Anda di halaman 1dari 121

FORMULASI DAN PEMBUATAN EYE SHADOW TIPE

COMPACT POWDER EKSTRAK UBI JALAR UNGU


(Ipomoea batatas L.)

Oleh :
DIAN RETNO WATI
NIM : 1748401036

LAPORAN TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2020
FORMULASI DAN PEMBUATAN EYE SHADOW TIPE
COMPACT POWDER EKSTRAK UBI JALAR UNGU
(Ipomoea batatas L.)

Laporan Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Pada Program Diploma III Farmasi Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang

Oleh :
DIAN RETNO WATI
NIM : 1748401036

LAPORAN TUGAS AKHIR


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
Laporan Tugas Akhir, Juni 2020

Dian Retno Wati

Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi
Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

xvii+118 halaman, 11 tabel, 16 gambar, 11 lampiran

ABSTRAK

Pada tahun 2018, BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal
dan dan/atau mengandung bahan dilarang (BD)/bahan berbahaya (BB) antara lain
pewarna berbahaya atau pewarna sintesis yang disalahgunakan pada sediaan tata
rias yang dapat menyebabkan kanker, kelainan pada janin, dan iritasi kulit.
Pewarna alami merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan, maka ekstrak
ubi jalar ungu dapat digunakan sebagain pewarna alami dalam eye shadow. Ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan bahan pengganti pangan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung pigmen antosianin.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi
konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Kemudian masing-masing
konsentrasi dilakukan evaluasi mutu eye shadow tipe compact powder meliputi uji
organoleptis, homogenitas, efektivitas (oles), kekerasan dan kesukaan. Penelitian
yang dilakukan bersifat eksperimental. Hasil evaluasi dianalisis menggunakan
analisa univariat.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi
konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% memiliki peningkatan warna
mulai dari putih keunguan hingga ungu tua; berbau khas; dan memiliki tekstur
yang halus. Semua konsentrasi memiliki susunan yang homogen. Pada konsentrasi
5%-20% memiliki efektivitas pada saat pengolesan yang baik, dan pada
konsentrasi 10%-30% memiliki kekerasan yang baik yaitu tidak mudah pecah
serta pada uji kesukaan eye shadow tipe compact powder yang paling disukai
adalah formula eye shadow tipe compact powder konsentrasi tertinggi yaitu 30%.

Kata Kunci : Formulasi, Pembuatan, Eye shadow, Compact powder, Ekstrak


Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

iii
POLYTECHNIC OF HEALTH
TANJUNGKARANG PHARMACEUTICAL
DEPARTMENT Final Project Report, June 2020

Dian Retno Wati

Formulation and Making of Eye Shadow Type of Compact Powder


Purple Sweet Potato Extract (Ipomoea batatas L.)

xvii+118 pages, 11 tables, 16 images, and 11 attachments

ABSTRACT

In the year of 2018, BPOM RI found 112 billion rupiah of illegal


cosmetics and and / or contained prohibited substances (BD) / hazardous
substances (BB) including dangerous dyes or synthetic dyes that were misused on
cosmetology preparations that could cause cancer, fetal abnormalities, and skin
irritation. Natural dyes are an alternative that can be used, so purple sweet potato
extract can be used as a natural coloring in eye shadow. Purple sweet potato
(Ipomoea batatas L.) is a food substitute that can be used as a coloring agent
because it contains anthocyanin pigments.
This study aims to obtain a formulation of eye shadow type of compact
powder extract of purple sweet potato (Ipomoea batatas L.) with variations in the
concentration of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% and 30%. Then each
concentration was evaluated on the quality of the compact powder type eye
shadow including organoleptic test, homogeneity, effectiveness (topical),
hardness and preference. The research conducted is experimental. Evaluation
results were analyzed using univariate analysis.
The results obtained showed that the eye shadow type of compact powder
of purple sweet potato extract (Ipomoea batatas L.) with variations in the
concentration of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% and 30% had an increase in
color ranging from white purple to deep purple; special smell; and has a smooth
texture. All concentrations have a homogeneous arrangement. At a concentration
of 5% -20% it has effectiveness at the time of good application, and at a
concentration of 10% -30% has a good hardness that is not easily broken and in
the preference test for compact powder type eye shadow the most preferred is the
formula for compact powder type eye shadow the highest concentration is 30%.

Keywords : Formulation, Making , Eye shadow, Compact powder, Sweet


Potato Extract Purple Sweet Potato (Ipomoea batatas L.)

iv
BIODATA PENULIS

Nama : Dian Retno Wati


NIM : 1748401036
Tempat/Tanggal Lahir : Merbau Mataram, 13 Oktober 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Mahasiswa : Reguler
Alamat : Jl. Raya Suban, Hargosari II, Kel. Merbau
Mataram, Kec. Merbau Mataram,
Lampung Selatan, Lampung

Riwayat Pendidikan
TK (2003 - 2005) : TK Dharma Pertiwi Merbau Mataram
SD (2005 - 2011) : SD Negeri 1 Merbau Matarm
SMP (2011 - 2014) : SMP Negeri 2 Merbau Mataram
SMA (2014 - 2017) : SMA Negeri 1 Tanjung Bintang
DIII (2017-2020) : Poiteknik Kesehatan Tanjungkarang
Jurusan Farmasi.

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

“Formulasi Dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder


Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)”

Penulis

Dian Retno Wati/NIM: 1748401036

Telah di periksa dan disetujui pembimbing Laporan Tugas Akhir Program


Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi.

Bandar Lampung, 15 Januari 2020

Tim Pembimbing LTA

Pembimbing I

Indra Gunawan, M.Sc.


NIP. 198306242014021001

Pembimbing II

Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si.


NIP. 197405091999032002

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir

“Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder


Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)”

Penulis

Dian Retno Wati/NIM: 1748401036

Diterima dan disah kan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Farmasi, sebagai persyaratan
menyelesaikan pendidikan Diploma III.

Tim Penguji

Dra. Dias Ardini, Apt., MTA.


Ketua

Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si.


Anggota

Indra Gunawan, M.Sc.


Anggota

Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Tanjungkarang

Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes.


NIP. 19650207199910112001

vii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : Dian Retno Wati
NIM : 1748401036
Program Study/ Jurusan : D III/ Farmasi

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Laporan Tugas Akhir yang berjudul:

“Formulasi dan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak


Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Juni 2020

Dian Retno Wati

viii
MOTTO

“Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi


ketakutan yang telah membuat kita sulit, karena itu jangan
pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah
menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakan pada Allah
aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah
aku punya Allah”
(Ali bin Abi Thalib)

ix
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur yang berlimpah ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya serta kemudahan dalam setiap langkahku, menjadi tempat memohon dan mencurahkan segala isi hati dan keluh
kesah dalam menjalani kehidupan ini, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini yang akan ku persembahkan untuk :

Bapak dan ibu ku tercinta, tersyang, tersegala-galanya yaitu yang telah memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, mokesabaran dan pengorbanan yang selalu kalian berikan kepadaku serta jasa-jasa kalian yang tak terhingga.
Sampai saat ini mungkin ku belum mampu berbuat lebih untuk membahagiakan kalian, biarkanku tuk tetap terus berdoa
dan berusaha agar suatu saat nanti dapat membahagiakan kalian seperti kalian membahagiakanku hingga saat ini. Dan kelak
kalian tersenyum bangga melihat keberhasilanku berkat usaha dan doa kalian yang selalu menyertaiku, Aamiin…..

Ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku, jauhkan mereka dari azab kubur dan api neraka, berilah selalu kesehatan kepada mereka, serta keselamatan
di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin Ya Rabbal Alamin……

Untuk Mamas dan mba ku tersayang, terimakasih atas kasih sayang, dukungan, bantuan dan semangatnya. Semoga ku
bisa menjadi adik yang membanggakan untukmu dan semoga kita dapat menjadi harapan, kebanggan, dan anak yang berbakti
kepada bapak dan ibu. Untuk keponakanku yang lucu sekaliii, yang selalu memberikan semangat dengan tingkah lucu dan
menggemaskanmu serta selalu membuat tawa untukku..
My best friend kuliah terterterr…..Yoke yang gk bisa jauh dariku ,

sahabat berangkat kuliah, di kosan, pas tidur, apalagi makan, pokoknya ape-ape kalo bisa berdua dah terimakasih atas
dukungan, dan semangatnya ya sebenarnya dia juga perlu penyemangat. Walaupun kadang suka atau banyak
menyebalkannya tapi aku sayang kamu. Banyak keluh kesah yang mungkin kuceritakan padanya begitupun sebaliknya.

x
Terimakasih kepada Pembimbing Utama Bapak Indra Gunawan, M. Sc., Pembimbing Kedua Ibu Ani Hartati, S. Si.,
Apt., M. Si., Penguji Ibu Dra. Dias Ardini yang telah meluangkan waktunya, bimbingan, saran, masukan, arahan dan ilmu yang
telah diberikan selama penyusunan LTA ini, Dosen dan Staff Farmasi yang telah sabar mendidik, mengajarkan banyak hal,
dan memberikan tauladan yang baik, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan di Jurusan Farmasi. Semoga semua
ilmu yang Bapak/Ibu berikan dapat bermanfaat dan menjadi berkah di kehidupan saya. Aamiin…..

Untuk sahabat-sahabat BRS ( Bocah Rantau Squad) = Srik, Rohmiyani, Yoke, Milea, Pialala, Umi, Eka, Devi, Nova, Hawa yang selalu
tak henti-hentinya ghibah time terimakasih untuk semua-muanya, waktu, motivasi, semangat, dukungan, canda-tawa, keluh kesah curhatan,
dan pemikiran yang gk selalu sama dan masih banyak lagi momen kebersamaan yang mungkin gk bakal dilupain dan gk bisa disebutin satu-
satu…....ILY

Teruntuk teman-teman sealmamater dan seperjuangan yang juga berjuang tuk gelar Amd. Farm., semua anak Farmasi’17
yang telah menjadi bagian dalam cerita dan kenangan hidupku. Terimakasih atas semangat, saran, canda tawa dan kontroversi” yang
mungkin ada selama 3 tahun ini dan diujung kelulusan kita bersamaan dengan adanya pandemi covid-19 yang membuat kita disebut-
sebut sebagai lulusan jalur corona. Tetap semangat dan berjuang gapai cita-cita kalian setinggi mungkin dan kelak kita semua bisa
menjadi orang-orang sukses yang diberkahi dan diridhoi serta berguna bagi kedua orang tua, keluarga, sahabat, dan semua orang,

Aamiin…

xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin.
Segala puji serta syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Fomulasi dan
Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.) .
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat disusun
atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui Laporan
Tugas Akhir ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
2. Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
3. Ibu Dra. Dias Ardini, Apt., M. TA. selaku dosen penguji, penulis
mengucapkan terimakasih telah memberikan arahan , dan masukan untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Indra Gunawan, M. Sc. selaku dosen pembimbing utama, penulis
mengucapkan terimakasih untuk setiap waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran
yang diluangkan dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Ibu Ani Hartati, S. Si., Apt., M. Si. selaku dosen pembimbing pendamping,
penulis mengucapkan terimakasih juga selalu memberikan bimbingan,
arahan, dan masukan untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Segenap panitia LTA, serta staff dan karyawan di Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang dan semua rekan mahasiswa/i Jurusan Politeknik
Kesehatan Farmasi Tanjungkarang serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam


penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

xii
saran demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juni 2020

Dian Retno Wati

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR SAMPUL LUAR...........................................................................................i
LEMBAR SAMPUL DALAM......................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................................iii
BIODATA PENULIS........................................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................vii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................viii
MOTTO..................................................................................................................................ix
PERSEMBAHAN...............................................................................................................x
KATA PENGANTAR......................................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kosmetik.....................................................................................................8
B. Kosmetik rias/dekoratif..........................................................................9
C. Kulit..............................................................................................................11
D. Eye Shadow................................................................................................12
E. Compact powder.......................................................................................14
F. Tanaman Ubi Jalar Ungu........................................................................14
G. Ekstraksi.....................................................................................................19
H. Formulasi Eye Shadow Compact powder.........................................21
I. Bahan Pembuatan Eye Shadow Compact powder...........................22
K. Evaluasi Eye Shadow Compact powder............................................23
K. Kerangka Teori.........................................................................................26
L. Kerangka Konsep.....................................................................................27
M. Definisi Operasional...............................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian..............................................................................31
B. Subjek Penelitian......................................................................................31
C. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................31
D. Alat dan bahan..........................................................................................32
E. Prosedur Kerja Penelitian......................................................................32

xiv
F. Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact powder 35
G. Alur Penelitian 37
H. Pengumpulan Data 38
I. Pengolahan dan Analisis Data 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil..........................................................................................................40
B. Pembahasan............................................................................................49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.............................................................................................55
B. Saran.........................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Definisi Operasional.............................................................................28

Tabel 3.1 Formula Eye Shadow Compact powder dengan Ekstrak

Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam % 34

Tabel 3.2 Formula Eye Shadow Compact powder dengan Ekstrak

Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) Sediaan 5 gram 34

Tabel 4.1 Hasil Uji Antosianin Ekstrak Ubi Jalar Ungu.................................41

Table 4.2 Hasil Uji Organoleptik (Warna) Eye Shadow Tipe Compact

Powder.......................................................................................................41

Table 4.3 Hasil Uji Organoleptik (Bau) Eye Shadow Tipe Compact

Powder.......................................................................................................43

Table 4.4 Hasil Uji Organoleptik (Tekstur) Eye Shadow Tipe Compact

Powder.......................................................................................................44

Table 4.5 Hasil Uji Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder....45

Table 4.6 Hasil Uji Efektivitas (Oles) Eye Shadow Tipe Compact

Powder.......................................................................................................46

Table 4.7 Hasil Uji Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder..........47

Table 4.5 Hasil Uji Kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder............49

xvi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kosmetik Dekoratif..........................................................................9

Gambar 2.2 Mata......................................................................................................12

Gambar 2.3 Eye Shadow.........................................................................................13

Gambar 2.4 Tanaman Ubi Jalar Ungu................................................................15

Gambar 2.5 Struktur Dasar Antosianin..............................................................17

Gambar 2.6 Metode Ekstraksi...............................................................................19

Gambar 2.7 Kerangka Teori..................................................................................26

Gambar 2.8 Kerangka Konsep..............................................................................27

Gambar 3.1 Alur Penelitian...................................................................................37

Gambar 4.1 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Warna)...............42

Gambar 4.2 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Bau)....................43

Gambar 4.3 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Tekstur).............44

Gambar 4.4 Grafik Presentase Pengujian Homogenitas................................45

Gambar 4.5 Grafik Presentase Pengujian Efektivitas (Oles)........................46

Gambar 4.6 Grafik Presentase Pengujian Kekerasan.....................................48

Gambar 4.7 Grafik Presentase Pengujian Kesukaan.......................................49

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Kerja Pembuatan Serbuk Simplisia Ubi Jalar Ungu

Lampiran 2 Skema Kerja Maserasi Simplisia Ubi Jalar Ungu

Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder

Lampiran 4 Perhitungan Penimbangan Bahan Lampiran 5

Dokumentasi Pembuatan Serbuk Simplisia Lampiran 6

Dokumentasi Pembuatan Ekkstrak Lampiran 7

Dokumentasi Pengujian Antosianin

Lampiran 8 Dokumentasi Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder

Lampiran 9 Dokumentasi Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact Powder

Lampiran 10 Lembar Pengumpulan Data Lampiran 11 Lembar Pengolahan Data

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(Permenkes RI No.1176/2010:I:1(1)).
Kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dapat digolongkan menjadi 2
yaitu, kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) dan kosmetik riasan
(dekoratif atau makeup). Jenis kosmetik dekoratif diperlukan untuk merias
dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri
(self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi
sangat besar (Tranggono & Latifah, 2007:8).
Pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Masyarakat terutama kaum wanita, semakin sadar akan pentingnya kosmetik
sebagai kebutuhan sehari-hari. Tren penggunaan kosmetik yang semakin
berkembang akan berpengaruh pada semua jenis kosmetik, salah satunya eye
shadow. Eye shadow pun semakin berkembang seiring perkembangan zaman.
Banyak gaya dan warna baru yang di cetuskan para ahli rias dan menjadi tren
yang diikuti masyarakat.
Eye shadow adalah bagian dari kosmetik yang digunakan sebagai perona
mata. Eye shadow memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian
yang hati-hati karena dikenakan pada kulit dekat mata, biasanya pada kelopak
mata atas (Tranggono & Latifah, 2007: 96). Wanita sangat senang mewarnai
kelopak mata dengan eye shadow, karena eye shadow akan memberikan
kesan mata lebih menonjol dan menarik dengan adanya warna, bayangan dan
efek berkilau pada mata.

