Tugas makalah
Komunikasi, informasi dan edukasi obat
NAMA : YUSHARUMI
NIM : 15031014042
KELAS : VII A
2018
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan munculnya berbagai obat jadi dari industri farmasi, perluasan peran asisten
apoteker, dan konsep asuhan kefarmasian (pharmaceutical care), sisi teknis farmasi dari
peran apoteker komunitas telah berkurang, dan aspek yang lebih sosial yang menjadi
semakin penting. Meskipun apoteker sekarang telah menerima konseling pasien sebagai
salah satu bagian dari apoteker, apoteker tidak selalu terlibat aktif dalam proses ini,
sebagaimana seharusnya. Apoteker saat ini menyadari bahwa praktik apotek telah
peracikan, dan penyerahan obat kepada pasien, tetapi juga interaksi dengan pasien dan
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien
kefarmasian yang semula berfokus pada pegelolaan obat sebagai komoditi menjadi
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien (Depkes RI, 2004). Untuk mejamin mutu pelayanan farmasi kepada masyarakat,
telah dikeluarkan standar pelayanan farmasi komunitas (apotek) yang meliputi antara lain
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pelayanan resep, konseling, monitoring,
PEMBAHASAN
Ketoconazole adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi jamur pada kulit.
Misalnya kurap pada kaki, badan, atau lipat paha, panu, dermatitis seboroik, serta ketombe.
Obat antijamur ini mampu membunuh jamur penyebab infeksi, sekaligus mencegahnya
tumbuh kembali. Merek dagang yaitu Nizoral®, Formyco, Funet , Fungasol, Interzol,
Muzoral, Mycoral, Mycozid, Profungal, Thicazol, Wizol, Zoloral, Zorali dan untuk generic
yaitu Ketoconazole.
A. KETOKENAZOLE
1. KETOCONAZOLE
Farmakologi
aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi, misalnya Tricophyton sp.,
Tinea korporis
Tinea kruris
Tinea manus
Tinea pedis
floccosum. Juga untuk pengobatan kandidosis kutis dan tinea (pitiriasis) versikolor.
Dioleskan sekali sehari pada daerah yang terinfeksi dan sekitarnya pada penderita
kandidosis kutis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis dan tinea (pitiriasis)
versikolor. Pada penderita dermatitis seboroik : pengobatan sekali atau dua kali sehari.
Pengobatan harus dilanjutkan untuk beberapa waktu, sedikitnya sampai beberapa hari setelah
gejala-gejala hilang. Diagnosa harus dipertimbangkan kembali jika tidak ada perbaikan klinis
Peringatan:
Bagi wanita yang merencanakan kehamilan dan sedang hamil, berkonsultasilah dengan
Penting bagi pasien untuk menggunakan obat ini sesuai jangka waktu yang disarankan
oleh dokter guna memastikan jamur penyebab infeksi musnah seluruhnya, serta
Ketoconazole oles hanya boleh digunakan sebagai obat luar. Jangan mengoleskannya
Harap berhati-hati jika menderita detak jantung yang tidak teratur (aritmia), alergi
terhadap obat antijamur lain, gangguan hati, kadar tertosteron yang rendah, gangguan
Penyimpanan Ketoconazole
Oral
tablet
Wadah tertutup baik. Simpan pada suhu 15-25 ° C; terlindungi dari kelembapan.
Dosis:
bentuk obat yang diberikan. Krim dan sampo ketoconazole yang disarankan adalah dengan
kandungan 2%. Krim ketoconazole umumnya dioleskan sebanyak 1-2 kali sehari pada
bagian yang terinfeksi dan sampo ketoconazole dapat digunakan sebanyak 1 kali sehari
selama maksimal 5 hari. sedangkan ketoconazole dalam bentuk tablet, diminum dengan
dosis 200 mg per hari. Dosis ini bisa ditingkatkan oleh dokter hingga 400 mg apabila
dibutuhkan. Khusus untuk anak-anak, takaran ketoconazole oral akan disesuaikan dengan
Gunakanlah ketoconazole sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca
keterangan pada kemasan. Jangan berhenti menggunakan obat ini sebelum jangka waktu
yang ditentukan oleh dokter. Walau infeksi terlihat sudah sembuh, jamur tetap berpotensi
bagian yang terinfeksi terlebih dulu. Jangan lupa mencuci tangan setelah mengoleskan obat
ini untuk menghindari penyebaran infeksi ke bagian tubuh yang lain atau ke orang lain.
