Anda di halaman 1dari 11

AKTIVITAS ANTI-GLIKASI EKSTRAK BUAH OKRA HIJAU

(Abelmoschus esculentus L) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Suharyanto1, Berliana Chrisnawati Dewi2


DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional
Jl. Raya Solo – Baki, Jawa Tengah 57552, Indonesia
*Coressponding author email : suharyanto522@gmail.com

ABSTRAK
Buah okra hijau (Abelmoschus esculentus L) memiliki aktivitas sebagai anti-glikasi. Salah satu
senyawa yang memiliki aktivitas tersebut yaitu fenolik dan flavonoid. Meserasi merupakan
metode yang sederhana dan tepat untuk senyawa fenolik dan flavonoid yang tidak tahan
terhadap pemanasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas anti-glikasi dari
ekstrak buah okra hijau (Abelmoschus esculentus L) dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis. Penentuan aktivitas anti-glikasi pada ekstrak buah okra hijau
direaksikan dengan 2,4-Dinitrophenylhydrazin (DNPH) dan analisis secara spektrofotometri
pada λ 499,5 nm dengan operating time pada menit ke-55. Hasil penentuan aktivitas anti-
glikasi ekstrak buah okra hijau didapatkan hasil terbaik dari deret konsentrasi 500, 1000, dan
1500 ppm pada konsentrasi 1500 ppm dengan rata-rata % penurunan glikasi sebesar 45,99
dengan %KV sebesar 0,002%.
Kata Kunci : Buah Okra Hijau, Glikasi, AGEs, Spektrofotometri UV-Vis, 2,4-
Dinitriphenylhydrazin (DNPH)

PENDAHULUAN penyakit tersebut hingga gejala dan


Diabetes merupakan suatu kondisi komplikasi muncul (Usman et al., 2020).
medis yang bersifat kronis dan diakibatkan Angka terbaru dari International
oleh faktor genetik. Penyakit ini ditandai Diabetes Federation (IDF) tahun 2017
dengan produksi insulin yang kurang oleh menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
pankreas dan ketidakefektifan insulin yang jumlah penderita diabetes terbanyak ke-6 di
dihasilkan, sehingga dapat menyebabkan dunia dengan 10,3 juta orang tanpa
peningkatan kadar glukosa dalam darah pengobatan yang tepat (Fitriyanti et al.,
yang dapat menyebabkan kerusakan pada 2019).
anggota tubuh. Penyakit tersebut disebut Badan Kesehatan Dunia (WHO)
sebagai "silent killer" karena penderitanya bahkan memprediksi terdapat peningkatan
sering tidak menyadari keberadaan penderita diabetes di Indonesia dengan 21,3
juta jiwa pada tahun 2030 (Pangestika et al.,
2022). Dan terdapat peningkatan pravalensi enzim antara gula pereduksi dan asam
diabetes mulai pada tahun 2013 sampai amino yang reaktif pada protein. (Baynes
2019 sebesar 1,5% menjadi 2,0% (Pranata JW et al., 1999).
et al., 2020). Pengobatan penyakit diabetes
Efek buruk dari adanya peningkatan mellitus melalui terapi farmakologi
kadar glukosa dalam darah adalah melibatkan pemberian obat-obatan untuk
terjadinya hiperglikemia yang dapat mengontrol kadar gula darah pada
memulai untuk terbentuknya ikatan penderita. Namun, efek samping yang
kovalen dengan protein plasma yang ditimbulkan oleh obat sering kali
prosesnya melalui non enzimatik yang mendorong masyarakat untuk mencari
dikenal sebagai glikasi (Singh et al., 2014). alternatif pengobatan lainnya.
Glikasi adalah hasil dari pengikatan Buah okra hijau sering menjadi
kimia antara gula dengan lemak atau asam pilihan alternatif yang populer bagi
amino yang membentuk molekul protein. masyarakat dalam mengontrol kadar gula
Reaksi dari glikasi protein ini dapat darah. Buah okra hijau (Abelmoschus
mengarah ke Advanced Glycation End esculentus L) mengandung banyak serat
Products (AGEs) yang dianggap sebagai dan flavonoid sebagai antioksidan sehingga
penyebab utama komplikasi diabetes yang dikategorikan menjadi tanaman obat. Hal
berbeda (Negre-Salvayre et al., 2009). ini menyebabkan banyak orang
Beberapa penelitian menunjukkan menggunakan okra hijau sebagai pengganti
bahwa AGEs berperan dalam penyakit obat diabetes (Gemede HF et al., 2010).
jantung, osteoporosis, penyakit ginjal, Efek antidiabetes dari buah okra
artritis, dan penuaan. Sebuah studi diabetes hijau terkait dengan efek α-glucosidase
tahun 201 di The Korean Journal of yang dapat memperlambat pencernaan
Physiology and Pharmacology menemukan karbohidrat, sehingga menghambat
bahwa tingkat AGEs yang tinggi dan peningkatan postprandial gula darah
berbagai komplikasi, kerusakan ginjal, Studi penelitian (Anggridita et al.,
kerusakan saraf, dan penyakit jantung 2022) melaporkan bahwa buah okra
(Singh et al., 2014). mengandung senyawa metabolit sekunder
AGEs adalah senyawa yang flavonoid sebagai salah satu terapi untuk
terbentuk akibat reaksi Maillard yang penyakit diabetes mellitus, melalui
bersifat ireversibel. Reaksi ini ditandai penghambatan aktivitas enzim α
dengan perubahan warna tanpa melibatkan
glucosidase, perbaikan sel β pankreas dan corporation w-mini), timbangan analitik
sifat antioksidan. (Ohaus pioneer EP 214 dengan sensitivitas
Beberapa penelitian menunjukan 0,0001 gram).
bahwa buah okra hijau memiliki khasiat
Bahan-bahan yang digunakan
sebagai antidiabetes, maka peneliti tertarik
dalam penelitian ini antara lain Buah okra
untuk melakukan penelitian aktivitas anti-
hijau (Abelmoschus esculentus L) , etanol
glikasinya pada pengekstrakan dengan
96% (medika), Bovine Serum Albumin
etanol pada buah okra hijau (Abelmoschus
(BSA) (Sigma Aldrich Catalog A3608-
esculentus L) sebagai antidiabetes dengan
50G), natrium azida (Merck 822335),
menggunakan metode spektrofotometri
DNPH (Sigma Aldrich).
visible.

