Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut. Di

Indonesia sendiri, angkanya dapat lebih tinggi karena iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup,
serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun helm yang dapat memengaruhi
permasalahan kulit kepala selaku media pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti
sensitif, berminyak dan berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal
seringkali terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.

Rambut yang rontok antara 30-40 helai perhari masih tergolong normal,
dan rambut yang rontok tersebut akan segera tergantikan dengan rambut baru
yang tumbuh di tempat yang sama dengan yang rontok sebelumnya. Akan tetapi
jika rambut yang rontok tersebut lebih dari 50 helai sehari, berarti ada masalah
dengan rambut.
Sampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan
tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan kotoran di kulit kepala.
Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Dalam pengertian
ilmiahnya sampo didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut
dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.
Sampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan
tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi
rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua sampo berupa cairan
atau digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering berupa serbuk yang tidak
menggunakan air yang biasanya digunakan untuk hewan peliharaan.
Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai
surfaktan, agen pembusa dan penstabil, pengeruh, pemodifikasi viskositas, dan pengawet.
Bahan-bahan dalam sampo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana kosmetik
perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan peran yang spesifik, oleh
karena itu dalam percobaan kali ini dibuat sediaan shampoo dengan rancangan formulasi
yang terdiri atas bahan-bahan yang mempunyai fungsi yang telah disebutkan.

1.2 Rumusan Masalah

a.

Bagaimana cara menyusun rancangan formula, pembuatan, evaluasi dan


kemasan shampoo berdasarkan karakteristik fisika kimianya

b.

Bagaimana cara membuat sediaan shampoo yang telah dirancang

c.

Bagaimana cara mengevaluasi sediaan shampoo yang telah dibuat

1.3 Tujuan
a.

Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun rancangan formula,


pembuatan, evaluasi dan kemasan

shampoo serta mendiskusikan

berdasarkan karakteristik fisika kimianya.


b.

Untuk mengetahui bagaimana cara membuat sediaan shampoo yang telah


dirancang dan mengevaluasi sediaan yang telah dibuat

c.

Untuk mengetahui cara mengevaluasi hasil produk shampoo yang dibuat

1.4

Manfaat

a.

Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan shampoo

b.

Untuk dapat mengaplikasikan di dunia kerja.

c.

Untuk menambah wawasan dan keterampilan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Shampo
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas
rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapa
mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur, dan berkilau.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan di atas, shampoo harus
memiliki sifat berikut:
1.

Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk


dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas air.

2.

Shampo garus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak


berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.

3.

Shamp harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut. Tidak


mengiritasi kulit kepala dan mata.

4.

Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh
menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus
tetap konstan, shampoo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun
jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke
dalamnya.
(Panitia Formularium Kosmetika Indonesia, 1985)

2.2.1 Jenis-jenis shampo


1.

Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer

biasanya

digunakan

natrium

karbonat,

natrium

bikarbonat,

natrium

seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.


2.

Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental.

Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan
dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein,
shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry.

3.

Shampo krim atau pasta


Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang

yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan
malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan
dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.

4.

Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo

ini meliputi viskositas, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam
fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang
ditetapkan pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 1,0 %, tetapi umumnya
berkadar 0,5 %.

(Panitia Formularium Kosmetika Indonesia, 1985)


2.2 Komposisi Shampo
2.2.1 Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang
suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padatair, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam
dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan
rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung
gugus hidroksil (Jatmika, 1998).
Surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah
(wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut
(solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan

kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa


minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak
dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak.
Emulsi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua fasa cairan
yang tidak saling melarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk
globula-globula cairan lainnya. Cairan yang terpecah menjadi globula-globula
dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula
dinamakan fase kontinu atau medium dispersi. Berdasarkan jenisnya emulsi
dibedakan menjadi dua yaitu:
1.

Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahan


pengemulsinya mudah larut dalam air sehingga air dikatakan sebagai fase
eksternal.

2.

Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahan


pengemulsinya mudah larut dalam minyak.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa

denganair, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan
dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya,
bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut
akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya
tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar
dan menjadi fase kontinu.
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat
golongan
yaitu:
1.

Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,
garam sulfonat asam lemak rantai panjang.

2.

Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil
ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.

3.

Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.


Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
sukrosa

asam

lemak,

polietilena

alkil

amina,

glukamina,

alkil

poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina


oksida.
4.

Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan


positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino,
betain, fosfobetain.
(Genaro, 1990)

2.2.2 Bahan Pendispersi Garam Kalsium


Tujuan dari produk ini adalah untuk mencegah pengendapan sabun
kalsium dan perlekatan atau rambut yang lepek yang disebabkan oleh bahan ini.
Aksi ini menyebabkan peningkatan busa. Bahan pendispersi garam kalsium
adalah secara khusus penting pada sabun shampoo. Tapi bahan inijuga digunakan
dengan alkil aril sulfonat dan sarkosida. Diantara bahan-bahan ini adalah Igenon
T, produk asam lemak alylolamine terkondensasi, alkil polioksietilen fenol, dan
bahan etylen oksida terkondensasi non ionik lainnya.
2.2.3 Bahan Sequestrant
Bahan-bahan ini juga untuk mencegah pengendapan garam kalsium dan
karenanya menjadi sangat penting dalam shampoo busa. Mengingat keefektifan
bahan pendispersi tergantung pada aktifitas permukaannya, sequestrant memiliki
efek kimia murni. Pengkelat menahan kalsium dan ion logam polivalen lainnya
menjadi kompleks larut air yang stabil, dan melalui cara ini mencegah
pembentukan garam kalsium yang tidak larut.
2.2.4 Pelarut
Sudah menjadi sifat yang melekat pada deterjen bahwa deterjen tidak
mudah larut dalam air, dan bagian molekul yang tidak larut dalam air harus cukup
kuat untuk membawa molekul ke antar muka dari larutan. Dalam penyiapan dari

konsentrasi shampoo kadang-kadang dibutuhkan untuk mendekati batas dari


larutan dimana larutan akan menjadi berkabut. Bagaimanapun shampoo yang
jernih secara absolut dapat berkabut setelah pengocokan yang kuat atau
diletakkan pada suhu rendah. Pelarut-pelarut ini ditambahkan untuk mencegah
sifat pengkabutan ini. Yang paling sering digunakan adalah alkohol (etil n-propil
atau isopropil alkohol), glikol (1,2-propilenglikol, 1,3-butilenglikol, poliglikol)
dan gliserol. Pelarut sering meningkatkan aksi pembusaan dari shampoo kecuali
yang berviskositas lebih rendah.
2.2.5 Bahan Pengental
Dalam penambahan bahan-bahan yang secara umum diguanakan untuk
mengentalkan larutan berair (alginat, polivinil alkohol, metilselulosa, dan silikat
koloidal). Beberapa tipe lainnya adalah garam anorganik yang cocok (amonium
klorida) yang paling efektif dan paling umum digunakan; (walaupun ammonium
klorida meningkatkan sedikit aroma amoniak yang harus ditutupi dengan
menggunakan parfum), ester polietilen glikol (ex. Polietilenglikol 400 distearat).
Konsistensi yang diminta mungkin juga dicapai melalui campuran dari surfaktan
sebagai

dasar

shampoo,

minyak

kastor

tersulfonkan

sebagai

contoh,

meningkatkan dari shampoo tergantung pada minyak zaitun tersulfonkan dan


dasar shampoo alkil aril trietanolamin sulfonat dapat ditingkatkan oleh
penambahan garam ammonium.
2.2.6 Pembentuk Busa
Pengkelat dalam sabun shampoo memperbaiki busa dengan menghambat
pembentukan dari sabun kalsium dimana menekan pembentukan busa. Dalam
shampoo yang didasarkan pada lemak alkohol tersulfonkan dengan penambahan
1-2% bebas alkohol, setil alkohol dapat menurunkan volume busa tetapi membuat
padat dan lebih stabil. Bagian kecil dari asam lemak alkil amin dipertimbangkan
untuk ditambahkan ke dalam deterjen anionik untuk mencapai pembentukan
kabut dan busa padat yang cepat. Derivat amfoterik dapat memberikan efek yang
sama.
2.2.7 Pengawet

Shampoo komersial yang tersedia sering mengandung jumlah yang besar


dari bakteri gram negatif. Garam fenil merkuri dan formaldehid kadang-kadang
digunakan, walaupun kestabilan keduanya tidak cukup (Kumar, 2010).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Bahan Aktif
a.