1
2

Tren adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap orang di setiap
pergantian tahun. Dalam dunia kecantikan, tren sudah menjadi kiblat yang
pasti akan diikuti oleh semua pencinta kosmetik. Adapula warna-warna yang
diprediksi menjadi tren di dunia kecantikan (Suaramerdeka, 2019:1).
Prediksi tren makeup 2020 menurut Dhirman Putra untuk riasan mata
maupun pilihan warna lipstik nampaknya sudah tidak akan menampilkan
warna bold / warna-warna yang berani. Bold sudah lewat, sekarang lebih ke
warna-warna natural (Stylo.ID, 2019:2). Menurut prediksi dan pandangan
makeup artis profesional Archangela Chelsea tentang eye shadow, pada tahun
2020 banyak penggunaan tren smokey eyes (tampilan mata yang lebih intense
dan dramatis) tetapi tetap menggunakan warna yang natural. Warnanya lebih
bold tapi bukan merah atau hitam. Warna yang akan tren ialah ungu, ungu
tua, cokelat dan abu-abu. Sehingga efek yang timbul saat diaplikasikan
menjadi smokey eyes (Tribunpontianak, 2019:2).
Melihat peluang bisnis yang besar dalam dunia kosmetik, banyak oknum
tidak bertanggungjawab membuat dan menjual kosmetik palsu dengan harga
yang jauh lebih murah dari produk aslinya. Dalam Siaran Pers Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menyatakan bahwa selama
tahun 2018, BPOM RI menemukan 112 miliar rupiah kosmetik ilegal dan
dan/atau mengandung bahan dilarang (BD)/bahan berbahaya (BB) serta 22,13
miliar rupiah obat tradisional (OT) ilegal/atau mengandung bahan kimia obat
(BKO).
Berdasarkan Public Warning/Peringatan No. B-HM.01.01.1.44.11.18.
5410 tanggal 14 November 2018 tentang kosmetik mengandung bahan
berbahaya temuannya di dominasi oleh produk kosmetik yang mengandung
merkuri, hidrokinon, asam retinoat, timbal dan pewarna dilarang merah K3
(Cl 15585) serta rhodamin B. Sebagai contoh merah K3 dan Rhodamin B
yang sering disalahgunakan pada sediaan tata rias (eye shadow, lipstik,
perona pipi) yang merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan
sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Resiko yang ditimbulkannya
antara lain dapat menyebabkan kanker (karsinogenik), kelainan pada janin
(teratogenik), dan iritasi kulit (BPOM, 2018).
3

Maraknya penggunaan zat warna pada era teknologi seperti saat ini
menyebabkan banyaknya sintesis-sintesis zat warna yang mempunyai
keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai
kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan lebih
murah. Adanya pewarna sintetik dapat mengurangi kelemahan dari zat warna
alami, antara lain tidak stabil, konsentrasi pigmen rendah, keseragaman
warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik
(Paryanto dkk, 2012:1).
Pewarna sintesis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
pewarna alami, namun demikian penggunaan pewarna sintesis dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan serta berpengaruh kurang
baik terhadap semua bentuk kehidupan. Sedangkan penggunaan pewarna
alami juga memiliki beberapa keuntungan disamping aman dan mewarnai
produk pangan, beberapa diantaranya juga dapat sebagai pengawet,
penghambat sintesis aflatoksin, suplemen vitamin dan anti kanker, serta
penurun kolesterol dalam darah. Kepedulian terhadap kesehatan dan
lingkungan menjadikan pewarna alami sebagai alternatif utama pengganti
pewarna sintesis (Lestari, 2015:1-13).
Menyadari berbagai kelemahan yang disebabkan oleh pemakaian
pewarna sintetis yang mengandung bahan berbahaya, penggunaan pewarna
alami merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan karena dianggap
lebih aman. Pewarna alami ini dapat di peroleh dari tumbuhan, hewan
maupun mineral-mineral yang ada di alam. Indonesia sendiri memiliki
kekayaan alam yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan sebagai pewarna
alami. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang berpotensi dikembangkan
sebagai zat warna alami adalah ubi jalar ungu.
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) merupakan bahan pengganti pangan
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung pigmen
antosianin didalamnya (Winarti, dkk, 2008:1). Antosianin merupakan
pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.
Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air bertanggung jawab terhadap
4

warna merah, biru dan warna ungu bunga, buah dan sayuran (Warner,
2015:165).
Penelitian yang dilakukan oleh Winarti, dkk, 2008 tentang ekstraksi dan
stabilitas warna ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami
menyebutkan bahwa pada ekstraksi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
menggunakan perbandingan pelarut etanol : asam asetat : air = 25 : 1 : 5
dengan pH pelarut 6,80 dan polaritas 32,77 menghasilkan ekstrak warna dari
ubi jalar ungu (konsentrasi antosianin) tertinggi yaitu 1,3170 mg/100 gr.
Menurut penelitian Ermawati, Chasanah, dan Hidayah, 2017 tentang
formulasi sediaan lipstik ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
menyebutkan bahwa warna yang dihasilkan mulai dari merah, ungu muda,
ungu hingga ungu tua. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai pewarna alami
juga pernah dilakukan oleh Pinesti, 2013 dalam formulasi sediaan lipstik
mendapatkan hasil lipstik yang berwarna ungu pucat dan ungu.
Penelitian tentang lipstick cair yang mengandung ekstrak ubi jalar ungu
sebagai pewarna alami oleh Hardiyantri dan Pratama menyatakan bahwa hasil
organoleptis menunjukkan formula lipstik cair menghasilkan warna merah
keunguan. Tidak hanya pada kosmetik, ubi jalar ungu dimanfaatkan sebagai
pewarna alami namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati,
Maryanti dan Sentari, 2012 tentang aplikasi ekstrak ubi jalar ungu sebagai
pewarna alami tahu menyatakan bahwa adanya penyerapan zat warna yang
dapat dilihat dari tahu yang semula berwarna putih menjadi ungu.
Telah ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai
formulasi eye shadow dengan pewarna alami diantaranya pada tahun 2018
oleh Dwiwulandari dkk mengenai formulasi sediaan eye shadow
menggunakan ekstrak air buah jamblang (Syzygium cumini) dalam bentuk
compact powder disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi 20%, 25% dan
30% ekstrak buah jamblang berpengaruh pada hasil uji mutu fisik dan pada
warna yang dihasilkan pada formula dengan ekstrak 30% ialah warna yang
sangat disukai. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap, 2018 tentang
formulasi sediaan eye shadow compact powder ekstrak buah seduduk
(Melastoma malabathricum L.) sebagai pewarna menyatkan bahwa dari hasil
5

pengamatan sediaan menunjukkan sediaan yang dibuat stabil, memiliki warna


ungu dengan bentuk padat dan bau yang khas. Mulai dari ekstrak 3%, 5%,
7%, 9% dan 11% ekstrak buah seduduk sudah memberikan warna. Penelitian
oleh Bunga dan Vera pada tahun 2019 mengenai formulasi pembuatan
sediaan eye shadow dari ekstrak bunga kecombrang dapat disimpulkan bahwa
sediaan ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 15%, 17,5%, 20%,
22,5% dan 25% baik digunakan sebagai sediaan eye shadow.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan ubi jalar ungu sebagai
pewarna alami dalam sediaan eye shadow dengan judul “ Formulasi Sediaan
eye shadow tipe compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
L.) sebagai Pewarna “ dengan variasi konsentrasi.

B. Rumusan Masalah
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) memiliki kandungan antosianin yang
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang diharapkan menghasilkan
warna ungu pada sediaan. Sekarang ini banyak beredar kosmetik yang
mengandung bahan pewarna sintesis berbahaya. Masyarakat sekarang pun
banyak yang belum paham akan bahaya dari pewarna sintetis. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang menjadi landasan
peneliti adalah apakah ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dapat
diformulasikan dan dibuat ke dalam sediaan eye shadow tipe compact powder
yang menghasilkan warna ungu seperti penelitian sebelumnya mengenai
formulasi dengan pemanfaatan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai
pewarna alami namun dengan sediaan yang berbeda.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui apakah eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami dapat menghasilkan warna ungu
pada sediaan, dapat dibuat dan memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur
yang berlaku (SNI, 1998).
6

2. Tujuan khusus
a. Mengatahui sifat organoleptik eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
b. Mengetahui homogenitas eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
c. Mengetahui efektivitas (oles) eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
d. Mengetahui kekerasan eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30% sebagai pewarna.
e. Mengetahui kesukaan terhadap panelis dari eye shadow tipe compact powder
ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%,
15%, 20%, 25% dan 30% sebagai pewarna.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah di dapat selama menjalani perkuliahan di Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang khususnya dalam ilmu farmasetika.

2. Bagi institusi
Menambah khasanah informasi bagi mahasiswa di Jurusan Farmasi Poltekkes
Tanjungkarang terutama untuk pengayakan mata kuliah farmasetika dan
formulasi eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.) sebagai pewarna dengan variasi konsentrasi.

3. Bagi masyarakat
Memberikan tambahan informasi tentang pemanfaatan zat warna alami dari
ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).
7

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian pembuatan eye shadow tipe compact
powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai pewarna alami
diekstraksi dengan metode maserasi kemudian diformulasikan dalam Eye
Shadow tipe compact powder dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 0%,
5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan dilakukan beberapa uji terhadap sediaan
eye shadow tipe compact powder berupa organoleptis, homogenitas,
kekerasan, efektivitas sediaan, dan uji kesukaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetika
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias dan mengatur. Menurut Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015
Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, dinyatakan bahwa definisi kosmetik
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian
luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau
melindugi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Per Ka BPOM No.
19/2015: I: 1(1)).
Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta , membagi
kosmetik menjadi beberapa macam :
1. Kosmetika Pemeliharaan dan perawatan, yang terdiri atas :
a. Kosmetika pembersih (cleansing)
b. Kosmetika pelembab (moisturizing)
c. Kosmetika pelindung (protecting)
d. Kosmetika penipis (thinning)
2. Kosmetika rias/dekoratif, yang terdiri atas :
a. Kosmetika rias kulit terutama wajah
b. Kosmetika rias rambut
c. Kosmetika rias kuku
d. Kosmetika rias bibir
e. Kosmetika rias mata
3. Kosmetika pewangi/parfum. Termasuk dalam golongan ini :
a. Deodoran dan antiperspiran
b. After shave lotion

8
9

c. Parfum dan cau de toilette

Penggunaan kosmetik yang tidak selektif dapat menyebabkan timbulnya


berbagai efek samping dari bahan yang digunakan dalam kosmetika. Oleh
karena itu dilakukan usaha untuk menanggulangi kemungkinan efek samping
kosmetika tersebut dengan berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik
yang akan digunakan. Salah satu penyebab resiko efek samping dari
kosmetika adalah zat warna yang digunakan (Wasitaatmadja, 1997:29).

B. Kosmetika Rias / Dekoratif


Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah untuk mempercantik diri
yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha
tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang
terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga
menutupi kekurangan (cacat) yang ada.
Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada tubuh yang dirias
dan tidak bermaksud untuk diserap kedalam kulit serta mengubah secara
permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas
bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak,
cair,minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil
dan parfum (Wasitaatmadja, 1997:122).

Gambar 2.1 Kosmetik Dekoratif


Sumber :
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/13/23471911/bpom-imbau-
kaum-milenial-tak-mudah-tergiur-kosmetik-branded-murah
10

Berdasarkan bangian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat


dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997:30) :
1. Kosmetik rias kulit (wajah)
2. Kosmetik rias bibir
3. Kosmetik rias rambut
4. Kosmetik rias mata
5. Kosmetik rias kuku

Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif, zat warna untuk kosmetik
dekoratif berasal dari berbagai kelompok (Tranggono dan Latifah, 2007:91) :
1. Zat Warna Alam yang larut
Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya
dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis,
tetapi kekuatan pewarnaanya relatif lemah, tak tahan caahaya, dan relatif
mahal. Misalnya alkalain-zat warna merah yang diekstrak dari kulit akal
alkana (Radix alcannae), klorofil daun-daun hijau, henna yang diekstrak dari
daun Lawsonia inermis.
2. Zat Warna Sintetis yang Larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, sekarang benzene,
toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai
produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering
disebut sebagai zat warna anilin atau coal-tar.
3. Pigmen-Pigmen Alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat
secara alamiah, misalnya alumunium silikat, yang warnanya tergantung pada
kandungan besi oksida atau mangan oksida. Zat warna ini murni, sama sekali
tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-krim dan make-up sticks.
Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya, dan pada pemanasan kuat
menghasilkan pigmen warna baru.
11

4. Pigmen-Pigmen Sintetis
Sejumlah zat warna asal coal-tar juga di klasifikasikan sebagai pigmen
sintetis. Daya larutnya dalam air, alkohol, dan minyak rendah sehingga
umumnya hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus.
Banyak pigmen sintetis yang tidak boleh digunakan dalam preparat kosmetik
karena toksis, misalnya cadmium sulfide dan prussian blue.
5. Lakes Alam dan Sintesis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang
larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya
sedemikian rupa (biasanya reaksi dengan kimia) sehingga produk akhirnya
menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau
pelarut lain.

C. Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Bagi perlindungan kulit fungsi mantek asam kulit cukup
penting, sehingga ia disebut “the first line barrer of the skin” (pelindungan
pertama kulit). Yang lebih berperan dalam fungsi “mantel asam” kulit bukan
pada segi keasamannya-meskipun ini penting dakam mencegah infeksi
mikroorganisme karena umumnya mikroorganisme tidak tahan dalam
lingkungan yang bersifat asam-tetapi lebih pada susunan bahan-bahannya,
terutama pada susanan asam-asamnya. Hendaknya pH kosmetik diusahakan
sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis “mantel asam” kulit, yaitu
antara 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007:11,21).
Mata merupakan organ tubuh yang sering dinilai keindahannya dalam
penampilan seseorang. Estetika dari mata sering mejadi bahan ucapan, tulisan
atau lukisan baik dalam lagu cinta, novel, puisi, atau lukisan wanita cantik
jelita. Rias mata merupakan hal yang dapat dilupakan begitu saja, apabila
seseorang ingin berpenampilan lebih tentu dengan selalu mempertimbangkan
kondisi, keperluan dan tujuan yang ingin dicapai. Ada 3 bagian mata yang
12

perlu dirias, yaitu kelopak mata (eye lid), bulu mata (eye lash), dan alis mata
(eye brow) (Wasitaatmadja, 1997:133).

Gambar 2.2 Mata


Sumber:https://www.charlottetilbury.com/us/products/makeup/eyes/eyeshado
w/pink

D. Eye Shadow ( Rias Kelopak Mata )


Kosmetik rias kelopak mata terdiri atas bayangan mata (eye shadow) dan
setting cream. Bayangan mata (eye shadow) ialah rias kelopak mata yang
dipakai agar tampak lebih gelap sehingga kelopak mata terlihat lebih cekung
ke dalam. Kosmetika ini berisi pigmen warna yang berasal dari bahan alami
anorganik yang diizinkan untuk dipakai(Wasitaatmadja, 1997:134).
Tujuan pemakaian preparat ini adalah untuk mengaksentuasikan mata,
membuat putih biji mata tampak lebih cemerlang. Preparat ini digunakan
pada kulit dekat mata, biasanya pada kelopak mata atas. Warna-warnanya
mulai dari gray, blue, gray green sampai olive green. Kadang-kadang serbuk
logam (bronze, emas, aluumunium) ditambahkan untuk menimbulkan
pancaran keperakan (metalic sheen).
Eye Shadow termasuk “ekstrem” diantara preparat dekoratif dan
memerlukan bahan yang sangat aman dan cara pemakaian yang hati-hati
karena dikenakan di dekat mata. Penggunaan eye shadow sudah dilakukan
sejak 4500 tahun yang lalu di mesir (Tranggono dan Latifah, 2007:96).
13

Gambar 2.3 Eye Shadow


Sumber : http://www.rmolsumsel.com/read/2015/04/03/26388/Waspada,-
Kosmetik-Kadaluarsa-Dijual-Bebas-di-Talang-Kelapa-

Berdasarkan bentuknya, Eye Shadow terbagi menjadi beberapa jenis :


(Muliyawan & Suriana, 2013:100)
1. Eye Shadow padat
Bentuk eye shadow jenis ini hampir serupa dengan bedak padat. Biasanya
dikemas dalam kotak kecil berisi beberapa warna yang dilengkapi dengan
kuas untuk memulaskannya. Penggunaan eye shadow ini pun cukup mudah,
hanya mengoleskan kuas kecil pada eye shadow, lalu pulaskan pada kelopak
mata secara perlahan-lahan.
2. Eye Shadow spidol
Eye shadow jenis ini mudah digunakan karena memiliki bentuk seperti pensil.
Kunci pemakaiannya adalah jangan menekan terlalu keras agar warna yang
diulaskan terlihat halus.
3. Eye Shadow cream
Eye shadow cream dikemas dalam beberapa warna mirip dengan bentuk
padat. Eye shadow ini lebih mudah menpel pada kelopak mata.
Pemakaiannya menggunakan kuas atau dipulaskan langsung menggunakan
jari tangan pada kelopak mata.
14

E. Compact powder
Compact powder adalah sediaan dasar berupa padatan lembut, homogen,
mudah disapukan merata pada kulit dengan spon, tidak menimbulkan iritasi,
biasanya berbentuk cake dan dapat digunakan sebagai pembawa sediaan
kosmetik untuk berbagai tata rias (Depkes RI, 1985:17).
Kosmetik dengan bentuk sediaan compact powder memiliki fungsi yang
hampir sama dengan dengan kosmetik dengan sediaan bubuk/serbuk. Sediaan
serbuk/bubuk biasanya digunakan di rumah sementara bentuk padat/compact
powder digunakan saat jauh dari rumah untuk merias wajah. Bahan yang
digunakan untuk membuat sediaan padat/compact powder pada dasarnya
sama dengan yang digunakan sediaan bubuk/serbuk tetapi perlu ditambahkan
bahan pengikat untuk membuatnya menjadi bentuk kompak/padat (Mitsui,
1997:376).
Bentuk sediaan compact powder memiliki adhesivitas yang baik terhadap
kulit, mudah diaplikasikan serta lebih nyaman dan efisien. Karena bentuknya
yang padat maka tidak mudah bertaburan. Teksturnya yang kering
memudahkan untuk meratakan pada kelopak mata untuk sediaan eye shadow
tipe compact powder dan hasil akhirnya tampak natural, matte, dan tidak
mudah crease atau pecah. Namun sediaan eye shadow tipe compact powder
memiliki kekurangan yaitu warna yang dihasilkan tidak terlalu pigmented
atau kurang terlihat, sehingga untuk hasil yang pigmented perlu diaplikasikan
berkaki-kali (Willkinson and Moore, 1982 dalam Dwiwulandari, Darsono dan
Wijaya, 2018).

F. Tanaman Ubi Jalar Ungu


Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau ketela rambat atau “sweet potato” di
duga berasal dari Benua Amerika. Nikolai Ivanovich Vilavov, seorang ahli
botani dan pertanian memperkirakan daerah sentrum primer asal tanaman ubi
jalar adalah Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh
dunia, terutama negara-negara beriklim tropis, diperkirakan pada abad ke-16.
Penyebaran ubi jalar pertama kali terjadi di Spayol, orang-orang spanyol
dianggap berjasa menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filpina,
15

Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas
hampir di semua provinsi Indonesia pada mulanya terpusat di Pulau Jawa.
Pada tahun 196 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat
di dunia karena berbagai daerah di Indonesia menanam ubi jalar (Rukmana,
1997:11).
Di Indonesia, makanan dari ubi jalar masih disajikan dalam bentuk
sederhana. Padahal ubi jalar dapat diolah menjadi macam-macam bentuk
makanan seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju. Bahkan, ubi
jalar juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan
minuman, industri tekstil, industri kosmetik, dan industri lem (Juanda dan
Cahyono, 2000:9).

Gambar 2.4 Tanaman Ubi Jalar Ungu


Sumber : https://doktersehat.com/manfaat-di-balik-ubi-jalar/

1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea L
Spesies : Ipomoea batatas (L.) (Rukmana, 1997:17)

2. Morfologi
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) termasuk tumbuhan
semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang,
16

ubi, daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak
berkayu, berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat
(menjalar). Panjang batang tanaman bertipe tegak antara 1 m-2 m, sedangkan
pada tipe merambat (menjalar) antara 2 m-3 m.ukuran batang dibedakan atas
tiga macam, yaitu besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua
sampai keungu-unguan.
Pada bagian batang yang berbuku-buku tumbuh daun bertangkai agak
panjang secara tunggal. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi
rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung
daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk
jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau
tua atau hijau kekuning-kuningan.
Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga. Bunga ubi jalar
berbentuk mirip terompet, tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai
daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih
keungu-unguan.
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang sudah berumur ±3 minggu
setelah tanam biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat
sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang
ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g – 250 g per ubi.
Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerahan, tergantung
jenis (varietas)nya. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit
ungu. Ubi yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis (Rukmana,
1997:17-20).

3. Kandungan Zat Warna pada Ubi Jalar Ungu


Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan sumber karbohidrat dan
sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Ubi jalar juga merupakan sumber
vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan
masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (beta
karotin), vitamin C, vitamin B1(thiamin), dan vitamin B2 (riboflavin).
Sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar adalah zatt besi (Fe),
17

fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Kandungan lainnya yang terdapat
ubi jalar adalah protein, lemak, serat kasar, kalori, dan abu (Juanda dan
Cahyono, 2000:11).
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung antosianin (zat warna
pada tanaman) berkisar antara 14,68 – 210 mg/100 gr. Besar kandungan
antosianin dalam ubi jalar ungu tergantung pada intensitas warna pada ubi
jalar ungu tersebut. Semakin tinggi kadar antosianin pada ubi jalar, maka
semakin ungu warna umbinya (Anonim, 2009).

4. Antosianin
Antosianin berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthos yang berarti bunga
dan kyanos yang berarti biru tua. Namun, sebenarnya pigmen ini tidak hanya
ditemui pada bunga, tetapi juga pada berbagai bagian tanaman seperti kulit
buah, daging buah, umbi, biji, daun, dan sebagainya. Pigmen yang terletak
pada umbi, contohnya ubi ungu dan wortel ungu (Lestario, 2018: 4).

Gambar 2.5 Struktur Dasar Antosianin


Sumber : https://id.wikipedia.org/

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar


luas dalam tumbuhan. Antosianin tergolong pigmen dalam golongan
flavonoid yang pada umumnya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua
cincin benzena yang dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga atom karbon
tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di
antara dua cincin benzena.
Warna pigmen antosianin merah, biru, violet dan biasanya dijumpai pada
bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Biasanya buah-buahan dan sayuran
18

warnanya tidak hanya ditimbulkan oleh satu macam pigmen antosianin


saja,tetapi kadang-kadang sampai 15 macam pigmen seperti pelargonidin,
sianidin, peonidin dan lain-lain yang tergolong glikosida-glikosida
antosianidin. (Koswara, 2009:5).
Kestabilan antosianin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH,
suhu, cahaya, oksigen dan kopigmentasi (Armanzah dan Hendrawati,
2016:19).
a. Transformasi struktur dan pH
Pada umumnya penambahan hidroksilasi menurunkan stabilitas,
sedangkan penambahan metilasi meningkatkan stabilitas. Faktor pH tidak
hanya mempengaruhi warna antosianin tetapi juga mempengaruhi
stabilitasnya. Antosianin akan lebih stabil dalam larutan asam jika
dibandingkan dengan larutan alkali. Dalam medium cair kemungkinan
antosianin dalam empat bentuk struktur yang tergantung pada pH.
Diantaranya basa quonidal biru (A), kation flavilium merah (AH+), basa
karbinol yang tidak berwarna (B), dan khalkon tidak berwarna (B) (Arthey
dan Ashurst, 2001 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).
b. Suhu
Pemanasan bersifat “irreversible” dalam mempengaruhi stabilitas pigmen
dimana kalkon yang tidak berwarna tidak dapat kembali menjadi kation
flavilium yang berwarna merah. Degradasi antosianin dipengaruhi oleh
temperatur.
c. Cahaya
Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa dan bahkan dalam
larutan asam warnanya dapat memudar perlahan-lahan akibat terkena cahaya,
sehingga larutan sebaiknya disimpan di tempat gelap dan suhu dingin
(Harborne, 1996 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).
d. Oksigen
Oksidatif mengakibatkan oksigen molekuler pada antosianin. Oksigen
dan suhu nampaknya mempercepat kerusakan antosianin. Stabilitas warna
antosianin selama proses menjadi rusak akibat oksigen (Arthey dan Ashurst,
2001 dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).
19

e. Kopigmentasi
Kopigmen (penggabungan antosianin dengan antosianin atau komponen
organik lainnya) dapat mempercepat atau memperlambat proses degradasi,
tergantung kondisi lingkungan. Bentuk kompleks turun dengan adanya
protein tannin, flavonoid lainnya, dan polisakarida. Walaupun sebagian
komponen tersebut tidak berwarna, mereka dapat meningkatkan warna
antosianin dengan pergeseran batokromik, dan meningkatkan penyerapan
warna pada panjang gelombang penyerapan warna maksimum. Kompleks ini
cenderung menstabilkan selama proses dan penyimpanan (Fennema, 1996
dalam Armanzah dan Hendrawati, 2016:19).

G. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari berbagai tanaman
obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
bagian tanaman obat tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu (Marjoni,
2016: 15 ). Ekstrak adalah suatu produk hesil pengambilan zat aktif melalui
proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan
diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat (Marjoni,
2016:23).

Gambar 2.6 Metode Ekstraksi


Sumber : http://mutiara-mulhidin.blogspot.com/p/chemistry.html
20

Maserasi berasal dari kata “macerate” yang berarti merendam, sehingga


maserasi dapat diartikan sebagai suatu sediaan cair yang dibuat dengan cara
merendam bahan nabati menggunakan pelarut bukan air atau pelarut setengah
air seperti etanol encer selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya. Cara ektraksi ini merupakan cara yang sangat
sederhana (Marjoni, 2016:39).
Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like).
Dalam proses maserasi, pelarut yang digunakan akan menembus dinding sel
dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif
kemudian zat aktif pun akan terlarut. Pelarut yang berada didalam sel
mengandung zat aktif sementara pelarut yang diluar sel belum terisi zat aktif,
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan
di luar sel. Perbedaan konsentrasi ini akan mengakibatkan terjadinya difusi,
dimana larutan dengan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel diganti dengan
pelarut konsentrasi rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai
didapat suatu keseimbangan konsentrasi (Marjoni, 2016:40).
Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan
bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sedikit mungkin
metanol yang mengandung HCL pekat 15. Cara lain, jaringan tumbuhan yang
jumlahnya lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung
asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan

rendah dan pada suhu 35oC- 40oC sampai volumenya mejadi kira-kira
seperlima volume ekstrak asal (Harbone, 1987:80).
Dalam penelitian ekstraksi dan stabilitas warna ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L. Sin) sebagai pewarna alami. Penelitian ini terdiri dari dua tahap
yaitu tahap I adalah ekstraksi zat warna ungu dari ubi jalar ungu dengan
berbagai perbandingan pelarut (campuran etanol, asam asetat dan air yaitu
5:1:25;10:1:20;15:1:15;20:1:10 dan 25:1:5). Penelitian tahap II, uji stabilitas
zat warna ungu dari ubi jalar ungu terhadap pengaruh pH, kadar gula, kadar
garam, lama pemanasan, suhu pemanasan dan pada pembuatan jelly
karagenan serta agar-agar. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik
21

yang digunakan adalah perbandingan jenis pelarut etanol : asam asetat : air =
25: 1 :5 dengan pH pelarut 6,80 dan polaritas 32,77 mengahasilkan ekstrak
warna ubi jalar ungu (konsentrasi antosianin) tertinggi yaitu 1,3170 mg/100
gr. Ekstrak warna dari ubi jalar ungu lebih stabil pada kondisi pH asam dari
pada pH basa, masih stabil pada kadar gula sampai 50%; kadar garam sampai
8%; terjadi penurunan stabilitas pada pemanasan sampai suhu 80 oC, namun
stabil pada suhu yang lebih tinggi; terjadi penurunan stabilitas pada lama
pemanasan sampai 60 menit, namun stabil pada waktu yang lebih lama, tetap
stabil untuk diaplikasikan pada pembuatan jelly dan agar-agar (Winarti; Ulya;
Dhini, 2008:213).

H. Formulasi Sediaan Eye Shadow Compact powder


Beberapa formula dari sediaan eye shadow diantaranya adalah :
1. Formula eye shadow menurut Formularium Kosmetika Indonesia (2012:80)
Talc ad 100
Mica 15,0
Sericite 5,0
Pigment 15,0
Pearly pigment 10,0
Pengawet q.s
Minyak mineral 6,0
Dimetikon 2,0
Sorbital seskuioleat 2,0
BHA/BHT/Tocopherol q.s
Pewangi q.s

2. Formula eye shadow menurut Nater, dalam Wasitaatmadja, (1997:135)


Titanium oksida 0,50
Warna 10,0-30,0
Zinc stearat 0,70
Mg karbonat 0,10
Isopropil lanolat 0,50
Talcum 40,0-60,0

3. Formula eye shadow menurut Barel et all, (2001:677)


Talc 4.20
Bismuth oxychloride 10.00
Fumed silica 0.50
Zinc stearate 5.00
Titanium dioxide (and) mica 65.00
22

Methyl paraben 0.10


Propyl paraben 0.10
Imidazolidinyl urea 0.10
Lanolin alcohol 3.75
Mineral oil 9.75
Isostearyl neopentanoate 1.50

4. Formula eye shadow menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5)


Zink stearat 6,0
Isopropil miristat 0,3
Propil paraben 0,02
Metil paraben 0,18
Mika 20
Talk ad 73,5

I. Bahan Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact powder


1. Zink stearat
Pemerian : Bubuk hidrofobik yang halus, putih tebal dengan bau khas yang
samar
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, alkohol, dan eter; larut dalam benzen
Kegunaan : zat perekat bahan (Wade & Paul, 1994 : 569).

2. Isopropil miristat
Pemerian : Cairan yang jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau dengan
rasa lembut
Kelarutan : Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol, etil asetat, lemak,
alkohol berlemak, minyak tetap, hidrokarbon cair, toluen dan lilin.
Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol dan air
Kegunaan : Zat pengikat (Wade & Paul, 1994 : 241).

3. Propil paraben
Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P; dalam 3 bagian aseton P; dalam 140 gliserol P dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:535).
23

4. Metil paraben
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampit tidak berbau; tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etano (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah
larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam
60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih
Kegunaan : Zat pengawet (Depkes RI, 1979:378).

5. Mika
Pemerian : Serbuk, tidak berwarna, tidak berbau, lembut dan mengkilap
Kelarutan : tidak larut dalam air, asam encer, pelarut alkali dan organik
Kegunaan : Zat pengkilat
( https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/muskovite ).

6. Talk
Pemerian : Serbuk halus, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran; warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak larut hampir dalam semua pelarut
Kegunaan : Zat tambahan/pengisi (Depkes RI, 1979:591).

J. Evaluasi Sediaan Eye Shadow


1. Uji organoleptis
Indra manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri
dari indra penglihatan, pencicipan, perabaan, dan pendengaran. Proses
pengindraan terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya rangsangan terhadap indra
oleh suatu benda, akan diteruskan oleh saraf-saraf dan datanya di proses oleh
otak sehingga kita memperleh kesan tertentu terhadap benda tersebut
(Setyaningsih dkk, 2010:7).
24

a. Penglihatan
Penilaian kualitas sensori prduk bisa dilakukan dengan melihat bentuk,
ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan
(Setyaningsih dkk, 2010:8).
b. Penciuman
Bau dan aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk di
klasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Penciuman
dapat dilakukan terhadap produk secara langsung (Setyaningsih dkk, 2010:9).
c. Perabaan
Indra peraba terdapat pada hampir semua permukaan tubuh, beberapa bagian
seperti rongga mulut, bibir, dan tangan lebih peka terhadap sentuhan. Untuk
menilai suatu tekstur suatu produk dapat dilakukan perabaan dengan
menggunakan ujung jari tangan (Setyaningsih dkk, 2010:11).

2. Uji homogenitas
Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas
berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Tidak boleh ditemukan adanya
lapisan warna atau ketidaksempurnaan pada disperse Eye Shadow tipe
compact powder yang menyebabkan pulverasi (penyerbukan) yang tidak
merata (Butler, 2000:194).

3. Uji efektivitas (oles)


Uji oles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara
dioleskan sampai memberikan warna pada punggung telapak tangan. Sediaan
dioleskan menggunakan aplikator eye shadow yang mempunyai ujung spons
kemudian dibandingkan dengan sediaan eye shadow yang beredar. Amati
warna yang dihasilkan dan apakah sediaan dapat disapukan oleh aplikator
serta mudah dioles pada kulit (Keihler, 1956 dalam Harahap & Sari,2018).

4. Uji kekerasan
Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan eye shadow tipe
compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali pada
25

ketinggian 8-10 inci karena sediaan eye shadow tipe compact powder
memiliki kecenderugan mudah pecah. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak,
mengindikasikan bahwa kekompakan lulus uji dan dapat disimpan tanpa
menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000:195).

5. Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis diminta tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “sangat suka”, “suka”, “agak
suka”, atau “tidak suka” (Setyaningsih dkk, 2010 : 59).
26

K. Kerangka Teori

Sediaan Kosmetik

Eye Shadow padat/


compact powder
(Muliyawan & Suriana, 2013)

Pewarna Alami Pewarna Sintetis

1. Kulit buah manggis 1. D & C Violet No. 2


2. Kubis ungu 2. Pigmen violet 23
3. Ubi jalar ungu 3. Diaperse violet 27

Ubi jalar ungu (Ipomoea Formula Eye Shadow menurut


batatas L.) mengandung Dwiwulandari, Darsono dan
senyawa antosianin yang Wijaya (2018:5) :
memberikan warna ungu yang Zink stearat 6,0
dapat dijadikan sebagai Isopropil miristat 0,3
pewarna alami (Winarti, Ulya, Propil paraben 0,02
Dhini, 2008:207)
Metil paraben 0,18
Mika 20
Talk 73,5

Eye Shadow menggunakan ekstrak ubi


jalar ungu (Ipomoea batatas L.) 0%,
5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%

Evalusi eye shadow tipe compact


powder :
1. Uji organoleptis (Setyaningsih dkk, 2010:7-11)
2. Uji homogenitas (Butler, 2000:194)
3. Uji efektivitas (Keihler, 1956)
4. Uji kekerasan (Butler, 2000:195)
5. Uji kesukaan(Setyaningsih dkk, 2010:59)
6. Uji stabilitas (Harahap & Sari, 2018)
7. Uji bebas partikel asing (SNI, 1998)
8. Uji iritasi (Harahap & Sari, 2018)

Gambar 2.7 Kerangka Teori


27

L. Kerangka Konsep

Evalusi Eye Shadow


Tipe Compact powder
Ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea 1. Uji organoleptis (Setyaningsih
batatas L.) dengan konsentrasi dkk, 2010:7-11)
0%,5%, 10%, 15%, 20%, 25% 2. Uji homogenitas
dan 30% sebagai pewarna yang (Butler, 2000:194)
dapat memberikan warna ungu 3. Uji oles (Keihler, 1956)
dalam formulasi eye shadow tipe 4. Uji kekerasan
compact powder. (Butler, 2000:195)
5. Uji kesukaan
(Setyaningsih dkk, 2010:59)

Gambar 2.8 Kerangka Konsep


28
M. Definisi operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
Konsentrasi Ekstrak kental Menimbang Neraca Nilai bobot Ratio
Ekstrak ubi diformulasikan ke analitik gram
jalar ungu dalam Eye Shadow
(Ipomoea batatas tipe compact
L.) Eye Shadow powder ekstrak ubi
tipe compact jalar ungu (Ipomoea
powder batatas L.)
dengan
konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%,
25% dan 30%
Organoleptis Penilaian Observasi Checklist 1=Putih Nominal

a. Warna visual panelis 2=Putih


terhadap Eye keunguan
Shadow tipe 3=Ungu muda
compact powder 4=Ungu
ekstrak ubi jalar 5=Ungu tua
ungu (Ipomoea
batatas L.) dengan
konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%,
25% dan 30%
b. Bau Sensasi aroma Observasi Checklist 1= Bau yang Nominal

panelis melalui kuat


indra penciuman 2= Bau yang
terhadap bau yang lemah
kuat atau bau 3=Tidak
yang lemah dari berbau
formulasi Eye
Shadow tipe
compact powder
ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea
batatas L.) dengan
konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%,
25% dan 30%
c. Tekstur Bentuk yang Observasi Checklist 1= Halus Nominal

dirasakan panelis 2= Kasar


saat diaplikasikan
ke jari terhadap
formulasi Eye
29

Shadow tipe
compact powder
ekstrak ubi jalar
ungu (Ipomoea
batatas L.) dengan
konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%,
25% dan 30%

Homogenitas Penampilan Observasi Checklist 1=Homogen Ordinal

susunan partikel terhadap sediaan 2=Tidak


Eye Shadow tipe Eye Shadow tipe Homogen
compact powder compact powder
ekstrak ubi jalar dengan
ungu (Ipomoea menyebarkan
batatas L.) dengan serbuk pada
konsentrasi 0%, permukaan kertas
5%, 10%, 15%, berwarna putih,
20%, 25% dan 30% uji pada kaca
yang diamati pada pembesar dilihat
kaca objek tidak ada warna
terdispersi merata yang tidak merata
atau tidak

Efektivitas Pemeriksaan Observasi yang Checklist 1=Tidak baik Ordinal

(Oles) pelepasan zat warna dilakukan panelis 2= Baik


terhadap kuli dengan
panelis pada mengoleskan Eye
formulasi Eye Shadow tipe
Shadow tipe compact powder
compact powder pada kulit
ekstrak ubi jalar punggung tangan
ungu (Ipomoea menggunakan
batatas L.) dengan aplikator
konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%,
25% dan 30%

Kekerasan Pemeriksaan Observasi Checklist 1=Tidak Ordinal

sediaan Eye Shadow yang dilakukan pecah


tipe compact dengan 2= Pecah
powder ekstrak ubi menjatuhkan
jalar ungu (Ipomoea sediaan Eye
batatas L.) dengan Shadow tipe
konsentrasi 0%, compact powder
5%, 10%, 15%, pada permukaan
20%, 25% dan 30% kayu 3 kali pada
30

memiliki ketinggian
kencenderungan 8-10 inci
mudah pecah atau
tidak

Kesukaan Penilaian terhadap Menilai sediaan Checklist 1=Sangat suka Ordinal

suka atau Eye Shadow tipe 2=Suka


tidaknya formula compact powder 3=Agak suka
sediaan Eye Shadow yang dilakukan 4=Tidak
tipe compact oleh 15 orang suka
powder yang panelis
sudah memenuhi
syarat evaluasi Eye
Shadow terhadap
panelis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Penelitian ini
bertujuan mengetahui suatu suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai
akibat dari adanya perlakuan tertentu. Penelitian eksperimen adalah untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara
mengadakan intervensi atau mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih
kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan
(Notoatmodjo, 2010 : 50).
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi, dan
mengevaluasi sediaan. Membuat formulasi sediaan eye shadow tipe compact
powder dengan ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dengan variasi
konsentrasi ekstrak 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% serta
menganalisa sifat organoleptis, homogenitas, efektivitas, kekerasan dan uji
kesukaan.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah formulasi dan pembuatan eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). formulasi
tersebut dibuat dalam 7 variasi konsentrasi yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30%

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret-Mei 2020 di Laboratorium
Farmasetika dan Laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang serta Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia
Universitas Lampung.

31
32

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, kaca
arloji, kertas perkamen, mortir dan stemper, rotary evaporator, corong, batang
pengaduk, beaker glass, waterbath, gelas ukur, kertas saring, sudip, spatula
dan wadah eye shadow tipe compact powder.
2. Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar ungu.
Bahan kimia yang digunakan antara lain : talk, zink stearat, isopropil miristat,
propil paraben, metil paraben dan mika, etanol 96%, asam asetat dan
aquadest.
.
E. Prosedur Kerja Penelitian
1. Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui
kebenaran sampel ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.).

2. Pembuatan serbuk simplisia ubi jalar ungu


a. Dikumpulkan bahan baku yang akan dijadikan simplisia (berupa ubi jalar
ungu).
b. Dilakukan sortasi basah dengan memilih bahan baku dari bahan baku yang
sudah tak layak lagi maupun dari kotoran-kotoran.
c. Dikupas kulitnya kemudian dicuci bersih bahan baku dengan air mengalir.
d. Dilakukan pengubahan bentuk atau perajangan dengan cara mengiris tipis-
tipis bahan baku, kemudian letakkan pada nampan bambu.
e. Dikeringkan dengan cara pengeringan secara tidak langsung (bahan baku
ditutupi koran atau kain hitam) di bawah sinar matahari hingga mengering.
f. Dilakukan sortasi kering dengan cara memilih ubi jalar ungu yang sudah
kering dari yang rusak atau terkena kotoran.
g. Diperhalus simplisia dengan cara menumbuk atau menggunakan blender
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lagi, kemudian ayak lalu masukan
ke dalam wadah yang kering.
33

3. Pembuatan ekstrak ubi jalar ungu (Winarti, Ulya, Dhini, 2008:207)


a. Ditimbang serbuk simplisia ubi jalar ungu pada neraca analitik, masukkan ke
dalam beaker glass.
b. Diambahkan pelarut dengan perbandingan (1:2 = bahan : pelarut) pelarut
yang digunakan adalah etanol 96% : asam asetat : air (25:1:5).
c. Ditutup dan dibiarkan selama 3 hari, di tempat yang terlindung cahaya sambil
sesekali diaduk.
d. Setelah 3 hari, disaring dengan kertas saring sehingga didapatkan filtrat
pigmen dan ampasnya.
e. Direndam kembali ampasnya dengan pelarut selama 2 hari sambil sesekali
diaduk.
f. Setelah 2 hari, disaring kembali hasil maserasi lalu campurkan hasil filtrat
yang petama dengan yang kedua.
g. Filtrat pigmen yang didapat lalu diuapkan dengan rotary evaporator dengan
o
suhu 50 C.
h. Dilakukan pemekatan ekstrak dengan menggunakan waterbath hingga
menjadi ekstrak kental dengan berat konstan.

4. Identifikasi Kandungan Antosianin (Armanzah dan Hendrawati, 2016)


Uji identifikasi antosianin secara kualitatif dilakukan menggunakan filtrat
yang didapat sebelum dan sesudah dilakukan penguapan dengan cara :
a. Ambil filtrat sebanyak 1 ml hasil dari ekstraksi
b. Ditambahkan 2 tetes NaOH 10% dilihat perubahan warnanya
c. Kemudian ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes lihat warnanya
Sampel positif mengadung zat antosianin jika setealah ditetesi NaOH 10%
warna berubah menjadi hijau dan setelah ditetesi HCL pekat warnanya
berubah menjadi merah.
34

5. Formulasi yang digunakan


Tabel 3.1 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak
Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam (%)
Komponen Fungsi Formula (%)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Ekstrak ubi ungu Pewarna - 5 10 15 20 25 30
Zink stearat Perekat 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
Isopropil miristat Pengikat 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Propil paraben Pengawet 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Metil paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Mika Pengkilat 20 20 20 20 20 20 20
Talk Pengisi 73,5 68,5 63,5 58,5 53,5 48,5 43,5
Keterangan :
Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder menurut
Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5)
Formula 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 5%
Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10%
Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 15%
Formula 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20%
Formula 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 25%
Formula 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30%

Tabel 3.2 Formula Eye Shadow tipe Compact powder dengan Ekstrak
Ubi Jalar ungu (Ipomoea batatas L.) dalam 5 gram
Komponen Fungsi Formula (gram)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Ekstrak ubi ungu Pewarna - 0,25 0,5 0,75 1 1,25 1,5
Zink stearat Perekat 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Isopropil miristat Pengikat 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
Propil paraben Pengawet 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
Metil paraben Pengawet 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009
Mika Pengkilat 1 1 1 1 1 1 1
Talk Pengisi 3,675 3,425 3,175 2,925 2,675 2,425 2,175
Keterangan :
Formula 0 : Formula Eye Shadow tipe compact powder tanpa ekstrak
Formula 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 5%
Formula 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 10%
Formula 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 15%
Formula 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 20%
Formula 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 25%
Formula 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu 30%

6. Pembuatan Eye Shadow tipe compact powder


a. Ditimbang masing-masing bahan sesuai formulasi.
b. Campurkan bahan-bahan serbuk seperti talk, zink stearat, mika, propil
paraben dan metil paraben, gerus hingga halus dan homogen (massa I).
35

c. Ambil ekstrak kental ubi jalar ungu, kemudin tambahkan isopropil miristat,
campurkan hingga homogen (massa II).
d. Setelah massa II sudah homogen tambahkan pada massa I secara perlahan-
lahan kemudian gerus hingga semua bahan tercampur merata.
e. Setelah homogen lalu diayak menggunakan mesh 100.
f. Kemudian masukan sediaan kedalam wadah dan padatkan.

7. Pengulangan
Pengulangan pada eksperimen ini (Hanafiah, 2001:9) :
(t – 1)(r – 1) ≥ 15
(7 – 1)(r – 1) ≥ 15
7r – 7 ≥ 15
r ≥3,14≈4

keterangan : t = jumlah perlakuan


r = jumlah pengulangan
Pada penelitian ini dilakukan 7 (tujuh) perlakuan yaitu F1, F2, F3, F4, F5, F6
dan F0 sebagai kontrol pembanding dengan 4 kali pengulangan.

F. Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact powder


a. Uji organoleptis
Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara visual penampilan fisik dari
sediaan yang dibuat. Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati
sediaan dari tekstur, warna dan bau sediaan menggunakan pancaindra. Uji ini
dilakukan oleh 15 panelis, data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel
(Setyaningsih dkk, 2010 : 7-11).

b. Uji homogenitas
Dispersi warna diuji dengan meyebarkan serbuk pada permukaan kertas
berwarna putih dan diuji pada kaca pembesar. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat apakah warna pada Eye Shadow terdispersi secara merata atau tidak.
36

Kemudian data dimasukkan kedalam tabel dengan memberi kode 1=homogen


dan 2=tidak homogen (Butler, 2000 : 194).

c. Uji efektivitas
Uji efektivitas (uji oles) dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula
dengan cara dioleskan sampai memberikan warna pada punggung telapak
tangan dan diamati warnanya. Persyaratan uji ini adalah sediaan dapat
disapukan oleh aplikator eye shadow (berujung spons) dan mudah dioles pada
kulit menggunakan pembanding sediaan eye shadow yang beredar (Keihler,
1956 dalam Harahap & Sari, 2018).

d. Uji kekerasan
Langkah yang baik dilakukan uji keretakan terhadap sediaan Eye Shadow tipe
compact powder dengan menjatuhkan pada permukaan kayu 3 kali pada
ketinggian 8-10 inci karena sediaan Eye Shadow tipe compact powder
memiliki kecenderugan mudah pecah. Syarat kekerasan sediaan yang baik
adalah sediaan Eye Shadow yang tidak boleh pecah atau retak. Uji ini untuk
mengetahui kekerasan sediaan akhir sesuai dengan persyaratan sediaan
compact powder (Butler, 2000 : 195).

e. Uji kesukaan
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
sediaan yang dibuat. Tingkat kesukaan meliputi “sangat suka”, “suka”, ”agak
suka” dan “tidak suka”. Panelis yang digunakan sebanyak 15 orang.
Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah menilai sediaan dengan
kriteria intensitas warna saat dioleskan pada punggung telapak tangan, bau
dan tekstur dengan tingkat kesukaan (Setyaningsih dkk, 2010 : 59).
37

G. Alur Penelitian
Pengajuan izin penelitian di Lab.
Farmakognosi & Farmasetika Politeknik
Perizinan penelitian Kesehatan Tanjung Karang, dan
Laboratorium Kimia Unila.

Sampel ubi jalar ungu disiapkan dan


Persiapan sampel diidentifikasi di Lab farmakognosi
Poltekkes-Tjk.

Dilakukan teknik penyarian maserasi ubi


jalar ungu (Ipomoea batatas L.,)
Ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% : asam
asetat : air (25:1:5) dengan perbandingan
bahan dan pelarut 1:2.

Pembuatan Eye Shadow a. Ditimbang masing-masing bahan


Tipe Compact powder sesuai formulasi.
b. Campurkan bahan-bahan
serbuk dalam 1 mortir hingga
homogen (massa I).
c. Ekstrak kental ubi ungu tambahkan
isopropil miristat campurkan
hingga homogen (massa II).
d. Campurkan massa I kedalam massa
II secara perlahan-lahan gerus hingga
tercampur merata.
e. Kemudian ayak sediaan
menggunakan ayakan mesh 100.
f. Masukan sediaan kedalam wadah
dan padatkan.

a. Uji Organoleptis
Pengujian Eye Shadow b. Uji homogenitas
tipe compact powder c. Uji efektivitas
d. Uji kekerasan
e. Uji kesukaan

Pengumpulan data Data yang dikumpulkan diperoleh dari


hasil uji organoleptis, uji homogenitas,
uji efektivitas, uji kekerasan dan uji
kesukaan.

Data yang diperoleh diolah dan dianalisa


Analisa data dengan analisa univariat.

Gambat 3.1 Alur Penelitian


38

H. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan uji organoleptis, homogenitas, efektivitas,
kekerasan dan uji kesukaan. Untuk uji kekerasan dan homogenitas dilakukan
oleh peneliti, sedangkan untuk uji organoleptis, efektivitas dan uji kesukaan
dilakukan oleh panelis. Pada pengujian ini teknik pengumpulan data
dilakukan dengan metode checklist. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti untuk uji homogenitas dan kekerasan dan mengumpulkan 15 orang
panelis untuk uji organoleptis, uji efektifitas dan uji kesukaan.

I. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Pengecekan kembali data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Pengecekan
dilakukan terhadap semua lembar pengujian yang meliputi, organoleptis,
homogenitas, efektivitas (oles), kekerasan serta kesukaan dengan memeriksa
kelengkapan data untuk diproses lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010 : 176).
b. Coding
Setelah data diedit, dilakukan pengkodean yakni merubah bentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka / bilangan yang dimaksudkan untuk
memudahkan dalam melakukan analisis. Seperti data organoleptis warna
dilakukan pengkodean yaitu 1=putih, 2=Putih keunguan, 3=ungu muda,
4=ungu, dan 5=Ungu tua (Notoatmodjo, 2010 : 177).
c. Entrying
Data-data yang telah selesai di editing dan coding selanjutnya dimasukkan ke
dalam program komputer untuk dianalisis. Data dimasukkan kedalam
program komputer pengolah tabel dan data disesuaikan dengan kode yang
sudah diberikan untuk masing-masing evaluasi seperti organoleptis,
homogenitas, efektivitas (oles) , kekerasan, dan kesukaan lalu dianalisis
untuk mendapatkan persentase (Notoatmodjo, 2010 : 177).
d. Tabulasi
Setelah data dianalisis, hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan
grafik. Data pada program komputer pengolah tabel dan data dibuat dalam
39

bentuk tabel agar mempermudah dalam menganalisis dan disajikan dalam


bentuk grafik agar lebih mudah dalam pemahaman (Notoatmodjo, 2010 :
179).

2. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisa univariat yaitu
analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi seperti jumlah panelis
yang memilih variabel organoleptis, daya oles dan kesukaan serta persentase
dari tiap variabel organoleptis, homogenitas, efektivitas (uji oles), kekerasan,
dan kesukaan yang didapat dan telah diketahui jumlah distribusinya
(Notoatmodjo, 2010:182)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Sampel ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang digunakan pada
penelitian ini diperoleh dari pasar yang berada di Desa Merbau-Mataram
Lampung Selatan. Ubi jalar ungu tersebut kemudian diidentifikasi. Sampel
yang telah diidentifikasi selanjutnya dikeringkan sehingga diperoleh simplisia
ubi jalar ungu. Kemudian ditumbuk dan diayak sehingga menjadi serbuk
simplisia ubi jalar ungu.
Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak 1000 gram diekstraksi dengan cara
maserasi. Hasil dari ekstraksi yang diperoleh adalah ekstrak kental ubi jalar
ungu sebanyak 70,65 gram. Ekstrak tersebut berwarna ungu pekat, berbau
khas dengan konsistensi yang kental. Rendemen ekstrak yang diperoleh
adalah 7,065%.
Hasil ekstrak ubi jalar ungu dibuat formulasi eye shadow tipe compact
powder dengan F0 (0%) ekstrak, F1 (5%) ekstrak, F2 (10%) ekstrak, F3
(15%) ekstrak, F4 (20%) ekstrak, F5 (25%) ekstrak dan F6 (30%) ekstrak.
Setelah itu dilakukan uji organoleptik yang meliputi warna, aroma dan
tekstur, kemudian dilakukan uji kesukaan dan uji efektivitas (oles) yang
dilakukan oleh panelis. Uji homogenitas, dan uji kekerasan dilakukan oleh
peneliti.
Pada uji fitokimia ekstrak ubi jalar ungu untuk mengetahui senyawa
antosianin yang terkandung didalamnya. Ekstrak yang telah didapat kemudian
dilakukan uji fitokimia yaitu uji antosianin dengan hasil sebagai berikut:

40
41

Tabel 4.1 Hasil Uji Antosianin Ekstrak Ubi Jalar Ungu


Identifikasi
Ekstrak Ubi Jalar Warna yang dihasilkan Hasil
Ungu
+ NaOH 10% + NaCl (P)
Ungu Hijau Merah Positif

1. Pengujian Organoleptik
Hasil pengujian organoleptik berupa warna, bau dan tekstur terhadap sediaan
eye shadow tipe compact powder yang dilakukan oleh 15 orang panelis
mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang adalah
sebagai berikut :
a. Warna
Hasil pengujian organoleptik berupa warna terhadap sediaan eye shadow tipe
compact powder adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptik (Warna) Eye shadow Tipe Compact
powder

Penilaian Warna
No Formula (%)
Putih Putih Ungu Ungu Ungu
Keunguan Muda Tua
1 F0 100 0 0 0 0
2 F1 33,33 66,66 0 0 0
3 F2 0 100 0 0 0
4 F3 0 20 80 0 0
5 F4 0 0 13,33 86,66 0
6 F5 0 0 0 20 80
7 F6 0 0 0 0 100
42

Grafik Hasil Uji Warna Eye Shadow


Persentase Pengujian Tipe Compact Powder
Warna (%)
100
80 Putih
60
Putih Keunguan
40
Ungu Muda
20 Ungu
0 Ungu Tua
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder

Gambar 4.1 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Warna)


Terhadap Eye shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik warna


terhadap eye shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu
menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak 100% panelis menyatakan berwarna
putih. Mulai dari formula 1 hingga formula 6 sediaan sudah menunjukkan
adanya warna ungu yang bervariasi. Warnanya mulai dari putih keunguan
hingga ungu tua. Hal tersebut berkaitan dengan banyaknya ekstrak yang
ditambahkan.

b. Aroma
Hasil pengujian organoleptik berupa bau terhadap eye shadow tipe compact
powder adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik (bau) Eye shadow Tipe Compact powder
Formulasi
No Bau (%)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 Bau yang Kuat 0 0 0 6,66 26,66 86,66 100
2 Bau yang Lemah 40 86,66 100 93,33 73,33 13,33 0
3 Tidak Berbau 60 13,33 0 0 0 0 0
43

Grafik Hasil Uji Bau Eye Shadow Tipe


Compact Powder
Persentase Pengujian
Warna (%) 100
80
60
Bau kuat
40 Bau lemah
20 Tidak berbau
0 F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder

Gambar 4.2 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Bau) Terhadap


Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik terhadap bau
eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak
60% panelis menyatakan tidak berbau, formula 1 hingga formula 4
kebanyakan panelis menyatakan bau yang lemah dengan presentase tertinggi
formula 2 yaitu 100% panelis menyatakan bau yang lemah. Sedangkan
formula 5 dan formula 6 panelis menyatakan bau yang kuat. Terdapat panelis
yang menyatakan bau yang kuat mulai dari formula 3.

c. Tekstur
Hasil pengujian organoleptik berupa tekstur terhadap eye shadow tipe
compact powder adalah sebagai berikut

Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptik (tekstur) Eye shadow Tipe Compact
powder

Formulasi
No Tekstur (%)
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
1 Halus 100 100 100 100 100 81,66 73,33
2 Kasar 0 0 0 0 0 18,33 26,66
44

Grafik Hasil Uji Tekstur Eye Shadow


Tipe Compact Powder
Persentase Pengujian
100
Warna (%)
80

60
Halus
40
Kasar
20
0
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder

Gambar 4.3 Grafik Presentase Pengujian Organoleptik (Tekstur)


Terhadap Eye shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian organoleptik terhadap


tekstur eye shadow tipe compact powder menunjukkan bahwa formula 0,
formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 5 maupun formula 6
memiliki tekstur yang halus dengan presentase formula 0, 1, 2, 3 dan 4
sebanyak 100% panelis menyatakan halus.

2. Pengujian Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan peneliti berdasarkan kriteria yaitu homogen dan
tidak homogen. Hasil pengujian homogenitas berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
45

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Homogenitas
No Formula (%)
Homogen Tidak Homogen
1 F0 100 0
2 F1 100 0
3 F2 100 0
4 F3 100 0
5 F4 100 0
6 F5 100 0
7 F6 100 0

Persentase Pengujian
Warna (%)
Hasi
l Uji
Ho
mo
geni
tas
Eye
Sha
do
w
Tip
e
Co
mp
act

Gambar 4.4 Grafik Presentase Pengujian Homogenitas Terhadap Eye


Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian homogenitas eye shadow
tipe compact powder menunjukkan bahwa tidak ada warna yang tidak merata
pada saat dilihat dengan kaca pembesar. Sehingga semua sediaan mulai dari
formula 0 hingga formula 6 peneliti menyatakan 100% sediaan homogen.

3. Pengujian Efektivitas (Oles)


Hasil pengujian efektivitas (uji oles) terhadap sediaan eye shadow tipe
compact powder yang dilakukan oleh 15 orang panelis mahasiswi tingkat III
Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang adalah sebagai berikut :
46

Tabel 4.6 Hasil Uji Efektivitas (Oles) Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Efektivitas (Oles)
No Formula (%)
Tidak Baik Baik
1 F0 0 100
2 F1 0 100
3 F2 0 100
4 F3 0 100
5 F4 0 100
6 F5 54,99 44,99
7 F6 76,66 23,33

Grafik Hasil Uji Efektifitas (Oles) Eye


Shadow Tipe Compact Powder
Persentase Pengujian 100
Warna (%) 80

60
Tidak Baik
40
Baik
20

0
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder

Gambar 4.5 Grafik Presentase Pengujian Efektivitas (Oles) Terhadap


Eye Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian efektivitas dilakukan


pengolesan eye shadow tipe compact powder yang telah dibuat dibandingkan
dengan produk eye shadow yang beredar di pasaran menunjukkan bahwa
formula 0, formula 1, 2, 3 sebanyak 100% panelis menyatakan baik pada saat
pengolesan. Sedangkan formula 5 sebanyak 54,44% panelis dan formula 6
sebanyak 76,66% panelis menyatakan tidak baik pada saat pengolesan.
47

4. Pengujian Kekerasan
Hasil pengujian kekerasan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Kekerasan Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Kekerasan
No Formula (%)
Pecah Tidak Pecah
1 F0 100% 0%
2 F1 75% 25%
3 F2 25% 75%
4 F3 0% 100%
5 F4 0% 100%
6 F5 0% 100%
7 F6 0% 100%

Grafik Hasil Uji Kekerasan Eye Shadow


Tipe Compact Powder
Persentase Pengujian
Warna (%) 100%
80%
60% Pecah
40%
Tidak Pecah
20%
0% F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder

Gambar 4.6 Grafik Presentase Pengujian Kekerasan Terhadap Eye


Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian kekerasan eye shadow tipe
compact powder menunjukkan bahwa formula 0 sebanyak 100% peneliti
menyatakan pecah, formula 1 sebanyak 75% peneliti menyatakan pecah,
formula 2 sebanyak 75% peneliti menyatakan tidak pecah dan formula 3, 4, 5,
6 sebanyak 100% peneliti menyatakan tidak pecah.
48

5. Pengujian Kesukaan
Hasil pengujian kesukaan terhadap eye shadow tipe compact powder yang
dilakukan oleh 15 panelis mahasiswi tingkat III Jurusan Farmasi Poltekkes
Tanjung Karang adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Kesukaan Eye shadow Tipe Compact powder
Hasil Pengujian Kesukaan
No Formula (%)
Sangat Suka Suka Agak Suka Tidak Suka
1 F0 0 0 0 100
2 F1 0 0 66,66 33,33
3 F2 0 0 86,66 13,33
4 F3 0 73,33 26,66 0
5 F4 13,33 86,66 0 0
6 F5 76,66 23,33 0 0
7 F6 81,66 18,33 0 0

Grafik Hasil Uji Kesukaan Eye Shadow


Tipe Compact Powder
Persentase Pengujian
Warna (%) 100
80 Sangat Suka
60
40 Suka
Agak Suka
20
Tidak Suka
0
F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6

Formula Eye Shadow Tipe Compact Powder

Gambar 4.7 Grafik Presentase Pengujian Kesukaan Terhadap Eye


Shadow Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu
49

Berdasarkan tabel data dan grafik, hasil pengujian kesukaan eye shadow tipe
compact powder menunjukkan bahwa formula yang paling tidak disukai ialah
formula 0 dengan persentase 100% panelis menyatakan tidak suka. Eye
shadow tipe compact powder yang sangat disukai oleh panelis adalah formula
6 dengan 81,66% panelis menyatakan sangat suka.

B. Pembahasan
Eye shadow adalah kosmetik mata yang digunakan untuk memberikan
aksen menarik pada kelopak mata biasanya digunakan pada kulit kelopak
mata atas. Eye shadow tipe compact powder bentuknya hampir serupa dengan
bedak padat. Penggunaan eye shadow ini pun cukup mudah hanya dengan
mengoleskan kuas kecil pada eye shadow, lalu pulaskan perlahan pada
kelopak mata (Muliyawan & Suriana, 2013:99).
Sebelum dilakukan pembuatan sediaan eye shadow tipe compact powder.
Bahan ubi jalar ungu yang akan digunakan terlebih dahulu dibuat menjadi
ekstrak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi.
Metode maserasi ini digunakan karena peralatan yang digunakan sangat
sederhana, teknik pengerjaan sederhana dan mudah dilakukan, biaya
operasional relatif rendah, serta proses ekstraksi lebih hemat penyari
(Marjoni, 2016 :46). Proses maserasi dilakukan di tempat terlindung cahaya
agar meminimalisir kerusakan zat-zat yang mudah rusak oleh cahaya.
Berawal dari ubi jalar ungu dibuat serbuk simplisia terlebih dahulu. Proses
pembuatan simplisia dilakukan dengan mengumpulkan bahan baku/ubi jalar
ungu sebanyak 6 kg, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel (sortasi basah) dikupas lalu dicuci dengan air yang mengalir
sampai bersih. Ubi jalar ungu yang telah bersih dan bebas air pencucian lalu
dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari secara tidak langsung
atau ditutup dengan kain hitam untuk meminimalkan kerusakan kandungan
zat aktif/senyawa yang terdapat dalam tanaman (Depkes RI, 1986:2).
Pengeringan/penjemuran bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak dalam penyimpanan serta mengurangi kadar air sehingga
memperkecil kemungkinan untuk di tumbuhi jamur dan lebih banyak
50

memperoleh ekstrak, menghentikan enzimetis yang dapat menurunkan mutu


simplisia. Setelah penjemuran, dilakukan sortasi kering dengan memilih
simplisia yang memiliki penampilan yang bagus lalu dilakukan penumbukan
dan pengayakan agar di dapat serbuk yang halus. Tujuan dari pembuatan
serbuk halus yaitu untuk memperbesar luas permukaan yang akan
memperbesar kontak antara serbuk dan pelarut sehingga mempercepat proses
ekstraksi. Hasil yang didapat sebanyak 2 kg serbuk simplisia ubi jalar ungu
(Sa’adah & Nurhasnawati, 2015 : 149-153).
Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak 1000 gram direndam dengan
perbandingan pelarut 1:2 bagian yaitu dengan pelarut etanol, asam asetat dan
air (25:1:5). Menurut Gao dan Mazza dalam Winarti dkk (2008 : 3) pelarut
tersebut sangat efektif dalam mengekstraksi antosianin dari bahan tanaman.
Pemilihan pelarut etanol dikarenakan antosianin merupakan senyawa polar
sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol dan air (Dewi, 2009
dalam Hardiyantari, 2017). Etanol digunakan selain bersifat polar, etanol juga
lebih efektif, kapang dan kuman sulit untuk tumbuh dalam 20% keatas, tidak
beracun, netral, absorbsinya baik dan dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
Sedangkan air digunakan sebagai cairan penyari karena murah, mudah
diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap dan terbakar (Sa’adah
& Nurhasnawati, 2015 : 149-153). Selain larut dalam pelarut polar, antosianin
juga dapat larut dalam asam. Penambahan pelarut dalam suasana asam
ditujukkan agar asam dalam etanol dan air mendegradasi membrane sel
tanaman, kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel dan warna
antosianin biasanya lebih stabil dalam kondisi asam serta tidak stabil dalam
kondisi basa atau netral sehingga pada proses ekstraksi antosianin biasanya
munggunakan pelarut asam (Ginting, 2011:1-2).
Maserasi dilakukan selama 3 hari setelah itu dilakukan remaserasi selama
2 hari untuk memaksimalkan jumlah senyawa yang tertarik dalam pelarut
(Armanzah & Hendrawati, 2016:7). Saat perendaman dilakukan pengadukan
sesekali yang bertujuan agar tidak ada bagian menstrum yang jenuh, sehingga
proses perpindahan zat dalam pelarut tetap berlangsung. Kemudian dilakukan
51

penyaringan agar maserat bebas dari serbuk simplisia. Maserat 1 dan maserat
2 digabungkan kemudian dievaporasi di rotary evaporator untuk
mempercepat proses penguapan pelarut terutama etanol, setelah dievaporasi
didapatkan ekstrak cair, lalu ekstrak diuapkan di waterbath hingga didapatkan
ekstrak kental dengan berat konstan sebanyak 70,65 gram. Dari hasil ekstrak
tersebut diketahui bahwa rendemen yang diperoleh sebesar 7,065%.
Menurut Marjoni (2016) beberapa hal yang mempengaruhi hasil ekstraksi
adalah jumlah simplisia, derajat kehalusan simplisia, jenis pelarut, waktu
ekstraksi, metode ekstraksi dan kondisi saat proses ekstraksi. Ekstrak yang di
dapat dalam ekstraksi ubi jalar ungu berwarna ungu pekat. Hal ini
menunjukkan bahwa pH dari ekstrak ubi jalar ungu adalah asam.
Mahmudatussa’adah dkk (2014) menyatakan bahwa warna ekstrak antosianin
ubi jalar ungu pada pH asam kuat 1-3 berwarna merah, pada asam lemah pH
4-6 berwarna ungu, pH 7 berwarna biru, pada pH basa lemah 8-9 berwarna
hijau, dan pada pH 10-14 berwarna kuning.
Ekstrak yang didapat dilakukan skrining fitokimia yaitu uji antosianin
untuk mengetahui apakah masih terkandung antosianin didalam ekstrak
setelah dilakukan beberapa perlakuan seperti penguapan di rotary evaporator
dan pemanasan diatas waterbath. Berdasarkan uji antosianin, didapatkan hasil
bahwa ekstrak ubi jalar ungu masih mengandung antosianin didalamnya.
Dibuktikan ketika ekstrak ubi jalar ungu yang mulanya berwarna ungu ketika
ditambahkan NaOH 10% berubah warna menjadi hijau dan ketika
ditambahkan dengan HCl (p) maka warna seketika berubah menjadi merah.
Hal tersebut terjadi karena prubahan pH, ketika dalam keadaan asam kuat
berwarna merah sedangkan dalam keadaan basa berwarna hijau (Armanzah &
Hendrawati, 2016:6).
Pembuatan eye shadow tipe compact powder dilakukan dengan cara
menimbang seluruh bahan serbuk maupun cairan serta ekstrak yang
dibutuhkan. Setelah itu masukkan semua bahan serbuk kedalam mortir 1 dan
masukkan bahan cair ditambah dengan ekstrak dalam mortir 2 digerus
masing-masing bahan dalam mortir hingga homogen. Kemudian campurkan
massa 1 dan massa 2 hingga homogen, ayak lalu padatkan didalam wadah.
52

Sediaan eye shadow tipe compact powder dibuat sebanyak 5 gram dengan
tujuh formula dengan masing-masing variasi konsentrasi dan dilakukan
empat kali pengulangan (Hanafiah, 2001:9).
Masing-masing formula eye shadow tipe compact powder kemudian
dilakukan evaluasi meliputi uji organoleptik yang terdiri dari warna, bau, dan
tekstur, homogenitas, kekerasan, efektivitas (uji oles), serta uji kesukaan
(hedonik).
1. Organoleptik eye shadow tipe compact powder
Pengujian organoleptik dilakukan oleh panelis yang terdiri dari 15
mahasiswi Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang. Berdasarkan hasil
pengujian organoleptik, eye shadow tipe compact powder berwarna putih
hingga ungu tua. Eye shadow tipe compact powder dengan formula F0
berwarna putih karena tidak mengandung ekstrak. eye shadow tipe compact
powder yang dibuat dengan penambahan ekstrak sebesar 5%, 10%, 15%,
20%, 25% dan 30% mempunyai warna yang berbeda-beda. Mulai dari
penambahan ekstrak 5% eye shadow tipe compact powder sudah
menunjukkan adanya warna. Peningkatan konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu
cenderung meningkatkan intensitas warna eye shadow dari putih keunguan
hingga ungu lebih tua. Eye shadow tipe compact powder dengan bau khas
ditemukan pada formula yang menggunakan ekstrak ubi jalar ungu. Bau yang
diberikan adalah bau khas serbuk simplisia ubi jalar ungu, semakin besar
konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu maka semakin kuat bau khas pada sediaan
eye shadow tipe compact powder tersebut. Tekstur dari eye shadow tipe
compact powder didapat hasil yang halus (Dwiwulandari; Dkk, 2018:5).
2. Homogenitas Eye Shadow Tipe Compact Powder
Uji homogenitas dilakukan dengan cara menyebarkan serbuk pada
permukaan kertas berwarna putih kemudian dilihat pada kaca pembesar.
Sediaan yang homogen adalah sediaan yang bebas dari partikel kasar dan
warnanya tercampur merata (Butler, 2000 : 194). Hasil pengamatan pada eye
shadow tipe compact powder menunjukan bahwa warna pada sediaan yang
dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata
saat ditaburkan pada kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. Hal ini
53

terjadi karena sebagian besar komponen eye shadow tipe compact powder
adalah serbuk sehingga lebih mudah untuk dihomogenkan. Serbuk lebih
mudah tercampur dan terdispersi dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan
lainnya (Murtini, 2016 : 28).
3. Efektvitas (oles) Eye Shadow Tipe Compact Powder
Uji efektivitas yang dilakukan adalah uji oles. Eye shadow yang dibuat
kemudian di bandingkan dengan eye shadow yang beredar di pasaran setelah
diaplikasikan pada punggung telapak tangan. Persyaratan uji ini adalah
sediaan dapat disapukan oleh aplikator dan mudah dioles pada kulit (Barel,
2001). Sediaan eye shadow menghasilkan polesan yang baik ketika sediaan
memberikan warna yang merata dan homogen saat dipoleskan pada kulit
tangan. Berdasarkan uji oles yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sediaan
yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah eye shadow tipe compact
powder pada konsentrasi ekstrak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%.
Hal ini ditandai dengan kemudahan pada saat pemolesan dan satu kali
pemolesan telah memberikan warna yang jelas pada kulit punggung tangan.
Sedangkan eye shadow tipe compact powder pada konsentrasi ekstrak 25%
dan 30% mudah saat dioleskan namun perlu 2-3 kali pengolesan agar warna
yang dihasilkan merata dan maksimal. Hal ini disebabkan karena ekstrak
yang digunakan cukup tinggi atau banyak. Menurut Meyer (1982) dalam
Armanzah (2016) salah satu kandungan karbohidrat yang ada dalam ubi jalar
ungu adalah amilum (pati) dan gula. Dimana amilum dan gula dapat
berfungsi sebagai bahan pengikat atau perekat (Santoso, 2008). Sehingga
semakin banyak ekstrak yang ditambahkan pada eye shadow tipe compact
powder dengan konsentrasi zat warna 25% dan 30% ini semakin mengeras
(padat) dan sukar dioleskan pada kulit untuk sekali pemolesan.
4. Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder
Pengujian kekerasan dilakukan bertujuan untuk memastikan sediaan
mudah pecah atau tidak karena biasanya eye shadow tipe compact powder
memiliki kecenderungan yang mudah pecah. Hal tersebut berhubungan
dengan ketahanan sediaan terhadap tekanan atau benturan, sehingga
bentuknya tetap sama. Kekerasan yang rendah dapat menyebabkan sediaan
54

menjadi mudah pecah, dan tidak dapat mempertahankan bentuknya.


Sedangkan apabila sediaan terlalu keras, maka warna akan sulit keluar pada
saat diaplikasikan (Gumbara; dkk, 2015:11).
Hasil pengujian yang didapat terhadap eye shadow tipe compact powder
menunjukkan bahwa formula 0 (blangko) dan formula 1 mudah retak (pecah)
sedangkan untuk formula lainnya tidak. Menurunnya tingkat kerapuhan
(mudah pecah) pada eye shadow tipe compact powder dipengaruhi oleh
peningkatan konsentrasi ekstrak. Hal ini terjadi karena sifat ekstrak kental
yang dapat menambahkan daya ikat partikel di dalamnya. Menurut Butler
(2000), jika cake (padatan) yang dihasilkan tidak rusak, maka sediaan yang
dibuat memenuhi persyaratan uji kekerasan.
5. Kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder
Uji kesukaan bertujuan untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap
produk yang dihasilkan. Pengujian dilakukan oleh panelis yang terdiri dari 15
mahasiswi Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjung Karang. Berdasarkan hasil
pengujian yang dilakukan panelis terhadap eye shadow tipe compact powder
menunjukkan bahwa formula 6 yang paling disukai yaitu sebanyak 81,66%
panelis yang memilih sangat suka. Sedangkan formula 5 sebanyak 76,66%
panelis memilih sangat suka, formula 4 sebanyak 86,66% panelis dan formula
3 sebanyak 73,33% panelis memilih suka. Untuk formula 2 sebanyak 86,66%
panelis dan formula 1 sebanyak 66,66% panelis memilih agak suka. Formula
6 yang paling disukai dengan konsentrasi ekstrak 30% memiliki warna yang
cukup menarik yaitu warna ungu tua (paling terang) karena memiliki
konsentrasi ekstrak tertinggi dalam formula sediaan eye shadow di
bandingkan dengan formula lainnya, bau yang khas dan tekstur yang halus,
homogen serta pada saat dioleskan memberikan warna ungu yang paling
terlihat sehingga memungkinkan paling disukai oleh panelis (Harahap, 2018 :
44).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penilaian panelis terhadap uji organoleptik eye shadow tipe
compact powder ekstrak ubi jalar ungu dari masing-masing sediaan yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. F0 (0% ekstrak) memiliki warna putih, tidak berbau, tekstur halus.
b. F1 (5% ekstrak) memiliki warna putih keunguan, berbau khas, tekstur halus.
c. F2 (10% ekstrak) memiliki warna putih keunguan, berbau khas, tekstur halus.
d. F3 (15% ekstrak) memiliki warna ungu muda, berbau khas, tekstur halus.
e. F4 (20% ekstrak) memiliki warna ungu, berbau khas, tekstur halus.
f. F5 (25% ekstrak) memiliki warna ungu lebih tua (ungu tua), berbau khas,
tekstur halus.
g. F6 (30% ekstrak) memiliki warna ungu lebih tua (ungu tua), berbau khas,
tekstur halus.
2. Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan seluruh formula pada eye shadow
tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu yang dihasilkan menunjukkan
susunan homogen dengan persentase sebesar 100%.
3. Hasil uji efektivitas (oles) yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe
compact powder yang dihasilkan menunjukkan bahwaa eye shadow tipe
compact powder yang memenuhi syarat adalah F0, F1, F2, F3, dan F4.
Sedangkan F5 dan F6 tidak memenuhi syarat pengolesan.
4. Hasil uji kekerasan yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact
powder yang dihasilkan menunjukkan bahwa F0 dan F1 tidak memenuhi
syarat kekerasan.
5. Hasil uji kesukaan yang telah dilakukan terhadap eye shadow tipe compact
powder menggunakan ekstrak ubi jalar ungu menunjukkan bahwa eye
shadow tipe compact powder yang paling disukai adalah F6.

55
56

B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penambahan parfum (corigen
odoris) untuk memberikan aroma yang lebih enak dan menarik.
2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
mengenai pemanfaatan pewarna alami dari ekstrak ubi jalar ungu untuk
formulasi sediaan kosmetika lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Bithilo Camilan Lezat Bergizi dari Ubi Jalar Ungu [Online].
Tersedia http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/719/ [23 Agustus
2019]

Armanzah, Raynaldi Syarif., dan Tri Yuni Hendrawati. 2016. Pengaruh Waktu
Maserasi Zat Antosianin Sebagai Pewarna Alami Dari Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L. Poir). Seminar Nasional Sains dan Teknologi.
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2407-1846

Barel, A. O., et all. 2001. Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel
Dekker, Inc., New York. 886 Halaman.

BPOMRI. 2015. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan


Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis
Kosmetika. Jakarta : Kepala BPOM RI.

_________. 2018. Public Warning/Peringatan Nomor: B-


HM.01.01.1.44.11.18.5410 Tanggal 14 November 2018. [19 Agustus 2019]

_________. 2018. Temuan Kosmetik Ilegal dan Mengandung Bahan


Dilarang/Bahan Berbahaya serta Obat Tradisional Ilegal dan
Mengandung Kimia Obat. [19 Agustus 2019]
th
Butler, H. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10 Edition,
Kluwer Academic Publishers, London. 813 Halaman.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:


Ditjen POM RI. 1031 Halaman.

__________________. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Ditjen


POM RI. 430 Halaman.

__________________. 1986. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Ditjen POM RI.


131 Halaman.

__________________. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:


Ditjen POM RI. 1289 Halaman.

__________________. 2012. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Ditjen


POM RI.

Dwiwulandari, Fransisca Yunita. 2018. Formulasi Sediaan Eye Shadow Ekstrak


Air Buah Syzygium Cumini Dalam Bentuk Compact powder. Fakultas
Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
Ginting, Erlina. 2011. Potensi Ekstrak Ubijalar Ungu Sebagai Bahan Pewarna
Alami Sirup. Balai Penelitian Tanaman Kcang-Kacangan dan Umibi-
Umbian.

Gumbara, Yogaswara Twang; dkk. 2015. Optimasi Formula Sediaan Lipstick


Ekstrak Etanolik Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Dengan
Kombinasi Basis Carnauba Wax Dan Paraffin Wax Menggunakan Metode
SLD (Simplex Lattice Design). Majalah Farmaasetik. Fakultas Farmasi,
UGM.

Hanafiah, Kemas Ali. 2001. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Jakarta.
Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya Palembang. 193 halaman

Harahap dan Putri Nirmala Sari. 2018. Formulasi Sediaan Eye Shadow Compact
PowderEkstrak Buah Seduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai
Pewarna. Skripsi Sarjana. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Hardiyanti, B, Erlina & Pratama, Jainuri Erik. 2017. Mutu Fisik Dan Tantangan
Volunteer Sediaan Lipstick Cair Yang Mengandung Ekstrak Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea batatas L.) Sebagai Pewarna Alami. Akademi Farmasi
Putra Indonesia, Malang.

Juanda, Dede; Cahyo, Bambang. 2000. Ubi Jalar Budidaya Dan Analisis Usaha
Tani. Kanisius, Yogyakarta. 95 Halaman

Lestari, Puji. 2015. Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Keperluan
Industri, 32, 1-13

Lestario Lydia Ninan. 2017. Antosianin, Sifat Kimia, Perannya Dalam Kesehatan.
Dan Prospeknya Sebagai Pewarna Makanan. Univeristas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 228 halaman.

Mahmudatussa’adah, Ai, dkk. 2014. Karakteristik Warna dan Aktivitas


Antioksidan AntosianinUbi Jalar Ungu. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Marjoni, R. 2016. Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi .Jakarta:


CV. Trans Info Media.153 halaman.

Murtini, Gloria. 2016. Farmasetika Dasar. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi.
Kementerian Kesehatan RI. 168 Halaman.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetik. Jakarta :
Menteri Kesehatan. https://www.pom.go.id
Koswara, Sutriso. 2009. Pewarna Alami : Produksi Dan Penggunaannya.
eBookPangan.com. 37 Halaman.

Mitsui, T., 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Science. Amsterdam. 499
Halaman.

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta:


Gramedia. 322 Halaman.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka


Cipta. 236 Halaman.

Paryanto, dkk. 2012. Pembuatan Zat Warna Alami dalam Bentuk Serbuk untuk
Mendukung Industri Batik di Indonesia. Jurnal Rekayasa Proses Volume 6
Nomor 1. Universitas Sebelas Maret:Surakarta

Rukmana, Rahmat. 2005. Ubi Jalar Budidaya Dan Pascapanen, Kanisius,


Yogyakarta. 66 Halaman.

Sa’adah, Hayatun & Nurhasnawati, Henny. 2015. Perbandingan Pelarut Etanol


Dan Air Pada Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine
americana Merr) Menggunakan Metode Maserasi. Jurnal Ilmiah
Manuntung. Akademi Farmasi Samarinda.

Santoso, Anwar. 2008. Rumus Lengkap Kimia SMA. Jakarta:PT Wahyumedia.

Setyaningsih, D; Apriyantono, A; & Sari, M. 2010. Analisis Sensori Untuk


Industri Pangan dan Agro. Bogor:IPB Press. 180 Halaman.

Stylo.ID, 2019. Prediksi Tren Makeup 2020 Menurut MUA Dhirman Putra :
Warna Bold Sudah Lewat!.
https://stylo.grid.id/amp/ 141904021/prediksi-tren-makeup-2020-menurut-
mua-dhirman-putra-warna-bold-sudah-lewat? page=all. [03 Desember
2019]

Suaramerdeka, 2019. Ini Tren Warna Makeup di Tahun 2019.


https://www.suaramerdeka.com/ekspresi/baca/ 157013/ini-trend-warna-
makeup-di-tahun-2019 . [03 Desember 2019]

Tranggono Retno Iswari, dan Latifah, Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 987 halaman.

TribunPontianak, 2019. Tren makeup 2020 – dari lipstik hinggan eyeliner, tak ada
lagi lipstik nude & bold di mata.
https://pontianak.tribunnews.com/2019/12/02/tren-makeup-2020-dari-
lipstik-hingga-eyeliner-tak-ada-lagi-lipstik-nude-bold-di-mata.
[03 Desember 2019]
Wade, Ainley, Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Second Edition. London: The Pharmaceutical Press London. 651 Halaman.

Warner, Leah M (Ed.). 2015. Handbook Of Anthocyanins Food Sources,


Chemical Applications and Health Benefit. New York:Nova Science
Publisher, Inc. 476 Halaman.

Wasitaatmadja, Syarif M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI Press. 212
Halaman.

Winarti, Sri, Ulya Sarofa, Dhini Anggrahini.2008. Ekstraksi Dan Stabilitas


Warna Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L. Sin) Sebagai Pewarna Alami,
Jurnal Teknik Kimia Volume 3 Nomor 1. UPN Veteran Surabaya:Jawa
Timur.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema Kerja Pembuatan Serbuk Simplisia Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L.)

Ubi jalar ungu di sortasi basah dengan


memilih bahan baku dari bahan baku
yang sudah tak layak lagi maupun
dari kotoran-kotoran.

Kupas kulit ubi jalar ungu

Cuci ubi jalar ungu dengan air


yang mengalir hingga bersih

Ubi jalar ungu yang telah bersih


lalu dirajang/ dipotong-potong

Kemudian dijemur di bawah sinar


matahari secara tidak langsung atau
ditutup dengan kain hitam

Setelah penjemuran, dilakukan sortasi kering


dengan cara memilih simplisia yang rusak atau
terkena kotoran

Kemudian diperhalus simplisia dengan cara


menumbuk atau menggunakan blender menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil lagi , kemudian
ayak lalu masukan ke dalam wadah yang kering
Lampiran 2 Skema Kerja Maserasi Simplisia Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L.)

Serbuk simplisia ubi jalar ungu sebanyak


1000 gram

Dimaserasi dengan perbandingan (1:2 = bahan :


pelarut) pelarut yang digunakan adalah etanol 96% :
asam asetat : air (25:1:5), direndam selama 72 jam
sesekali diaduk. Disaring menggunakan kertas saring
dengan bantuan corong kaca.

Ampas Maserat

Dilakukan remaserasi dengan menambahkan


pelarut yang sama dengan maserasi pertama, lalu
direndam selama 48 jam dengan sesekali diaduk.
Disaring menggunakan kertas saring dan bantuan
corong kaca.

Ampas Maserat

Dicampur seluruh maserat

Diuapkan dengan rotary


evaporator dan dipekatkan
dengan waterbath

Ekstrak kental ubi jalar ungu


(Ipomoea batatas L.)
Lampiran 3 Skema Kerja Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder

Ditimbang masing-masing
bahan sesuai formulasi

Campurkan bahan-bahan serbuk Campurkan bahan cair


(talk, zink stearat, mika, propil (Isopropil miristat) dan
paraben dan metil paraben) ekstrak ubi jalar ungu
dalam mortir 1 dalam mortir 2

gerus hingga halus campurkan (gerus)


dan homogen hingga homogen

Massa 1 Massa 2

Massa 1 dicampurkan sedikit demi sedikit kedala


massa 2 secara perlahan-lahan kemudian geru hingga
semua bahan tercampur merata (homogen).

Ayak menggunakan mesh 100

Masukan sediaan kedalam wadah lalu padatkan

Eye Shadow Tipe Compact


Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu
Lampiran 4 Perhitungan Penimbangan Bahan

Ekstrak kering ubi jalar ungu yang dibutuhkan :


F1 (5%) = 5
0,25 gram x 4 = 1 gram
5 = 0,25
100

F2 (10%) = 10 0,5 gram x 4 = 2 gram


5 =0,5
100

F3 (15%) = 15 0,75 gram x 4 = 3 gram


5 = 0,75
100

F4 (20%) = 20 1 gram x 4 = 4 gram


5 =1
100

F5 (25%) = 25 1,25 gram x 4 = 5 gram


5 = 1,25
100

F6 (30%) = 30 1,5 gram x 4 = 6 gram


5 = 1,5
100

Jadi, seluruh total ekstrak kering yang dibutuhkan 21 gram

Formula Eye Shadow menurut Dwiwulandari, Darsono dan Wijaya (2018:5)


Zink stearat 6,0
Isopropil miristat 0,3
Propil paraben 0,02
Metil paraben 0,18
Mika 20
Talk 73,5

Formula Eye Shadow tipe compact powder ekstrak ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas L.) dalam 5 gram.
Konsentrasi ekstrak ubi jalar ungu yang digunakan 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%
dan 30%. Berikut perhitungan bahan-bahan yang digunakan :

1. Ekstrak Ubi Jalar Ungu


 F0 (0%) = Tanpa ekstrak
 F1 (5%) = 5
5 = 0,25 g
100

 F2 (10%) = 10

5 = 0,5 g
100

 F3 (15%) = 15

5 = 0,75 g
100

 F4 (20%) = 20

5 =1g
100
 F5 (25%) = 25 5 = 1,25 g

100

 F6 (30%) = 30

5 = 1,5 g
100

2. Zink stearat =
6
5 = 0,3 g
100

3. Isopropil miristat = 0,3

5 = 0,015 g
100

4. Propil paraben = 0,02

5 = 0,001 g
100

5. Metil paraben = 0,18

5 = 0,09 g
100

6. Mika = 20

5 =1g
100

7. Talk

(Berat sediaan yang ingin dibuat – Berat bahan lain)

 F0 (0%) = {5 g – (0,3 + 0,015 + 0,001 + 0,09 + 1) g}


= (5 g – 1,406 g)
= 3,594 g

 F1 (5%) = {5 g – (0,25+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 1,656 g)
= 3,344 g

 F2 (10%) = {5 g – (0,5+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 1,825 g)
= 3,175 g

 F3 (15%) = {5 g – (0,75+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,075 g)
= 2,925 g

 F4 (20%) = {5 g – (1+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,325 g)
= 2,675 g

 F5 (25%) = {5 g – (1,25+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,575 g)
= 2,425 g

 F6 (30%) = {5 g – (1,5+0,3+0,015+0,001+0,009+1) g}
= (5 g – 2,825 g)
= 2,175 g
Lampiran 5 Dokumentasi Pembuatan Serbuk Simplisia

Pengumpulan bahan baku Sortasi basah


(Ubi Jalar Ungu)

Cuci bersih ubi jalar ungu Dikupas kulit ubi jalar ungu
dengan air mengalir

Pengubahan bentuk Pengeringan ubi jalar ungu


(Perajangan) ubi jalar ungu ditutupi dengan kain hitam
kemudian letakkan pada
nampan bambu
Sortasi kering

Perhalus ubi jalar ungu kering Ayak serbuk ubi jalar ungu
dengan cara ditumbuk
Lampiran 6 Dokumentasi Pembuatan ekstrak

Penimbangan serbuk simplisia Tuang serbuk simplisia


ubi jalar ungu ke dalam wadah
maserasi (Toples)

Pengukuran pelarut Pengukuran pelarut Pengukuran pelarut


etanol 96% aquadest asam asetat
Tuang seluruh pelarut Proses Maserasi Maserasi
dalam toples yang berisi (Proses Pengadukan)
serbuk simplisia
ubi jalar ungu

Proses Evaporasi menggunakan

Maserasi Rotary Evaporator (Proses Penyaringan)


Proses Pemekatan ekstrak
menggunakan waterbath
Maserat yang di dapat

Ekstrak kental ubi jalar ungu


Lampiran 7 Dokumentasi Pengujian Antosianin

Ekstra
k ubi
jalar
ungu
(Warn
a=ung
u)

Ungu

Penambahan
NaOH
10%
(Warna=Hijau)

Hijau

Penambahan
HCL
Pekat
(Warna=Merah)

Merah
Ungu

Ekstrak kental ubi jalar ungu (Warna=Ungu)

Penambahan NaOH 10% Penambahan HCL Pekat

Hasil Hasil

Hijau Merah
Lampiran 8 Dokumentasi Pembuatan Eye Shadow Tipe Compact Powder

Timbang semua bahan-bahan yang dibutuhkan Timbang ekstrak ubi


untuk pembuatan eye shadow tipe compact powder jalar ungu sesuai
yaitu talk, zink stearat, mika, isopropyl miristat, dengan formulasi
nipagin dan nipasol

Masukkan semua Gerus hingga Masukkan isopropil


bahan-bahan serbuk homogen (Massa 1) miristat dalam mortir
dalam mortir (1) berbeda (2)
Tambahkan ekstrak Gerus (campur) Masukkan massa 1 ke
pada mortir (2) hingga homongen dalam mortir 2
(Massa 2) kemudian gerus ad
homogen

Ayak serbuk yang Masukkan serbuk Press (padatkan)


sudah homogen yang sudah diayak ke serbuk dalam wadah
dalam wadah compact
powder
Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L.)
Lampiran 9 Dokumentasi Evaluasi Sediaan Eye Shadow Tipe Compact Powder

Uji organoleptik dan uji kesukaan Eye Shadow Tipe Compact Powder Ekstrak
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap 15 orang panelis
Uji efektivitas (oles) dengan 15 orang panelis

Uji Homogenitas Eye


Shadow Tipe Compact
Powder Ekstrak Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea batatas L.)
Uji Kekerasan Eye Shadow Tipe Compact Powder
Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
Lampiran 10 Lembar Pengumpulan Data

Lembar Pengujian Organoleptik Formulasi Eye Shadow


Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)
Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap warna, aroma, tekstur, dan kesukaan. Beri tanda ceklis pada kolom
yang telah disediakan. Pada kolom warna : 1=putih, 2=ungu, 3=ungu tua,
4=ungu muda, 5=merah muda, 6=merah, aroma : 1=bau yg kuat, 2=bau yg
lemah, 3=tidak berbau, tekstur: 1=halus, 2=kasar.

Formula Uji Organoleptis


Eye Warna Bau Tekstur
Shadow 1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Bandar Lampung, 2020
Panelis

(......................................................)
Lembar Pengujian Homogenitas Formulasi Eye Shadow
Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap homogenitas eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada
kolom yang telah disediakan berdasarkan homogenitas sediaan, 1 =
Homogen, 2 = Tidak Homogen

Formula Pengulangan Homogenitas


Eye Shadow ke- 1 2
1
F0 2
3
4
Jumlah
1
2
F1
3
4
Jumlah
1
2
F2
3
4
Jumlah
1
2
F3
3
4
Jumlah
1
2
F4
3
4
Jumlah
1
2
F5
3
4
Jumlah
1
2
F6
3
4
Jumlah
Bandar Lampung, 2020
Peneliti
Lembar Pengujian Efektivitas (Uji Oles) Formulasi Eye Shadow
Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap efektifitas (uji oles) eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis
pada kolom yang telah disediakan berdasarkan daya oles sediaan, 1 = Tidak
Baik, 2 = Baik.

Formula Pengulangan Efektifitas


Eye Shadow ke- ( Uji Oles )
1 2
1
F0 2
3
4
Jumlah
1
F1 2
3
4
Jumlah
1
F2 2
3
4
Jumlah
1
F3 2
3
4
Jumlah
1
F4 2
3
4
Jumlah
1
F5 2
3
4
Jumlah
1
F6 2
3
4
Jumlah
Bandar Lampung, 2020
Panelis
(......................................................)
Lembar Pengujian Kekerasan Formulasi Eye Shadow
Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan pengamatan anda
terhadap kekerasan eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada
kolom yang telah disediakan berdasarkan kekerasan sediaan, 1 = Tidak
Pecah, 2 = Pecah.

Formula Eye Pengulangan Kekerasan


Shadow ke- 1 2
1
F0 2
3
4
Jumlah
1
2
F1
3
4
Jumlah
1
2
F2
3
4
Jumlah
1
2
F3
3
4
Jumlah
1
2
F4
3
4
Jumlah
1
2
F5
3
4
Jumlah
1
2
F6
3
4
Jumlah

Bandar Lampung, 2020


Peneliti
Lembar Pengujian Kesukaan Formulasi Eye Shadow
Tipe Compact powder Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.)

Di hadapan anda disajikan Eye Shadow tipe compact powder, anda diminta
untuk mengisi kolom yang telah disediakan berdasarkan kesukaan anda
terhadap eye shadow yang dihasilkan. Beri tanda ceklis pada kolom yang
telah disediakan berdasarkan kesukaan terhadap sediaan, 1 = Sangat Suka,
2 = Suka, 3 = Agak Suka, 4 = Tidak Suka.

Formula Pengulangan Skala Hedonik


Eye Shadow ke- 1 2 3 4
1
F0 2
3
4
Jumlah
1
2
F1 3
4
Jumlah
1
2
F2 3
4
Jumlah
1
2
F3
3
4
Jumlah
1
2
F4
3
4
Jumlah
1
2
F5
3
4
Jumlah
1
2
F6
3
4
Jumlah
Bandar Lampung, 2020
Panelis

(......................................................)
Lampiran 11 Lembar Pengolahan Data

Lampiran tabel panelis uji organoleptik (Warna)


Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 0 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% Putih
1 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% 100%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% Putih
Putih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100%
keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% 0%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% Ungu muda
Putih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100% 0%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% Ungu
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% 0%
Putih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% Ungu tua
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% 0%
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 1 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 33,33
Putih keunguan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,66 Putih
1 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33.33%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
Putih 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 33,33
keunguan
Putih keunguan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,66
66,66%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
muda
Putih 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 33,33 0%
Putih keunguan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,66
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 33,33
Putih keunguan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,66
4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu tua
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 2 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Putih
1 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keunguan
Putih keunguan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 100%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu muda
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih keunguan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu tua 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 3 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 20 Putih
1 Ungu muda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 12 80 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 20 20%
2 Ungu muda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 12 80
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu muda
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 20
3 Ungu muda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 12 80
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 20
4 Ungu muda 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 12 80 Ungu tua
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 4 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih0%
1 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 13,33
Ungu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 86,66
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 13,33
Ungu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 86,66
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu muda
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13,33%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 13,33
Ungu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 86,66 Ungu
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 86,66%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 13,33 Ungu tua
Ungu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 86,66 0%
Ungu tua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 5 Warna 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
2

Putih 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
0

1 Ungu muda 0
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20
0

Ungu tua 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80
1
Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

0%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Ungu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20
0

Ungu tua 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80 Ungu muda


1

Putih 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Ungu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20 Ungu
0

Ungu tua 1
1
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80 20%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu tua


0

Ungu 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 20 80%
Ungu tua 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 80
1
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 6 Warna 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Putih
1 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Putih
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keunguan
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0%
2 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Ungu muda
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Putih keunguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Ungu muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Ungu tua
Ungu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Ungu tua 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

Lampiran Tabel Panelis uji organoleptik (Bau)


Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 0 Bau (Aroma) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bau yang
1 Bau yang lemah 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40
kuat
Tidak berbau 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9 60
0%
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Bau yang lemah 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 Bau yang
Tidak berbau 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9 60
lemah
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40%
3 Bau yang lemah 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40
Tidak berbau 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9 60 Tidak
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
berbau
4 Bau yang lemah 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40
60%
Tidak berbau 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9 60

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 1 Bau (Aroma) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bau yang
1 Bau yang lemah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66
kuat
Tidak berbau 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33
0%
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Bau yang lemah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66 Bau yang
Tidak berbau 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33
lemah
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 86,66%
3 Bau yang lemah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66
Tidak berbau 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak berbau
4 Bau yang lemah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66 13,33%
Tidak berbau 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 2 Bau (Aroma) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bau yang
1 Bau yang lemah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0%
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Bau yang lemah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Bau yang
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lemah
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
3 Bau yang lemah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bau yang kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak berbau
4 Bau yang lemah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 3 Bau (Aroma) 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1
9

Bau yang kuat 0


0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,66 Bau yang
1 Bau yang lemah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,33
1
1
kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
6,66%
Bau yang kuat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,66
0
0

2 Bau yang lemah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,33


1
1 Bau yang
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
lemah
Bau yang kuat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,66
0
0
93,33%
3 Bau yang lemah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,33
1
1
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0
Bau yang kuat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,66 Tidak berbau
0
0
4 Bau yang lemah 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,33 0%
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 4 Bau (Aroma) 1 2 3 4 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
5 6

Bau yang kuat 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 20


1 0
Bau yang
1 Bau yang lemah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 12 80
0 1

kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

26,66%
Bau yang kuat 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 20
1 0

2 Bau yang lemah 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 12 80


0 1
Bau yang
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

lemah
Bau yang kuat 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33
1 1

73,33%
3 Bau yang lemah 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 66,66
0 0

Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

Bau yang kuat 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33 Tidak berbau


1 1

4 Bau yang lemah 1 1 0 1 0 0


0 1 1 0 1 1 1 1 1 10 66.66 0%
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 5 Bau (Aroma) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1

Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,66


0
Bau yang
1 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 13,33
1

kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

86,66%
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,66
0

2 Bau yang lemah 1


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 13,33 Bau yang
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

lemah
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,66
0

13,33%
3 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 13,33
1

Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 86,66 Tidak berbau


0

4 Bau yang lemah


1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 13,33 0%
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 6 Bau (Aroma) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Bau yang
1 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kuat
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100%
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
2 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bau yang
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lemah
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
3 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak
Bau yang kuat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
berbau
4 Bau yang lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0%
Tidak berbau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran Tabel Panelis Uji Organoleptis (Tekstur)
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 0 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Halus
2 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 100%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kasar
4 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organolepti Panelis Presentase Rata-Rata


s Jumlah
Formula 1 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Halus
2 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 100%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kasar
4 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 2 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Halus
2 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 100%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kasar
4 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 3 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Halus
2 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 100%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kasar
4 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 4 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Halus
2 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 100%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kasar
4 Halus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 0%
Kasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 5 Tekstur 1 2 3 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
5 6
4

Halus 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66
1 1
1 1
Kasar 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33 Halus
0 0
0
Halus 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66 81,66%
1 1
2 1
Kasar 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33
0 0
0
Halus 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 80
1 1
3 1
Kasar 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 20 Kasar
0 0
0

4 Halus 0 1 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 73,33 18,33%
Kasar 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 26,66
0 1
0
Formula Organoleptis Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 6 Tekstur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Halus 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66
Kasar 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33 Halus
2 Halus 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 73,33 73,33%
Kasar 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 26,66
3 Halus 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 66,66
Kasar 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 33,33 Kasar
4 Halus 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 10 66,66 26,66%
Kasar 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 33,33

Lampiran tabel panelis uji efektifitas (oles)


Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 0 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tidak baik
2 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
3 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik
4 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 1 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tidak baik
2 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
3 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik
4 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 2 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tidak baik
2 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
3 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik
4 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 3 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tidak baik
2 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
3 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik
4 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100

Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 4 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Tidak baik
2 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
3 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik
4 Tidak baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100%
Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 5 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 53,33
Baik 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 7 46,66 Tidak baik
2 Tidak baik 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 53,33 54,99%
Baik 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 7 46,66
3 Tidak baik 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 8 53,33
Baik 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 7 46,66 Baik
4 Tidak baik 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 9 60 44,99%
Baik 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 6 40

Formula Efektifitas Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 6 Uji oles 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
1 Tidak baik 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 73,33
Baik 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 26,66 Tidak baik
2 Tidak baik 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 73,33 76,66%
Baik 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 26,66
3 Tidak baik 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 80
Baik 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 20 Baik
4 Tidak baik 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 12 80 23,33%
Baik 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 20

Lampiran tabel panelis uji kesukaan


Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 0 Skala hedonic 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sangat suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20%
Tidak suka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Agak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 80%
Tidak suka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 100

Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 1 Skala hedonic 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sangat suka
Agak suka 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 10 66,66 0%
Tidak suka 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Suka
Agak suka 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 10 66,66 0%
Tidak suka 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Agak suka
Agak suka 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 10 66,66 66,66%
Tidak suka 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak suka
Agak suka 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 10 66,66 33,33%
Tidak suka 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33
Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 2 Skala hedonik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sangat suka
Agak suka 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Suka
Agak suka 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Agak suka
Agak suka 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66 86,66%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak suka
Agak suka 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66 13,33%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33

Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 3 Skala hedonik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 Suka 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Sangat suka
Agak suka 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 26,66 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Suka 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Suka
Agak suka 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 26,66 73,33%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Suka 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Agak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 26,66 26,66%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Suka 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11 73,33 Tidak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 26,66 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 4 Skala hedonik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33
1 Suka 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66 Sangat suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13,33%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33
2 Suka 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66 Suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 86,66%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33
3 Suka 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66 Agak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 13,33
4 Suka 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 86,66 Tidak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata
Formula 5 Skala hedonik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 12 80
1 Suka 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3 20 Sangat suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 76,66%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 12 80
2 Suka 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3 20 Suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23,33%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 11 73,33
3 Suka 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 26,66 Agak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 11 73,33
4 Suka 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 26,66 Tidak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Formula Kesukaan Panelis Jumlah Presentase Rata-Rata


Formula 6 Skala hedonik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 (%) (%)
Sangat suka 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 93,33
1 Suka 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,66 Sangat suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 81,66%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13 86,66
2 Suka 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 13,33 Suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18,33%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 73,33
3 Suka 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 26,66 Agak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sangat suka 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 73,33
4 Suka 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 26,66 Tidak suka
Agak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Tidak suka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Anda mungkin juga menyukai