Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kromatografi telah didefiniskan terutama sebagai suatu proses pemisahan yang
digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi
bergantung pada pembagian-ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau
lebih. Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
cairan, dan pertukaran ion.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pemisahan secara kromatografi planar.
Kromatografi planar pun terdiri dari kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Dengan menggunakan sistem eluen (pelarut pengembang) yang dipilih, akan dapat
dipelajari pengaruh sistem pengembang terhadap pemisahan.
I.2 Tujuan
1. Menentukan nilai Rf dan mengidentifikasi sampel dengan metode KKt dan
KLT

BAB II
LANDASAN TEORI

Kromatografi planar mempunyai dua bentuk, yaitu kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kertas. Kedua teknik kromatografi ini digunakan untuk memisahkan dan
identifikasi komponen analit dalam jumlah kecil.
Proses pemisahan dengan metode kromatografi kertas pertama kali dikembangkan
oleh Consden, Gordon dan Martin pada tahun 1944. Mereka menggunakan kertas penyaring
sebagai fasa diam. Medium berpori dari serat kertas pernyaring bertindak sebagai tempat
untuk mengalirkan fase gerak.
Sedangkan proses pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis dikembangkan
pertama kali oleh Ismailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Fase diam, berupa zat adsorben,
dilapiskan merata pada lempeng kaca tipis yang berfungsi sebagai penunjang fase diam. Fase
geraknya dapat berupa zat cair tunggal atau kombinasi dari beberapa pelarut organik dengan
berbagai perbandingan. Zat cair tersebut akan bergerak merayap sepanjang fase diam.
Metode kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis sampai saat ini masih banyak
dipakai di berbagai laboratorium analitik karena sederhana, membutuhkan waktu yang
relative singkat serta cukup sensitive dalam memisahkan campuran berbagais enyawa yang
ada di dalam suatu sampel. Kedua jenis kromatografi ini terutama ditujukkan untuk analisis
kualitatif.
Kertas untuk kromatografi terbuat dari selulosa murni yang mempunyai serabutpanjang. Selulosa tersebut akan menyerap zat cair dan dalam keadaan menggelembung
bersama-sama dengan air atau pelarut yang mengandung air akan bertindak sebagai fase
diam. Kapasitas dan lamanya proses kromatografi bergantung pada ketebalan dan
kemampuan penyerapan zat cair dari kertas.
Dalam KLT, bahan yang dapat dipakai sebagai fase diam adalah silica gel, alumina,
bubuk selulosa, atau tanah diatomae. Yang paling banyak dipilih adalah dua bahan yang
pertama. Jika digunakan silica gel umumnya ditambahkan kalsium sulfat untuk mempertinggi
daya lekat pada bahan penyangganya (kaca atau alumunium).
Baik KKt maupun KLT mempunyai kesamaan dalam hal fase diam, berupa lapis tipis,
dan fase gerak yang akan mengalir karena daya kapiler. Adapun perbedaanya dalam sifat dan
fungsi dari fase diam. Pada KKt, fase diam sesungguhnya adalah zat cair, biasanya air, yang
tersuspensi pada serat selulosa dari kertas saring bermutu tinggi. Itulah sebabnya secara
mekanisme pemisahan, KKt digolongan sebagai kromatografi cair-cair.

Sedangkan pada KLT, fase diam berupa lapisan tipis (dengan ketebalan sekitar 0,1-2,0
mm) yang tersusun dari bahan padat yang disaputkan pada permukaan penyangga datar.
Bahan penyangga tersebut dapat berupa kaca, lembaran alumunium, pelat polimer atau pelat
logam. Lapisan bahan padat dapat melekat pada permukaan bahan penyangga karena adanya
bahan pengikat seperti kalsium sulfat atau amilum.
Urutan kerja pada metoda KKt dan KLT mempunyai kesamaan. Jika sampel yang
akan diperiksa bukan berupa cairan, maka sampel tersebut harus dilarutkan dahulu pada
pelarut yang sesuai. Dalam hal ini, akan lebih baik jika dipakai pelarut atau (campuran
pelarut) pengembang.
Sampel kemudian ditotolkan berupa bercak dengan garis tengah sekitar 15 mm pada
lapisan fase diam didekat salah satu ujung pada jarak sekitar 1,5-2,0 cm dari tepi. Penotolan
biasanya dilakukan dengan pipa kapiler kaca. Penotolan juga dapat dilakukan dengan alat
semprit (syringe) otomatis yang sengaja dibuat. Setelah ditotolkan biarkan sejenak sampai
pelarut dari sampel menguap. Penguapan pelarut ini dapat pula dilakukan dengan bantuan
aliran udara kering atau gas nitrogen. Lapisan yang sudah

ditotolkan dengan sampel

kemudian dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang telah diisi dengan pelarut
pengembang dan dijenuhkan. Pengembangan dihentikan jika aliran fase gerak sudah
mencapai jarak sekitar 1,5-2,0 cm dari sisi tepi yang berlawanan dari area penotolan sampel.
Derajat pemisahan sampel dalam kromatografi planar ditujukkan oleh faktor retardasi
solute (Rf). Harga Rf didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh solute dibagi dengan jarak
yang ditempuh fase gerak.
Rf =

jarak yang ditempuh komponen


jarak yang ditempuh eluen

Harga Rf dipengaruhi oleh: suhu, jenis kertas, tebal kertas, dan jenis eluen.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pemisahan secara KKt dari sampel tinta cair
atau tinta dari spidol berwarna hitam. Dengan menggunakan sistem eluen (pelarut
pengembang) yang berbeda-beda, akan dapat dipelajari pengaruh sistem pengembang
terhadap waktu dan derajat pemisahan yang dihasilkan.
Selain itu, KKt bersama-sama dengan KLT akan digunakan untuk memisahkan
sampel dari berbagai ekstrak tanaman.

Gambar 1 Kromatografi Kertas

Gambar 2 Proses Kromatografi Lapis Tipis

Bassett, J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
S.M Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta, 1990:147-157
Robert C. Reynolds and C. Allen ODell, J. Chem. Educ., 1992, 12: 989-991

Anda mungkin juga menyukai