Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


SOLUTIO ANTIKOAGULAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : 1. KHUROTUL FITRIYANI (42120057)


2. PRATISYA IDHA FEBRIANI (42120062)
3. WIDYA AMELIA BAMBANG (42120069)
4. ISMA LAELIYAH (42120074)
5. ULI FAUZIAH (42120068)
KELOMPOK : 2

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS PERADABAN
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
I. Tujuan.............................................................................................................................1
II. Tinjauan pustaka............................................................................................................1
III. Metode kerja..................................................................................................................3
IV. Hasil dan Pembahasan..................................................................................................5
V. Perhitungan....................................................................................................................5
VI. Analisa Data...................................................................................................................6
VII. Kesimpulan....................................................................................................................7
VIII. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................7

ii
SOLUTIO ANTICOAGULANT

I. Tujuan
Mahasiswa mampu memehami cara membuat larutan anticoagulant.

II. Tinjauan pustaka


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut
kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injeksi.
Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter
(Anonim,1979).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat dapat bersinggungan dengan
suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut.
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi adalah:
1. Dapat larut dalam air
Klorida, kecuali hydrargyrosi chloridum, pliumbi chloridum tidak
larut.
2. Tidak larut dalam air
Karbonat, kecuali kalii karbonas, ammonia carbonas, dan lithir
carbonas larut (Anif, Moh., 2000).
Larutan dektrosa sitrat adalah larutan steril asam sitrat, natrium sitrat,
dan dektrosa dalam air untuk obat suntik. Larutan dibuat dengan menggunakan
bahan-bahan, kemudian disaring sampai jernih, dan kemudian cairan
dipindahkan kewadah yang sesuai dan disterilkan ( Howard, C. ansel, 1989 ).
Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan mencegah
pembekuan. Antikoagulan yang paling banyak digunakan adalah warfarin dengan
nama paten coumadin. Interaksi dibagi menjadi 2 kategori yaitu obat yang
meningkatkan efek antikoagulan dan obat yang menurunkan antikoagulan.

1
Antikoagulan adalah obat yang secara khas paling penting interaksinya
dibandingkan dengan obat lainnya (Harkness, 1989).
Antikoagulan adalah obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah. Tindakan ini diperlukan sehubungan dengan beberapa
penyakit dengan kecenderungan pembekuan darah guna pemeriksaan
laboratorium ataupun guna transfuse (Anief,1995).
Antikoagulan menghambat pembekuan darah dengan 2 mekanisme :
1. Antikoagulansia langsung menginaktivasi factor pembekuan tertentu.
2. Antikoagulansia tidak langsung menghambat sintesis factor pembekuan
darah.
Senyawa aktif yang tergolong dalam kelompok ini adalah :
1. 1,3-indandion
2. 4-hidroksikumarin
Dari keduanya strukturnya mirip naftakuinon (golongan vitamin K ).
In vitro sebagai antikoagulan digunakan juga senyawa yang
menyebabkan penarikan ion kalsium yang esensial untuk pembekuan. Melalui
pembentukan kompleks dengan natrium sitrat atau EDTA dan pengendapan
natrium fluoride maka pmbentukan darah dicegah ( Mayer, 1990 ).
Obat antikoagulant bekerja dengan melawan proses pembekuan darah
seperti yang digambarkan pada proses koagulasi, digunakan untuk gangguan
thromboemboli.
1. Heparin diberikan parenteral 5000-20000 unit. Digunakan untuk penyakit
akibat thromboli, misal: paska infark, perdarahan pada paru-paru dan otak.
2. Kumarin, warfarin,dan irlandion/ fenidion: diberikan per oral, bekerja dengan
cara menghambat faktor pembekuan yang memerlukan vitamain A (Sutedjo,
2008).

2
III. Metode kerja
1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Timbangan 1. Acidum Citricum 1 H2O
2. Glassware 2. Na Citrat Tribacicum 5 H2O
3. Botol bening 3. Glukosa p.i anhydrous
4. Autoclave 4. Aqua p.i
5. Tutup karet 5. HCL 0,1 N
6. Las ampul 6. NaOH 0,1 N
7. Carbo adsorben

2. Formula
R/ Acidum citricum 1 H2O 4,7
Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O 16
Glukosa p.i anhydrous 25
Aqua p.i ad 1000 ml

3. Cara Kerja
Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis

Dididihkan aqua, dilarutkan gula dalam keadaan panas

Dilarutkan bahan lainnya dalam keadaan dingin

Dicampur larutan gula no 3, ditambahkan sisa aquanya

3
Diatur PH 5-6 jika kurang asam ditambahkan HCL 0,1 N, sedangkan bila
kurang basa tambahkan NaOH 0,1 N

Digojog larutan dengan carbo adsorben 0,1% diamkan, kemudian saring hingga
jernih

