HASIL DAN PEMBAHASAN perunahan warna dapat dilihat dengan
Percobaan ini dilakukan untuk jelas. mengetahui difusi asam salisilat dalam Penggunaan FeCl3 dalam media formulasi krim. Asam salisilat sebagai agar ditujukan agar terjadi reaksi keratolitikum bekerja dengan warna. Reaksi warna yang terjadi melarutkan zat-zat yang menempel memudahkan pengamatan difusi antarsel kulit sehingga mampu sediaan asam salisilat. Warna tersebut meregangkan lekatan korneosit dan terjadi karena atom O pada gugus –OH melunakkan stratum korneum. Lapisan pada asam salisilat akan menyerang Fe kulit tersebut akan mengalami dengan melepaskan atom hydrogen deskuamasi (pengelupasan sel kulit untuk membentuk ikatan kompleks O- dari tubuh). Pada percobaan ini, bentuk FeCl3 yang berwarna ungu. sediaan asam salisilat berupa krim. Parameter yang diamati berupa Media agar yang digunakan untuk diameter warna yang terbentuk melihat kemampuan difusi asam disekitar ke empat lubang. Dengan salisilat digunakan karena agar adanya perubahan warna ini dapat memiliki sifat yang hampir serupa diketahui apakah asam salisilat dengan kulit kulit manusia yang berdifusi ke dalam media agar. memiliki pori. Hal tersebut menjadikan Percobaan ini dilakukan dengan dua agar maupun kulit manusia mampu perlakuan yakni berupa media yang mengabsorpsi dan mendifusi asam diletakkan di suhu ruang dan media salisilat ke dalamnya. Selain itu, media yang diletakkan di suhu dingin. Dari agar tidak memiliki warna atau bening hasil percobaan, didapat diameter sehingga pengamatan proses difusi warna ungu yang terbentuk dalam tabel asam salisilat yang ditandai dengan 1. Tabel 1. Diameter Difusi Asam Salisilat pada Media Agar Menit ke- Suhu Ruang (cm) Suhu Dingin (cm) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0,8 0,9 0,8 0,8 0,6 0,7 0,6 0,5 30 1,3 1,2 1,3 1,3 0,8 0,8 0,8 0,6 45 1,4 1,3 1,5 1,4 0,9 0,9 1 0,9 60 1,8 1,9 1,9 1,7 1 1,3 1,2 1 Cawan petri yang diisi krim asam salisilat yang diletakkan pada suhu ruangan menghasilkan rata-rata diameter yang lebih besar daripada diameter lubang cawan petri pada suhu dingin. Lubang pertama pada suhu kamar berdiameter 1,8 cm, lubang ke dua 1,9 cm, lubang ke tiga 1,9 cm, dan lubang ke empat 1,7 cm. Pengamatan diameter pada suhu dingin didapatkan lubang pertama sebesar 1 cm, lubang ke dua sebesar 1,3 cm, lubang ke tiga 1,2 cm, dan lubang ke empat 1 cm. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa semakin tinggi suhu, obat yang berdifusi ke melintasi pori akan semakin cepat sehingga diamater yang dihasilkan akan semakin besar dan kepekatan warna yang dihasilkan akan berbeda karena difusi obat dipengaruhi suhu.