Untuk sampo ketoconazole, ratakan busa sampo hingga menutupi seluruh rambut dan kulit
kepala. Setelah itu, diamkan selama 5 menit sebelum dibilas hingga bersih. Jika mengenai
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya
selama mengonsumsi ketocoazole oral. Usahakan untuk meminumnya pada jam yang sama
jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan
Terdapat berbagai obat yang berpotensi menimbulkan reaksi tidak diinginkan jika
Midazolam dan triazolam; efek sedatif dan hipnotik dari obat-obatan ini dapat
ini di dalam darah dapat meningkat akibat ketoconazole, juga berpotensi menyebabkan
Nisoldipine; kadar obat ini dapat meningkat secara signifikan di dalam darah akibat
ketoconazole.
Tiap obat berpotensi menyebabkan efek samping, begitu juga dengan ketoconazole.
Sejumlah efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan antijamur ini meliputi:
Mual.
Diare.
Sakit kepala.
Sakit perut.
Biduran.
Trombositopenia.
Demam.
Mengigil.
Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami reaksi
alergi atauefek samping yang serius, seperti perut kembung, pembengkakan pada tangan,
kaki, atau pergelangan kaki, kebas, sakit dada, gangguan penglihatan, urine berwarna
gelap, lemas, lelah, pingsan, detak jantung tidak beraturan, serta timbul keinginan untuk
bunuh diri.
Lihat lebih lanjut mengenai:
Infeksi Jamur
Ketombe
Ketokonazol berupa serbuk putih hingga sedikit abu-abu dan praktis tidak larut
dalam air. Ketokonazol mempunyai pKa 2.9 hingga 6.5. Larut dalam DMSO atau kloroform.
sel fungi (jamur) dan kebocoran komponen sel. Mempengaruhi permeabilitas dinding sel
a. Blastomikosis
adalah amfoterisin B IV (terutama untuk infeksi berat dan yang melibatkan SSP) atau
imunokompeten dengan blastomycosis paru atau luar paru ringan sampai sedang.
digunakan untuk pengobatan blastomycosis kulit atau paru di individu yang memiliki
keterlibatan SSP asimtomatik atau subklinis pada saat diagnosis awal. (Lihat Meningitis
Ketoconazole Bukan obat pilihan untuk pengobatan awal; dosis tunggal fluconazole adalah
satu-satunya rejimen oral yang termasuk dalam rekomendasi CDC saat ini untuk
lain-lain sebagai salah satu dari beberapa alternatif untuk pengobatan pemeliharaan
c. Chromomycosis
Phialophora. Respon mungkin tidak dapat dicapai pada penderitan dengan penyakit yang
lebih luas.
pilihan digunakan tunggal atau bersama (kombinasi) dengan antijamur lain (misalnya, IV
d. Coccidioidomycosis
immitis. Obat pilihan adalah amfoterisin B IV (terutama untuk infeksi berat dan orang-
orang pada pasien immunocompromised termasuk orang yang terinfeksi HIV) atau Oral
Pengobatan dermatophytoses tertentu pada kulit, kulit kepala, dan kuku, termasuk
tinea capitis (tinea kapitis), tinea corporis (kurap tubuh), tinea cruris (gatal atlet, kurap
pangkal paha), tinea pedis (kaki atlet / athlete foot, kurap kaki), tinea manuum (kurap
tangan), dan tinea unguium (onikomikosis, paku kurap) yang disebabkan oleh
f. Histoplasmosis
adalah amfoterisin B IV (terutama untuk infeksi yang mengancam jiwa termasuk pada
orang yang terinfeksi HIV) atau itrakonazol, ketokonazol dan flukonazol oral digunakan
g. Paracoccidioidomycosis
disebabkan oleh Paracoccidioides brasiliensis. Obat pilihan untuk pengobatan awal infeksi
atau P.) Pityriasis (tinea) versikolor umumnya dapat diobati secara topikal dengan
terbinafine), ciclopirox Olamine, atau terapi topikal lain (misalnya, selenium sulfida 2,5%).