Dimasukkan ke dalam botol yang sesuai dan tutuplah

Disterilisasikan dengan autuclave 120 o selama 20 menit

Setelah dingin, dicek / uji larutan : PH, kebocoran, partikel asing,kejernihan

Diberi etiket

4. Pemerian bahan
a. Acidum citricum 1 H2O : tidak berbau, rasa sangat asam, agak
higroskopis, hablur tidak berwarna atau serbuk putih, merapuh dalam
udara kering dan panas.
b. Na citrate tribacicum 5 H2O : hablur tidak berwarna atau serbuk
hablur halus putih.
c. HCl : cairan tidak berwarna tetapi segera
menjadi kuning atau coklat karena terbebasnya iodium.
d. NaOH : bentuk batang, butiran, masa hablur
atau keeping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan turunan hablur,
putih, mudah meleh basah, sangat alkalis dan porosif segera menyerap
karbondioksida.
e. Injeksi dektrosa : mengandung glukosa, C6H12O6.
H2O ,tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 % dari jumlah
yang tertera pada etiket
4
IV. Hasil dan Pembahasan
1. Data Percobaan
No. Evaluasi Hasil Keterangan
1 Uji pH 5 Asam
2 Uji kebocoran Tidak Tidak menimbulkan
bocor bercak pada kertas saring
3 Uji kejernihan Jernih Tidak keruh
4 Uji partikel Ada Pada latar belakang hitam
asing dan putih terlihat partikel
bergerak

Kesimpulan : Pembuatan solitio anticoagulant belum memenuhi syarat uji


partikel asing.

V. Perhitungan
(fA / MA x a) + (fB / MB x b) + (fC / MC x c) = 0,28
(1,5 / 210,40 x 4,7) + (1,8 / 294,40 x 16) + (1 / 198,17 x 25) = 0,28
0,34 + 0,098 + 0,126 = 0,28
0,258 < 0,28 (hipotonis)
Maka perlu penambahan zat pengisotonis (glukosa)
h = Mh / fh x [0,28 - (fA / MA x a) + (fB / MB x b) + (fC / MC x c)]
= Mh / fh x (0,28 – 0,258)
= 198,17/ 1 x 0,022
= 4,36 g/l

5
VI. Analisa Data
Dalam pembuatan larutan antikoagulan ini pertama kali dilakukan yaitu
pengecekan apakah larutan antikoagulan yang dibuat isotonis atau tidak karena
syarat utama sediaan parenteral harus isotonis. Seperti kita ketahui, isotonis yaitu
suatu keadaan dimana tekanan osmose sediaan sama dengan tekanan osmose di
dalam tubuh. Jika hipotonis maka menyebabkan hemolisis, sedangkan jika
hipertonos sel-sel akan mengkerut dan akan menimbulkan nyeri (sakit saat
digunakan). Dari hasil perhitungan, hasilnya 0,258 < 0,28 sehingga formula
tersebut hipotonis dan harus ditambah glukosa p.i anhydrous sebesar 4,36
gram/liter agar menjadi larutan yang isotonis.
Bahan-bahan dilarutkan air panas untuk meningkatkan kelarutan bahan
obatnya. Kemudian ditambahkan larutan gula lalu larutan dicek pH dimaksudkan
agar larutan isohidris atau sesuai pH darah yang mempunyai range 5-7 dan
setelah dicek dengan pH stick menghasilkan pH larutannya 5 yang berarti
memenuhi syarat pH dari sediaan larutan dan tidak perlu menambahkan NaCL
0,1 N dan HCL 0,1 N. Lalu larutan digojog dengan carbo adsorben yang telah
diaktifkan karena untuk meningkatkan daya serap terhadap benda atau partikel
asing yang ikut terlarut sehingga diperoleh larutan yang jernih. Setelah itu larutan
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 20 menit untuk
menghilangkan atau mematikan mikroorganisme baik patogen maupun apatogen.
Setelah pembuatan formula dilakukan uji evaluasi sediaan parenteral
meliputi uji pH, uji kebocoran, uji kejernihan dan uji partikel asing. Uji pH yang
sudah dilakukan sebelumnya saat pembuatan formula, pertama lakukan uji
kebocoran yang merupakan uji yang dilakukan untuk melihat apakah adanya
kebocoran pada wadah, pada uji ini hasilnya tidak adanya kebocoran atau tidak
menimbulkan bercak pada kertas saring sehingga memenuhi syarat untuk
digunakan. Uji kejernihan adalah uji yang dilakukan untuk memastikan larutan
bebas dari pengotor, dilihat secara kasat mata larutan antikoagulan yang dibuat
jernih sehingga memenuhi syarat kejernihan. Uji partikel asing yang bertujuan
6
untuk melihat apakah adanya partikel asing didalam sediaan, saat dilihat
menggunakan latar belakang hitam dan putih terlihat adanya partikel asing
sehigga tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan. Dari seluruh pengujian
diatas larutan antikoagulan yang dibuat tidak memenuhi persyaratan larutan
parenteral sehingga tidak layak untuk digunakan.

VII. Kesimpulan
1. Formula bersifat hipotonis sehingga perlu penambahan glukosa 4,36 g/L
agar isotonis.
2. Larutan antikoagulan yang kami buat tidak memenuhi syarat larutan
perenteral sehingga tidak layak digunakan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Anief, Moh., 1987, Ilmu Meracik Obat dan Praktik, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Harkness, Richard, 1989, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung.
Howard, C, Ansel., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat,
UI Press, jakarta.
Sutedjo, AY., 2008, Mengenal Obat-obatan secara Mudah dan Aplikasinya
dalam Perawatan, Amara Books, Yogyakarta.
Shunack, W., Mayer, K., Haake, M., 1990, Senyawa Obat Buku Pelajaran
Kimia Farmasi, Edisi II, UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai