BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Indonesia sendiri, angkanya dapat lebih tinggi karena iklim tropis, polusi, kebiasaan hidup,
serta penggunaan penutup kepala seperti jilbab maupun helm yang dapat memengaruhi
permasalahan kulit kepala selaku media pertumbuhan rambut. Gangguan kulit kepala seperti
sensitif, berminyak dan berketombe, yang mengganggu pertumbuhan rambut secara normal
seringkali terjadi. Kerontokan rambut pun menjadi permasalahan kulit kepala lebih serius.
Rambut yang rontok antara 30-40 helai perhari masih tergolong normal,
dan rambut yang rontok tersebut akan segera tergantikan dengan rambut baru
yang tumbuh di tempat yang sama dengan yang rontok sebelumnya. Akan tetapi
jika rambut yang rontok tersebut lebih dari 50 helai sehari, berarti ada masalah
dengan rambut.
Sampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan
tegangan permukaan kulit kepala sehingga dapat membersihkan kotoran di kulit kepala.
Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Dalam pengertian
ilmiahnya sampo didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut
dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai.
Sampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air dengan
tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi
rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua sampo berupa cairan
atau digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering berupa serbuk yang tidak
menggunakan air yang biasanya digunakan untuk hewan peliharaan.
Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi sebagai
surfaktan, agen pembusa dan penstabil, pengeruh, pemodifikasi viskositas, dan pengawet.
Bahan-bahan dalam sampo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana kosmetik
perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan peran yang spesifik, oleh
karena itu dalam percobaan kali ini dibuat sediaan shampoo dengan rancangan formulasi
yang terdiri atas bahan-bahan yang mempunyai fungsi yang telah disebutkan.
a.
b.
c.
1.3 Tujuan
a.
c.
1.4
Manfaat
a.
b.
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Shampo
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas
rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapa
mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur, dan berkilau.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan di atas, shampoo harus
memiliki sifat berikut:
1.
2.
3.
4.
Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh
menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus
tetap konstan, shampoo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun
jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke
dalamnya.
(Panitia Formularium Kosmetika Indonesia, 1985)
Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer
biasanya
digunakan
natrium
karbonat,
natrium
bikarbonat,
natrium
Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental.
Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan
dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein,
shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry.
3.
yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan
malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan
dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4.
Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo
ini meliputi viskositas, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam
fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang
ditetapkan pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 1,0 %, tetapi umumnya
berkadar 0,5 %.
2.
denganair, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan
dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya,
bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut
akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya
tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar
dan menjadi fase kontinu.
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat
golongan
yaitu:
1.
Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,
garam sulfonat asam lemak rantai panjang.
2.
Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil
ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
3.
asam
lemak,
polietilena
alkil
amina,
glukamina,
alkil
dasar
shampoo,
minyak
kastor
tersulfonkan
sebagai
contoh,
Oleum Cocos
Nama Lain
: Cocos nucifera
Famili
: Palmae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Gliserid dari asam laurat, asam miristinat, asam
kaprilat, asam oleat, asam palmitat, asam kaprat,
asam stearat, asam kaproat
Penggunaan
Sedian
Pemerian
Cara memperoleh
: Minyak
kelapa
yang
diperoleh
dengan
(daging
buah
kelapa
yang
telah
normal alkil sulfat primer, terutama terdiri dari natrium dodekil sulfat.
Mengandung tidak kurang dari 5% natrium alkil sulfat, dihitung sebagai
C12H25OSO3Na.
Pemerian
Warna
Bau
Kelarutan
Sinonim
Formula empiris
: C12H25NaO4S
BM
: 288.38
Titik leleh
: 204-207 0C
Khasiat
Stabilitas
10
Inkompatibilitas
Keamanan
f.
Asam Oleat
Sinonim
: Asam oleat
Rumus molekul
: C18 H34O2
Berat molekul
: 282,47
Fungsi
: Emulsifying agent
Kelarutan
OTT
g.
Trietanolamin
Sinonim
: TEA
Rumus molekul
: C6H15NO3
Berat molekul
: 149,19
Fungsi
: Agen pengelmusi
pH
: 10,5
Kelarutan
dalam
kloroform.
OTT
d.
Sinonim
: Nipagin
Rumus molekul
: C8H8O3
Berat molekul
: 153,13
Fungsi
Pemerian
11
Kelarutan
OTT
e.
: Surfaktan nonionik
Setil alkohol
Sinonim
: Setil alkohol
Rumus molekul
: C16H34O
Berat molekul
: 242,44
Fungsi
OTT
f.
Asam stearat
Sinonim
: Asam stearat
Rumus molekul
: C 15H36O2
Berat molekul
: 284,47
Fungsi
Pemerian
Kelarutan
tetraklorida,
g.
Oleum Rosae
Nama Lain
Keluarga
: Rosaceae
: Bahan pewangi
Pemerian
12
Penyimpanan
13
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerusakan
pada
Rambut dan kulit
kepala;
ketombe
rambut rontok
psoriasis
alopecia
kulit kepala berjerawat
Faktor Internal:
Keturunan
Hormon
Stres
Penyakit
Shampoo untuk
mengatasi
masalah rambut
dan kulit kepala
Faktor Eksternal:
Gaya rambut
Bahan kimia
Radikal bebas
Lingkungan
Minyak kelapa:
secara esensial digunakan sebagai
penyubur
rambut,
logisnya
diformulasikan ke dalam tipe
emulsi
14
Formula
sampo
minyak
kelapa
dibuat:
Minyak kelapa
SLS
Asam oleat
TEA
Metil paraben
asam Sitrat
FD Red
oleum Rose
NaCl
setil alkohol
krim
yang
Evaluasi Sediaan:
Organoleptis
pH sediaan
Viskositas dan sifat alir
Tinggi dan kestabilan
busa dalam air suling dan
air sadah
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
a.
Batang pengaduk
b.
Botol sampo
c.
Cawan porselin
d.
Corong kaca
e.
f.
g.
Hot plate
h.
Kaca arloji
i.
j.
Sendok tanduk
k.
Spatel logam
l.
Timbangan analitik
4.1.2 Bahan
a.
Aluminum foil
b.
Aquadest
c.
Asam oleat
d.
Asam sitrat
e.
Minyak kelapa
f.
g.
Metil paraben
h.
Oleum rosae
i.
Setil alkohol
j.
Sodium klorida
k.
l.
Trietanolamin (TEA)
16
Ditambahkan TEA
dan oleum rosae
Dihomogenkan dan
ditambahkan sisa air
b.
Dimasukkan ke
dalam botol
Evaluasi sediaan
17
c.
Dicampurkan metil paraben, minyak kelapa, setil alkohol dan asam oleat
dalam gelas kimia hingga homogen.
d.
Dilarutkan asam sitrat dalam setengah sisa air di dalam gelas kimia
kemudian ditambahkan TEA dan oleum rosae, di aduk hingga homogen
e.
Dicampurkan bahan (c) dan bahan (d) kemudian ditambahkan pewarna dan
SLS yang telah dilarutkan dalam sedikit sisa air. Diaduk hingga homogen.
f.
g.
h.
18
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
selaku
19
rambut
rontok,
menghilangkan
ketombe
dan
mempercepat
lauril
sulfat
merupakan
deterjen
yang
berfungsi
untuk
20
Asam oleat dan TEA berfungsi sebagai surfaktan jenis surfaktan ini adalah
surfaktan amfoterik dimana surfaktan adalah bahan aktif sampo yang berupa
deterjen pembersih sintesis yang cocok untuk kondisi rambut pemakai. Deterjen
bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan cairan karena bersifat
amfifilik, sehingga dapat melarutkan kotoran yang melekat pada permukaan
rambut. Biasanya digunakan lebih dari satu surfaktan dalam sampo, yang utama
disebut surfaktan primer, selebihnya adalah surfaktan pelengkap atau sekunder.
Surfaktan yang dipilih dapat dari golongan yang sama atau dari golongan
surfaktan lain.
Metil paraben digunakan sebagai pengawet pada sediaan formulasi sampo
ini. Tujuan dari penggunaan pengawet adalah sebagai penjaga agar sediaan tetap
aman dari mikroorganisme yang dapat merusak dari kestabilan sampo dan
akhirnya menurunkan kualitas dari sampo tersebut.
Asam sitrat pada formulasi sampo ini berfungsi sebagai sesquestering
agent. Sesqueatering agent atau bahan pengkelat adalah bahan pengikat ion Ca,
Mg dan lainlain yang mungkin ada dalam air sadah sehingga ion tersebut tidak
mengendap sehingga bentuk organoleptik dari sampo tetap terlihat baik.
Sodium klorida digunakan sebagai peningkat viskositas pada formulasi
sampo ini. Sodium klorida yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier,
jadi sodium krorida ini akan memperbaiki struktur polimer sehingga viskositas
dari sampo menjadi lebih baik.
Setil alkohol digunakan sebagai pengental (thickener) dan pengeruh
(opacifier). Bahan ini ditambahkan untuk menyenangkan konsumen, bahan ini
tidak menggambarkan daya bersih dan konsentrasi bahan aktif dalam sampo.
FD&C Red 40 digunakan sebagai pemberi warna merah pada sampo.
Sedangkan oleum rosae digunakan sebagai pewangi dalam formulasi sampo.
Kedua bahan ini ditambahkan untuk memberi kesan nyaman bagi konsumen yang
memakai.
Langkah pertama pada formulasi pembuatan sediaan sampo adalah
dilakukannya penimbangan bahan. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian fase
minyak dan fase air yang digunakan dalam formulasi sediaan sampo. Fase
21
minyak terdiri atas metil paraben, minyak kelapa, setil alkohol dan asam oleat
dilebur diatas penangas air dengan suhu 80C dan diaduk dengan kecepatan
konstan tujuannya agar tidak terjadi pembusaan terlebih dahulu.
Fase air yang digunakan pada formulasi sediaan sampo ini adalah asam
sitrat dan aquadest. Kemudian secara perlahan-lahan dimasukkan fase minyak
yang telah larut dalam pemanasan. Selanjutnya ditambahkan TEA dan oleum
rosae digerus hinggu homogen dan ditambahkan pewarna serta sodium lauril
sulfat dan sisa aquades digerus hingga homogen dan dimasukkan ke dalam
sediaan sampo yang telah siap.
Dalam proses pembuatan sampo, perlu diperhatikan pengadukan dan suhu
pemanasan. Pencampuran Na lauril sulfat dengan air dilakukan perlahan-lahan.
Penambahan bahan-bahan lain dilakukan dalam kondisi pemanasan. Suhu
pemanasan dijaga agar tidak terlalu besar atau tidak terlalu rendah. Selama
proses, suhu diusahakan konstan, kira-kira 80oC. Pengadukan selama
pencampuran sebisa mungkin konstan, tidak dengan pengadukan keras, agar tidak
terbentuk busa yang berlebihan.
Hasil sediaan yang diperoleh kemudian dilakukan evaluasi secara
organoleptik dan didapatkan hasil sediaan sampo berwarna merah muda jernih,
beraroma mawar dengan konsistensi kental semi cair. Dalam sampo tersebut
tidak terdapat busa yang berlebihan. Hasil evaluasi organoleptik sudah sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan. Sediaan sampo yang dihasilkan perlu diuji
kemampuan membusa dan pengukuran stabilitas busa.
Busa adalah dispersi gas dalam suatu cairan. Busa terbentuk selam
pengguanaan bahn pembersih dan merupakan efek samping yang tidak begitu
penting tetapi sangat diinginkan konsumen. Sebab konsumen mempunyai
anggapan bahwa dengan busa yang melimpah akan menambah aksi dalam
membersihkan. Sebenarnya busa tidak dapat digunakan sebagai ukuran aksi atau
daya membersihkan, misalnya surfaktan non ionik memberikan reaksi
pembersihan yang baik dengan sedikit atau tanpa busa. Metode yang umum
diguanakan untuk mengukur tinggi busa dan stabilitas adalah dari Rose Miles.
22
Dari hasil uji pengukuran stabilitas busa, sampo mampu menghasilkan busa yang
stabil karena perbedaan tinggi busa per waktu tidak jauh berbeda.
23
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a.
b.
Sampo dibuat dengan cara pengadukan yang sederhana, kadang perlu disertai
peningkatan suhu agar mudah tercampur dan menurunkan viskositas sampo
pada saat pencampuran
c.
6.2 Saran
Kelarutan dari masing-masing bahan harus diperhatikan, terutama dalam
pemilihan surfaktan sehingga sediaan bisa bercampur dengan baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
C. Rowe, Raymond, Paul J. Sheskey and Sian C. Owen. 2006. Handbook of
pharmaceutical exsipients, 5th edition. Pharmaceutical press and American
Pharmacists Association: USA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Genaro, R.A., 1990, Rhemingtons Pharmaceutical Science, 18th ed. Mack
Printing: Easton, Pennsylvania, USA.
Jatmika, A. 1998. Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan
Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan. Warta Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, 6 (1) : 31- 37.
Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan. 2010. Evaluation Of Prepared
Shampoo Formulation and to Compare Formulated Shampoo with
Marketed Shampoos. International Journal of Pharmaceutical Sciences
Review and Research, Volume 3, Issue 1, July August 2010; Article
025.
Panitia Formularium Kosmetika Indonesia. 1985. Formularium Kosmetik
Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.