Oleum Cocos

Nama Lain

: Minyak kelapa, Coconut oil

Nama Tanaman Asal

: Cocos nucifera

Famili

: Palmae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserid dari asam laurat, asam miristinat, asam
kaprilat, asam oleat, asam palmitat, asam kaprat,
asam stearat, asam kaproat
Penggunaan

: Untuk membuat salep, shampoo, sabun yang


dapat dipakai untuk mencuci dengan air laut atau
air yang kadar kalsiumnya tinggi

Sedian

: Oleum Cocos purum ( FI )

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat,


bau khas tidak tengik

Cara memperoleh

: Minyak

kelapa

yang

diperoleh

dengan

pemerasan panas endosperm yang dikeringkan.


Kopra

(daging

buah

kelapa

yang

telah

dikeringkan, mengandung minyak lemak 60 65


% dan air tidak boleh lebih dari 8 %) yang telah
dipanaskan, diperas dengan tekanan 600 800
kg/cm. Minyak yang keluar didiamkan beberapa
lama agar kotoran-kotoran dapat mengendap.
Kemudian dimurnikan secara dikocok dengan
larutan kaustik soda encer dan dipanaskan
dengan air panas, diputihkan dengan norit,

disaring, dihilangkan baunya dalam hampa


tinggi dengan uap air yang sangat panas
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari


cahaya, ditempat sejuk
(Depkes RI, 1995)

2.3.2 Bahan Tambahan


e.

Natrium Lauril Sulfat


Natrium Lauril Sulfat adalah campuran garam natrium dari senyawa

normal alkil sulfat primer, terutama terdiri dari natrium dodekil sulfat.
Mengandung tidak kurang dari 5% natrium alkil sulfat, dihitung sebagai
C12H25OSO3Na.
Pemerian

: Serbuk atau hablur,

Warna

: Putih atau kuning pucat

Bau

: Lemah dan khas

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, larutan berkabut, larut


sebagian dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter

Sinonim

: Dodecyl sodium sulfate, Elfan 240 sodium dodecyl


sulfate sodium laurilsulfate sodium monododecyl sulfate
sodium monolauryl sulfate Texapon K12P.

Nama kimia CAS

: Sulfuric acid monododecyl ester sodium salt

Formula empiris

: C12H25NaO4S

BM

: 288.38

Titik leleh

: 204-207 0C

Khasiat

: Surfaktan anionic (pembentukan basis emulsi sendiri


dengan alcohol lemak 0.5-2.5 %), detergent (10%) , zat
pengemulsi, penetran kulit, lubrikan tablet dan kapsul, zat
pembasah (1 2 %)

Stabilitas

: Stabil di dalam kondisi penyimpanan normal, dalam


larutan dibawah kondisi ekstrim mempunyai pH 2.5 atau
bawah.

10

Inkompatibilitas

: Bereaksi dengan surfaktan kationik menyebabkan


hilangnya aktivitas bahkan konsentrasi terlalu rendah
yang menyebabkan presipitasi.

Keamanan

: Penggunaanya luas dibidang kosmetik dan formulasi


farmasetikal oral dan topical

f.

Asam Oleat

Sinonim

: Asam oleat

Rumus molekul

: C18 H34O2

Berat molekul

: 282,47

Fungsi

: Emulsifying agent

Kelarutan

: Sangat larut dalam benzena, kloroforom, etanol 95%, eter,


heksan, praktis tidak larut dalam air

OTT

: Aluminium, kalsium, logam berat, larutan iodine, asam


perklorat, dan zat pengoksidasi

g.

Trietanolamin

Sinonim

: TEA

Rumus molekul

: C6H15NO3

Berat molekul

: 149,19

Fungsi

: Agen pengelmusi

pH

: 10,5

Kelarutan

: Tidak larut dalam aseton, etanol, metanol, dan air,


benzena 1 bagian dalam 24 bagian, larut

dalam

kloroform.
OTT
d.

