukan evaluasi uji kebocoran, uji keseragaman volume, uji ph, dan uji
kejernihan

b. Cara Sterilisasi Sediaan

Sediaan yang sudah dibuat di ruang A dengan metode aseptis

Disaring menggunakan membran filter bakteri 0,2µm


III. Pelaksanaan
1. Penyiapan Alat
No. Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu
o
1. Beaker 2 50 ml Autoklaf 121 C 15 menit
Glass
o
2. Gelas ukur 1 50 ml 15 menit
Autoklaf 121 C
o
3. Beaker glass 1 250 ml 15 menit
Autoklaf 121 C
o
4. Gelas ukur 1 10 ml 15 menit
Autoklaf 121 C
5. Spuit 2 10 ml - -
o
6. Corong 1 Autoklaf 121 C 15 menit
kaca
o
7. Batang 2 Autoklaf 121 C 15 menit
pengaduk
o
8. Pipet tetes 5 15 menit
Autoklaf 121 C
9. Kertas 5 o
Autoklaf 121 C 15 menit
saring
o
10. Botol vial 20 15 menit
Autoklaf 121 C
11. Tutup karet 20 o
Autoklaf 121 C 15 menit
vial
o
12. Karet pipet 5 15 menit
Autoklaf 121 C
13. Sendok 1 o
Autoklaf 121 C 15 menit
logam
14. Aluminium 3
- -
cap
15. Plat tetes 1 Etanol 70% -
16. Kertas 5
timbang
17. Indikator pH 1
universal
2. Pembungkusan dan Pembungkusan Alat
1. Alat Gelas

Alat-alat gelas direndam dalam larutan teepol 0,5%, kemudian direbus

Disikat sampai bersih, setelah disikat dibilas air kran mengalir sebanyak 3 kali

Alat-alat dibilas dengan air bebas pirogen sebanyak 3 kali

Alat-alat dikeringkan dengan oven suhu ± 100°C dengan keadaan terbalik

Alat yang telah kering dilakukan pengecekan terhadap noda, apabila masih kotor
dilakukan pencucian lagi

Alat yang bersih dan kering kemudian dibungkus rangkap 2

Dilakukan sterilisasi menggunakan metode yang cocok (alat gelas tahan


pemanasan dengan oven suhu 170°C / 180°C selama 30 menit atau dengan
menggunakan autoklaf suhu 121°C selama 15 menit

2. Alat Karet

Alat-alat direbus dengan teepol 1% dan Na2CO3 1% selama 15 menit

Dibilas dengan air kran dan disikat

Dibilas dengan HCl 0,25% lalu dibilas lagi dengan air pirogen

Alat yang sudah bersih dan kering dibungkus rangkap dua

Dilakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit


3. Sterilisasi Alat / Bahan / Sediaan
 Menggunakan otoklaf sesuai dengan suhu stabil sediaan

No Tahap Waktu Sterilisasi Mulai Selesai


1 Waktu pemanasan
2 Waktu pengeluaran udara
3 Waktu menaik
4 Waktu kesetimbangan
5 Waktu sterilisasi
6 Waktu jaminan sterilisasi
(50% dari waktu sterilisasi)
7 Waktu pendinginan sampai
± 50°C

 Menggunakan oven sesuai dengan suhu stabil sediaan

No Tahap Waktu Sterilisasi Mulai Selesai


1 Waktu pemanasan
2 Waktu pengeluaran udara
3 Waktu menaik
4 Waktu kesetimbangan
5 Waktu sterilisasi
6 Waktu jaminan sterilisasi
(50% dari waktu sterilisasi)
7 Waktu pendinginan

IV. Data Evaluasi


a. Uji Sterilitas (Depkes RI, 2014: 1361)

Inkubasi sebagian dari media

Pada suhu yang sesuai selama 14 hari

Syarat : tidak boleh ada pertumbuhan mikroba


b. Uji Kebocoran (Lachman : 1354)

Sediaan dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi metilen blue 0,5-1%
dalam fenol keadaan terbalik hingga terendam

Dimasukkan autoklaf dan diautoklaf hingga suhu naik 115°C, lalu amati apakah
volume dalam ampul berkurang atau tidak

Syarat : Tidak boleh ada satupun vial yang bocor

c. Uji pH (Depkes RI, 2014: 1563)

Diambil sampel secukupnya

Ditempatkan pada plat tetes

Diukur pH menggunakan pH meter

Syarat : pH 5-7 (Rowe, 2009)

d. Uji Kejernihan (Depkes RI, 2014: 1521-1522)

Dilakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam
15-25 mm, tidak berwarna, transparandan terbuat dari kaca netral

Bandingkan larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat segar, setinggi
40 mm

Dibandingkan kedua larutan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah


pembuatan suspensi padanan dengan tegak lurus ke arah bawah tabung
menggunakan latar belakang berwarna hitam

Syarat : larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang
digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, atau jika
opalesen tidak lebih dari suspensi padanan 1
e. Uji Keseragaman Volume (Depkes RI, 2014: 1570)

Dipilih 3 wadah atau lebih, bila volume lebih dari 3 ml dan kuang dari 10 ml

Ambil tiap isi wadah dengan alat suntik hipodemik kering

Dipindahkan isi ke dalam gelas ukur kering tanpa mengosongkan bagian jarum

Dilihat volume masing-masing vial dan diitung nilai rata-rata SD nya

Syarat : volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji
satu persatu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari volume
wadah yang tertera pada etiket.

V. Wadah
Etiket

Kemasan
Brosur

Anda mungkin juga menyukai