Antijamur oral (misalnya, itraconazole, ketoconazole) dapat diindikasikan, dengan atau
tanpa agen topikal, pada pasien yang mengalami infeksi yang luas atau berat atau yang
i. Infeksi Acanthamoeba
ditetapkan dengan jelas, Tetapi terapi lokal dan sistemik yang jangkapanjang dengan
imunokompeten.
Oral:
Dewasa
Oral:
200 mg sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mg sekali sehari pada infeksi
Oral:
Beberapa dokter menyarankan 400 mg sekali atau dua kali sehari. Pengobatan biasanya
Kandidiasis
Oral:
200-400 mg sehari.
Oral:
Pengobatan kandidiasis vulvovaginal tidak komplikasi pada wanita hamil: 200-400 mg dua
berulang dari kandidiasis vulvovaginal pada wanita yang telah menerima rejimen
antijamur intensif awal (yaitu, 7-14 hari antijamur azol intravaginal atau 2 dosis rejimen
flukonazol), ketoconazole telah diberikan dalam dosis 100 mg sekali sehari hingga 6 bulan.
Chromomycosis
Oral:
Oral:
400 mg sekali atau dua kali sehari. Pengobatan biasanya berlangsung selama 6-12 bulan.
Dermatophytoses
Oral:
200-400 mg sehari telah diberikan selama 1-2 bulan. Infeksi melibatkan kulit berbulu
memerlukan pengobatan minimal 4 minggu; infeksi palmar dan plantar mungkin respon
terapi lebih lambat. Tinea unguium (onikomikosis) mungkin memerlukan terapi ≥ 6-12
bulan.
Histoplasmosis
Oral:
400 mg sekali atau dua kali sehari. Dosis 200 mg sekali atau dua kali sehari juga telah
digunakan.
Biasanya diperlukan Minimal 6 bulan terapi, tetapi 2-6 bulan terapi telah efektif dalam
beberapa pasien.
Paracocciodioidomycosis
Oral:
200-400 mg sehari.
Terapi biasanya memerlukan Minimal 6 bulan, tetapi terapi 2-6 bulan telah efektif dalam
beberapa pasien.
Leishmaniasis
Oral:
Oral:
KEWASPADAAN UMUM
serum testosteron dapat terjadi, konsentrasi biasanya kembali ke nilai normal setelah obat
ketokonazol 800 mg per hari dan konsenterasi ketoconazole hilang pada penggunaan
menerima dosis harian atau dosis terbagi relatif tinggi. Adrenocortical menanggapi
kortikotropin (ACTH) mungkin setidaknya sementara berkurang dan penurunan urin dan
Karena konsentrasi ketoconazole di CSF (Cerebro Spinal Fluid) tidak bisa ditebak setelah
pemberian oral, obat tidak boleh digunakan sendiri untuk mengobati infeksi jamur CNS
(SSP: Sistem saraf pusat), termasuk candida, coccidioidal, atau meningitis kriptokokus,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ketoconazole adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi jamur pada kulit.
Misalnya kurap pada kaki, badan, atau lipat paha, panu, dermatitis seboroik, serta ketombe.
Obat antijamur ini mampu membunuh jamur penyebab infeksi, sekaligus mencegahnya
tumbuh kembali. Tiap obat berpotensi menyebabkan efek samping, begitu juga dengan
ketoconazole. Sejumlah efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan antijamur
ini meliputi: Mual, Diare, Sakit kepala. Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter
jika Anda mengalami reaksi alergi atauefek samping yang serius, seperti perut kembung,
pembengkakan pada tangan, kaki, atau pergelangan kaki, kebas, sakit dada, gangguan
penglihatan, urine berwarna gelap, lemas, lelah, pingsan, detak jantung tidak beraturan,
B. SARAN
interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur ini,
Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.
Budimulja, U. 2003. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketiga : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan. Jakarta. EG
http://kumpulan-farmasi.blogspot.com/2010/11/anti-jamur.html
http://www.slideshare.net/dwiagustini7982/farmakologi-antibiotik-dan-anti-jamur
http://www.slideshare.net/CahyaZTC64/farmakologi-50173320
http://www.scribd.com/doc/57215070/36154284-Uraian-Obat-Anti-Jamur