: Asam mineral, asam lemak, tionil klorida


Metil paraben

Sinonim

: Nipagin

Rumus molekul

: C8H8O3

Berat molekul

: 153,13

Fungsi

: Antimikroba (topikal 0,02-0,3%)

Pemerian

: Serbuk berwarna putih, tidak berwarna, serbuk kristal

11

Kelarutan

: Sangat larut dalam aseton, etanol 1 in 2, etanol 95% 1


bagian dalam 3 bagian

OTT
e.

: Surfaktan nonionik

Setil alkohol

Sinonim

: Setil alkohol

Rumus molekul

: C16H34O

Berat molekul

: 242,44

Fungsi

: Coating agent, emulsifying agent

OTT

: Zat pengoksidasi kuat

f.

Asam stearat

Sinonim

: Asam stearat

Rumus molekul

: C 15H36O2

Berat molekul

: 284,47

Fungsi

: Emulsifying agent 91-20%

Pemerian

: Keras, putih, kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk.

Kelarutan

: Sangat larut dalam benzena, karbon

tetraklorida,

kloroform, dan eter, larut dalam etanol, heksan dan


propilenglikol, praktis tidak larut dalam air
OTT

: Logam hidroksida dan zat pengoksidasi


(C. Rowe, 2006)

g.

Oleum Rosae

Nama Lain

: Minyak mawar, Rose oil

Nama Tanaman Asal

: Rosa gallica (L.), Rosa damascena (Niler), Rosa


alba (L.), Rosacentifolia (L.)

Keluarga

: Rosaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Geraniol, parafin, nerol, eugenol


Penggunaan

: Bahan pewangi

Pemerian

: Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning, bau


aromatik seperti bunga mawar, rasa khas. Pada
suhu

25 kental, jika didinginkan perlahan-lahan

12

berubah menjadi massa hablur, jika dipanaskan


mudah melebur
Cara memperoleh

: Minyak atsiri diperoleh dengan penyulingan uap


bunga

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat


(Depkes RI, 1995)

13

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

Kerusakan
pada
Rambut dan kulit
kepala;
ketombe
rambut rontok
psoriasis
alopecia
kulit kepala berjerawat

Faktor Internal:
Keturunan
Hormon
Stres
Penyakit

Shampoo untuk
mengatasi
masalah rambut
dan kulit kepala

Faktor Eksternal:
Gaya rambut
Bahan kimia
Radikal bebas
Lingkungan

Jenis Shampo dipasaran:


Shampo cair jernih
Shampo krim
Shampo Serbuk
Shampo Gel

Shampoo cair jernih:


Identik sebagai shampoo kosmetik,
dan merupakan tipe yang populer
karena
mempunyai
variasi
penampilan dan formulasi yang
paling baik

Formulasi shampoo penyubur


rambut berbahan aktif minyak
kelapa dalam bentuk sampo
krim

Shampo krim cair:


bentuk khusus dari kelas kosmetik,
dipertimbangkan memberi kelembutan saat
penggunaannya. Secara nyata termasuk tipe
emulsi

Minyak kelapa:
secara esensial digunakan sebagai
penyubur
rambut,
logisnya
diformulasikan ke dalam tipe
emulsi

14

Formula Umum Shampo Krim:


Bahan aktif
surfaktan
Pengawet
Pewarna
Pewangi
thickening agent
Opacifying agent

Formula
sampo
minyak
kelapa
dibuat:
Minyak kelapa
SLS
Asam oleat
TEA
Metil paraben
asam Sitrat
FD Red
oleum Rose
NaCl
setil alkohol

krim
yang

Evaluasi Sediaan:
Organoleptis
pH sediaan
Viskositas dan sifat alir
Tinggi dan kestabilan
busa dalam air suling dan
air sadah

15

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a.

Batang pengaduk

b.

Botol sampo

c.

Cawan porselin

d.

Corong kaca

e.

Gelas kimia 50 mL, 100 mL, 1000 mL

f.

Gelas ukur 10 mL, 50 mL

g.

Hot plate

h.

Kaca arloji

i.

Mortir dan stamper

j.

Sendok tanduk

k.

Spatel logam

l.

Timbangan analitik

4.1.2 Bahan
a.

Aluminum foil

b.

Aquadest

c.

Asam oleat

d.

Asam sitrat

e.

Minyak kelapa

f.

FD&C Red #40

g.

Metil paraben

h.

Oleum rosae

i.

Setil alkohol

j.

Sodium klorida

k.

Sodium lauril sulfat (SLS)

l.

Trietanolamin (TEA)

16

4.2 Kerangka Operasional

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang bahan aktif dan eksipien

Metil paraben, minyak kelapa,


setil alkohol, dan asam oleat
dicampurkan dan dihomogenkan
di dalam gelas kimia

Asam sitrat dilarutkan


dalam setengah sisa air
di dalam gelas kimia

Ditambahkan TEA
dan oleum rosae

Dicampurkan bahan hingga homogen

Ditambahkan pewarna dan SLS


yang telah dilarutkan dalam air

Dihomogenkan dan
ditambahkan sisa air

4.3 Metode Kerja


4.3.1 Skala farmasetik
a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

Ditimbang bahan aktif dan eksipien

Dimasukkan ke
dalam botol

Evaluasi sediaan

17

c.

Dicampurkan metil paraben, minyak kelapa, setil alkohol dan asam oleat
dalam gelas kimia hingga homogen.

d.

Dilarutkan asam sitrat dalam setengah sisa air di dalam gelas kimia
kemudian ditambahkan TEA dan oleum rosae, di aduk hingga homogen

e.

Dicampurkan bahan (c) dan bahan (d) kemudian ditambahkan pewarna dan
SLS yang telah dilarutkan dalam sedikit sisa air. Diaduk hingga homogen.

f.

Ditambahkan sisa air dan dihomogenkan.

g.

Dimasukkan ke dalam botol, diberi label pada botol.

h.

Dilakukan evaluasi organoleptik pada sediaan berupa warna, bentuk dan


bau sediaan.

18

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

Lebih dari 60 persen populasi di dunia mengalami permasalahan rambut


berketombe. Di Indonseaia sendiri, angkanya dapat lebih tinggi karena iklim
tropis. Polusi, kebiasan hidup, serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab
maupun helm yang dapat memepengaruhi permasalahan kulit kepala

selaku

media pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti sensitif, berminyak


dan ketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal seringkali
terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.
Kesadaran untuk merawat kulit kepala memang tidak setinggi kesadaran
untuk merawat kulit wajah. Sementara itu, problema rambut berawal dari akarnya
yakni kulit kepala. Masalah kulit kepala yang paling umum ialah kulit kepala
bersisik-sisik halus atau ketombe, dan populasi jamur yang semakin subur jika
kondisi kulit kepala terlalu berminyak.
Sampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk
meningkatkan tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan
kotoran di kulit kepala. Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini
disebut keramas. Dalam pengertian ilmiahnya sampo didefinisikan sebagai
sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk
menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala
agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.
Sampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air
dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk
melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak
semua sampo berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga sampo
kering berupa serbuk yang tidak menggunakan air. Sampo kering ini selain
digunakan oleh manusia, lebih umum digunakan untuk binatang peliharaan
seperti kucing yang tidak menyukai bersentuhan dengan air ataupun anjing.
Beberapa industri yang memproduksi sampo atau perawatan rambut umumnya

19

juga mengeluarkan produk kondisioner dengan tujuan untuk mempermudah


pengguna sampo menata kembali rambutnya.
Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi
sebagai surfaktan, agen pembusa dan penstabil, agen pengeruh, pemodifikasi
viskositas, dan pengawet. Bahan-bahan dalam sampo harus aman dan mudah
terdegradasi sebagaimana kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus
memilki fungsi dan peran yang spesifik.
Praktikum kali ini kami membuat sediaan sampo yang berbahan aktif
minyak kelapa. Sediaan Chocco sampo dibuat dengan tujuan untuk membantu
mencegah

