Anda di halaman 1dari 6

4.

2 Pembahasan
Pada Praktikum kali ini dilakukan diskusi kelompok mengenai Difusi Asam
Salisilat / Na Salisilat Ke Dalam Agar, yang bertujuan untuk mengetahui dan
memahami proses difusi zat aktif dari sediaan secara semi kuantitatif. Karena masih
dalam keadaan pandemi praktikum dilakukan secara online dengan diskusi, tidak
melakukan pengerjaan di laboratorium. Sampel yang digunakan pada percobaan kali
ini adalah krim Na Salisilat, Krim Asam Salisilat, Salep Na Salisilat, dan Salep Asam
Salisilat. Asisten memberikan tabel ke 4 sampel dengan intensitas arna dan diameter
difusi yang berbeda.
Asam salisilat digolongkan dalam senyawa non polar yang tidak larut dalam air
dan lebih larut dalam pelarut organik seperti etanol, kloroforom, dan eter. Asam
salisilat merupakan asam lemah. Asam salisilat biasa digunakan dalam bentuk salep
karena jika digunakan secara oral dapat bersifat toksik sebagai keratolitik yang
berefek lokal. Pada dasarnya asam salisilat dikehendaki untuk memberikan efek
secara topikal saja sesuai dengan khasiat yang dimilikinya, namun dengan sifat yang
dimiliki oleh salisilat yaitu non polar yang memudahkannya menembus lapisan kulit
atau membran maka dapat dilihat atau dianalisis jumlah asam salisilat yang masuk ke
dalam saluran sistemik akibat adanya atau mengalami absorbsi perkutan. Natrium
Salisilat merupakan bentuk garam dari Asam Salisilat. Sehingga lebih mudah larut
dalam air dibandingkan asam salisilat
Prinsip dari percobaan ini adalah melihat warna yang ditimbulkan dan lebar
diameter difusi yang dihasilkan ketika sampel di letakkan pada media agar, lalu
dibandingkan manakah yang lebih lebar dan lebih cepat difusinya. Proses lepasnya
obat dan sediaannya dikenal dengan peristiwa disolusi pada tablet dan liberasi pada
sediaan-sediaan topikal. Mekanisme lepasnya bahan aktif dari sediaan pada umumnya
merupakan proses difusi pasif.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat agar yaitu dengan cara
melarutkan serbuk agar dengan air lalu dipanaskan diatas Hot plate dan selanjutnya
dituangkan ke dalam cawan petri hingga rata dan diamkan hingga keras. Media agar
digunakan sebagai media ditujukan untuk melihat difusi dari Natrium Salisilat dan
Asam salisilat karena agar tranparan sehingga dapat dilihat lebar difusi tersebut
dengan jelas. Lakukan hal yang sama pada 4 cawan petri dengan 4 sampel berbeda
atau bisa menggunakan 1 petri. Selanjutnya tambahkan 2 ml larutan FeCl 3 ke dalam
masing-masing cawan petri hingga menutupi semua permukaan agar, diamkan selama
2 menit dan sisa larutan FeCl3 dituang daan dikeringkan dengan menggunkan kertas
saring. Penggunaan FeCl3 ditujukan untuk pembentukan komplek berwarna ungu
karena reaksi pengkompleksasi antara FeCl3 dengan asam salisilat atau FeCl3 dengan
Natrium salisilat yaitu dengan FeCl3 yang mengikat gugus Fenol. Gugus fenol atau
karbolat atau benzenol adalah gugus dengan strukturnya memiliki gugus hidroksil
yang berikatan dengan cincin fenil. Tetapi jika larutan FeCl 3 hanya direaksikan
dengan alcohol tidak akan terjadi kompleks warna ungu.
Kemudian buat lubang untuk 4 sampel di dalam 1 cawan petri atau bisa
menggunakan 4 cawan petri dan masing-masing 1 lubang. Lubang ini dibuat untuk
menjadi tempat meletakkan sampel didalam agar untuk melihat lebar difusi tersebut.
Lubang yang dibuat hanya lubang kecil seukuran pipet dan usahakan jarak antara satu
lubang dengan lubang lainnya tidak berdekatan karena yang akan diukur seberapa
lebar difusi dari sampel tersebut. Letakkan sampel/sediaan uji dengan jumlah yang
sama, 2 lobang untuk salep asam salisilat dan 2 lobang lagi untuk salep Na salisilat
pada 1 cawan petri. Simpan cawan petri di dalam kulkas selama 30 menit, lalu amati
perubahan yang terjadi. Biarkan pada suhu kamar dan amati perubahan yang terjadi
setelah 2 dan 3 jam. Lalu perhatikan warna yang ditimbulkan dan lebar diameter
difusi dari warna yang timbul. Metode percobaan dapat juga dilakukan dengan cara
membuat agar lalu masukkan kedalam cawan petri dan dinginkan, selanjutnya buat
lubang dengan pipet sedalam 2 mm dan tetesi dengan FeCl3 dan langsung
dimasukkan sampel tanpa mengeringkan larutan FeCl3 yag ditetesi sebelumnya.
Metode percobaan untuk difusi dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk
dengan tidak mengeringkan FeCl3 tersebut.
Parameter yang dilihat adalah besarnya intensitas warna yang dihasilkan dan
lebar diameter difusi. Namun jika dibandingkan antara keduanya, maka lebar
diameter difusi lah yang paling akurat dan tepat.
Hasil yang didapatkan kita dapat melihat bahwa waktu difusi untuk Krim lebih
cepat dibandingkan dengan Salep, hal ini dikarenakan krim memiliki kandungan air
yang lebih banyak dari minyak, sehingga bersifat hidrofilik. Inilah yang
menyebabkan krim lebih mudah berdifusi dari pada salep ke dalam media agar yang
juga bersifat hidrofilik. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim
merupakan emulsi yang sangat mudah digunakan pada kulit dan merupakan media
pembawa dengan kapasitas yang cukup besar. Sediaan topikal ini dapat memberikan
efek mengkilap dan melembabkan, selain itu mudah tersebar merata, mudah
berpenetrasi pada kulit, mudah diusap dan mudah dicuci oleh air. Krim sendiri pada
umumnya memiliki komposisi air, minyak dan berbagai humektan sesuai tujuan
penggunaan pada berbagai jenis kulit, kondisi kulit, musim, usia, dan lingkungan.
Krim diklasifikasikan sesuai formulasinya yaitu tipe M/A (minyak dalam air) dan
tipe A/M (air dalam minyak). Sedangkan Salep adalah sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Salep memiliki kandungan minyak
yang lebih banyak diaripada air yaitu 80% minyak dan 20% air. Sehingga bersifat
lipofilik. Inilah yang menyebabkan salep lebih mudah diserap dari pada krim pada
kulit manusia yang juga bersifat lipofilik. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok. Dasar salep yang digunakan sebagai
pembawa dibagi dalam 4 kelompok : dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep
serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap
salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebu. Krim merupakan suatu
sediaan obat yang mengandung lebih banyak air daripada salep yang lebih banyak
lemak.
Dari hasil juga dapat kita lihat bahwa Krim Asam Salisilat lebih cepat berdifusi
dari pada Krim Na Salisilat berdasarkan lebar diameter difusi. Namun hal ini salah,
karena seharusnya krim Na Salisilat lebih cepat berdifusi dibandingkan Krim Asam
Salisilat. Hal ini dikarenakan Natrium Salisilat merupakan garam yang lebih mudah
terlarut dalam air sehingga dapat lebih cepat berdifusi dari pada Asam Salisilat,
begitu juga dengan Salep, akan lebih cepat difusi salep Na salisilat dari pada Asam
salisilat.
Dari hasil juga didapatkan bahwa Krim Asam salisilat lebih cepat berdifusi
kedalam agar sibandingkan dengan Salep Natrium salisilat, karena basisnya
merupakan krim yang lebih banyak mengandung air dari pada minyak, namun
kecepatan difusi antara 2 sediaan tersebut tidak jauh berbeda.
Difusi merupakan suatu proses molekul obat berdifusi dari daerah dengan
konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah. Difusi dapat diperngaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : sifat fisiko kimia seperti ukuran partikel zat aktif, dimana
semakin kecil suatu zat maka waktu untuk berdifusinya akan lebih cepat juga,
selanjurnya ada luas permukaan, semakin besar luas permukaan maka semakin cepat
difusi dari zat tersebut. Ketebalan membrane juga berpengaruh terhadap difusi yaitu
semakin tebal membrane tersebut maka difusi yang terjadi juga akan lama karena
dibutuhkan waktu lebih lama untuk melewati membrane, selanjutnya untuk suhu,
dimana semakin tinggi suhu maka difusi akan berlangsung lebih cepat dan yang
terakhir adalah jenis zat aktif tersebut apakah garam, asam atau lainnya. Dapat dilihat
dari hasil yang didapat bahwa garam akan lebih mudah berdifusi ke dalam agar atau
saluran cerna karena lebih larut air daripada asam.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
 Difusi zat terlarut dari suatu larutan ke dalam larutan yang lainnya dapat
berlangsung melalui suatu membran dengan permeabilitas tertentu yaitu permeabel
untuk zat tersebut
 Basis yang digunakan untuk suatu sediaan topikal akan berpengaruh pada proses
difusi.
 Parameter yang dilihat adalah besarnya intensitas warna yang dihasilkan dan lebar
diameter difusi. Namun jika dibandingkan antara keduanya, maka lebar diameter
difusi lah yang paling akurat dan tepat.
 Kecepatan difusi Krim lebih cepat dari pada Salep pada media agar, karena krim
memiliki kandungan air yang lebih banyak dari minyak, sehingga bersifat
hidrofilik.
 Kecepatan difusi Na Salisilat lebih cepat dari pada Asam Salisilat, karena Natrium
Salisilat merupakan garam yang lebih mudah terlarut dalam air sehingga dapat
lebih cepat berdifusi dari pada Asam Salisilat.
 Semakin kuat intensitas warna yang ditimbulkan, dan semakin lebar diameter
difusi yang dihasilkan, maka semakin besar difusi zat aktif ke dalam media agar
 Faktor-faktor yang mempengeruhi proses difusi pasif adalah : Ukuran partikel,
luas permukaan zat, ketebalan membran, suhu, dan jenis zat aktif (garam,asam,dll)

5.2. Saran
 Pahami prinsip percobaan, prosedur, dan langkah- langkah dalam menganalisis
difusi pasif ini.
 Beri jarak untuk setiap lubang agar terlihat jelas warna dan lebar warna yang
disebabkan oleh difusi tersebut.
 Sampel yang digunakan usahakan memiliki berat yang sama.

Anda mungkin juga menyukai