Metode yang dilakukan dalam Prosedur Penelitian

mengekstaksi yaitu metode maserasi


Dilakukan identifikasi tanaman untuk
dengan menggunakan pelarut etanol 96%
memastikan bahwa tanaman yang
yang hasil ekstraknya selanjutnya akan di
digunakan adalah jenis yang dimaksud.
uji skrining fitokimia untuk mengetahui
Identifikasi ini dilakukan di Balai Besar
senyawa antidiabetes flavonoid dan fenolik
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
yang terkandung dalam buah okra hijau
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
(Abelmoschus esculentus L) dan juga
ditentukan kandungan karbonil proteinnya Penyiapan Bahan
untuk menentukan aktivitas anti-glikasinya.
Sebanyak 3 kg buah okra hijau segar di
METODE PENELITIAN sortasi basah terlebih dahulu, Langkah

Alat dan Bahan selanjutnya adalah mencuci buah okra


dengan air mengalir dan memotongnya tipis
Toples maserasi, batang pengaduk,
dengan ketebalan 1-2 cm sebelum
corong (Iwaki pyrex®), kertas saring,
dikeringkan di dalam oven pada suhu 40°C
rotary evaporator (IKA RV 10B), water
selama 2 hari. Setelah itu, buah okra
bath, tabung reaksi, gelas ukur (Iwaki
dihaluskan menggunakan blender dan
Pyrex®), beaker glass (Iwaki Pyrex®), labu
disaring dengan menggunakan ayakan
ukur (Iwaki Pyrex®), pipet tetes, pipet
berukuran no. 40 mesh.
volume (Iwaki Pyrex®), push ball,
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 200 gram serbuk etanol 96% kemudian ditambahkan dengan
simplisia buah okra hijau (Abelmoschus 2 tetes asam klorida P dan butir logam
esculentus L) ditimbang, kemudian magnesium. Hasil positif terdapat senyawa
dimasukkan ke dalam bejana dan flavonoid jika terbentuk warna jingga,
dicampurkan dengan pelarut etanol 96% merah muda sampai merah pada larutan
dengan perbandingan (1:7,5) selama 3 hari., (Munte et al., 2015).
lalu disaring dan menghasilkan filtrat
Analisis Kuantitatif
pertama. Setelah itu, ampas di rendam
kembali dengan pelarut etanol 96% dengan Analisis kuantitatif dilakukan

perbandingan (1:2,5) selama 2 hari, dan dengan menentukkan kandungan karbonil

kemudian disaring untuk menghasilkan protein pada BSA terglikasi dengan metode

filtrat kedua. Filtrat pertama dan kedua DNPH secara spektrofotometri visibel.

kemudian dicampur menjadi satu, 1. Pembuatan Larutan BSA 15 mg/ml


membentuk filtrat etanol 96% dari buah
Menimbang seksama sebanyak 75 mg
okra hijau.
BSA kemudian dilarutkan dalam 5 ml
Filtrat kemudian diuapkan pada
larutan buffer.
suhu 40oC dengan rotary evaporator
2. Pembuatan Larutan Glukosa 1 M
kemudian dilakukan pengentalan
menggunakan waterbath pada suhu 40oC Menimbang seksama sebanyak 0,765
hingga mendapatkan ekstrak kental (Tandi, gram glukosa kemudian dilarutkan dalam 5
2017). ml larutan buffer phosphate.
3. Pembuatan Larutan Na Azida 0,02%
Analisis Kualitatif Fenolik
Menimbang seksama sebanyak
Sebanyak 10 mg ekstrak kental okra
0,001 gram natrium azida, kemudian
hijau diencerkan dengan beberapa tetes
dilarutkan dalam 5 ml larutan buffer
etanol 96% kemudian ditambahkan dengan
phosphate.
2-3 tetes FeCl3 5%. Hasil positif terdapat
4. Pembuatan NaOH 6M
senyawa fenolik jika terbentuk warna hijau
sampai biru (Munte et al., 2015). Menimbang seksama sebanyak 1,2
gram NaOH kemudian dilarutkan dalam 5
Analisis Kualitatif Flavonoid
ml aquades.
Sebanyak 10 mg ekstrak kental okra 5. Penetuan Operating Time
hijau diencerkan dengan beberapa tetes
Penentuan operating time dilakukan 0,05 ml kemudian diinkubasi selama 55
dengan diambil 0,125 ml dari larutan BSA menit, setelah itu absorbansi diukur dengan
terglikasi yang sudah diinkubasi selama 14 spektrofotometri visibel pada panjang
hari selanjutnnya ditambahkan dengan gelombang 449,5 nm..
DNPH sebanyak 0,05 ml dan dicukupkan 8. Pembentukan BSA Terglikasi dengan
dalam labu ukur 5 ml dengan buffer fosfat Penambahan Ekstrak Sampel
kemudian selama 55 menit diinkubasi.
Membuat 3 replikasi konsentrasi
Secara teoritis serapan panjang gelombang
ekstrak sampel terlebih dahulu, diantaranya
maksimum sebesar 450 nm dengan interval
500 ppm ; 1000 ppm ; dan 1500 ppm atau
permenit sehingga didapat kestabilan
1,25 ml ; 2,5 ml ; dan 3,75 ml sampel induk.
optimum (Kondoj et al., 2018)
BSA terglikasi dengan penambahan
6. Penetapan Lamda Maksimum
ekstrak sampel dilakukan dengan
Diambil 0,125 ml dari larutan BSA mengambil 0,125 ml dari larutan BSA
terglikasi yang sudah diinkubasi selama 14 terglikasi yang sudah diinkubasi 14 hari
hari kemudian ditambahkan dengan DNPH dalam masing-masing labu ukur 5 ml
sebanyak 0,05 ml dan dicukupkan dengan kemudian ditambahkan dengan sampel
buffer fosfat dalam labu ukur 5 ml sampai ekstrak buah okra hijau kemudian
tanda batas dan didiamkan selama waktu dicukupkan dengan buffer fosfat sampai
OT. Serapan diukur pada panjang tanda batas, selanjutnya didiamkan kembali
gelombang 350 - 500 nm dan diperolah pada suhu 37°C selama 14 hari
panjang gelombang maksimum pada 499,5 (Adisakwatta, 2014).
nm. Pembentukan BSA terglikasi diukur
7. Pembuatan BSA terglikasi dengan metode DNPH alkalin sebanyak
0,05 ml kemudian diinkubasi selama waktu
Pembuatan kontrol dilakukan
operating time, setelah itu absorbansi
dengan memasukkan dari masing-masing
diukur dengan spektrofotometri visibel
larutan BSA, glukosa, natrium azida,
pada panjang gelombang 449,5 nm.
NaOH dalam labu 50 ml kemudian
dicukupkan dengan buffer fosfat sampai Penurunan aktivitas anti-glikasi
tanda batas, dan didiamkan pada suhu 37°C dihitung menggunakan rumus % penurunan
selama 14 hari (Adisakwatta, 2014). glikasi protein :
Pembentukan BSA terglikasi diukur
% inhibisi glikasi protein =
dengan metode DNPH alkalin sebanyak
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ekstrak kental, warna hijau tua, dan bau
[1-( 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 )] x 100% ]
khas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji fitokimia pada ekstrak etanol okra
hijau dilakukan dengan tujuan untuk
Hasil determinasi menunjukkan
mengetahui senyawa yang terkandung
bahwa tanaman yang digunakan pada
didalam okra hijau. Ekstrak buah okra hijau
penelitian ini adalah benar buah okra hijau
di uji senyawa flavonoid dan fenolik saja
(Abelmoschus esculentus L). Rendemen
karena penelitian terdahuku mengatakan
ekstrak etanol buah okra hijau dari metode
bahwa buah okra hijau memiliki kandungan
meserasi diperoleh sebanyak 18,17%. Hail
flavonoid dan fenolik yang memiliki efek
organoleptis ekstrak kental buah okra hijau
antidiabetes (Astati & Kasmawati, 2017).
yang diperoleh memberikan konsistensi
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif

Uji Reagen Hasil positif Hasil Keterangan


bedasarkan penelitian hasil
referensi
Fenolik FeCl3 Hijau, merah, ungu Hijau Positif
Biru, hitam
Flavonoid Serbuk Mg + Merah, kuning atau Jingga Positif
HCl pekat jingga (Wijaya et al.,
2014)

Waktu operasi atau operating time dapat bereaksi sempurna dengan pereaksi
adalah waktu yang diperlukan oleh suatu yaitu BSA Terglikasi dan DNPH sehingga
senyawa untuk bereaksi dengan senyawa akan diperoleh senyawa larutan yang stabil.
lain dan membentuk produk senyawa yang Diperlukan penentuan waktu operasi agar
stabil. Penentuan operating time dilakukan kesalahan pengukuran dapat diminimalkan.
dengan membaca serapan larutan yang Senyawa larutan yang stabil ditandai
diukur dari menit ke-0 hingga menit ke-60 dengan tidak adanya penurunan nilai
dengan interval waktu selama 2 menit pada absorbansi yang didapatkan. Operating
Panjang gelombang 350-500 nm time ditentukan pada hasil yang didapatkan
(Suhartono, 2005). Penentuan operating pada menit ke-55 hingga 56. Pemilihan
time bertujuan untuk mengetahui waktu operating time pada menit ke-55 karena
yang dibutuhkan suatu senyawa untuk pada waktu tersebut didapatkan nilai
absorbansi terbesar dan stabil yaitu 0,609.
Panjang gelombang maksimal perperan dicukupkan dengan buffer fosfat. Pemilihan
penting dalam penelitian dikarenakan jika Buffer fosfat sebagai pelarut karena buffer
terdapat penyimpangan kecil selama uji fosfat mampu mempertahankan nilai pH
coba dapat mengakibatkan suatu kesalahan tetap stabil selama berlangsungnya reaksi
dalam pengukuran (Amin, 2015). Panjang kimia, (Sherwood, 2016). Baku BSA
gelombang diperoleh sebesar 449,5 nm terglikasi diukur absorbansinya dengan
dikarenakan terbentuk serapan maksimal hasil absorbansi sebesar 0,609.
dalam puncak kurva tersebut. Hal ini sesuai
Proses pendiaman pada tempat gelap
dengan penelitian Suryanto et al., (2020)
saat pembuatan BSA terglikasi dan sampel
yang menyatakan bahwa panjang
untuk memberikan waktu bereaksi antara
gelombang maksimal dari BSA terglikasi
sampel dan pereaksi untuk membentuk
adalah 450 nm.
suatu kompleks warna kuning sebagai tanda
Ekstrak etanol okra hijau dibuat menjadi reaksi berjalan dengan sempurna. Setelah
3 seri konsentrasi yaitu 500, 1000, 1500 itu dianalisis menggunakan
ppm dalam BSA yang sudah terglikasi spektrofotometri UV-Visibel.
dengan penambahan DNPH yang
Tabel 2. Data penurunan glikasi pada ekstrak etanol buah okra hijau (Abelmoschus
esculentus L.)

Konsentrasi Absorbansi Absorbansi % Inhibisi Rata-rata ± SD


Sampel (ppm) Kontrol Sampel Glikasi

500 ppm 0,520 14,62%

0,518 14,95% 14,99 ± 0,004

0,515 15,44%

1000 ppm 0,440 27,76%


28,03 ± 0,003
0,609 0,439 27,92%

0,436 28,41%

1500 ppm 0,330 45,82%

0,329 46,00% 45,99 ± 0,001

0,328 46,15%
Absorbansi memiliki nilai yang berbeda antara gelapnya warna larutan yang
pada setiap konsentrasi, di mana semakin terbentuk dengan jumlah cahaya yang
tinggi konsentrasi sampel, maka nilai diserap dan jumlah cahaya yang
absorbansinya semakin rendah. Fenomena ditransmisikan. Semakin gelap warna
ini disebabkan oleh kemampuan larutan, maka semakin banyak cahaya yang
konsentrasi larutan sampel yang lebih diserap dan semakin sedikit cahaya yang
tinggi untuk mereduksi glikasi, sehingga ditransmisikan, yang memengaruhi
menghasilkan nilai absorbansi yang lebih absorbansi saat dibaca dengan
rendah dan persentase penurunan glukosa spektrofotometri UV-Vis (Iwan H et al.,
yang lebih tinggi. Terdapat hubungan 2015).

Gambar 1. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak etanol buah okra hijau dengan %
penurunan glikasi.

50
45 y = 0,031x - 1,33
R² = 0,9917
40
% PENURUNAN GLIKASI

35
30
25
20
15
10
5
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

KONSENTRASI (PPM)

Semua konsentrasi ekstrak etanol Okra baik dibandingkan dengan penelitian yang
hijau menunjukkan adanya efek penurunan dilakukan Suhartono (2004) bahwa rebusan
glikasi, dengan penurunan tertinggi pada daun dewa (Gynura pseudochina) pada
konsentrasi 1500 ppm dengan % inhibisi konsentrasi 250.000 hanya memiliki %
sebesar 45,99%. Dilihat dari % penurunan penurunan glikasi sebesar 3,72% dan
glikasi yang ada, ekstrak etanol Okra hijau penelitian Budiarti Eka et al (2019) yang
memiliki aktivitas antiglikasi yang lebih menyatakan bahwa ekstrak air daun legetan
yang belum dapat menurunkan glikasi pada (Abelmoschus Esculentus) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Derajat Ii
konsentrasi 1000 ppm.
Kulit Punggung Kelinci Jantan Galur
New Zealand. Cendekia Eksakta, 6(1),
Efek penurunan glukosa ekstrak okra 29–35.
hijau diduga karena adanya senyawa
Aisya, H. (2017). Pengaruh Pemberian
flavonoid (Xia F Zhong et al., 2015). Okra (Abelmoschus esculentus)
Terhadap Regulasi Kadar Glukosa
Berdasarkan hasil uji kualitatif, uji fenolik
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus.
dan flavonoid menunjukkan terbentuknya Repository Unair. Universitas
Airlangga, 19–116.
warna kompleks, sehingga uji kuantitatif
memberikan kadar senyawa flavonoid dan Alifah, R. N. (2020). Pengaruh Pemberian
Jus Okra (Abelmoschus esculentus L)
fenolik yang tinggi. Terhadap Kadar HDL Pada Serum
Darah Tikus Galur Wistar Yang
Senyawa flavonoid dan fenolik Diberi Pakan Tinggi Lemak. 20–22.
pada ekstrak buah okra hijau dapat Biokimia, D., Kedokteran, F., &
mengurangi glikasi karena gugus hidroksil Mangkurat, U. L. (n.d.). Literature
Review : Korelasi Kadar Glukosa
(-OH) yang memiliki sifat antioksidan Dengan Kadar Karbonil Pada
dengan cara menghambat senyawa Definisi Lanjut Usia ( lansia ) menurut
Undang-Undang Republik Indonesia
dikarbonil, sehingga pembentukan AGEs Nomor 13 tahun 1998 tentang
dapat dicegah (Yeh, W et al, 2016). Kesejahteraan Lanjut usia 60 tahun ke
atas . Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik . 685–696.
KESIMPULAN
Mulyati, S. (2016). Peranan Advanced
Hasil penelitian menunjukkan Glycation End-products pada
Diabetes. Jurnal Cermin Dunia
bahwa Ekstrak etanol Okra hijau
Kedokteran, 43(6), 422–426.
(Abelmoschus esculentus L) mengandung
Permadi, A., Sutanto, & Sri, W. (2015).
senyawa flavonoid dan fenolik, hal ini Perbandingan Metode Ekstraksi
terlihat dari hasil skrining fitokimia secara Bertingkat dan Tidak Bertingkat
Terhadap Flavonoid Total Herba
kualitatif. Selain itu, pada konsentrasi 1500 Ciplukan (Physalis angukata L.)
ppm, Ekstrak etanol Okra hijau juga Secara Kolorimetri. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Farmasi,
mampu menurunkan glikasi sebesar 1(1), 1–10.
45,99%. Putri, H. D., Sumpono, S., & Nurhamidah,
N. (2019). Uji Aktivitas Asap Cair
DAFTAR PUSTAKA Cangkang Buah Karet (Hevea
Brassiliensis) Dan Aplikasinya Dalam
Abdurrahman, A. F., Puspitaningrum, I., & Penghambatan Ketengikan Daging
Sari, W. K. (2021). Uji Aktivitas Gel Sapi. Alotrop, 2(2), 97–105
Ekstrak Etanol Buah Okra
Simanjuntak, R. D., & Gulton, T. (2018).
Pertumbuhan Tanaman Okra Hijau Wa ode Megasari, & Nur Juliana. (2021).
(Abelmoschus esculentus L. Moench) Pengaruh Konsumsi Jus Sari Buah
Di KP Balista, Tongkoh Berastagi. Okra (Abelmoschus Esculentus)
Universitas Negeri Medan, Medan Terhadap Penurunan Kadar Gula
Ruthdewisimanjuntak@gmail.Com Darah pada Penderita Diabetes
Universitas, 1–10. Melitus (DM) di Wilayah Kerja
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna.
Singh, V. P., Bali, A., Singh, N., & Jaggi, Promotif : Jurnal Kesehatan
A. S. (2014). Advanced glycation end Masyarakat, 11(2), 108–112.
products and diabetic complications.
Korean Journal of Physiology and Widyanto, M. T., Suhartono, E., & Biworo,
Pharmacology, 18(1), 1–14. A. (2015). Potensi Jus Buah Pare
(Momordica charantia L.) Sebagai
Suharman, S., & Rahayu, S. U. (2020). Penghambat Hemoglobin Terglikasi
Senyawa Hidrazone dari Vanilin- In Vitro. Berkala Kedokteran, 11(1),
DNPH Sebagai Sensor Kolorimetri 141–147.
Anion Sianida. ALCHEMY Jurnal
Penelitian Kimia, 16(1), 77.
https://doi.org/10.20961/alchemy.16.
1.34635.77-93 Surakarta, 23 Maret 2023

Suhartono, E., & Setiawan, B. (2005).


Model pembentukan Advanced
Glycation End Products (AGEs) dan
degradasi tirosin akibat reaksi Drs. Suharyanto, M.Si
maillard Models of the formation of
Advanced Glycation End Products
(AGEs) and tyrosine degradation by
Maillard reaction. 13(1), 1–6.
Suhartono, E., Setiawan, B., Edyson, &
Ramiah. (2005). Uji Aktivitas
Antioksidan Jus Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia) dan peranannya
sebagai inhibitor advanced glycation
end products (AGEs) akibat reaksi
glikosilasi. In Berkala Ilmu
Kedokteran (Vol. 37, Issue 1, pp. 1–6).
Suryanto, E., & Taroreh, M. (2020).
Aktivitas Antioksidatif Dan Anti-
Glikasi Ekstrak Fenolik Bebas Dan
Fenolik Terikat Dari Tongkol Jagung.
Chemistry Progress, 13(2).
Syam A, Riyanti S, & Armypa U. (2020).
Kadar Flavonoid dan Polifenol Buah
Okra Merah dan Okra Hijau
(Abelmoschus esculentus (L.)
Moench). Seminar Nasional Farmasi
(SNIFA) 4 UNJANI, June, 5–8.

Anda mungkin juga menyukai