rambut

rontok,

menghilangkan

ketombe

dan

mempercepat

pertumbuhan rambut. Adapun bahan-bahan lain yang digunakan adalah minyak


kelapa, sodium lauril sulfat, asam oleat, trietanolamin, metil paraben, asam sitrat,
sodium klorida, setil alkohol, FD&C Red 40, oleum rosae dan aquades.
Minyak kelapa merupakan bahan aktif yang digunakan pada sediaan
sampo yang di formulasikan. Alasan penggunaan dari minyak kelapa sebagai
bahan aktif adalah mengingat tujuan utama dari sediaan sampo ini adalah sebagai
penyubur rambut sehingga sangat cocok sekali bahan aktif yang digunakan
berupa minyak kelapa. Jenis sampo yang akan diformulasikan pada praktikum ini
dalam sampo krim dengan tipe minyak dalam air (O/W). Sehingga pada
formulasinya dibutuhkan beberapa bahan tambahan yang mendukung dalam
terbentuknya sediaan dari sampo krim yang baik.
Sodium

lauril

sulfat

merupakan

deterjen

yang

berfungsi

untuk

membersihkan kotoran di kulit kepala. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan


tegangan muka antara lemak dan air yang ada di kulit kepala. Deterjen yang
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sampo memiliki sifat
fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat
yang dikehendaki untuk sampo. Umumnya, deterjen dapat melarutkan lemak dan
daya pembersih kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak
rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam, dan mudah menjadi kusut,
menyebabkan sukar diatur. Sifat deterjen yang terutama dikehendaki untuk sampo
adalah kemampuan membangkitkan busa.

20

Asam oleat dan TEA berfungsi sebagai surfaktan jenis surfaktan ini adalah
surfaktan amfoterik dimana surfaktan adalah bahan aktif sampo yang berupa
deterjen pembersih sintesis yang cocok untuk kondisi rambut pemakai. Deterjen
bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan cairan karena bersifat
amfifilik, sehingga dapat melarutkan kotoran yang melekat pada permukaan
rambut. Biasanya digunakan lebih dari satu surfaktan dalam sampo, yang utama
disebut surfaktan primer, selebihnya adalah surfaktan pelengkap atau sekunder.
Surfaktan yang dipilih dapat dari golongan yang sama atau dari golongan
surfaktan lain.
Metil paraben digunakan sebagai pengawet pada sediaan formulasi sampo
ini. Tujuan dari penggunaan pengawet adalah sebagai penjaga agar sediaan tetap
aman dari mikroorganisme yang dapat merusak dari kestabilan sampo dan
akhirnya menurunkan kualitas dari sampo tersebut.
Asam sitrat pada formulasi sampo ini berfungsi sebagai sesquestering
agent. Sesqueatering agent atau bahan pengkelat adalah bahan pengikat ion Ca,
Mg dan lainlain yang mungkin ada dalam air sadah sehingga ion tersebut tidak
mengendap sehingga bentuk organoleptik dari sampo tetap terlihat baik.
Sodium klorida digunakan sebagai peningkat viskositas pada formulasi
sampo ini. Sodium klorida yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier,
jadi sodium krorida ini akan memperbaiki struktur polimer sehingga viskositas
dari sampo menjadi lebih baik.
Setil alkohol digunakan sebagai pengental (thickener) dan pengeruh
(opacifier). Bahan ini ditambahkan untuk menyenangkan konsumen, bahan ini
tidak menggambarkan daya bersih dan konsentrasi bahan aktif dalam sampo.
FD&C Red 40 digunakan sebagai pemberi warna merah pada sampo.
Sedangkan oleum rosae digunakan sebagai pewangi dalam formulasi sampo.
Kedua bahan ini ditambahkan untuk memberi kesan nyaman bagi konsumen yang
memakai.
Langkah pertama pada formulasi pembuatan sediaan sampo adalah
dilakukannya penimbangan bahan. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian fase
minyak dan fase air yang digunakan dalam formulasi sediaan sampo. Fase

