Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan suspensi hidrokortison asetat 2,5 % dengan
teknik aseptik, sehingga sediaan harus dibuat dalam bentuk steril. Suspensi hidrokortison asetat steril
digunakan untuk mengobati rheumatoid, osteoarthritis pada sendi dan penggunaannya diinjeksi di
intraartikular. Hidrokortison asetat digunakan pada rheumatoid arthritis sebagai anti inflamasi dan
immunosuppresif. Hidrokortison asetat mengganggu antigen T limfosit, menginhibisi prostaglandin
dan sintesis leukotrin, menghibisi neutrofil dan turunan monosit superoksida radikal. Hidrokortison
asetat dapat mengganggu migrasi sel dan menyebabkan redistribusi monosit, limfosit, dan neutrofil,
sehingga mengganggu respon inflamasi dan autoimun.

Bahan aktif yang digunakan adalah hidrokortison asetat. Diketahui hidrokortison asetat tidak
larut dalam air, kelarutannya dalam air sebesar 1 : lebih dari 10.000 bagian, sehingga dibuat dalam
bentuk sediaan suspensi dengan pembawa air. Dipilih pembawa aqua pro injeksi (API) karena
kompatibilitas air dengan jaringan tubuh, selain itu air juga mempunyai konstanta dielektrik tinggi
sehingga lebih mudah melarutkan elektrolit yang terionisasi dan larutan hidrogen. Selain pembawa
aqua pro injeksi, digunakan bahan tambahan lain seperti NaCl%, CMC-Na, polisorbat 80, benzil
alkohol

Pada formula ini digunakan NaCl sebagai agen pengisotonis, NaCl dipilih karena merupakan
agen pengisotonis yang membuat sediaan dapat masuk dan diterima tubuh saat diinjeksikan. Dimana,
NaCl berfungsi untuk mencegah peradangan akibat tekanan osmotis sediaan yang tidak sama dengan
tekanan tonisitas cairan tubuh pada daerah sendi. NaCl juga tahan panas sehingga dapat
disterilisasikan dengan pemanasan, beda halnya dengan gliserin yang dapat bertindak sebagai agen
pengisotonis namun gliserin mudah terdekomposisi dengan pemanasan dan dapat meberikan efek
toksik.

Bahan tambahan kedua yaitu CMC-Na yang bertindak sebagai suspending agent. Dalam
formula ini CMC Na berfungsi sebagai pendispersi partikel yang tidak larut dan peningkat viskositas
sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Digunakannya CMC-Na pada formula ini karena dapat
diaplikasikan pada sediaan injeksi daripada menggunakan bahan suspending agent yang lain seperti
HPMC dan karbopol yang ternyata tidak digunakan dalam sediaan injeksi. Metylselulosa dalam
keamanannya tidak boleh digunakan dalam sediaan parenteral (HPE, hal.464). CMC-Na merupakan
suspending agent yang tidak OTT( obat tak tercampurkan).

Bahan tambahan terakhir adalah polisorbat 80 (Span) yang berfungsi sebagai wetting agent
yang dapat menurunkan sudut kontak antara permukaan zat padat dan larutan pembawa sehingga
dapat mudah larut. Pada praktikum kali ini digunakan Polisorbat 80 karena span larut dalam minyak
dan pelarut organik, sehingga cocok dengan sediaan yang diinginkan yakni sediaan injeksi yang
bersifat hidrofilik.
Benzil alkohol, dalam formula ini bertindak sebagai agen pengawet yang mencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mempergaruhi stabilitas sediaan. Dipilih pengawet benzil
alkohol karena biasa digunakan untuk sediaan injeksi, dan merupakan agen bakteriostatik spektrum
luas yang digunakan pada produk injeksi multi dosis. Selain itu NaCl sebagai agen tonisitas untuk
membuat sediaan isotonis karena sediaan ini dimasukan dalam tubuh. Sehingga harus sesuai dengan
tonisitas tubuh. Untuk mengetahui sifat tonisitas sediaan maka harus diketahui terlebih dahulu
kelarutan dari masing-masing bahan dalam pelarut air kemudiaan jumlah bahan yan terlarut dikalikan
ekuivalensi masing-masing bahan terhadap NaCl.

Sediaan suspensi parenteral diharapkan dalam keadaan isotonis, maka dari hasil perhitungan
tonisitas dengan metode eukivalensi NaCl didapatkan sediaan yang hipertonis. Sediaan suspensi
parenteral yang hipertonis akan lebih ditoleransi karena tidak akan terjadi kerusakan sel darah, namun
terjadi pengerutan sel dan ketika keadaan normal maka sel darah akan kembali pada keadaan normal,
sedangkan jika sediaan hipotonis akan mengakibatkan sel mengembang dan akhirnya pecah atau lisis.

Sediaan hidrokortison asetat ini disterilisasi dengan teknik sterilisasi aseptis, dimana semua
bahan atau campuran bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum dicampurkan dibawah LAF (Laminar
Air Flow). Pembuatan dilakukan dengan tetap menjaga setiap proses agar meminimalkan terjadinya
kontaminasi. Sehingga dipilih sterilisasi dengan teknik aseptik karena sediaan adalah suspensi yang
mudah rusak pada suhu tinggi.Suspensi pada suhu tinggi akan menyebabkan terjadinya kehilangan
air, karena air menguap pada suhu lebih dari 100oC dan partikel zat aktif yang tidak larut saat
dilakukan pengocokan untuk melarutkan sediaan tidak akan terlarut dengan baik. Karena adanya
perbedaan kestabilan dan sifat masig-masing bahan maka sterilisasi lebih baik dilakukan dengan
teknik aseptis.

Pada awal proses pembuatan, semua alat yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu
dengan menggunakan autoklaf dan oven. Selanjutnya serbuk NaCl yang telah ditimbang disterilisasi
dengan menggunakan oven selama 1 jam. Serbuk polisorbat, benzil alkohol dan hidrokortison asetat
yang telah ditimbang disterilisasi menggunakan oven. Hal ini dilakukan karena NaCl stabil dengan
pemanasan tinggi dan karena NaCl mudah larut dalam air maka dihindari sterilisasi menggunakan
panas basah yang menggunakan uap air yang menyebabkan serbuk menjadi basah. Selain itu, karena
polisorbat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat dilakukan dengan pemanasan basah. Sedangkan
hidrokortison asetat stabil dalam pemanasan kering. CMC-Na yang telah ditimbang juga ditaburkan
pada beaker glass yang telah berisi air panas kemudian ditutup menggunakan kertas perkamen lalu
disterilisasi dengan panas basah karena sterilisasi menggunakan oven dapat menyebabkan penurunan
viskositas.

Pembuatan suspensi steril hidrokortison pada praktikum ini dilakukan dengan teknik aseptis
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dimana tidak perlu dilakukan sterilisasi akhir. Oleh karena
itu sebelum melakukan formulasi suspensi hidrokortison, semua alat dan bahan harus disterilisasi
terlebih dahulu. Hidrokortison, polisorbat 80, dan NaCl disterilisasi menggunakan metode panas
kering (oven) selama 60 menit pada suhu 180oC. Waktu sterilisasi dengan oven pada suhu 0-160oC
disebut dengan waktu pemanasan. Waktu pemanasan dibutuhkan waktu selama 29 menit . Waktu
kesetimbangan 15 menit. Waktu pembinasaan selama 30 menit. Waktu tambahan jaminan sterilisasi
10 menit. Waktu pendinginan selama 12 menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan pada prses sterilisasi
dengan oven adalah selama 96 menit.

Sedangkan sterilisasi bahan CMC-Na ditambah aqua pro injeksi yang sudah dikembangkan
disterilisasi menggunakan autoklaf (panas basah) dengan suhu 115oC selama 30 menit. Dalam
sterilisasi menggunakan panas kering dan diperlukan kehati-hati karena bahan-bahan mudah gosong
apabila waktu sterilisasi terlalu lama. Metode ini mekanismenya dengan memaparkan uap jenuh pada
tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada objek, sehingga terjadi pelepasan energi yang
mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara irreversible akibat denaturasi atau koagulasi
protein sel. Waktu sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 0 – 115oC disebut waktu pemanasan. Waktu
pemanasan dibutuhkan selama 39 menit 32 detik. Waktu pengeluaran udara 10 menit 10 detik ditandai
dengan adanya suara yang dikeluarkan dari autoklaf. Waktu menaik selama 20 menit 10 detik. Dan
waktu kesetimbangan 15 menit. Waktu pembinasaan selama 15 menit. Waktu tambahan jaminan
sterilisasi 2 menit 10 detik. Waktu penurunan selama 7 menit 10 detik. Waktu pendinginan selama 5
menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan pada proses sterilisasi dengan autoklaf adalah selama 1 jam
54 menit 14 detik.

Setelah semua bahan disterilisasi, formulasi dilakukan. formulasi suspensi dilakukan dibawah
LAF, (laminar air flow) dengan teknik aseptis. Polisorbat 80 dan hidrokortison dicampur terlebih
dahulu dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen ditambahkan CMC-Na yang telah
dikembangkan, campuran ini diaduk hingga homogen. NaCl dilarutkan dengan sedikit water pro
injection,kemudian ditambahkan ke dalam campuran polisorbat 80, hidrokortison, CMC-Na dan
dicampur hingga homogen menjadi campuran A. Pada sterilisasi CMC-Na dan aqua pro ijeksi ini
tidak dibuat muchilago terlebih dahulu,karena pada saat pencampuran dan perpindahan tempat ke
autoklaf dikhawatirkan akan terjadi kontaminasi. Sehingga CMC-Na dan aqua pro injeksi hanya
dicampurkan, setelah steril maka pembungkus baru dibuka dibawah LAF dan dilakukan pengadukan
menjadi muchilago. Serbuk NaCl dan polisorbat 80 dilakukan sterilisasi menggunakan panas kering
karena serbuk bersifat higroskopis sehingga tidak cocok jika disterilisasi menggunakan panas basah.
Sedangkan benzyl alkohol merupakan agen bakteriostatik/bakterisid sehingga tidak memerlukan
sterilisasi. Benzil alcohol dilarutkan dengan sedikit aqua pro injection dan ditambahkan ke dalam
campuran A. Setelah campuran homogen ditambahkan sedikit demi sedikit aqua pro injection sampai
tanda batas volume yang diinginkan (42,8 ml) sambil diaduk untuk menghomogenkan suspensi.
Suspensi hidrokortison dituang dalam vial (2 vial masing-masing 10,7 ml), ditutup dan diberi etiket
serta kemasan. Hasil akhir dari formulasi suspensi hidrokortison 2,5% adalah suspensi kental
berwarna agak kekuningan, hal tersebut mungkin di sebabkan oleh waktu yang terlalu lama pada saat
sterilisasi menggunakan oven. Sehingga bahan yang disterilisasi berubah warna sedikit menghitam/
menjadi coklat Oleh karena itu, sediaan suspensi yang dihasilkan tidak berwarna putih seperti susu
akan tetapi berwarna putih agak kekuningan.

KESIMPULAN

1. Sediaan injeksi suspensi hidrokortison asetat dibuat dengan menggunakan proses aseptis, semua
bahan atau campuran bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum dicampurkan dibawah LAF.
Pembuatan dilakukan dengan tetap menjaga setiap proses agar meminimalkan terjadinya kontaminasi.

2. Pembuatan injeksi suspensi hidrokortison asetat 2,5% bersifat higroskopis. Sehingga bahan aktif
hidrokortison asetat yang disterilisasi dengan menggunakan oven. Bahan tambahan NaCl, polisorbat
dan benzil alkohol yang juga disterilisasi dengan menggunakan oven, serta CMC-Na dalam aquadest
yang disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.

3. sterilisasi oven pada suhu 180oc dengan waktu 1 jam, sedangkan sterilisasi menggunakan autoklaf
pada suhu 115oc dengan waktu 30 menit.

Anda mungkin juga menyukai