21

minyak terdiri atas metil paraben, minyak kelapa, setil alkohol dan asam oleat
dilebur diatas penangas air dengan suhu 80C dan diaduk dengan kecepatan
konstan tujuannya agar tidak terjadi pembusaan terlebih dahulu.
Fase air yang digunakan pada formulasi sediaan sampo ini adalah asam
sitrat dan aquadest. Kemudian secara perlahan-lahan dimasukkan fase minyak
yang telah larut dalam pemanasan. Selanjutnya ditambahkan TEA dan oleum
rosae digerus hinggu homogen dan ditambahkan pewarna serta sodium lauril
sulfat dan sisa aquades digerus hingga homogen dan dimasukkan ke dalam
sediaan sampo yang telah siap.
Dalam proses pembuatan sampo, perlu diperhatikan pengadukan dan suhu
pemanasan. Pencampuran Na lauril sulfat dengan air dilakukan perlahan-lahan.
Penambahan bahan-bahan lain dilakukan dalam kondisi pemanasan. Suhu
pemanasan dijaga agar tidak terlalu besar atau tidak terlalu rendah. Selama
proses, suhu diusahakan konstan, kira-kira 80oC. Pengadukan selama
pencampuran sebisa mungkin konstan, tidak dengan pengadukan keras, agar tidak
terbentuk busa yang berlebihan.
Hasil sediaan yang diperoleh kemudian dilakukan evaluasi secara
organoleptik dan didapatkan hasil sediaan sampo berwarna merah muda jernih,
beraroma mawar dengan konsistensi kental semi cair. Dalam sampo tersebut
tidak terdapat busa yang berlebihan. Hasil evaluasi organoleptik sudah sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan. Sediaan sampo yang dihasilkan perlu diuji
kemampuan membusa dan pengukuran stabilitas busa.
Busa adalah dispersi gas dalam suatu cairan. Busa terbentuk selam
pengguanaan bahn pembersih dan merupakan efek samping yang tidak begitu
penting tetapi sangat diinginkan konsumen. Sebab konsumen mempunyai
anggapan bahwa dengan busa yang melimpah akan menambah aksi dalam
membersihkan. Sebenarnya busa tidak dapat digunakan sebagai ukuran aksi atau
daya membersihkan, misalnya surfaktan non ionik memberikan reaksi
pembersihan yang baik dengan sedikit atau tanpa busa. Metode yang umum
diguanakan untuk mengukur tinggi busa dan stabilitas adalah dari Rose Miles.

22

Dari hasil uji pengukuran stabilitas busa, sampo mampu menghasilkan busa yang
stabil karena perbedaan tinggi busa per waktu tidak jauh berbeda.

23

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a.

Formula shampo setidaknya mengadung bahan yang berfungsi sebagai


detergent (surfaktan), thickeners dan foaming agent, dan conditioning agent.
Selain itu kadang juga ditambahkan bahan yang berfungsi sebagai pengawet,
parfum, pengatur pH, pengatur viskositas dan antimikroba.

b.

Sampo dibuat dengan cara pengadukan yang sederhana, kadang perlu disertai
peningkatan suhu agar mudah tercampur dan menurunkan viskositas sampo
pada saat pencampuran

c.

Shampo yang dihasilkan bewarna merah mudah, beraroma mawar dan


konsistensi agak kental.

6.2 Saran
Kelarutan dari masing-masing bahan harus diperhatikan, terutama dalam
pemilihan surfaktan sehingga sediaan bisa bercampur dengan baik.

24

DAFTAR PUSTAKA
C. Rowe, Raymond, Paul J. Sheskey and Sian C. Owen. 2006. Handbook of
pharmaceutical exsipients, 5th edition. Pharmaceutical press and American
Pharmacists Association: USA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Genaro, R.A., 1990, Rhemingtons Pharmaceutical Science, 18th ed. Mack
Printing: Easton, Pennsylvania, USA.
Jatmika, A. 1998. Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan. Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 6 (1) : 31- 37.
Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan. 2010. Evaluation Of Prepared
Shampoo Formulation and to Compare Formulated Shampoo with
Marketed Shampoos. International Journal of Pharmaceutical Sciences
Review and Research, Volume 3, Issue 1, July August 2010; Article
025.
Panitia Formularium Kosmetika Indonesia. 1985. Formularium Kosmetik
Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai